Anda di halaman 1dari 30

MODUL 8

KEGIATAN BELAJAR 2

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM KIMIA

A. KONSEP

1. KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM KIMIA

Salah satu keterampilan yang harus dimiliki seorang Pengelola laboratorium


kimia adalah pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium.
Pada modul ini diperkenalkan cara untuk melakukan taksiran keselamatan kerja pada
setiap kegiatan laboratorium.
Salah satu keterampilan yang utama bagi seorang Pengelola laboratorium adalah
kemampuannya dalam melakukan penanganan bahan kimia dengan aman di
laboratorium dan sikap waspada dalam melindungi diri dari risiko terhadap diri
sendiri dan orang lain selama bekerja di laboratorium. Perhatian terhadap dampak
kegiatan laboratorium terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar menjadi bagian
penting dan dapat diminimalkan dengan selalu mengikuti pedoman dan instruksi
kerja. Agar tidak banyak menghasilkan limbah laboratorium, maka dapat dilakukan
upaya pengurangan volume kerja di laboratorium. Upaya lain adalah melakukan
sintesis multi-tahap pada setiap kegiatan praktikum yang dilakukan agar produk dari
kegiatan praktikum yang dihasilkan dapat digunakan juga sebagai bahan awal untuk
eksperimen berikutnya dalam rangka upaya penghematan bahan kimia.
Beberapa perundang-undangan, hukum, peraturan dan petunjuk teknis telah
diterbitkan oleh pemerintah untuk mengatur hampir semua bidang penanganan
terhadap bahan kimia dan peralatan berbahaya. Akan tetapi hal yang penting adalah
menanamkan kepedulian terhadap keselamatan yang dilandasi oleh pengetahun dasar
ilmu kimia agar terhindar dari kecelakaan di laboratorium. Statistik tahunan tentang
kecelakaan kerja menunjukkan bahwa kecelakaan sering disebabkan hanya karena
sedikit kasus seperti kerusakan instalasi teknis dan peralatan. Hampir pada banyak
kasus (sekitar 80 %) terjadi karena kesalahan manusia, dimana akibat kesenjangan
antara pengetahuan tentang risiko bahan berbahaya dan ketidakmengertian tentang
reaksi kimia menjadi faktor utama kecelakaan. Kecelakaan tidak jarang terjadi
karena sikap dan perilaku orang yang dapat terjadi karena bekerja dalam waktu lama
yang secara potensial akan menghasilkan metoda yang berbahaya dan berakibat

1 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

mengabaikan tingkat keselamatan.


Untuk itu sangat penting untuk memformulasikan instruksi kerja yang spesifik
pada setiap kegiatan di laboratorium. Petunjuk ini dapat dituliskan pada instruksi
kerja umum di laboratorium. Intruksi kerja ini mengandung beberapa aspek spesifik
tentang percobaan laboratorium secara umum dan ditambah dengan informasi-
informasi penting seperti berikut:
- Daftar semua bahan kimia yang digunakan di laboratorium termasuk frase R
(Risk) dan frase S atau Safety (perkecualian untuk senyawa-senyawa yang harus
dianalisis dalam eksperimen analisis, karena hal ini akan bertentangan dengan
tujuan pembelajaran)
- Manual kerja untuk semua peralatan yang ada di laboratorium jika tidak
diberikan pengarahannya secara lisan.
- Instruksi percobaan dan penanganan secara detail atau daftar referensi.
- Instruksi kerja untuk setiap kegiatan laboratorium ini harus dapat dibaca semua
siswa dan dapat dibawa siswa.
Bagi siswa yang baru pertama bekerja di laboratorium kimia haruslah
diperkenalkan cara bekerja yang aman sebelum kegiatan di laboratorium kimia. Hal
ini dapat dilakukan baik berupa tatap muka sebelum masuk laboratorium atau
pertemuan di kelas. Langkah selanjutnya siswa diperkenalkan kegiatan yang
melibatkan senyawa kimia berbahaya. Siswa diharapkan dapat menambah informasi
yang bermanfaat tentang instruksi kerja ini dari guru penanggungjawabnya.
Untuk keselamatan kerja di laboratorium sangatlah penting diperkenalkan
peralatan darurat yang dibutuhkan dan lokasi keberadaannya di laboratorium. Butir-
butir yang penting adalah :
- pintu darurat, jalur penyelamatan dari kebakaran dan jalur penyelamatan secara
umum
- sistem alarm, telepon, dan peralatan panggilan darurat lainnya
- alat pemadam kebakaran, alarm kebakaran dan jaket api
- masker pernafasan dan alat penyaring lainnya, shower keselamatan dan pencuci
mata
- kit untuk pertolongan pertama (P3K), ruangan pertolongan pertama, dan lokasi
kantor guru (untuk panggilan).
Hal yang dapat menjadi pertanyaan baik bagi semua siswa dan staf di
laboratorium adalah apabila terjadi kasus darurat berupa :

2 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

- Bahan kimia mana yang bersifat eksplosif (mudah meledak), toksik (beracun),
dan sangat mudah menyala.
- Siapa yang bertugas mematikan gas, air, listrik dan jalur penyuplai lainnya, serta
bagaimana caranya.
- Elevator dan lemari asam tidak digunakan jika terjadi kebakaran.
- Pemadam api harus selalu diisi ulang setiap periode waktu tertentu.
- Tabung gas silinder bertekanan tinggi harus dijaga dengan benar agar tidak
jatuh.
- Apakah arti “lindungi diri mu sendiri”
- Tindakan keselamatan yang mana yang harus diambil ketika terjadi kasus yang
serius
- Dimana informasi keselamatan dapat diperoleh ketika dibutuhkan.

Sebelum memulai eksperimen yang berbahaya, siswa yang bekerja berdekatan


juga harus ikut diperkenalkan dengan tingkat risiko dan keselamatan eksperimen
tersebut. Hal ini perlu jadi pertimbangan di laboratorium kimia jika beberapa siswa
bekerja pada lemari asam yang sama.

2. GAMBARAN UMUM UNTUK PERLINDUNGAN KESEHATAN PERSONAL

Beberapa butir prinsip yang harus diamati supaya menjamin perlindungan


kesehatan secara personal adalah :
- Saat bekerja di laboratorium, baju kerja yang nyaman harus selalu dikenakan.
Untuk beberapa eksperimen laboratorium biasa, cukup mengenakan jas
laboratorium berlengan panjang yang terbuat dari bahan tidak mudah meleleh
(disarankan dari katun atau kain campuran poliester dan katun). Jas
laboratorium tidak harus dikenakan di ruangan lain seperti ruang kuliah,
perpustakaan, ruang makan dan lain sebagainya supaya menghindari kontaminasi
dengan bahan kimia yang melekat.
- Sepatu yang stabil dan tertutup harus dikenakan.
- Selama bekerja di laboratorium, kacamata gelas dengan pelindung samping
(goggle) harus dikenakan.
- Saat menjalankan eksperimen, siswa tidak boleh meninggalkan laboratorium jika
suatu pengukuran yang kontinyu dibutuhkan dan tidak ada orang lain yang tahu

3 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

tentang eksperimen tersebut dan dapat menangani kegiatan tersebut. Pada kasus
eksperimen yang berbahaya, maka paling sedikit dua orang yang harus ada.
- Di area laboratorium, makanan atau barang konsumsi harus disimpan dan terkait
dengan risiko akibat adanya penggunaan wadah yang biasa digunakan untuk
makanan atau barang konsumsi, maka tidak boleh digunakan untuk menyimpan
bahan kimia, dan juga sebaliknya (makanan tidak boleh ditempatkan pada wadah
yang biasa digunakan untuk bahan kimia).
- Merokok tidak diijinkan di laboratorium terkait dengan risiko bahaya pernafasan
akibat rokok terkontaminasi seperti halnya dengan bahan makanan, dan terkait
dengan risiko percikan api dan ledakan dengan bahan kimia yang mudah
terbakar.

3. PENANGANAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN PEMBUANGANNYA

Selama penanganan bahan kimia berbahaya untuk setiap tingkat kontaminasi


atau ancaman bahaya dari seseorang dan lingkungan, maka peningkatan bahaya
secara prinsip harus dihindari. Agar menjamin bahwa setiap orang merasa penting
memperhatikan penanganan bahan kimia, maka haruslah memiliki pengetahuan yang
cukup pada hal-hal berikut :
- Bagaimana bahan kimia disimpan secara tepat ?
- Pada wadah mana yang cocok untuk menyimpan bahan kimia secara aman ?
- Pada kondisi seperti apa bahan kimia dapat ditempatkan pada lemari asam dan
bagaimana tingkat keselamatan yang harus diambil ?
- Bagaimana pencampuran bahan-bahan kimia (yang terkadang berbahaya) dapat
dihindari ?
- Bagaimana bahan kimia dapat dipindahkan tanpa ada risiko wadah yang pecah
dan kehilangan bahan kimia ?
- Bagaimana cara pemusnahan bahan kimia atau cara menghindari terjadi kontak
dengan kulit selama proses pemusnahan ?
- Apakah ukuran yang harus diambil jika bahan kimia terjatuh atau hilang akibat
berbagai cara ?
Peraturan yang ada sejauh ini tentang penanganan bahan kimia berbahaya telah
disusun oleh Chemical Acts (sebagai contoh : German ChemG). Hukum ini akan
melindungi orang yang beraktivitas dan lingkungan dari pengaruh bahaya sautu

4 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

senyawa kimia dan formulasinya, khususnya untuk mengidentifikasi pengaruh bahan


kimia, menyatakan secara tegas dan menghindari keberadaan bahan kimia berbahaya
tersebut. Chemical Acts akan menjamin bahwa suatu senyawa baru akan diuji untuk
setiap potensi bahayanya sebelum dikenalkan di pasaran. Sesuai dengan hasil
pengujian ini maka ukuran bahaya dari bahan akan ditentukan selama produksi dan
penggunaan bahan tersebut. Hasil dari pengujian akan menjadi dasar untuk pelabelan
senyawa yang berbahaya, seperti penentuan simbol bahaya, yang dapat memberi
petunjuk risiko khusus dan menentukan rekomendasi keselamatan.

Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dapat


dikategorikan sebagai berikut:
a. Bahan Kimia.
Meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat
reaktif, dan gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik
di laboratorium merupakan problem yang signifikan, baik karena sifatnya yang
berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya. Beberapa langkah
yang harus ditempuh dalam penanganan bahan kimia berbahaya meliputi
manajemen, cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan, keselamatan di
laboratorium, pengendalian dan pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi,
disposal, prosedur keadaan darurat, kesehatan pribadi para pekerja, dan
pelatihan. Bahan kimia dapat menyebabkan kecelakaan melalui pernafasan
(seperti gas beracun), serapan pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui
mulut untuk padatan dan cairan.
Bahan kimia berbahaya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu,
bahan kimia yang eksplosif (oksidator, logam aktif, hidrida, alkil logam, senyawa
tidak stabil secara termodinamika, gas yang mudah terbakar, dan uap yang
mudah terbakar). Bahan kimia yang korosif (asam anorganik kuat, asam
anorganik lemah, asam organik kuat, asam organik lemah, alkil kuat,
pengoksidasi, pelarut organik). Bahan kimia yang merusak paru-paru (asbes),
bahan kimia beracun, dan bahan kimia karsinogenik (memicu pertumbuhan sel
kanker), dan teratogenik.

b. Bahan-bahan Biologi.
Bakteri, jamur, virus, dan parasit merupakan bahan-bahan biologis yang
sering digunakan dalam skala laboratorium. Pada golongan ini bukan hanya
5 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
MODUL 8

organisme saja, tetapi juga semua bahan biokimia, termasuk di dalamnya gula
sederhana, asam amino, dan substrat yang digunakan dalam proses industri.
Penanganan dalam penyimpanan, proses, maupun pembuangan bahan biologis ini
perlu mendapatkan ketelitian dan kehati-hatian, mengingat gangguan
kontaminasi akibat organisme dapat menyebabkan kerusakan sel-sel tubuh yang
serius pada karyawan atau tenaga kerja.

c. Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan
kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor
yang harus diperhatikan antara lain:
1) Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan
melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
2) Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar
keamanan dari peralatan.
3) Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan
untuk menghindari kecelakaan kerja.
4) Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan pekerjaan yang
memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu
juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan peralatan
listrik.
5) Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak
membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan
tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
6) Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun
isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif dari bahan kimia dapat
menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.
7) Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak.
Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang
mudah terbakar.
8) Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada
bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan
mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida
(PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 oC. Karet silikon dapat

6 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

digunakan pada suhu –50 oC. Batas maksimum pengoperasian alat juga
penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil clorida dapat
digunakan sampai pada suhu 75 oC, sedangkan karet silikon dapat digunakan
sampai pada suhu 150 oC.

d. Ionisasi Radiasi
Walaupun ini tidak ada di laboratorium sekolah, tetapi untuk pengetahuan
dipandang perlu. Ionisasi radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-
ray difraksi atau radiasi internal yang digunakan oleh material radioaktif yang
dapat masuk ke dalam badan manusia melalui pernafasan, atau serapan melalui
kulit. Non-ionisasi radiasi seperti ultraviolet, infra merah, frekuensi radio, laser,
dan radiasi elektromagnetik dan medan magnet juga harus diperhatikan dan
dipertimbangkan sebagai sumber kecelakaan kerja.

e. Mekanik
Di laboratorium sekolah banyak pekerjaan mekanik seperti transportasi
bahan baku, penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara
manual, sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan kecelakaan
kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti helmet, sarung tangan, sepatu, dan
lain-lain perlu mendapatkan perhatian khusus dalam lingkup pekerjaan ini.

f. Api
Hampir semua laboratorium menggunakan bahan kimia dalam berbagai
variasi penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis.
Cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau industri
adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik
seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena,
heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti
dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets (MSDS).
Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan
kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk
disimpan secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau
tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah

7 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus
diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber
kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.

g. Petunjuk umum untuk menangani buangan sampah Laboratorium.


Semua bahan buangan atau sampah seharusnya dikumpulkan menurut jenis
bahan tersebut. Bahan-bahan tersebut ada yang dapat didaur ulang dan ada pula
yang tidak dapat didaur ulang. Bahan yang termasuk kelompok bahan
buangan/sampah yang dapat di daur ulang antara lain gelas, kaleng, botol
baterai, sisa-sisa konstruksi bangunan, sampah biologi seperti tanaman, buah-
buahan, kantong teh dan beberapa jenis bahan-bahan kimia. Sedangkan bahan-
bahan buangan yang tidak dapat didaur ulang atau yang sukar didaur ulang
seperti plastik hendaknya dihancurkan. Karena belum ada aturan yang jelas
dalam cara pembuangan jenis sampah di Indonesia, maka sebelum sampah
dibuang harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan pengurus atau pengelola
laboratorium yang bersangkutan.

h. Bahan-bahan buangan yang umum terdapat di laboratorium.


1) Fine chemicals
Fine chemicals hanya dapat dibuang ke saluran pembuangan atau tempat
sampah jika :
a) Tidak bereaksi dengan air.
b) Tidak eksplosif (mudah meledak).
c) Tidak bersifat radioaktif.
d) Tidak beracun.
e) Komposisinya diketahui jelas.

2) Larutan basa
Hanya larutan basa dari alkali hidroksida yang bebas sianida, ammoniak,
senyawa organik, minyak dan lemak dapat dibuang kesaluran pembuangan.
Sebelum dibuang larutan basa itu harus dinetralkan terlebih dahulu. Proses
penetralan dilakukan pada tempat yang disediakan dan dilakukan menurut
prosedur mutu laboratorium.

8 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

3) Larutan asam
Seperti juga larutan basa, larutan asam tidak boleh mengandung senyawa-
senyawa beracun dan berbahaya dan selain itu sebelum dibuang juga harus
dinetralkan pada tempat dan prosedur sesuai ketentuan laboratorium.

4) Pelarut.
Pelarut yang tidak dapat digunakan lagi dapat dibuang ke saluran
pembuangan jika tidak mengandung halogen (bebas Fluor, Clorida, Bromida, dan
Iodida). Jika diperlukan dapat dinetralkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke
saluran air keluar. Untuk pelarut yang mengandung halogen seperti kloroform
(CHCl3) sebelum dibuang harus dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan
pengurus atau pengelola laboratorium tempat dimana bahan tersebut akan
dibuang.

5) Bahan mengandung merkuri.


Untuk bahan yang mengandung merkuri (seperti pecahan termometer
merkuri, manometer, pompa merkuri, dan sebagainya) pembuangan harus ekstra
hati-hati. Perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan pengurus atau
pengelola laboratorium sebelum bahan tersebut dibuang.

6) Bahan radiokatif.
Sampah radioaktif memerlukan penanganan yang khusus. Otoritas yang
berwenang dalam pengelolaan sampah radioaktif di Indonesia adalah Badan
Tenaga Atom Nasional (BATAN).

7) Air pembilas.
Air pembilas harus bebas merkuri, sianida, amoniak, minyak, lemak, dan
bahan beracun serta bahan berbahaya lainnya sebelum dibuang ke saluran
pembuangan keluar.

4. PENYIMPANAN BAHAN KIMIA DAN ALAT

Bahan kimia harus disimpan dalam kemasan asli dari produsen, jika
memungkinkan, mengingat label kemasan memberikan informasi yang berharga
terkait dengan simbol bahaya dan frase R ( Risk) & S (safety). Jika wadah lain
9 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
MODUL 8

digunakan, maka haruslah digunakan pelabelan yang sama. Upaya melindungi


label dari pengaruh bahan kimia dan menjaga supaya melekat baik maka
haruslah dilapisi dengan lembaran plastik transparan. Label ini harus terlihat
jelas dan ditulis dengan tinta permanen.
Wadah dan botol untuk penyimpanan bahan kimia harus dibuat dari bahan
yang kuat. Wadah plastik atau gelas sering digunakan untuk keperluan ini. Untuk
penyimpanan bahan kimia yang sangat sensitif seperti dietil eter yang cenderung
berubah membentuk peroksida yang berbahaya, maka gelas berwarna gelap
harus digunakan. Jika botol plastik digunakan harus diperkirakan bahwa bahan
sangat mungkin akan rusak akibat pengaruh cahaya matahari dan dapat pecah.
Botol seperti ini harus berulang kali dicek dan bahan kimia dipindahkan pada
wadah yang lain, jika diperlukan. Perhatian khusus harus dilakukan pada
kemungkinan perpindahan pelarut organik melalui dinding botol plastik.
Pembuangan sediaan bahan kimia yang sudah tidak terpakai perlu dilakukan
secara berulang. Semua bahan kimia dalam laboratorium harus diperiksa pada
periode tertentu, minimal satu kali setahun. Bahan kimia yang mungkin
melepaskan racun, bersifat korosif atau gas-gas yang mudah terbakar, atau debu
perlu dicadangkan hanya dalam jumlah kecil di lemari asam.

5. PEMINDAHAN DAN TRANSFER BAHAN KIMIA KE WADAH LAIN

Selama pemindahan bahan kimia, perhatian perlu ditekankan untuk menghindari


wadah jatuh atau kehilangan bahan. Wadah gelas yang terisi penuh biasanya
merupakan hal yang sangat mudah pecah. Wadah seperti ini tidak boleh dibawa
dengan memegang leher wadah, tetapi harus dipindahkan dengan menggunakan
kantong, rak, perangkat bergerak atau keranjang.
Pemindahan bahan kimia dari satu wadah ke wadah lain selalu memperhitungkan
risiko tercecer dan dengan demikian sangat mungkin terjadi kontak dengan kulit dan
terkontaminasi pada baju. Sebagai tambahan, gas dan debu dapat terhirup. Debu
juga dapat menimbulkan percikan api oleh karena itu penanganan harus diambil
terhadap peralatan elektrostatik.
Agar menurunkan risiko yang mungkin terjadi, sehelai kain alas untuk cairan atau
bubuk harus selalu digunakan, bahkan untuk pengguna yang memiliki kemampuan
cukup dalam menangani bahan kimia tanpa peralatan umum. Selama pengisian

10 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

cairan, baik bahan yang toksik atau korosif, pengisian ke dalam tangki seperti ini
harus digunakan. Hal yang sama harus dikerjakan pada pengisian padatan atau
serbuk, lembar alas seperti kertas haruslah digunakan.
Pada kondisi tidak ada pengaruh lain, tidak diijinkan untuk memipet cairan
dengan menghisap menggunakan mulut karena diketahui banyak kecelakaan kerja
terjadi karena hal ini, termasuk kasus keracunan dan kerusakan jaringan mulut.
Kebiasaan ini juga harus dipatuhi pada kasus cairan yang berbahaya untuk
menghindari budaya yang salah dalam aktivitas kerja harian di laboratorium. Untuk
pengisian cairan di pipet dapat dibantu menggunakan pipet bola.

6. ASPEK PENTING PENGERJAAN PERCOBAAN YANG AMAN

Amat disarankan untuk meminimalkan eksperimen-eksperimen laboratorium yang


berisiko melalui kaji ulang dan diatur dengan baik. Untuk keperluan ini, petunjuk
kerja sangatlah berguna. Petunjuk ini tidak hanya berisikan spesifikasi reaksi tetapi
juga memberi label dari setiap senyawa yang digunakan. Informasi penting lebih
lanjut dibutuhkan berupa risiko yang mungkin terjadi bagi orang dan lingkungan,
taksiran perlindungan diri dan instruksi tentang pertolongan pertama pada kasus
darurat, dan informasi tentang taksiran pemusnahan dari limbah yang dihasilkan.
Sebelum memulai eksperimen, perlu diperiksa apakah tersedia cukup waktu
untuk menyusun eksperimen sesuai alokasi waktu. Jika tidak maka perlu diputuskan
jika suatu eksperimen dapat dihentikan dengan aman pada selang waktu tertentu
tanpa memberikan kerugian yang berpengaruh.
Semua bahan kimia dan peralatan yang dibutuhkan untuk suatu unjuk kerja yang
aman harus diperhatikan dari awal. Beberapa hal perlu dianjurkan bekerja dengan
bahan kimia di lemari asam. Eksperimen harus dilaksanakan di lemari asam jika
melibatkan bahan-bahan yang bersifat toksik atau korosif dan/atau yang
menghasilkan gas, uap atau aerosol yang mungkin terlepas dalam konsentrasi yang
membahayakan. Sebagai contoh untuk hal ini adalah penguapan atau pemanasan
senyawa menggunakan pemanas minyak terbuka.
Untuk memastikan unjuk kerja lemari asam tetap baik, maka pintu depan dan
jendela samping harus ditutup selama melakukan eksperimen. Tenaga maksimum
hanya dimungkinkan jika aliran udara tidak terganggu. Yang terbaik hal ini dapat
dicapai dengan jalan memindahkan semua tabung dan gelas dari tempat kerja di
lemari asam jika barang-barang tersebut tidak diperlukan. Gangguan aliran dapat
11 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
MODUL 8

juga meningkat akibat sumber panas. Biasanya nyala api terbuka seperti kompor
Bunsen memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap unjuk kerja lemari asam dan
hal ini jelas harus dihindari.
Mengingat bahan-bahan kimia biasanya bersifat berbahaya, maka bahan ini tidak
boleh terjadi kontak dengan kulit selama penanganan. Bahan-bahan yang berbahaya
harus ditangani hanya dalam jumlah yang kecil dan peralatan pelindung yang nyaman
harus dikenakan.
Pada praktikum laboratorium untuk siswa, bahan-bahan karsinogenik, mutagenik
dan teratogenik dilarang diterapkan. Bahan-bahan seperti ini secara prinsip dapat
digantikan dengan bahan lain yang efeknya lebih rendah jika tujuan pembelajaran
dapat dicapai melalui pendekatan didaktik, metodologi dan saintifik. Perkecualian
untuk pergantian fungsi bahan ini hanya dapat dibuat jika eksperimen sangat penting
dan berpengaruh sangat besar pada pengembangan ilmu yang terkait. Kegiatan
praktikum ini diletakkan pada siswa senior karena dianggap siswa telah memiliki
keterampilan kerja yang memadai dan praktikum secara umum telah dikenalkan
terlebih dahulu.
Selama pemanasan bahan cairan tertentu, perhatian harus dijaga supaya tidak
terjadi proses mendidih yang berlebihan dan terjadi percikan keluar dari wadah
dengan menggunakan batu pendidih atau pengaduk magnet. Saat pemanasan cairan
dalam tabung reaksi, tabung harus digoyang secara terus-menerus supaya
menghindari pendidihan yang mendadak yang dapat memungkinkan seluruh cairan
keluar dari tabung reaksi. Untuk alasan keamanan, tabung yang terbuka tidak boleh
dihadapkan pada diri sendiri atau orang lain yang di dekatnya. Jika diperlukan bahan
yang terpercik harus segera dibersihkan misal pertama kali dengan jalan netralisasi
asam atau basa dan kemudian cairan dilap dengan menggunakan sarung tangan
pelindung.

7. ASPEK KEAMANAN PENGGUNAAN SARANA DAN ALAT SELAMA EKSPERIMEN


Hampir semua eksperimen dengan bahan kimia dilakukan menggunakan
peralatan gelas. Gelas memiliki banyak keuntungan dalam eksperimen kimia. Gelas
tidak hanya bersifat non reaktif tetapi juga dapat menyajikan pengamatan visual
selama reaksi berlangsung. Tetapi gelas dapat mudah pecah dan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Luka terpotong atau tergores dari pecahan
peralatan gelas merupakan salah satu luka yang sangat sering terjadi di laboratorium.

12 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

Peralatan tersusun dari bahan gelas dapat menyebabkan bahan kimia yang berbahaya
dan memungkinkan terjadinya kebakaran. Susunan peralatan gelas harus dilakukan
dengan mengikuti petunjuk kerja yang aman. Penggunaan bagian peralatan yang
tidak cocok harus dihindari, seperti penggunaan tipe gelas yang berbeda, sambungan
peralatan gelas yang tidak sesuai, dan lain sebagainya. Susunan peralatan gelas yang
kompleks harus dibangun tanpa tekanan mekanik yang dapat memungkinkan gelas
pecah. Hal ini dapat dilakukan pada tempat yang aman (yang terbaik adalah di lemari
asam) dan aman dari gangguan.
Peralatan laboratorium biasanya disusun pada sistem terbuka pada kondisi
atmosfer supaya menjamin kompensasi tekanan dan menghindari ledakan,
perkecualian reaktor autoklaf yang terbuka dari bahan logam baja dan non korosif.
Pada banyak kasus, peralatan yang menggunakan listrik umum digunakan seperti
pengaduk, pemanas, sentrifus dan lain-lain. Peralatan seperti ini harus dalam kondisi
teknis yang baik dan memenuhi spesifikasi keamanan untuk dioperasikan dengan
listrik. Hal ini harus diperiksa selama kisaran waktu tertentu oleh teknisi yang ahli
meliputi perbaikan kabel yang tersayat, sambungan, konsleting dan lain-lain atau
menggantinya jika terjadi kerusakan. Pemeriksaan keamanan yang diperlukan untuk
peralatan bersifat bergerak juga perlu dilakukan setara dengan peralatan diam.
Pompa dan pengaduk biasanya dioperasikan dengan menggunakan motor listrik.
Peralatan ini biasanya tidak dapat meledak.
Pada eksperimen yang menggunakan bahan kimia yang sangat mudah meledak
seperi gas hidrogen atau hidrogen sulfida, motor listrik dapat diganti dengan
menggunakan turbin air atau motor udara. Sebelum memulai eksperimen, bagian-
bagian yang umum pada setiap peralatan perlu diperiksa unjuk kerjanya. Hal ini
meliputi pompa vakum, sistem pendingin, pengaduk dan beberapa peralatan listrik
lainnya sebelum bahan kimia ditambahkan ke dalam peralatan.
Alat yang akan digunakan dalam eksperimen atau percobaan kimia harus
disesuaikan dengan jenis dari bahan yang akan ditangani. Bahan-bahan tersebut
dapat berupa cairan, padatan, atau gas.
a. Bahan-bahan berupa cairan
Untuk menangani bahan berupa cairan diperlukan alat-alat gelas seperti Gelas
Ukur, Pipet Gondok, Labu Takar, Erlenmeyer, Corong, dan lain-lainnya.

13 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

b. Bahan-bahan berupa padatan


Untuk menangani bahan berupa padatan, terutama padatan dalam bentuk serbuk
dibutuhkan alat-alat sebagai berikut: Alat Timbang, Gelas Arloji, Spatula/Sendok
Sungu, Corong, dan Erlenmeyer
c. Bahan-bahan berupa gas.
Untuk menangani bahan-bahan berupa gas diperlukan alat-alat dengan spesifikasi
standar yang telah ditentukan untuk setiap jenis gas. Hal ini dikarenakan setiap
jenis gas mempunyai karakteristik dan resiko yang dihadapi oleh pengguna lebih
tinggi daripada bila menangani bahan-bahan cair maupun padatan.

8. PEMANASAN DAN PENDINGINAN


Sebagai sumber panas, kompor Bunsen, pemanas listrik datar, mantel pemanas
dan wadah pemanas dapat digunakan. Pada kasus bahan kimia yang mudah terbakar,
pemanas terbuka tidak boleh digunakan. Penggunaan wadah pemanas adalah
merupakan metoda yang aman untuk transfer panas. Wadah pemanas melakukan
transfer panas dengan temperatur yang tidak jauh berbeda. Dengan menggunakan
wadah pemanas, wadah harus diisikan dengan ketinggian tertentu, karena transfer
panas oleh cairan merupakan bagian yang tidak terpisahkan saat terjadinya kenaikan
panas yang signifikan saat pemanasan. Lebih lanjut, cairan untuk transfer panas dan
bahan kimia yang dipanaskan tidak boleh mengalami reaksi satu sama lain yang
membahayakan jika peralatan reaksi pecah selama eksperimen berlangsung. Hal ini
harus diterapkan pada banyak kasus sebagai contoh logam natrium atau kalium
terendapkan tidak boleh dipanaskan dengan menggunakan pemanas air.
Sebagai aturan prinsip maka sumber panas harus ditempatkan pada kedudukan
tertentu sehingga pemanas dapat dipindahkan dengan mudah dan tanpa pengubahan
susunan peralatan reaksi. Suatu metoda yang cocok untuk kasus ini adalah dengan
menggunakan pemanas naik turun. Selama pemanasan, peralatan yang mengandung
bahan kimia dapat terbakar, maka pendingin harus digunakan. Jika pendingin ini
dioperasikan dengan menggunakan air, maka sambungan selang untuk mengumpan
dan mengalirkan air harus dijaga kuat dengan menggunakan klep penjepit. Hal ini
harus dilakukan dengan baik agar pendinginan tetap terjaga tanpa menyela selama
pelaksanaan eksperimen guna menghindari kejadian kebakaran api yang
membahayakan atau bahkan terjadi ledakan. Pada eksperimen dimana logam alkali
dan alkali tanah atau logam hidrida digunakan, pendingin gelas harus diganti dengan
menggunakan pendingin logam yang lebih stabil. Sebagai bahan pendingin di
14 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
MODUL 8

laboratorium, es, campuran es dan garam (NaCl – 21 °C, CaCl2 – 55 °C), campuran es
kering dan pelarut (-78 °C), atau nitrogen cair umum digunakan. Bahan pendingin ini
ditempatkan pada tabung Dewar sebagai penghambat panas. Tabung Dewar
merupakan gelas bulat dengan dinding lapis yang dihampkan yang dapat pecah
dengan mudah. Tepi atas dinding tabung Dewar biasanya cukup berbahaya. Dengan
demikian, tabung Dewar biasanya diselubungi dengan menggunakan jaket logam,
plastik yang sangat kuat atau bahan lainnya, dan pengguna harus menggunakan
sarung tangan perlindungan diri. Cairan yang mudah terbakar harus ditempatkan
pada refrigerator atau pendingin jika bahan ini juga tersusun dari bahan yang mudah
meledak.

9. BEKERJA PADA KONDISI PENGURANGAN TEKANAN DAN VAKUM


Saat bekerja di laboratorium, kondisi pengurangan tekanan atau vakum sering
digunakan, sebagai contoh proses destilasi dari senyawa yang mudah terdekomposisi
atau pengeringan bahan kimia dalam desikator. Selama proses pengurangan, tekanan
sekitar 1-2 kg/cm tetap tersisa pada permukaan gelas yang dihasilkan dari tekanan
atmosfer. Tekanan ini dapat menekan wadah hingga jebol jika peralatan gelas tidak
cukup kuat untuk aplikasi vakum atau peralatan telah retak pada permukaan
(biasanya retak tidak terlihat atau retak rambut). Akibat terjadinya ledakan,
peralatan gelas dapat terlempar ke segala arah dan dapat melukai beberapa orang di
sekitarnya (mata atau luka). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan upaya perlindungan
yang efektif untuk mengatasi ledakan ini dengan menggunakan bahan pelindung,
selubung desikator dan lain sebagainya, dan umumnya digunakan pada peralatan
vakum dengan ukuran yang cukup besar.
Wadah gelas yang beralas datar seperti gelas erlenmeyer tidak boleh
digunakan untuk pemindahan karena menyebabkan terjadinya risiko ledakan.
Hal yang harus dicatat adalah pemvakuman dengan menggunakan pompa air jet
atau pompa diafragma tidak kurang berbahaya jika dibandingkan dengan
menggunakan pompa vakum berkemampuan tinggi. Tekanan yang dihasilkan dari
permukaan gelas hampir selalu sama pada kasus-kasus tersebut. Bahkan untuk
penerapan pemvakuman yang relatif sedang pada cawan penyaring (Buchner) untuk
menyaring endapan akan menghasilkan tekanan sebesar 300-800 g/cm pada
permukaan gelas. Suatu aerasi tertentu pada pemanasan peralatan evakuasi harus
dihindari, karena campuran uap-udara yang dihasilkan dapat menyebabkan terjadinya
ledakan.
15 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
MODUL 8

10. BEKERJA PADA TEKANAN TINGGI


Reaksi dengan tekanan yang meningkat (tekanan berlebih) akan dilakukan
dengan menggunakan peralatan yang terbukti kuat. Peralatan untuk tekanan tinggi
(seperti tabung bomb, autoklaf) harus memenuhi ketentuan aturan “Pressure Vessel’s
Ordinance” (Druckbehaelterverordnung) yang terkait dengan pembuatan, penyusunan
dan cara kerja di laboratorium khusus dengan tekanan tinggi. Pelapis tabung tidak
boleh dihilangkan dari mantel logam atau oven selama pengisian tekanan. Langkah
kerja autoklaf dilakukan di laboratorium khusus dan harus selalu diperiksa secara
rutin untuk memastikan proses dapat berlangsung dengan aman. Batas tekanan dan
temperatur yang diberikan oleh produsen tidak boleh terlampaui.

11. PENGERINGAN PERALATAN LABORATORIUM


Oven pengering di laboratorium pengering biasanya tidak didesain tahan ledakan
dan tidak terhubungkan dengan sistem pembuangan udara. Peralatan laboratorium
yang dikeringkan dalam oven dilakukan setelah dibersihkan dan dicuci dengan air.
Untuk pengeringan bahan kimia dan produknya yang mungkin melepaskan gas
atau uap mudah terbakar termasuk juga campuran, maka oven yang terbukti tahan
ledakan harus digunakan.

12. TEKNIK PENANGANAN PERCOBAAN BERBAHAYA


Percobaan-percobaan dalam laboratorium dapat meliputi berbagai jenis
pekerjaan diantaranya mereaksikan bahan-bahan kimia, destilasi, ekstraksi,
memasang peralatan, dan sebagainya. Masing-masing teknik dapat mengandung
bahaya yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tentu saja bahan tersebut
sangat berkaitan dengan penggunaan bahan dalam percobaan, sehingga susah untuk
memisahkan bahaya antara teknik dan bahan. Walaupun demikian, dapat kiranya
diuraikan secara tersendiri dan bersifat umum dari bahaya berbagai macam teknik
dan bahan, sehingga memungkinkan untuk memperkecil dan memperkirakan bahaya
yang dapat timbul dalam kaitannya dengan teknik dan bahan yang digunakan.
a. Reaksi Kimia
Semua reaksi kimia menyangkut perubahan energi yang diwujudkan dalam
bentuk panas. Kebanyakan reaksi kimia disertai dengan pelepasan panas (reaksi
eksotermis), meskipun adapula beberapa reaksi kimia yang menyerap panas
(reaksi endotermis). Bahaya dari suatu reaksi kimia terutama adalah karena

16 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

proses pelepasan energi (panas) yang demikian banyak dan dalam kecepatan
yang sangat tinggi, sehingga tidak terkendalikan dan bersifat destruktif
(merusak) terhadap lingkungan, termasuk operator/orang yang melakukannya.
Banyak kejadian dan kecelakaan di dalam laboratorium sebagai akibat reaksi
kimia yang hebat atau eksplosif (bersifat ledakan). Namun kecelakaan tersebut
pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya pengertian atau apresiasi terhadap
faktor-faktor kimia-fisika yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan suatu reaksi kimia adalah
konsentrasi pereaksi, kenaikan suhu reaksi, dan adanya katalis.
Sesuai dengan hukum aksi masa, kecepatan reaksi bergantung pada
konsentrasi zat pereaksi. Oleh karena itu, untuk percobaan-percobaan yang
belum dikenal bahayanya, tidak dilakukan dengan konsetrasi pekat, melainkan
konsentrasi pereaksi kira-kira 10% saja. Kalau reaksi telah dikenal bahayanya,
maka konsetrasi pereaksi cukup 2 sampai 5 % saja sudah memadai. Suatu contoh,
apabila amonia pekat direaksikan dengan dimetil sulfat, maka reaksi akan
bersifat eksplosif, akan tetapi tidak demikian apabila digunakan amonia encer.
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi kimia dapat diperkirakan dengan
persamaan Arhenius, dimana kecepatan reaksi bertambah secara eksponensial
dengan bertambahnya suhu. Secara kasar apabila suhu naik sebesar 10 oC, maka
kecepatan reaksi akan naik menjadi dua kali. Atau apabila suhu reaksi mendadak
naik 100 oC, ini berarti bahwa kecepatan reaksi mendadak naik berlipat 2 10 =
1024 kali. Di sinilah pentingnya untuk mengadakan kendali terhadap suhu reaksi,
misalnya dengan pendinginan apabila reaksi bersifat eksotermis. Suatu contoh
asam meta-nitrobenzensulfonat pada suhu sekitar 150 oC akan meledak akibat
reaksi penguraian eksotermis. Campuran kalium klorat, karbon, dan belerang
menjadi eksplosif pada suhu tinggi atau jika kena tumbukan, pengadukan, atau
gesekan (pemanasan pelarut). Dengan mengetahui pengaruh kedua faktor di atas
maka secara umum dapatlah dilakukan pencegahan dan pengendalian terhadap
reaksi-reaksi kimia yang mungkin bersifat eksplosif.

b. Pemanasan
Pemanasan dapat dilakukan dengan listrik, gas, dan uap. Untuk laboratorium
yang jauh dari sarana tersebut, kadang kala dipakai pula pemanas kompor biasa.

17 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

Pemanasan tersebut biasanya digunakan untuk mempercepat reaksi, pelarutan,


destilasi, maupun ekstraksi.
Untuk pemanasan pelarut-pelarut organik (titik didih di bawah 100 oC),
seperti eter, metanol, alkohol, benzena, heksana, dan sebagainya, maka
penggunaan penangas air adalah cara termurah dan aman. Pemanasan dengan
api terbuka, meskipun dengan bagaimana api sekecil apapun, akan sangat
berbahaya karena api tersebut dapat menyambar (meloncat) ke arah uap pelarut
organik. Demikian juga pemanasan dengan hot plate juga berbahaya, karena
suhu permukaan dapat jauh melebihi titik nyala pelarut organik.
Pemanasan pelarut yang bertitik didih lebih dari 100 oC, dapat dilakukan
dengan aman apabila memakai labu gelas borosilikat dan pemanas listrik
(heating matle). Pemanas tersebut ukurannya harus sesuai besarnya labu gelas.
Penangas minyak dapat pula dipakai meskipun agak kurang praktis. Walaupun
demikian penangas pasir yang dipanaskan dengan terbuka, tetap berbahaya
untuk bahan-bahan yang mudah terbakar. Untuk keperluan pendidikan, pemanas
bunsen dengan dilengkapi anyaman kawat (wire gause) cukup murah dan
memadahi untuk bahan-bahan yang tidak mudah terbakar.

c. Destruksi
Dalam analisis kimia terutama untuk mineral, tanah, atau makanan,
diperlukan destruksi sampel agar komponen-komponen yang akan dianalisis
terlepas dari matriks (senyawa-senyawa lain). Biasanya reaksi destruksi dilakukan
dengan menggunakan asam seperti asam sulfat pekat, asam nitrat, asam klorida
tanpa atau ditambah atau ditambah peroksida seperti persulfat, perklorat,
hidrogen peroksida, dan sebagainya. Selain itu, biasanya reaksi juga harus
dipanaskan untuk mempermudah proses destruksi. Jelas dalam pekerjaan
destruksi terkumpul beberapa faktor bahaya sekaligus, yaitu bahan berbahaya
(eksplosif) dan kondisi suhu tinggi yang menambah tingkat bahaya.
Oleh karena itu, destruksi harus dilakukan amat berhati-hati, diantaranya
adalah dengan:
1) Pelajari dan ikuti prosedur kerja secara seksama, termasuk pengukuran
jumlah reagen secara tepat dan cara pemanasannya.
2) Percobaan dilakukan dalam almari asam. Hati-hati dalam membuka dan
menutup pintu almari asam pada saat proses destruksi berlangsung.

18 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

3) Lindungi diri dengan kacamata/pelindung muka dan sarung tangan pada


setiap kali bekerja.
4) Terutama bagi para pekerja baru atau yang belum berpengalaman,
diperlukan supervisi atau konsultasi dengan yang lebih berpengalaman.
Dengan cara di atas akan dapat dicegah terjadinya ledakan yang dapat
mengakibatkan luka oleh pecahan kaca atau percikan bahan-bahan kimia yang
panas dan korosif.

d. Destilasi
Destilasi merupakan proses gabungan antara pemanasan dan pendinginan
uap yang terbentuk sehingga diperoleh cairan kembali yang murni. Bahaya
pemanasan cairan dapat dihindari dengan memperhatikan sub-bab pemanasan.
Dalam pemanasan cairan biasanya ditambahkan batu didih (boiling chips), untuk
mencegah pendidihan yang mendadak (bumping). Batu didih yang berpori perlu
diganti setiap kali akan melakukan destilasi kembali. Untuk destilasi hampa
udara (vacum destilation), aliran udara melalui kapiler ke dalam bagian bawah
labu dapat merupakan pengganti batu didih.
Bahaya yang sering timbul dalam pendingin Leibig adalah kurang kuatnya
selang air baik dari keran maupun yang menuju pipa pendingin. Lepasnya selang
air dapat menyebabkan banjir dan proses pendinginan tidak berjalan dan uap
cairan berhamburan ke dalam ruangan laboratorium. Oleh karena itu, terutama
untuk destilasi yang terus-menerus atau sering ditinggalkan, hubungan selang
dengan keran dan pipa pendingin perlu diikat dengan kawat.
Labu didih yang terbuat dari gelas perlu dipilih yang kuat. Labu didih bekas
atau yang telah lama dipakai, diperiksa terlebih dahulu terhadap kemungkinan
adanya keretakan atau scratch. Hal ini penting, terlebih-lebih untuk destilasi
vakum. Apabila pemanasan yang dipakai adalah penangas air, maka perlu diingat
bahwa suhu permukaan bak penangas yang terbuat dari logam, dapat melebihi
titik nyala dari pelarut yang dalam labu. Dengan demikian, harus dapat
dihindarkan kontak antara cairan dengan permukaan penangas, baik pada saat
mengisi labu destilasi dengan cairan maupun pemasangan atau pembongkaran
peralatan destilasi.

19 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

e. Refluks
Refluks juga merupakan gabungan anrara pemanasan cairan dan pendinginan
uap, tetapi kondensat yang terbentuk dikembalikan ke dalam labu didih. Karena
prosesnya mirip dengan destilasi, maka bahaya teknik tersebut serta cara
pencegahannya adalah sama dengan teknik destilasi.

f. Pengukuran Volume Cairan


Memipet cairan atau larutan dalam volume tertentu dengan pipet, secara
umum tidak diperkenankan memakai mulut untuk menghindari bahaya tertelan
dan kontaminasi. Uap dan gas beracun dapat larut dalam air ludah (saliva).
Memakai pompa karet (rubber bulb) untuk mengisi pipet merupakan cara yang
paling aman dan praktis, meskipun memerlukan sedikit latihan. Sedangkan untuk
cairan yang korosif dapat dilakukan dengan pipet isap (hypodermic syringe).
Apabila menuangkan cairan korosif dari sebuah botol, lindungi label botol
terhadap kerusakan oleh tetesan cairan. Untuk menuangkan cairan ke dalam
gelas ukur bermulut kecil, perlu dipakai corong gelas agar tidak tumpah.

g. Pendinginan.
Karbon dioksida padat (dry ice) dan nitrogen cair adalah pendingin yang
sering dipakai. Keduanya dapat membakar atau “menggigit” kulit, sehingga
dalam penanganannya harus memakai sarung tangan dan pelindung mata.
Karbon dioksida dapat dipakai bersama-sama dengan pelarut organik untuk
menambah pendinginan. Karena banyak terbentuk gas (penguapan) maka pelarut
yang digunakan harus nontoksik dan tidak mudah terbakar. Propana-2-ol lebih
baik daripada pelarut organik terklorisasi atau aseton yang mudah terbakar.
Nitrogen cair biasa dipakai sebagai “trap” uap air dalam destilasi vakum,
agar air tidak merusak pompa. Dalam pendinginan tersebut udara dapat pula
tersublimasi menjadi padat, termasuk oksigen dan hal ini berbahaya bila
bercampur dengan bahan organik. Labu Dewar tempat nitrogen cair perlu pula
dilindungi dengan logam agar tidak berbahaya bila pecah.
Baik karbon dioksida mapun nitrogen mempunyai berat jenis yang lebih
berat daripada udara, sehingga dapat mendesak udara untuk pernafasan. Oleh
karena itu, bekerja dengan kedua pendingin tersebut perlu dalam ruang yang
berventilasi baik atau di ruang terbuka. Dalam transportasi di gedung bertingkat,

20 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

keduanya sama sekali tidak boleh diangkut melewati lift penumpang. Kemacetan
lift yang dapat terjadi sewaktu-waktu, dapat berakibat fatal karena gas tersebut
akan mendesak oksigen dan kematian tidak dapat dihindarkan.

h. Perlakuan Terhadap Silika


Silika dalam bentuk partikel-partikel kecil yang terserap ke dalam paru-paru
dapat menimbulkan penyakit silikosis. Percobaan-percobaan dalam kromatografi
lapis tipis, banyak memakai bubuk halus silika gel. Hindarkanlah bubuk halus
tersebut, karena dapat terjadi hamburan di dalam ruang udara pernafasan kita.
Asbes juga merupakan sumber partikel silika dan dengan panjang serat
sebesar 5 mikron sangat berbahaya. Asbes sebagai bahan isolasi panas dalam
laboratorium perlu dilapisi lagi dengan bahan yang dapat mencegah partikel
halus beterbangan di udara tempat kita bernafas.
Glass wool apabila tidak hancur tidaklah berbahaya bagi paru-paru. Akan
tetapi serat-serat glass wool tersebut sangat halus dan tajam serta dapat masuk
ke dalam kulit apabila dipegang langsung oleh tangan kita. Ini akan menimbulkan
gatal-gatal atau sakit dan oleh karena itu memegang glass wool harus dengan
penjepit dari logam atau plastik.

i. Penanganan Air Raksa


Percobaan-percobaan dengan manometer atau polarografi selalu memakai
air raksa yang cukup berbahaya karena sifat racunnya (NAB = 0,05 mg/m 3).
Tetesan-tetesan air raksa dapat melenting atau meloncat tanpa dapat dilihat
oleh mata kita, dan pecah berhamburan di atas meja kerja. Partikel-partikel
kecil ini juga sukar kita lihat apalagi kalau sampai masuk ke celah-celah atau
retakan-retakan meja. Apabila tidak hati-hati, maka ruang di mana kita bekerja
dapat jenuh dengan uap air raksa. Udara ruangan yang jenuh dengan uap air
raksa berarti telah jauh melebihi nilai ambang batas (NAB) uap air raksa
tersebut.
Untuk menghindari bahaya tesebut di atas, daerah kerja dengan air raksa
perlu dipasang dulang (tray) yang diisi air, agar percikan air raksa dapat
dikumpulkan. Ventilasi yang baik sangat diperlukan, dan apabila tidak ada, maka
bekerja dalam ruangan yang terbuka jauh lebih aman daripada dalam ruangan
tertutup.

21 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

j. Bekerja Dengan Peralatan Sinar Ultraviolet dan Sinar X


Banyak pekerjaan yang dilakukan dengan peralatan yang memancarkan
cahaya ultraviolet (UV) seperti spektrofotometer atau kromatografi lapis tipis
(TLC). Cahaya ultraviolet dapat merusak, dan terutama kerusakan pada kornea
mata. Oleh karena itu, harus dapat dihindarkan keterpaan cahaya ultraviolet
pada mata, baik pada saat membuka peralatan spektrofotometer maupun pada
saat menyinari noda-noda kromatografi lapis tipis (TLC) dengan cahaya
ultraviolet.
Peralatan yang memakai sinar-X, seperti fluoresensi atau difraksi sinar-X,
lebih berbahaya lagi bila tidak dilakukan dengan hati-hati. Sinar-X mempunyai
daya tembus yang kuat dan dapat merusak sel-sel tubuh. Usaha untuk
menghindari serta melindungi diri terhadap kemungkinan keterpaan radiasi sinar-
X (yang tak dapat dilihat oleh mata) merupakan suatu keharusan dalam bekerja
dengan peralatan tersebut.
Dengan sendirinya, hal yang sama pula dilakukan bila kita bekerja dengan
peralatan yang memancarkan sinar gamma yang lebih kuat daripada sinar-X.

13. PENANGANAN BAHAN KIMIA


Penanganan bahan kimia dan peralatan pokok yang banyak dipergunakan
merupakan persyaratan penting demi keselamatan dan berhasilnya praktikum serta
pekerjaan penelitian kimia. Oleh sebab itu hal-hal berikut ini perlu diperhatikan.
Dalam analisa, kemurnian bahan kimia ini penting guna memperoleh ketelitian
semaksimal mungkin. Perhatikan label yang tertera pada wadah asli bahan kimia,
tutup wadah harus dihindarkan dari segala kemungkinan kontaminasi dehidrasi,
penyerapan uap air dari udara, kembalikan ke tempat semula. Setiap akan
menggunakan reagensia atau larutan kimia kocoklah dulu. Kelebihan reagensia atau
larutan yang digunakan jangan dituang ke wadah aslinya, maka pakai seperlunya.
Pipet tak boleh langsung digunakan penyedot dalam wadah asli, tetapi tuanglah
seperlunya ke wadah lain yang bersih.
Banyak bahan kimia yang harus ditangani dengan hati-hati sekali karena sifatnya
yang berbahaya atau racun. Beberapa bahan kimia yang umum digunakan perlu
mendapat perhatian khusus karena dapat mengganggu kesehatan. Bahan-bahan itu
di antaranya:

22 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

a. Zat Padat
1) KALIUM HIDROKSIDA
(Potassium hydroxide, kalium-hidroksida) KOH BM = 56.00.
NATRIUM HIDROKSIDA (sodiumhidroxide, natriumhid-rokskla, kostik soda,
soda api) NaOHBM = 40,01, Kedua basa di atas bersifat higroskopis, korosif dan
mudah menyerap gas karbondioksida dari udara, merusak jaringan tubuh,
terkena kulit terasa gatal.
2) PERAKNITRAT
AgNO3 (silvernitrate, perak nitrat, nitrito deargento) BM =. 169, senyawa ini
beracun dan korosif. Mengganggu kulit dan mukosa. Simpanlah dalam botol
berwarna gelap dan jauhkan dari bahan yang mudah ter-bakar.
3) RAKSA(II)KLORIDA
(mercurybichloride sublimat) HgCl2BM = 27l,52.
RAKSA OKSIDA
(Mercuryoxside, raksa II oksida)HgOBM = 216,61.
RAKSA
(quick-silver, raksa) Hg BM = 200,59.
Senyawa raksa di atas sangat beracun. Cucilah tangan setelah bekerja
dengan bahan ini. Jangan sampai menghirup debu bahan ini yang akan merusak
mukosa membran. Bernafas terlalu lama dengan udara yang bercampur uap air
raksa berakibat sakit Pengelola, badan kurus, tangan gemetar, dan gigi sakit.
Jika raksa tertumpah, lantai harus disapu dengan suatu campuran tepung
belerang dan soda kering.
Gejala keracunannya ada dua macam, yaitu:
Akut: Pusing, muntah, sakit perut, diare, dan kerusakan ginjal.
Kronis: Bengkak pada mulut dan gusi, air liur keluar berlimpah, gigi menjadi
goyah, kerusakan ginjal, gemetar, gangguan syaraf. Maka pakailah antidote
"dimercaprol" (BAL).

b. Zat Cair
1) AMONIAK
(amoniak) NH3 BM = 17,03. Menghirup uap NH3 konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan pembengkakan saluran pernafasan dan sesak nafas (asfixia).

23 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

Terkena amoniak konsentrasi 0,5% (v/v) selama setengah jam dapat


menyebabkan kebutaan, kalau sebentar menyebabkan pingsan.
2) ASAM FLORIDA
(Hidrogenflorida, hidrofluoric acid, asam florida) HF BM = 20,008. Asam ini
maupun uapnya sangat beracun, menyebabkan iritasi kulit, mata dari saluran
pernafasan. Kontak dengan amonia dan kebanyakan logam menghasilkan gas
yang beraeun. Ingat! HF dapat memakan kaca, sangat korosif dapat menembus
kulit, papan, dan bahan lain.
3) ASAM KLORIDA (hydrochloric acid, asamklorida) HCl BM=36,45.
Menyebabkan luka bakar dan dermatitis (kulit melepuh), demikian juga
uapnya.
4) ASAM NITRAT
(Nitric acid, salpetersaure, asam-nitrat) HNO 3, BM = 63,016 bersifat korosif,
menyebabkan luka bakar bila kontak dengan kulit. Uapnya bila tersedot ke dalam
pernafasan dapat mematikan.
5) ASAM SIANIDA
(hidrocianic acid, prussic acid, asam sianida) HCN BM = 27,06. Asam sianida
dan garam-garamnya adalah zat-zat yang sangat beracun, baik masuk melalui
mulut, paru-paru, atau melalui luka-luka. Larutannya tidak boleh dipipet dengan
mulut. Hal ini dapat terjadi apabila sedikit gas HCN terhirup dapat
menyebabkan pingsan dan kematian, hindarkan kontak dengan kulit. Untunglah
bau gas ini jelas.
6) ASAMSULFAT
(Sulfuric acid, asamsulfat) H2SO4, BM = 98,08. Merusak jaringan tubuh,
sangat korosif, higroskopis, dan bersifat membakar bahan organik. Untuk
pengencerannya tuangkanlah perlahan ke dalam pengecer. Dapat larut dalam air
dan alkohol dengan menimbulkan panas dan penyusutan volume. Menghirup uap
asam sulfat pekat dapat merusak paru-paru. Kontak dengan kulit menyebabkan
kulit melepuh dan dengan mata dapat menyebabkan kebutaan.
Bahan lain yang merusak kulit antara lain: H 2O2 pekat, Bromin pekat,
persenyawaan Krom, kapur klor, persulfat, (NH4)2S dan zat lain.
Pelarut-pelarut yang menghasilkan uap beracun: CS2 (karbondisulfida), C6H6
(benzen), CHCl3 (kloroform), CCl4 (tetra)=tetraklor.

24 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

c. Gas
1) ASAMSULFIDA
(Hydrogensulfide, hydrosulfuric acid, asam hidrosulfur) H2S, BM = 34,08:
Mudah, terbakar dan beracun, menghirup gas ini dapat menyebabkan pingsan,
gangguan pernafasan bahkan kematian. Pancaindra terganggu yang menyebabkan
tak dapat lagi merasakan gas yang busuk (berbau kentut) ini. Pada perbandingan
1 : 10 di udara baunya telah nyata sekali, maka bahayanya tidak besar. Jika
ruangan berbau gasini, jendela harus dibuka lebar-lebar.
2) ARSEN HIDRIDA
(Arsen hidrida) AsH3. Keracunan gas ini bejakibat: sakit Pengelola, muka
pucat, muntah, dan mencret. Obatnya makan norit dan bernafas panjang di
udara terbuka yang segar.
3) KARBON MONOKSIDA
Karbon monoksida atau CO, di laboratorium gas ini terbentuk dari asam
formiat atau asam oksalat yang dipanaskan dengan asam sulfat pekat, keracunan
gas CO menyebabkan sakit Pengelola, pusing, dan lelah.
4) KLORIN DAN BROMIN
(klor & brom) Cl2 & Br2. Seperti NO2 kedua gas ini juga merusak alat
pernafasan. Akan tetapi berkat sifatnya yang berbau menyengat orang mulai
membatuk sebelum tercapai kepekatan yang berbahaya.
5) NITROGEN DIOKSIDA
(nitrogen dioksida) NO2. Gas ini racun dan berbahaya, terbentuk bila
menggunakan HNO3 pekat dan logam atau zat organik. Mempengaruhi paru-paru
dan menyebabkan batuk.

2. KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM KIMIA


Keracunan dan kebakaran, luka serta kecelakaan lain dapat dihindarkan apabila
dipatuhi aturan.

Sebelum Mulai Praktik:


1. Pakailah alat pelindung (jas-lab, masker, kacamata, sarung tangan) melindungi
pakaian dan tubuh Anda.
2. Kesadaran bahaya setiap saat jika bekerja kurang berhati-hati.
3. Kesadaran bahaya akan setiap bahan kimia sebelum praktikum dimulai.

25 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

4. Sebelum mengambil zat dari botol, bacalah dengan benar nama dan rumus zat.
Kekeliruan dalam mengambil zat akan berbahaya dan menimbulkan reaksi lain.
5. Patuhilah disiplin, peraturan laboratorium, karena pelanggarannya akan Anda
rasakan dampak ,dan sangsinya pada diri sendiri dan orang lain.
6. Bila akan mengambil zat dengan volume tepat, hendaklah diambil dari buret
atau dengan pipet dengan bola hisap.
7. Jika bekerja teratur, kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih kecil dari pada
dalam keadaan meja kotor, alat-alat dan botol berantakan.
8. Tahu dan siap apa yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat, kebakaran,
peledakan, dan sebagainya.

Sedang dan Selesai Praktikum


1. Bila memanaskan atau mereaksikan zat dalam tabung reaksi, jangan diarahkan
ke muka teman atau ke wajah sendiri.
2. Jangan mencicipi suatu zat kimia, kecuali bila ada perintah dari ahli kimia,
analis atau dosen.
4. Kalau mau mencium gas yang berbau, janganlah secara langsung, tetapi kibaslah
dengan tangan ke arah kita.
3. Jangan menengok ke dalam cawan, pinggan, beker yang sedang digunakan untuk
pemijaran,
4. Jangan memanaskan bahan kimia terlalu cepat.
5. Simpanlah semua bahan kimia di tempatnya di wadah tertutup dengan label yang
sesuai serta peringatan bahayanya.
6. Jangan menyimpan bahan kimia berbahaya dalam wadah bekas makanan atau
minuman dalam alat laborotorium.
7. Jangan makan, minum, merokok di laboratorium.
8. Untuk pengerjaan bahan yang mudah menguap pergunakanlah almari asam atau
ruangan asam dengan ventilasi yang cukup atau pompa pengisap.

B. CONTOH
1. PERTOLONGAN PERTAMA KERACUNAN KIMIA
Awas bahaya keracunan! Pertolongan pada kecelakaan bahan kimia sebelum
pertolongan dokter dapat dilakukan usahakanlah pencegahan kontak antara bahan
kimia dengan tubuh secepat mungkin.

26 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

a. Cucilah bahan kimia yang masih kontak dengan tubuh (kulit, mata, dan anggota
lain).
b. Usahakan penderita tidak kedinginan. Jangan berikan minuman beralkohol
karena mempercepat penyerapan racun.
c. Kalau sukar bernafas, bantu dengan cara pernafasan dari mulut ke mulut.
d. Mintalah bantuan dokter terdekat.

Apabila Keracunan Melalui Mulut


a. Berilah minum air susu 2 sampai 4 gelas kecuali keracunan fosfor. Bila korban
pingsan, jangan memberikan sesuatu melalui mulut.
b. Usahakan supaya muntah dengan segera memasukkan jari telunjuk ke pangkal
lidah yang digerak-gerakkan; atau dengan memberi air garam hangat. Ulangi
permuntahan sampai cairan jernih. Janganlah diusahakan muntah bila korban
tertelan minyak tanah, bensin, atau alkali kuat atau bila korban tidak sadar.
c. Berilah antidote yang cocok dengan bahan racun yang tertelan, kalau tidak
diketahui berilah satu sendok antidote umum dalam segelas air hangat.

Bubuk antidote umum: 2 bagian arang aktif (roti yang kosong atau norit) 1 bagian
Magnesiumoksida (milk of magnesia), 1 bagian asam tannat (teh kering).
Janganlah memberi minyak atau alkohol kecuali untuk bahan tertentu.

Jika Keracunan Gas


a. Klorin, hidrogensulfida, hidrogensianida, fosgen merupakan gas yang sangat
racun dan harus pakai masker untuk penyelamatan atau tahan nafas.
b. Pindahkan ke tempat lain dan berikan udara segar sebanyak-banyaknya.

Bila Keracunan Melalui Kulit


a. Cuci bagian tubuh yang terkena dengan air bersih minimal 15 menit.
b. Tanggalkan pakaian yang terkena bahan.
c. Jangan mengoleskan minyak, mentega atau natrium karbonat kecuali untuk
keracunan tertentu.
d. Apabila terkena mata cucilah dengan air bersih yang hangat dengan pelupuk ma-
ta terbuka.

27 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

2. PERTOLONGAN PERTAMA KERACUNAN DALAM KEADAAN DARURAT

a. ASAM KOROSIF: Tertelan (asetat, klorida, laktat, nitrat, fosfat, sulfat dan
beberapa asam-asam lain) berikan bubur aluminium hidroksida atau milk of
magnesia dan diikuti putih telur yang dikocok dengan air. Jangan diberi
karbonat atau soda kue.
b. ALKALI: Tertelan (amonia, amoniak, kalsium hidroksida, soda abu) berikan cairan
asam asetat encer (1%), cuka encer 1:4, asam sitrat 1%, atau air jeruk, lanjutkan
dengan air susu atau putih telur.
c. GARAM ARSEN: Tertelan, usahakan pemuntahan dan berikan milik of magnesia.
d. LOGAM: Tertelan (Cadmium, Timah, Bismut, dan logam lain) berikan antidote
umum, susu atau putih telur.
e. Bahan-bahan berbahaya serta Karsinogenik.
Tabel di bawah memuat daftar beberapa bahan-bahan kimia berbahaya dan
karsinogenik yang sering dijumpai di laboratorium-laboratorium kimia baik di
Indonesia maupun di luar negeri.

3. PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN


Di Laboratorium selalu ada kemungkinan bahaya kebakaran. Alat-alat dari kaca,
porselen dapat merengat sehingga isinya tumpah. Alkohol, eter, benzen,
karbondisulfida, aseton, petroleum eter dan pelarut organik lain yang mudah
menguap adalah cairan yang sering dipergunakan yang mudah sekali terbakar. Maka
dari itu alat pemadam api harus senantiasa disediakan.
Jika terjadi kebakaran jangan panik! Pakailah pemadam api yang biasanya
terletak di dinding dan bacalah aturan penggunaannya. Sesudah memakai alat
pemadam api, ruangan harus diperanginkan, karena Tetra yang keluar itu dapat
membentuk fosgen suatu gas yang amat beracun, kemudian ruangan harus
dibersihkan.
Dalam keadaan darurat kain yang tebal (karung, kain pel) yang dibasahi dengan
air dapat digunakan secepatnya untuk menyelubungi api. Api yang disebabkan oleh
cairan yang mudah terbakar seperti eter dan alkohol. Air tidak dapat dipergunakan
untuk cairan yang tidak bercampur dengan air, seperti: benzen bensin, minyak tanah
dan bahan lain. Dalam hal ini pasir kering adalah alat pemadam yang terbaik, Oleh
karena itu suatu peti berisi pasir kering harus selalu disediakan.

28 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

Beberapa bahan kimia seperti eter, metanol, kloroform, dan lain-lain bersifat
mudah terbakar dan mudah meledak. Apabila karena sesuatu kelalaian terjadi
kecelakaan sehingga mengakibatkan kebakaran laboratorium atau bahan-bahan
kimia, maka kita harus melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
a. Jika apinya kecil, maka lakukan pemadaman dengan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR).
b. Matikan sumber listrik/gardu utama agar listrik tidak mengganggu upaya
pemadaman kebakaran.
c. Lokalisasi api supaya tidak merembet ke arah bahaan mudah terbakar lainnya.
d. Jika api mulai membesar, jangan mencoba-coba untuk memadamkan api dengan
APAR. Segera panggil mobil unit Pertolongan Bahaya Kebakaran (PBK) yang
terdekat.
e. Bersikaplah tenang dalam menangani kebakaran, dan jangan mengambil tidakan
yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

RINGKASAN CARA-CARA MENANGGULANGI KECELAKAAN


1. Periksa dan hilangkan kondisi-kondisi kerja yang tidak aman. Gunakan daftar
periksa (checklist) untuk identifikasi masalah. Jika bahaya tidak dapat
dihilangkan, segera lakukan evakuasi atau jika terpaksa dapat digunakan
peralatan pelindung seperti topi, kaca mata, helm, atau sepatu pengaman.
2. Melalui seleksi, cobalah memilah/mengeluarkan siswa yang mungkin mudah
mendapatkan kecelakaan untuk kegiatan yang sedang dalam penyelidikan.
3. Buatlah suatu kebijakan keselamatan kerja yang menekankan bahwa sekolah akan
melakukan usaha maksimal untuk menekan angka kecelakaan kerja dan
menekankan pentingnya mencegah kecelakaan dan cedera kerja di laboratorium.
4. Tetapkanlah suatu tujuan yang terkendali/terkontrol yang tidak boleh gagal.
Analisis jumlah kecelakaan kerja dan insiden keselamatan kerja, kemudian
tetapkan target yang ingin dicapai, misalnya dalam bentuk rasio kecelakaan kerja
per jumlah siswa yang melakukan kegiatan praktek.
5. Dorong dan latihlah siswa agar sadar akan pentingnya keselamatan kerja,
tunjukkan kepada mereka bahwa sekolah punya perhatian yang serius terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja.
6. Tegakkanlah aturan keselamatan kerja yang mendukung upaya-upaya menekan
angka kecelakaan dan cedera akibat kerja.

29 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MODUL 8

7. Adakan pemeriksaan keselamatan dan kesehatan kerja secara teratur. Juga


lakukan investigasi terhadap kecelakaan kerja dan yang nyaris menimbulkan
kecelakaan kerja.
8. Buatlah suatu sistem di tempat kerja tersebut yang memungkinkan siswa dapat
mengingatkan pihak sekolah tentang adanya keadaan-keadaan bahaya atau yang
berpotensi menimbulkan bahaya.

C. LATIHAN

1. Tuliskan berbagai kemungkinan yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja di


laboratorium yang menjadi pengelolaan Ibu/Bapak.

2. Kemungkinan jenis kecelakaan kimia apa saja yang mungkin dapat terjadi
dari jenis praktikum yang diselenggarakan di sekolah?

30 PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Anda mungkin juga menyukai