Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MANAJEMEN LABOR

Membangun Budaya Keselamatan dan Keamanan Bekerja di Laboratorium


serta Bekerja dengan Bahan Kimia Berbahaya dan Penanganan Limbahnya

OLEH :

NURHAYATUL HANIFAH

(1910422018)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen laboratorium merupakan suatu upaya dalam mengelola laboratorium
menggunakan prosedur yang sistematis untuk mengolah, menyimpan, dan
mempertahankan data yang dibutuhkan pada suatu laboratorium. Suatu laboratoium
dapat dikatakan sebagai laboratorium yang baik apabila memiliki fasilitas yang baik
dan lengkap untuk memudahkan pemakai laboratorium dalam melakukan
aktivitasnya. Pengelolaan suatu laboratorium yang baik berkaitan dengan beberapa
faktor. Faktor tersebut antara lain seperti kepemilikin alat-alat atau fasilitas yang
lengkap, SOP yang jelas, staf profesional, dan administrasi yang baik.
Untuk itu diperlukan adanya manajemen laboratorium sebagai upaya dalam
mengelola laboratorium untuk mengorganisir, mengantisipasi, dan mengevaluasi hal-
hal yang mungkin terjadi pada suatu laboratorium dan untuk meningkatkan mutu dari
suatu laboratorium tersebut. .

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium?
2. Bagaimana cara membangun budaya keselamatan dan keamanan bekerja di
laboratorium?
3. Bagaimana cara bekerja dengan bahan kimia berbahaya penanganan limbahnya?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium.
2. Mengetahui cara membangun budaya keselamatan dan keamanan bekerja di
laboratorium.
3. Mengetahui cara bekerja dengan bahan kimia berbahaya penanganan limbahnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium


Keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium merupakan suatu hal yang sangat
penting dan memerlukan perhatian khusus. Karena semakin mencukupi tersedianya
fasilitas keselamatan dan keamanan kerja maka akan semakin sedikit kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja pada suatu laboratorium. Keselamatan dan keamanan
kerja di laboratorium tidak terlepas dari pengelolaan dari laboratorium tersebut.
Pentingnya pengelolaan laboratorium mencakup beberapa hal yaitu untuk memelihara
kelancaran dalam penggunaan laboratorium, menyediakan alat atau bahan yang
diperlukan, membuat format peminjaman, pendokumentasian atau pengarsipan data,
dan meningkatan mutu dari laboratorium tersebut.
Adapun tujuan dari manajemen laboratorium yaitu :
 Melaksanakan dan mengevaluasi strategi kerja Laboratorium secara efektif dan
efisien. 
 Mengevaluasi kinerja, meninjau, dan mengkaji ulang proses serta melakukan
berbagai penyesuaian dan koreksi jika terdapat penyimpangan di dalam
pelaksanaan strategi kerja di Laboratorium. 
 Senantiasa memperbaharui strategi yang kita rumuskan agar sesuai dengan
perkembangan lingkungan eksternal/kebutuhan pasar. 
 Senantiasa meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
peluang yang ada. 
 Senantiasa melakukan inovasi untuk mengembangkan Laboratorium.

Keamanan kerja di laboratorium


1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.
2. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas
laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi
kaki
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
5. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.
6. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera
keringkan dengan lap basah.
7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
8. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.
9. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
10. Pastikan kran gas tidak bocor apabila hendak mengunakan bunsen.
11. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan
sesudah praktikum selesai.

2.2 Cara Membangun Budaya Keselamatan dan Keamanan Bekerja di


Laboratorium
Untuk membangun budaya keselamatan dan keamanan bekerja di laboratorium maka
diperlukan upaya-upaya sebagai berikut :
1) Mengembangkan pernyataan kebijakan keselamatan dan keamanan.
Menerapkan kebijakan formal untuk mendefinisikan, mendokumentasikan,
dan menyetujui sistem manajemen keselamatandan keamanan kimia.
2) Menunjuk Petugas Keselamatan dan Keamanan laboratorium
Untuk mengawasi program manajemen keselamatandan keamanan diperlukan
petugas yang berutgas dalam melaksanakan tanggung jawabnya pada bidang
keselamatan dan keamanan.
3) Identifikasi dan atasi situasi yang sangat berbahaya.
Laksanakan evaluasi berbasis risiko untuk menentukan dampak dan
kecukupan upaya kendali yang ada, memprioritaskan kebutuhan, dan menerapkan
tindakan perbaikan berdasarkan tingkat kepentingan dan sumber daya yang tersedia.
Informasi yang dikumpulkan akan memberi dasar bagi terciptanya sistem manajemen
keselamatan yang kokoh, serta membantu memprioritaskan berbagai upaya untuk
meningkatkan keselamatan dan keamanan.
4) Menerapkan kendali administratif.
Kendali administratif menjelaskan peraturan dan prosedur lembaga tentang
praktik keselamatan dan keamanan dan menetapkan tanggung jawab para individu
yang terlibat. Kendali administratif juga harus memberikan mekanisme untuk
mengelola dan menanggapi perubahan, seperti prosedur, teknologi, ketentuan hukum,
staf, dan perubahan lembaga. Kontrol ini meliputi peraturan keselamatan umum,
prosedur kebersihan dan pemeliharaan laboratorium, panduan penggunaan bahan dan
peralatan, dan dokumen lain yang bisa digunakan untuk menyampaikan peraturan dan
harapan kepada semua pegawai laboratorium.
5) Menerapkan prosedur manajemen bahan kimia.
Manajemen bahan kimia adalah komponen yang sangat penting dari program
keselamatan laboratorium dan meliputi prosedur tertentu membeli bahan kimia,
penanganan bahan kimia, termasuk ventilasi yang memadai,penggunaan peralatan
perlindungan diri (PPE) secara tepat, danperaturan dan prosedur lembaga, terutama
untuk tumpahan dan keadaan darurat, penyimpanan bahan kimia, pelacakan inventaris
bahan kimia, pengangkutan dan pengiriman bahan kimia, dan pembuangan limbah
kimia.
6) Kenakan Peralatan Pelindung Diri dan Peralatan Kendali Teknik.
Setiap lembaga harus menyediakan fasilitas dan peralatan yang tepat untuk
pegawai laboratorium. Peralatan kendali teknik seperti tudung laboratorium, ventilasi
buang setempat, atau kotak sarung tangan, merupakan metode utama untuk
mengontrol bahaya di laboratorium kimia. Peralatan pelindung diri, seperti kaca mata
pengaman, kacamata pelindung, dan pelindung wajah, harus melengkapi peralatan
kendali teknik.
7) Latih, komunikasikan, dan bina.
Cara terbaik menciptakan budaya keselamatan di tempat kerja adalah dengan
memberi teladan yang baik setiap hari dengan mematuhi dan menegakkan peraturan
dan prosedur keselamatan dan keamanan setiap hari. Pembentukan sistem pelatihan
dan pembinaan semua orang yang bekerja di laboratorium sangatlah penting. Budaya
keselamatan laboratorium pada akhirnya tergantung kebiasaan kerjadari setiap
kimiawan dan perasaan sebagai sebuah tim.
8) Evaluasi fasilitas dan atasi kelemahannya.
Rancang semua laboratorium untuk memudahkan kerja eksperimen serta
mengurangi kecelakaan. Keselamatan dan keamanan harus dipertimbangkan saat
merancang dan memelihara laboratorium danruang kerjanya.
9) Rencana untuk keadaan darurat Setiap laboratorium lembaga,departemen, dan
individu harus memiliki rencana kesiapan keadaan darurat.
Langkah-langkah pengembangan rencana keadaan darurat meliputi : menilai jenis
kecelakaan yang paling mungkin terjadi, mengidentifikasi pembuat keputusan dan
pemangku kepentingan, seperti prioritas laboratorium, membuat rencana keadaan
darurat yang teridentifi kasi dalamlangkah pertama, dan melatih staf tentang prosedur
yang dijabarkan dalam rencana tersebut.
10) Identifikasi dan atasi halangan kepatuhan terhadap keselamatan dan keamanan.
Seperti dibahas sebelumnya, ada banyak halangan kepatuhan terhadap sistem
keselamatan dan keamanan, termasuk perubahan pegawai dan kondisi yang khusus
satu laboratorium tertentu. Lembaga harus mengidentifi kasi halangan-halangan ini
dan menetapkan insentif agar pegawai laboratorium mematuhi upaya keselamatan dan
keamanan.

2.3 Bekerja dengan Bahan Kimia Berbahaya Penanganan Limbahnya


Hal pertama yang perlu dilakukan dalam bekerja dengan bahan kimia di laboratorium
yaitu dengan menggunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk
melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup
untuk melindungi kaki, tidak memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan
Kimia, tidak memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi,
menghindari kontak langsung dengan bahan Kimia, Hindari mengisap langsung uap
bahan Kimia, dan tidak mencicipi atau mencium bahan Kimia kecuali ada perintah
khusus.
Kemudian, ketika hendak melakukan pemindahan bahan kimia dari suatu
tempat ke tempa yang lain, maka hendaklah : membaca label bahan Kimia sekurang-
kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan, memindahkan bahan kimia sesuai
dengan jumlah yang diperlukan, tidak menggunakan bahan Kimia secara berlebihan,
dan jangan mengembalikan bahan Kimia ke dalam botol semula untuk mencegah
kontaminasi. Apabila hendak memindahkan bahan Kimia cair maka yang perlu
dilakukan yaitu :
1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan seklaigus telapak tangan
memegang botol tersebut.
2. Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat terkotori.
3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak
memercik.
Apabila hendak memindahkan bahan Kimia padat maka yang perlu dilakukan
yaitu :
1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan Kimia.
2. Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.
3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat mengotori
bahan tersebut (Muchtaridi. 2009).

Limbah Bahan Kimia


Limbah merupakan hasil buangan yang diperoleh dari hasilk sebuah proses baik
industri maupun rumah tangga yang sudah tidak diperlukan. Keadaan limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manuia pada konsentrasi dan
kuantitas tertentu, dengan demikian diperlukan penanganan terhadap limbah tersebut
(Widjajanti, 2009 dalam Malayadi, 2017). Menurut Peraturan Pemerintah RI Pasal 1
No. 101 tahun 2014 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun, limbah
berdasarkan kelompoknya dibedakan menjadi 3, yaitu :
1) Limbah sumber yang spesifik, merupakan sisa proses suatu kegiatan industri
tertentu.
2) Limbah dari sumber yang tidak spesifik, yaitu limbah yang berasal bukan dari
proses utamanya misalnya dari kegiatan pencucian, pengemasan, pelarut perak,
dll.
3) Limbah B3 dari bahan kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi.

Berdasarkan karakteristiknya, limbah B3 dibedakan sebagai berikut :


1. Explosif (mudah meledak) contohnya : kalium klorat, Trinitrotaluen
(TNT),natrium nitrat, gas bertekanan tinggi, campuran belerang, karbon dan
kaliumklorat
2. Flamable (mudah terbakar) contohnya : metanol, eter, aseton, heksana,benzena,
uap ini dapat bergerak menuju api sejauh 3 meter.
3. Oxidazing Agent (bahan oksidator) contohnya : natrium nitrit/nitrat,
kaliumklorat, kaporit, asam sendawa, alkena, alkilbenzena dan sebagainya
.Sekalipuntidak ada O2 dari luar dapat menyebabkan kebakaran .
4. Bahan mudah terbakar oleh air, contohnya logam N a, K dan asam sulfat pekat.
5. Bahan mudah terbakar oleh asam contohnya logam paduan N a dan K,.senyawa
hidrida dan sebagainya .
6. Gas bertekanan tinggi, misalnya gas-gas dalam tabung silinder dengan
tekanantinggi.
7. Bahan-bahan beracun contohnya : C02, CI2, benzena, Kloroform, sianida dan
sebagainya .
8. Bahan korosif contohnya : anhidrida asam, alkali, asam sulfat, fenol
dansebagainya.

Penanganan Limbah Bahan Kimia


Upaya pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1. Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses
kegiatan atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya
reduksi lainnya.
2. Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang
menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3 
3. Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang
berlaku.
- Kolam penyimpanan atau Surface Impoundments
Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang diperuntukkan
khusus bagi limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat
mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan
terkonsentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan
karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran
lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga
mencemari udara.
- Landfill untuk limbah B3 atau Secure Landfills
Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan
tingkat tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill, limbah B3 dimasukkan
kedalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalamlandfill yang didesain khusus
untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landfill harus dilengkapi peralatan
monitoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu
dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan
limbah B3 yang efektif. Metode secure landfillmerupakan metode yang memiliki
biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak
memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium merupakan suatu hal yang
sangat penting dan memerlukan perhatian khusus yang tidak terlepas dari
pengelolaan, pengorganisiran, pengantisipasian, dan pengevaluasian hal-hal yang
mungkin terjadi pada suatu laboratorium dan untuk meningkatkan mutu dari
suatu laboratorium tersebut.
2. Budaya keselamatan dan keamanan di laboratorium harus dimiliki oleh setiap
orang yang memiliki peran dan bagian pada suatu laboratorium.
3. Limbah bahan kimia dibedakan menjadi 3 kategori berdasarkan sumbennya, yaitu
limbah dari sumber yang spesifik, limbah dari sumber yang tidak spesifik, dan
limbah B3 dari bahan kadaluarsa.
4. Bahan kimia berbahaya dikategorikan dalam, explosive, flammable,
oxidizingagent, mudah meledak, mudah terbakar, bahan korosif, dan bahan
beracun.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya pekerja laboratorium menerapkan
peraturan dan SOP yang ada pada laboratorium dan memperhatikan bahan kimia yang
digunakan agar terhindar dari kecelakaan saat bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Malayadi, A., Fiar. 2017. Karakteristik dan Sistem Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Laboratorium Universitas Hasanuddin Kota
Makassar. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Muchtaridi. 2009. Keselamatan Kerja di Laboratorium. Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Padjajaran.
Sari, R. dan Resmiaty, T. 2017. Aplikasi Sistem Informasi dan Manajemen
Laboratorium. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia: Panduan Panduan Cepat
Untuk Manajer dan Supervisor Laboratorium. National Reasearch Council of
The National Academis. www.nas.edu/bcst.

Anda mungkin juga menyukai