Anda di halaman 1dari 20

Prodi d3 anafarma polkesma

Modul
K3 & promkes
MODUL 2
Video simulasi praktek pembuatan poster:
1. Membuat poster dengan Ms.Word
https://www.youtube.com/watch?v=IhblTqnk-G8
2. Membuat poster dengan Ms.Powerpoint
https://www.youtube.com/watch?v=Hd1PnLDApgI
3. Membuat poster dengan Coreldraw
https://www.youtube.com/watch?v=UFJR8Z71_UI
4. Membuat poster dengan Photoshop
https://www.youtube.com/watch?v=Sws5r-6i-N0
5. Membuat poster dengan Canva
https://www.youtube.com/watch?v=qd0MpgcAbDw

36
PERCOBAAN 5

PEMBUATAN POSTER PROMOSI KESEHATAN

I. Tujuan :
Membuat promosi kesehatan dalam bentuk poster dengan tema :
a. Pengaruh zat kimia terhadap lingkungan
b. Cara pengolahan limbah B

II. Dasar Teori :


a. Pengaruh zat kimia terhadap lingkungan
Saat mengelola bahan kimia laboratorium, tidak semua risiko bisa
ditiadakan. Namun, keselamatan dan keamanan laboratorium ditingkatkan
melalui penilaian risiko berdasarkan informasi dan pengelolaan risiko yang
cermat. Pengelolaan masa pakai bahan kimia yang cermat tidak hanya
meminimalkan risiko terhadap manusia dan lingkungan, tetapi juga
mengurangi biaya. Untuk mencegah limbah, ikuti strategi berikut:

1. Pikirkan cara penggunaan produk reaksi dan buat sejumlah keperluan saja.
2. Pikirkan biaya pembuatan dan penyimpanan bahan yang tidak dibutuhkan.

Prinsip Bahan Kimia Ramah Lingkungan


1. Cegah limbah. Rancang sintesis kimia yang tidak menyisakan limbah apa pun
yang harus diolah atau dibersihkan.
2. Rancang bahan kimia dan produk yang lebih aman. Rancang produk kimia
yang sangat efektif, namun hanya mengandung sedikit racun atau tidak sama
sekali.
3.Rancang sintesis bahan kimia yang tidak terlalu berbahaya.
4. Rancang sintesis untuk menggunakan dan menghasilkan zat dengan toksisitas
rendah atau tidak beracun sama sekali bagi manusia dan lingkungan.
5.Gunakan bahan mentah yang dapat diperbarui.
6. Gunakan katalis, bukan reagen stoikiometrik. Katalis digunakan dalam jumlah
kecil dan dapat melakukan reaksi tunggal beberapa kali.
7.Hindari derivatif kimia.
8. Maksimalkan ekonomi atom. Rancang sintesis sehingga produk akhir
mengandung proporsi maksimal bahan awal.
9. Gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang lebih aman.
10. Meningkatkan efisiensi energi.
11. Rancang bahan kimia dan produk agar terurai setelah digunakan.

b. Cara pengolahan limbah B3


Dasar hukum yaitu Kep-03/Bapedal/09/1995 pengolahan limbah B3 yaitu:
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk
mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya
dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun
dan/atau memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang).

Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara:


1.Pengolahan fisika dan kimia
2.Stabilisasi/solidifikasi,
3.Insenerasi

Proses pengolahan secara fisika dan kimia bertujuan untuk mengurangi


daya racun limbah B3 dan/atau menghilangkan sifat/karakteristik limbah B3 dari
berbahaya menjadi tidak berbahaya. Proses pengolahan secara
stabilisasi/solidifikasi bertujuan untuk mengubah bentuk fisik dan kimiawi limbah
B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat B3 agar pergerakan senyawa B3
ini terhambat atau terbatasi.
Sedangkan proses pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk
menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang
tidak mengandung B3 dengan cara pembakaran.
Gambar 1. Contoh Poster

LAPORAN PRAKTIKUM
Buatlah poster dengan memilih salah satu tema :
a. Pengaruh zat kimia terhadap lingkungan
b. Cara pengolahan limbah B3
PERCOBAAN 6
PEMBUATAN POSTER PROMOSI KESEHATAN

I. Tujuan :

Membuat promosi kesehatan dalam bentuk poster dengan tema :


a. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak.
b. Bahan beracun, korosif dan kaustik
c. Bahaya radiasi

II. Dasar Teori

a. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar


atau meledak.

Zat yang mudah terbakar adalah zat yang mudah memantik api dan
terbakar di udara. Zat tersebut dapat berbentuk padat, cair, atau uap. Untuk
menggunakan zat yang dapat menyebabkan kebakaran dengan benar diperlukan
pengetahuan tentang kecenderungan bahan ini untuk menguap, memantik api atau
terbakar dalam berbagai kondisi di laboratorium.

Terdapat karakteristik tertentu yang membuat zat menjadi lebih mudah


terbakar. Titik nyala: Titik nyala adalah suhu terendah di mana cairan memiliki
tekanan uap cukup untuk membentuk campuran yang dapat menyala dengan udara
di sekitar permukaan cairan. Ingat bahwa banyak cairan organik biasa memiliki
titik nyala di bawah suhu ruang. Derajat bahaya yang terkait dengan cairan yang
mudah terbakar juga tergantung pada sifat lainnya, seperti titik penyulutan dan
titik didihnya.
Suhu penyulutan: Suhu penyalaan zat baik padat, cair, maupun gas adalah
suhu minimal yang diperlukan untuk memulai atau menyebabkan terjadinya
pembakaran mandiri tanpa tergantung sumber panas. Semakin rendah
suhupenyulutan, semakin besar potensi terjadinya kebakaran yang dipicu oleh
peralatan laboratorium biasa.
Batas kemudahbakaran: Masing-masing gas dan cairan (sebagai uap) yang
mudah terbakar memiliki dua batas kemudahbakaran yang cukup jelas dan yang
menunjukkan kisaran konsentrasi bahan kimia dalam campuran udara yang akan
menghasilkan api dan menyebabkan ledakan.

– Ambang ledakan bawah (lower explosive limit - LEL) adalah konsentrasi


minimal (uap) bahan bakar di udara (persen per volume) di mana api dihasilkan
jika ada sumber penyulutan.

– Ambang ledakan atas (upper explosive limit - UEL) adalah konsentrasi


maksimal uap di udara (persen per volume) di mana api akan dihasilkan, tetapi api
tidak dapat dihasilkan apabila tingkat konsentrasi lebih tinggi daripada
konsentrasi maksimal ini.

Untuk menghindari kecelakaan serius saat bahan yang sangat reaktif


(mudah meledak) digunakan, perhatikan hal-hal tersebut dibawah ini :

1. Gunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah minimal dengan perlindungan


dan pelindung diri yang memadai.
2. Siapkan peralatan darurat.
3. Rakit semua peranti sedemikian rupa sehingga jika reaksi mulai berjalan di
luar kendali, pelepasan sumber panas, pendinginan bejana reaksi, penghentian
penambahan reagen dan penutupan pintu geser tudung kimia laboratorium
dapat dilakukan dengan segera.

4. Jika reaksi berjalan diluar rencana, batasi akses ke area hingga reaksi dapat
dikendalikan. Pertimbangkan kendali pengoperasian jarak jauh.
Beri pendingin dan permukaan cukup untuk pertukaran panas sehingga
memungkinkan pengendalian reaksi. Bahan kimia yang sangat reaktif memicu
reaksi dengan kecepatan yang meningkat sangat cepat seiring meningkatkanya
suhu. Jika panas yang dihasilkan tidak dihilangkan kecepatan reaksi
meningkat hingga terjadi ledakan. Hal ini sangat menjadi masalah saat
meningkatkan skala eksperimen.

6. Hindari konsentrasi larutan berlebih, terutama saat rekasi dicoba atau


dinaikkan skalanya untuk pertama kali. Beri perhatian secara khusus pada
tingkat penambahan reagen terhadap tingkat konsumsinya, teutama jika reaksi
dipengaruhi perode induksi.

7. Ikuti prosedur penyimpanan, penanganan dan pembuangan khusus untuk


reaksi skala besar dengan organometalik dan reaksi yang menghasilkan bahan
mudah terbakar atau dilakukan dalam pelarut yang mudah terbakaR.

Gambar 2. Contoh Poster 2

b. Bahan beracun, korosif dan kaustik


Toksisitas akut adalah kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan efek
berbahaya setelah pemaparan satu kali. Bahan beracun akut dapat menyebabkan
efek racun lokal, efek racun sistemik ataupun keduanya.
Iritan adalah bahan kimia non-korosif yang memiliki efek peradangan
(pembengkakan dan kemerahan) Beri perhatian khusus MSDS dan sumber
informasi lainnya tentang bahan kimia iritan. Berbagai bahan kimia organik dan
anorganik bersifat iritan, seperti silil halida dan hydrogen selenida. Lakukan
beberapa langkah untuk meminimalkan kontak kulit dan mata dengan semua
bahan kimia reagen di dalam laboratorium.

Zat korosif adalah zat padat, cair atau gas yang dapat merusak jaringan hidup
dengan tindakan kimia di tempat yang mengalami kontak. Efek korosif tidak
hanya terjadi di kulit dan mata, tetapi juga di saluran pernapasan dan bila
termakan dapat merusak saluran cerna. Zat korosif umum yang ditemukan di
banyak lab antara lain ammonia, hidrogen peroksida, bromine, asam nitrat, klorin,
nitrogen dioksida, fenol, asam hidroklorat, fosfor dsb.

Saat merencanakan eksperimen yang melibatkan zat korosif, kaji praktik


penanganan dasar untuk memastikan bahwa kulit, wajah, dan mata cukup
terlindung. Pilih sarung tangan tahan-korosi serta pakaian dan penutup mata
pelindung yang tepat, termasuk, dalam beberapa kasus, pelindung wajah.

Gambar 3. Contoh Poster 3


c. Bahaya Radiasi

Di kebanyakan laboratorium jumlah isotop dan intensitas bahan radioaktif


digunakan untuk penelitian atau pengajaran agar tidak menimbulkan risiko serius
terhadap individu atau masyarakat. Namun, ada sebagian bahan dan peralatan
yang menimbulkan risiko tinggi. Bahkan bahan berisiko rendah sekali pun juga
dapat menimbulkan masalah.

Setiap personil yang akan bekerja dengan menggunakan zat radioktif harus
mengetahui dan mengerti tentang keselamatan kerja terhadap radiasi pengion.
Personil yang akan bekerja dengan sumber radiasi atau di area radiasi harus
membaca dan memahami beberapa dokumen standart.

Penggunaan bahan radioaktif dikendalikan mulai dari awal keberadaannya


sampai ke pembuangannya sebagai limbah. Peraturan keselamatan mengharuskan
setiap pengguna bahan radioaktif untuk menempelkan label terhadap wadah,
pembungkus bahan radioaktif, atau sumber radiasi. Label yang ditempel harus
mudah dilihat dan bertuliskan jelas seperti: “HATI-HATI ZAT RADIOAKTIF”.
Yakinkan bahwa label peringatan radioaktif ditempel pada sisi wadah, bungkusan
atau tempat yang mudah terlihat dari sudut manapun. Jika memungkinkan label
harus dilengkapi informasi yang cukup dan jelas, seperti: Jenis radionuklida,
Perkiraan aktivitas, dan tanggal. Sehingga diharapkan dengan adanya informasi
yang cukup akan mencegah orang lain yang tidak tahu terkena paparan radiasi
yang berlebih.

Terakhir, label harus dilepaskan apabila wadahnya sudah kosong dari bahan
radioaktif, dan apabila tidak terkontaminasi dapat dibuang sebagai limbah non-
aktif, sebaliknya apabila terkontaminasi buanglah pada tempat limbah aktif.
Apabila akan bekerja menggunakan sumber atau di area radiasi diluar jam kerja,
harus seijin penanggung jawab ruangan atau atasannya.
LAPORAN PRAKTIKUM
Buatlah poster dengan memilih salah satu tema :

a. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak.
b. Bahan beracun, korosif dan kaustik
c. Bahaya radiasi
PERCOBAAN 7 dan 8

PEMBUATAN POSTER PROMOSI KESEHATAN

I. Tujuan :
Membuat promosi kesehatan dalam bentuk poster dengan tema :
P3K untuk luka bakar, syok akibat aliran listrik, luka sayat akibat alat gelas,
bahaya infeksi dari kuman.

II. Dasar Teori :

a. Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk
penanganannya pun tinggi.

Pertolongan Pertama Pada Pasien Dengan Luka Bakar

a Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala

b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang menutupi luka bakar.
Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.
b. Syok akibat aliran listrik

Tubuh manusia merupakan penghantar listrik yang baik. Cedera akibat listrik
adalah kerusakan yang terjadi akibat arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh
manusia yang membakar jaringan atau mengganggu fungsi suatu organ. Cedera
akibat listrik dapat tampak seperti luka lecet ringan pada kulit, tetapi akibatnya
pada organ dalam dapat sangat berat, terutama pada jantung, otak, dan otot.
Pertolongan pertama akibat aliran listrik dapat dilakukan dengan :

1. Matikan Sumber Listrik

Hal pertama yang harus anda lakukan untuk menolong orang yang
tersengat listrik adalah mematikan sumber listrik tersebut.

2. Jangan coba-coba untuk menyentuh pasien bila sumber listrik belum


dimatikan karena anda juga dapat ikut tersengat listrik.

3. Jika sumber listrik tidak ditemukan atau tidak dapat dimatikan, maka
gunakanlah benda-benda yang tidak dapat menghantarkan listrik seperti
kayu atau karet untuk memegang dan melepaskan orang yang tersengat
dari sumber listrik.

4. Jangan menggunakan benda-benda yang basah atau terbuat dari logam


untuk menolong orang tersebut.

5. Penolong sebaiknya menggunakan alas kaki yang terbuat dari karet atau
berdiri di atas alas yang terbuat dari karet atau kertas sebelum menolong
orang yang tersengat listrik. Akan tetapi, jika orang tersebut mengalami
sengatan listrik tegangan tinggi, maka sebaiknya jangan coba-coba
menolong atau mendekati orang tersebut.

6. Buka Pakaian. Bila orang yang tersengat listrik mengalami luka bakar,
segera buka semua pakaian yang mudah dilepaskan dari orang tersebut
kemudian siramlah dengan air panas untuk mengurangi nyeri dan
menghentikan pembakaran tubuh akibat panas listrik.
7. Periksa Secara Menyeluruh
Jika orang yang tersengat listrik pingsan, tampak pucat, atau terdapat
tanda-tanda syok; baringkan orang tersebut dengan posisi kepala lebih
rendah dari badan dan angkat kedua kaki. Cedera akibat listrik terutama
tegangan tinggi seringkali menyebabkan orang yang tersengat terpental
atau terjatuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya berbagai cedera
tambahan di luar cedera yang terjadi akibat listrik. Oleh karena itu,
jangan mencoba untuk memindahkan orang tersebut atau menggerakkan
kepalanya bila diduga terjadi patah tulang leher ataupun tulang belakang.
Bawa orang yang tersengat listrik ke tempat yang aman, kemudian
periksalah nadi dan napasnya. Bila terjadi henti napas maupun henti
jantung, segera lakukan tindakan resusitasi jantung paru. Selain itu,
periksalah cedera lainnya yang mungkin terjadi, seperti patah tulang
maupun dislokasi tulang.
8. Berikan Cairan. Cedera akibat listrik seringkali menyebabkan kerusakan
otot yang luas. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal akut.
Untuk mencegah hal ini, berikan banyak cairan kepada orang yang
tersengat listrik.

c. Luka sayat akibat alat gelas


Di dalam sebuah laboratorium, banyak terdapat alat-alat gelas.
Contohnya: gelas ukur, pipet ukur, buret, erlenmeyer, dan alat-alat gelas
lainnya. Di samping mempunyai kegunaan yang berbeda-beda, alat-alat
gelas tersebut juga dapat menimbulkan bahaya. Pecahannya dapat
menyebabkan luka, mulai dari luka ringan sampai berat, kecacatan, bahkan
kematian.
Oleh karena bahaya yang dapat ditimbulkannya itu, perlu dilakukan
penanganan dan pencegahan dengan memberikan pertolongan pertama pada
kecelakaan.

Bila lukanya kecil dan darah tidak banyak keluar:

1) Bersihkan luka dengan air hangat/NaCl.

2) Jika terdapat pecahan pada kulit segera gunakanlah pinset dan kapas yang
steril untuk mengambilnya.

3) Bersihkan dengan antiseptik.

4) Tutup luka dengan kain kasa steril atau plester.

5) Bila perlu dijahit, segeralah pergi ke rumah sakit. Jika darah banyak keluar:

1) Hentikan dahulu pendarahan sebelum pertolongan selanjutnya diberikan.


Lakukan penekanan daerah luka dengan kasa.

2) Jika luka terjadi pada anggota tubuh, penekanan dilakukan pada titik-titik
penekanan yaitu lengan bagian atas atau paha bagian bawah.

3) Ikatan pada daerah luka jangan terlalu kuat.

Pencegahan Terjadinya Luka Akibat Pecahan Alat-Alat Gelas


Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain:

1) Gunakan alat pelindung diri (APD) sebelum dan selama bekerja dengan baik
dan benar.

2) Gunakan jas lab, sepatu, sarung tangan, pelindung mata/google (jika perlu).
3) Berhati-hati dalam mengambil dan menggunakan alat gelas.

4) Tidak meletakkan alat-alat gelas di sembarang tempat, untuk menghindari


terjatuh, tertendang, tersenggol yang dapat mengakibatkan alat-alat gelas
tersebut pecah dan membahayakan orang.

5) Pecahan alat-alat gelas jangan dibiarkan berserakan, tetapi dimasukkan dan


dikumpulkan ke dalam kantong plastik, dan ditampung pada tempat sampah
yang dianjurkan.

6) Jangan pernah menangani pecahan gelas dengan tangan. Gunakan sapu dan
pengki untuk membersihkan pecahan gelas. Letakkan pecahan gelas di dalam
wadah khusus untuk pembuangan.

7) Perhatikan peralatan gelas sebelum pemakaian. Jangan pernah menggunakan


peralatan gelas yang pecah, retak, atau kotor.

8) Jangan mencuci peralatan gelas yang panas di dalam air dingin. Peralatan
gelas mungkin dapat pecah.

9) Jangan meletakkan alat-alat gelas pada tempat/meja yang miring, karena dapat
jatuh dan pecah, akhirnya membahayakan.

Jangan meletakkan alat-alat gelas disamping alat-alat yang dapat menimbulkan


getaran, karena dapat menyebabkan alat-alat gelas tersebut berpindah tempat,
menggelinding, jatuh, akhirnya pecah dan membahayakan.

10)Jangan menyimpan alat-alat gelas pada lemari yang terlalu penuh dan terlalu
tinggi/sulit untuk dijangkau.
d. Bahaya infeksi dari kuman

Kondisi luka yang terinfeksi ternyata bergantung pada beberapa faktor,


yaitu tipe bakteri yang menyerang, jenis, kedalaman, lokasi luka, aliran darah
pada luka, materi kontaminasi lain dan tingkat kekebalan tubuh terhadap serangan
kuman. Beberapa infeksi bisa menjadi berbahaya dan kita tidak selalu bergantung
pada antibiotik.

• Bersihkan tangan sebelum dan sesudah menyentuh luka menggunakan sabun


anti bakteri atau pembersih berbahan dasar alkohol.

• Bersihkan luka dengan aliran air dan basuh dengan Antiseptik Cair

• Perlahan keringkan kulit di sekitar luka

• Lindungi luka dengan menutup dan mengganti perban secara teratur

• Ingat, selalu bersihkan tangan Anda setelahnya

• Bila luka masih terus berdarah dan menunjukkan gejala infeksi yang semakin
buruk kemerahan dan bengkak), segera hubungi dokter.

LAPORAN PRAKTIKUM

Buatlah poster dengan memilih salah satu tema pada percobaan 7 :


A. P3K untuk luka bakar
B. P3K syok akibat aliran listrik

Buatlah poster dengan memilih salah satu tema pada percobaan 8 :

A. P3K luka sayat akibat alat gelas


B. P3K bahaya infeksi dari kuman
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, A.B., 2008, Kesehatan Kerja Bahan Kimia Di Industri, , Gama Prees, Yogyakarta,
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kesehatan dan Keselamatan Kerja disertai perundang-undangan
yang terkait, Nuansa Aulia, Jakarta
Rachmatiah, Indah dkk, 2016, Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja, GajahMada
University Press, Yogyakarta

Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kesehatan dan Keselamatan Kerja disertai perundang-undangan
yang terkait, Nuansa Aulia, Jakarta

40

Anda mungkin juga menyukai