htm
A. Sistem MSDS
Setiap kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat terjadinya kecelakaan, walaupun demikian terjadinya kecelakaan
seharusnya dapat dicegah dan diminimalisasikan karena kecelakaan tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Terjadinya kecelakaan pada umumnya
ditimbulkan oleh beberapa faktor penyebab, oleh karena itu harus diteliti faktorfaktor penyebabnya dengan tujuan untuk menentukan usaha-usaha
pembinaan dan pengawasan keselamatan yang tepat, efektif dan efisien sehingga terjadinya kecelakaan dapat dicegah.
Dalam melaksanakan eksperimen, kontak terhadap bahan kimia akan terjadi baik langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan sifat dan karakter
bahan kimia perlu dimiliki mengingat bahan kimia memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya baik terhadap kesehatan maupun bahaya kecelakaan.
Hal ini dapat dipahami karena bahan kimia dapat memiliki tipe reaktivitas kimia tertentu dan juga dapat memiliki sifat mudah terbakar. Oleh karena itu
aktivitas kerja yang selalu memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja perlu dibudayakan dalam bekerja di laboratorium.
Untuk dapat mendukung jaminan kesehatan dan keselamatan kerja maka para peneliti maupun laboran yang bekerja di laboratorium harus
mengetahui dan memiliki pengetahuan serta keterampilan untuk menangani bahan kimia khususnya dari segi potensi bahaya yang mungkin
ditimbulkan. Informasi atau pengetahuan yang harus diketahui pelaksana di laboratorium kimia dimuat dalam Material Safety Data Sheet (MSDS).
Bahan kimia dalam unsur dan senyawa tertentu memang bukan lah barang mainan. Ada kalanya senyawa kimia dapat beracun juga bagi kesehatan
tubuh manusia. Dalam tingkat kebahayaannya, setiap senyawa ataupun unsur kimia di tunjukkan dalam MSDS atau disebut (Material Safety Data
Sheet). MSDS ini merupakan hal yang wajib dipelajari sebelum laboran berkutat dengan senyawa- senyawa di laboratorium.
Secara Umum, MSDS mengandung BAB sebagai berikut, yang kesemuanya menjelaskan tentang bahan yang bersangkutan.
Bahaya Kesehatan :
Menjelaskan berbagai cara bahan kimia bisa memapar tubuh pengguna dengan beberapa cara misalnya penyerapan melalui kulit,
pernafasan dan lainnya. Informasi tentang gejala dan akibat terhadap kesehatan apabila tubuh terjadi kontak dengan bahan
tersebut seperti kejadian setelah :
Bahaya kebakaran :
Informasi ini menentukan bahan tersebut termasuk kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak dapat dibakar atau
1 of 11 3/5/2020, 8:35 AM
Material Safety Data Sheet http://www.kelair.bppt.go.id/sib3popv25/Iptek/MSDS/msdsinfo.htm
Bahaya reaktivitas :
Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat
eksotermik (menghasilkan panas) sehingga eksplosif atau reaktivitasnya terhadap gas lain sehingga menghasilkan gas beracun.
Sifat- sifat bahaya tersebut digambarkan dalam skala bahaya seperti berikut :
Menjelaskan tentang langkah pertolongan pertama jika terpapar atau keracunan bahan kimia.
Menjelaskan langkah- langkah yang dilakukan jika bahan tumpah dari tempat penyimpanan.
2 of 11 3/5/2020, 8:35 AM
Material Safety Data Sheet http://www.kelair.bppt.go.id/sib3popv25/Iptek/MSDS/msdsinfo.htm
Proteksi diri atau, penggunaan APD yang diperlukan jika akan menangani bahan. Meliputi :
a. Perlindungan pernafasan
b. Ventilasi
c. Sarung tangan pelindung
d. Pelindung mata
e. Peralatan pelindung lainnya
f. Pengawasan perlindungan
Bab ini menjelaskan informasi secara fisika dan kimia. pengaruhnya terhadap kondisi sekitarnya dan menunjukkan batas atau saat
material tersebut bisa berubah bentuk (mencair, menyublim atau membeku) Penjelasan sifat-sifat fisikan dan kimia antara lain : titik
didih, massa jenis, tekanan uap, kerapatan uap, titik beku atau titik cair, kerapatan cairan, pH, kelarutan, penampakan fisik dan bau,
dan sebagainya.
Mencantumkan sifat stabilitas dan reaktivitas. Berisi tentang kondisi yang harus dihindari, reaksi bahan apabila tercampur dengan bahan
lain seperti air, minyak, udara, produk dekomposisi yang berbahaya, produk polimerisasi yang berbahaya atau bahan kimia lain. Selain
itu bab ini menjelaskan situasi dan kondisi yang harus dihindari untuk mencegah resiko reaksi bahan tersebut.
Bab ini menjelaskan sifat racun terhadap tubuh berdasarkan analisis kimiawi medis. Sifat-sifat racun yang mungkin pada tubuh
berdasarkan hasil pengujian secara medis dan maupun hasil laporan yang pernah diterima. Keterangan sifat racun seperti: efek lokal,
pemaparan akut, dan kronik, termasuk efek karsinogen, teratogen, reproduksi, mutagen, dan interaksi bahan dengan obat, alcohol.
Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan, dampak lingkungan, degradasi, dan bioakumulasi dan bagaimana menangani limbah atau
buangan bahan baik berupa padat, cair maupun gas. Termasuk di dalamnya cara penanganan.
Sistem Harmonisasi Global yang diberi nama GHS bermula dari pertemuan METI (Ministry of Economic Trade and Industry) di Jepang yang kemudian
berlanjut ke pertemuan tingkat Internasional di berbagai tempat seperti Rio de Janeiro dan Jenewa. Hasil pertemuan Internasional tersebut akhirnya
menyepakati untuk membentuk satu sistem global dalam hal komunikasi bahaya yaitu: Klasifikasi Bahaya, MSDS, dan Label / Penandaannya. Dalam
hal ini, PBB menunjuk UNITAR (United Nations Institute for Training and Research) dibawah payung ILO sebagai koordinator proyek GHS di seluruh
negara di dunia dimana di tergetkan tahun 2006 untuk perubahan amandemen peraturan lokal yang terkait dengan GHS dan tahun 2008 untuk
pelaksanaan sistem implementasi secara menyeluruh di seluruh negara di dunia.
APEC sebagai organisasi regional Asia Pasifik telah menyepakati untuk menerapkan sistem GHS di seluruh negara anggotanya termasuk salah satunya
adalah Indonesia. Indonesia bahkan dipromosikan menjadi salah satu pilot country project untuk pelaksanaan GHS di Asia Pasifik khususnya di tingkat
ASEAN. Keberadaan GHS di Indonesia tentunya akan membawa berbagai keuntungan antara lain karena dengan adopsi sistem GHS, maka Indonesia
akan memiliki standar penentuan klasifikasi bahaya bahan kimia yang selama ini ada di Indonesia namun terdapat beberapa klasifikasi yang berbeda
antar Kementerian / Departemen. Selain itu juga Indonesia akan memiliki standar sistem penandaan / labelling bahan kimia yang seragam, dimana
diharapkan tidak akan ada perbedaan lagi dalam hal penandaan bahan kimia antar sektoral maupun instansi. Terakhir adalah format MSDS akan
diseragamkan di Indonesia yaitu menggunakan format GHS yang terdiri dari 16 sections / bagian. Diharapkan dengan adanya sistem ini, seluruh
instansi dan sektoral terkait akan menggunakan satu sistem yang sama dan tidak akan ada lagi perbedaan sistem yang digunakan.
Selain keuntungan diatas, beberapa keuntungan lain dari adopsi GHS di Indonesia adalah mempermudah arus perdagangan bahan kimia secara global
baik impor maupun ekspor, dan juga akan membantu dan mempermudah dalam menghambat perdagangan bahan kimia terlarang yang tidak boleh
diperjual belikan. Selain itu, tujuan utama GHS adalah juga untuk melindungi pekerja, lingkungan hidup, dan umat manusia secara umum.
Kesulitan dan tantangan serta hambatan yang ada di Indonesia antara lain disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
Terbatasnya tenaga ahli khususnya dalam ruang lingkup klasifikasi bahan kimia dan komunikasi bahaya
Kurangnya pengetahuan yang menyebabkan kurangnya kewaspadaan terhadap resiko dan bahaya bahan kimia
Kurangnya pemenuhan informasi saintifik untuk mengevaluasi bahaya yang diakibatkan oleh penggunaan berbagai bahan kimia.
Kurangnya sarana dan pra sarana dalam hal penentuan toksisitas bahan kimia khususnya untuk campuran
Kesulitan dalam menterjemahkan beberapa istilah teknis di Buku Ungu / GHS Purple Book kedalam bahasa lokal
Oleh karena itu dibutuhkan beberapa tindakan yang perlu dilakukan untuk membantu menyelesaikan kesulitan diatas antara lain melalui:
Revisi atau amendemen peraturan pemerintah yang terkait dengan bahan kimia
Memperkuat assosiasi industri, transportasi, perdagangan dan lain-lain yang terkait dengan implementasi GHS
Memperbanyak aktifitas training dan sosialisasi GHS baik dari segi frekuensi, kuantitas maupun kualitas
Menciptakan mekanisme jaringan dengan stakeholders yang terlibat dengan implementasi GHS
Pengembangan modul training implementasi GHS untuk berbagai kelompok target yang berbeda
Menghubungkan aktifitas dan kebijakan nasional dengan program kerja pemerintahan propinsi atau daerah
Bekerja sama dengan institusi non pemerintah dalam hal penyediaan jasa layanan pembuatan MSDS dan Penandaan sesuai GHS khususnya
untuk membantu SME agar dapat bertahan dengan implementasi GHS
3 of 11 3/5/2020, 8:35 AM
Material Safety Data Sheet http://www.kelair.bppt.go.id/sib3popv25/Iptek/MSDS/msdsinfo.htm
Implementasi GHS di Indonesia juga akan berdampak bagi perubahan klasifikasi bahaya, format MSDS beserta simbol bahaya / piktogram yang
digunakan dimana Indonesia akan menggunakan format MSDS GHS dalam Bahasa Indonesia dan menggunakan Simbol Bahaya berdasarkan adopsi
GHS. Sistem klasifikasi bahan kimia dalam MSDS juga akan menggunakan standar adopsi GHS. Namun sebelum simbol bahaya, MSDS dan label
dikeluarkan, tentunya penentuan klasifikasi bahaya adalah hal pertama yang harus dilakukan yang akhirnya akan menentukan kriteria bahaya yang
sesuai dan simbol yang cocok untuk digunakan.
Sistem klasifikasi bahaya GHS sangatlah berbeda dengan beberapa sistem klasifikasi yang sudah diterapkan di beberapa negara di dunia seperti EU /
UN / Japan / dll. Penyeragaman sistem klasifikasi bahaya GHS akan menghilangkan berbagai perbedaan mendasar yang selama ini terjadi di berbagai
belahan dunia yang mengakibatkan perbedaan pandangan dalam hal klasifikai bahaya bahan kimia. Berikut adalah contoh perbedaan klasifikasi
tersebut :
Sebelum harmonisasi ini dicanangkan, berdasarkan EU nilai cut-off toksisitas akut untuk Kategori 1 memiliki nilai LD 50 25 mg/kg (oral), sementara di
USA menggunakan 50 mg/kg. Hasilnya semua bahan kimia antara 25 dan 50 mg/kg diklasifikasikan secara berbeda. Berikut grafik perbandingan
antar klasifikasi:
Sementara untuk standar GHS, Toksisitas Akut Kategori 1 memiliki nilai LD50 ≤ 5 seperti terlihat pada grafik berikut dibawah ini.
4 of 11 3/5/2020, 8:35 AM
Material Safety Data Sheet http://www.kelair.bppt.go.id/sib3popv25/Iptek/MSDS/msdsinfo.htm
Grafik diatas menunjukkan perbedaan Klasifikasi Toksisitas Akut (LD50 Oral Rat)antar sistem klasifikasi yang ada saat ini dibandingkan dengan
sistem GHS.
Sementara untuk penentuan kategori flamabilitas, GHS memiliki kriteria sendiri yang berbeda dibandingkan dengan beberapa sistem klasifikasi yang
ada. Berikut adalah grafik perbandingan klasifikasi kategori untuk flamabilitas berdasarkan GHS dan beberapa sistem klasifikasi lain.
5 of 11 3/5/2020, 8:35 AM
Material Safety Data Sheet http://www.kelair.bppt.go.id/sib3popv25/Iptek/MSDS/msdsinfo.htm
Perubahan terhadap format MSDS sebenarnya tidak terlalu signifikan dikarenakan Indonesia sudah menerapkan sistem format MSDS menggunakan 16
sections / bagian yang dimandatkan melalui Kepmenaker No 187 tahun 1999. Perubahan signifikan akan terjadi pada sistem klasifikasi bahaya beserta
simbol / piktogram yang akan digunakan dimana standar GHS akan diadopsi secara menyeluruh oleh berbagai instansi terkait.
6 of 11 3/5/2020, 8:35 AM
Material Safety Data Sheet http://www.kelair.bppt.go.id/sib3popv25/Iptek/MSDS/msdsinfo.htm
Penjelasan implementasi MSDS berdasarkan GHS per sections akan dijabarkan sebagai berikut:
Berisikan informasi mengenai nama bahan kimia / nama lain dari bahan. Juga berisi nama perusahaan / supplier pembuat / penyalur
bahan kimia terkait, alamat perusahaan lengkap, nomor telepon beserta nomor telepon darurat / emergensi yang dapat dihubungi pada
saat terjadi kecelakaan menyangkut bahan kimia terkait.
2. Identifikasi Bahaya
GHS menempatkan Bagian 2 yaitu Informasi mengenai Bahaya dari bahan kimia dan menempatkan informasi komposisi bahan
setelahnya dikarenakan pekerja dan perusahaan lebih membutuhkan informasi bahaya dibandingkan dengan informasi kandungan /
komposisi bahan, oleh karenanya format MSDS GHS menempatkan informasi Identifikasi Bahaya terlebih dahulu dibandingkan informasi
Komposisi Bahan. Oleh sebab itu untuk aplikasi di Indonesia, revisi Kepmenaker
No 187/1999 dan peraturan terkait lainnya hanya memerlukan sedikit perubahan menyangkut perubahan Format MSDS dan Simbol bahaya yang
digunakan. Sections 2 juga berisikan klasifikasi bahaya dari zat atau campuran bahan kimia. Selain itu juga sections ini menyertakan penampilan label
/ simbol bahaya termasuk pernyataan kehati-hatian dari bahan tersebut. Implementasi GHS juga akan memandatkan penggunaan simbol / piktogram
sesuai standar GHS, artinya Indonesia juga akan menggunakan dan memiliki standar dalam hal simbol bahaya. Adapun simbol yang digunakan di
Indonesia umumnya mengadopsi dari beberapa standar seperti EU. Berikut contoh simbol yang umum digunakan saat ini:
Sedangkan pada saatnya GHS diimplementasikan secara menyeluruh maka Indonesia akan mengadopsi simbol / piktogram GHS. Simbol / piktogram
GHS sangat mudah difahami dan memiliki standar pewarnaan yang sangat mudah dikenali. Hal ini akan membantu pekerja / konsumen dalam
mengidentifikasi bahaya yang ada beserta perlindungan apa saja yang harus digunakan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait.
Penjelasan klasifikasi dari masing-masing simbol bahaya GHS adalah sbb:
1 Eksplosif
4 Gas Pengoksidasi
5 Gas Bertekanan
7 of 11 3/5/2020, 8:35 AM
Material Safety Data Sheet http://www.kelair.bppt.go.id/sib3popv25/Iptek/MSDS/msdsinfo.htm
10 Padatan Piroporik
12 Bahan Yang Apabila Kontak Dengan Air Menyebabkan Gas Mudah Menyala
13 Cairan Pengoksidasi
14 Padatan Pengoksidasi
15 Peroksida Organik
17 Toksisitas Akut
8 of 11 3/5/2020, 8:35 AM
Material Safety Data Sheet http://www.kelair.bppt.go.id/sib3popv25/Iptek/MSDS/msdsinfo.htm
22 Karsinogenitas
26 Bahaya Aspirasi
3. Komposisi Bahan
Komposisi dari bahan kimia menyertakan nama, CAS number, sinonim, impurities dan konsentrasi bahan dalam campuran, zat aditif
penyetabil bahan kimia beserta identifikasi unik lainnya harus dimasukkan dan ditempatkan pada sections 3 dari GHS MSDS.
4. Tindakan P3K
Penjelasan mengenai tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) harus dimasukkan di sections ini, hal ini termasuk efek /
gejala apa yang biasanya terjadi pada saat terjadi kecelakaan, apakah gejalanya akut atau tertunda. Masukkan informasi mengenai
tindakan medis apa yang harus segera dilakukan dan perawatan yang dibutuhkan untuk menolong korban kecelakaan.
Kebakaran menyangkut bahan kimia sangat selektif dan memerlukan tindakan khusus dalam penanganannya. Dalam sections 5
dimasukkan informasi mengenai jenis media pemadam yang cocok untuk memadamkan kebakaran, bahaya spesifik apa yang
ditimbulkan oleh terbakarnya bahan kimia tersebut, dan alat pelindung diri apa yang harus dikenakan oleh petugas pemadam dan
peringatan mengenai bahaya yang mungkin terjadi kemudian.
Informasi mengenai peringatan bagi individu beserta alat pelindung diri dan prosedur tanggap darurat terkait dengan terjadinya
tumpahan dan kebocoran bahan kimia ditempatkan pada sections 6. Peringatan bahaya terhadap lingkungan hidup sebagai akibat dari
tumpahan dan kebocoran tersebut juga disertakan pada sections ini. Metode dan bahan yang digunakan untuk menampung serta
membersihkan tumpahan dan kebocoran harus dijelaskan pada sections ini. Jarak evakuasi jika terjadi kebocoran juga dimasukkan
kedalam sections ini.
9 of 11 3/5/2020, 8:35 AM
Material Safety Data Sheet http://www.kelair.bppt.go.id/sib3popv25/Iptek/MSDS/msdsinfo.htm
Berisikan mengenai informasi penanganan dan penyimpanan yang aman dan sesuai dengan petunjuk peraturan. Informasi mengenai
kondisi yang aman dalam hal penyimpanan beserta petunjuk inkompatabilitas/ketidaksesuaian dari bahan kimia yang ditempatkan harus
dimasukkan dalam sections ini. Petunjuk inkompatabailitas bisa mengacu kepada Tabel Chemical Reactivity Sheet.
Pemaparan bahan kimia terhadap manusia dan lingkungan memerlukan pengendalian khusus dalam hal ini parameter apa saja yang
harus dikendalikan harus dimasukkan kedalam sections 8 dari MSDS. Pengendalian engineering yang cocok untuk meminimalisasi
pemaparan juga harus disertakan. Tindakan perlindungan terhadap individu juga harus dimasukkan yang antara lain berisikan petunjuk
Alat Pelindung Diri yang sesuai dan yang paling cocok digunakan untuk mengontrol dan meminimalisasi resiko terhadap bahaya
pemaparan. Sementara untuk Nilai Ambang Batas (NAB), saat ini masih dibicarakan mengenai NAB Global berdasarkan GHS, namun
negara masih boleh memasukkan standar NAB berdasarkan standar yang ada pada negara masing-masing.
Informasi mengenai sifat fisika dan kimiawi dari bahan kimia sangat esensial sifatnya dan dibutuhkan untuk mengontrol penanganan dan
penyimpanan bahan kimia terkait. Sections 9 menempatkan informasi tersebut yang antara lain berisikan:
• Penampakan
• Bau
• Titik Leleh / Beku
• pH
• Titik Nyala
• Laju Penguapan
• Flamabilitas (padatan, gas)
• Batas bawah / atas dari flamabilitas atau ledakan
• Tekanan Uap
• Densitas Relatif
• Viskositas
• dll
Pada sections ini, MSDS harus berisikan informasi mengenai reaktifitas dan stabilitas dari bahan. Hal ini termasuk kemungkinan
terjadinya reaksi berbahaya yang tidak diinginkan beserta kondisi yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
Petunjuk mengenai bahan apa saja yang tidak cocok / inkompatibel untuk ditempatkan secara bersamaan dengan bahan tersebut harus
dijelaskan dan dimasukkan dalam sections ini. Bahaya dekomposisi dari produk / bahan juga harus dimasukkan sebagai sumber
informasi esensial tambahan.
Menyediakan semua data menegenai bahaya kesehatan yang tercakup oleh GHS termasuk dalam hal ini antara lain:
Jika data untuk bahaya dimaksud tsb tidak terdapat, sebaiknya dituliskan di SDS dengan pernyataan bahwa data yang dimaksud tidak terdapat.
Berisikan informasi dan data-data terkait dengan Ekologi / Lingkungan Hidup seperti Toksisitas, degradabilitas dan persistance, potensi
bioakumulasi, pergerakan di dalam tanah, dan informasi efek samping lainnya.
Limbah dari produk bahan kimia harus diolah secara baik dan benar. Sections 13 dari MSDS GHS mewajibkan tersedianya informasi yang
cukup mengenai metoda pengolahan limbah beserta tata caranya.
Antara lain berisikan UN Number, Nama pengiriman bahan yang sesuai peraturan UN, Kelas Bahaya Transportasi beserta Label dan
Simbol yang diperlukan, Grup Kemasan, Bahaya Lingkungan Hidup, Petunjuk peringatan khusus bagi pengguna.
Sections ini antara lain berisikan peraturan perundangan yang terkait yang tidak disediakan pada sections lain dari MSDS. Peraturan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Lingkungan Hidup spesifik untuk bahan kimia yang masih dipertanyakan.
Selain simbol / piktogram diatas, GHS juga mengembangkan simbol untuk Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan pada saat bekerja dengan bahan
10 of 11 3/5/2020, 8:35 AM
Material Safety Data Sheet http://www.kelair.bppt.go.id/sib3popv25/Iptek/MSDS/msdsinfo.htm
kimia terkait, simbol tersebut berbentuk lingkaran berwarna dasar biru dengan gambar APD yang sesuai untuk mengurangi resiko terhadap bahaya
pemaparan bahan kimia. Berikut adalah beberapa contoh Simbol APD versi GHS yang digunakan pada label / penandaan bahan kimia:
Gunakan Alas Kaki atau Gunakan Pelindung Gunakan Masker / Gunakan Kacamata /
Gunakan Sarung Tangan
Sepatu Bot Wajah / Face Shield Respirator googles
Implementasi GHS yang akan mempengaruhi MSDS selain hal diatas adalah penerapan bahasa lokal baik untuk MSDS maupun Label / Penandaan.
Penerapan GHS akan mewajibkan setiap MSDS dan Label terdapat dalam 2 bahasa yaitu bahasa lokal dan bahasa Internasional / Inggris. Penerapan
ini sangat penting karena tujuan GHS adalah untuk melindungi umat manusia dan lingkungan hidup dari bahaya bahan kimia, sehingga penting untuk
memandatkan seluruh sistem agar terdapat dalam bahasa lokal, hal ini agar memudahkan dalam hal mengerti dan memahami isi dan kandungan dari
MSDS dan Label yang terdapat pada bahan kimia.
Oleh karena itu, penterjemahan guide GHS atau yang kita kenal dengan nama Purple Book sangatlah penting karena GHS Purple Book akan menjadi
acuan dalam penentuan klasifikasi bahaya beserta kategorinya, pembuatan MSDS, Label, dll. Diharapkan agar pemerintahan dapat segera
merampungkan penterjemahan Purple Book ke GHS ke dalam bahasa Indonesia secara penuh dan mensosialisasikannya kepada pihak terkait. Oleh
karena itu, sebaiknya hasil terjemahan purple book GHS dapat tersedia di berbagai situs pemerintahan seperti Depnaker, Badan POM, dll untuk di
download oleh pengguna lokal selain juga disosialisasikan dalam bentuk hard cover.
Penting untuk diketahui bahwa penerapan GHS tidak akan mempengaruhi sistem penandaan transportasi yang sudah terlebih dahulu ada yaitu UN-
RTDG, IATA, IMDG, dll. Sistem penandaan transportasi sudah terlebih dahulu diseragamkan dan distandardisasi sebelum isu GHS diangkat sehingga
GHS hanya akan mempengaruhi sistem penandaan pada produk atau kemasan dari produk tanpa mempengaruhi penandaan pada kendaraan / alat
transportasi yang akan mengirimkan atau membawa bahan kimia.
Kedua sistem ini, baik GHS maupun DG Transport Standards akan berdiri sendiri-sendiri namun tetap memiliki keterkaitan antar satu dengan yang
lainnya.
Sumber :
Dimas Satya Lesmana, "MSDS dan Implementasinya berdasarkan GHS", Chemwatch / Chemcare Asia
Anonymous, (2004) “GHS – Purple Book”, United Nations.
Anonymous, (2004) “Implementation and Maintenance of GHS” Chapter 29, United Nations.
Anonymous, (2004) “How GHS Fits Into Chemical Safety” United Nations.
Anonymous, (2004) “Survey of Asia-Pacific Countries Regarding GHS Implementation: Draft Report” Seventh Meeting of the UNITAR/ILO GHS
Capacity Building Programme Advisory Group (PAG)
Arai, K., (2001) “The Globally Harmonized System (GHS) for Hazards Classification and Labelling”, www.jcia-net.or.jp
Santoso, G., (2004) “Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja”, Penerbit: Prestasi Pustaka.
www.osha.gov/SLTC/hazardcommunications/global.html
http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/presentation_e.html
http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/pictograms.html
http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/implementation_e.html#Indonesia
11 of 11 3/5/2020, 8:35 AM