Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

FILSAFAT SAINS DAN TEKNOLOGI


PENGETAHUAN DAN SAINS

OLEH

NAMA : A. FADILLAH AZISAH


NIM : F1C119059
JURUSAN : KIMIA
KELAS : KIMIA A
DOSEN PEMPIMBING : Dr. H. M. NATSIR, M.Si.

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
PENGETAHUAN DAN SAINS

Di Barat, kita mengenal istilah knowledge dan science. Knowledge berasal

dari kata know yang berarti “tahu” dan science berasal dalam bahasa Latin “scire”

yang juga berarti “tahu”. Walau pemaknaan keduanya hampir sama namun

memiliki cakupan yang berbeda.Knowledge merupakan bentuk umum (genus) dan

science merupakan bentuk khususnya (species). Science bisa saja disebut

knowledge tapi knowledge bukan hanya science. Hal ini karena science adalah

knowledge dengan ciri khusus.

Ciri khusus science tersebut terdiri dari tiga aspek, yaitu (1) Objek

ontologis science adalah segala sesuatu yang berada dalam ranah pengalaman

empiris manusia; (2) Landasan epistemologis science adalah metode ilmiah

(logico- hyphotetico-verification); dan (3) Landasan aksiologis science adalah

kemanfaatan bagi manusia. Segala knowledge yang memiliki tiga ciri khusus di

atas disebut science dan berhak dilekati kata sifat “scientific”.

Menjadi diskursus yang menarik ketika dua terma di atas kita cari

padanannya dalam bahasa Indonesia. Umumnya, kita mengartikan knowledge

dengan “pengetahuan” dan science dengan “ilmu”. Sehingga berlakulah

“pengetahuan” sebagai genus dan “ilmu” sebagai speciesnya. Pembagian ini

disebabkan bahwa “pengetahuan” terdiri dari “pengetahuan yang tidak terstruktur”

dan “pengetahuan yang terstruktur”. “Pengetahuan tidak terstruktur” bisa disebut

“pengetahuan biasa” (common sense), sedangkan “pengetahuan yang terstruktur”

disebut dengan “ilmu”


Diskursus semacam ini lumrah kita temukan dalam buku-buku filsafat

ilmu, terutama buku Jujun S. Suriasumantri. Dalam buku yang ditulis Jujun di

tahun

1970an itu juga mempermasalahkan penerjemahan kata “science” menjadi “ilmu

pengetahuan”. Menurutnya, akan menjadi janggal ketika kita menerjemahkan kata

“scientific” menjadi “pengetahuan ilmiah” atau “ke-ilmu pengetahuan-an”. Dua

penerjemahan itu akan menyesatkan dan kurang nyaman digunakan.

Hal tersebut mungkin karena tidak ditemukannya dua istilah (science dan

scientific) dalam bahasa Indonesia, sehingga keduanya butuh dicarikan padanan

kata yang cocok dalam bahasa Indonesia. Namun, ternyata saat ini, kata “science”

dan “scientific” telah mengalami penyerapan dalam bahasa Indonesia menjadi

“sains” dan “saintifik”. Sehingga kita mungkin akan mempermudah kita dalam

pemahamannya. Sekarang kita memiliki dua terma, yaitu “ilmu” dan “sains”.

Sehingga menjadi tidak relevan lagi perdebatan apakah penerjemahan kata science

lebih tepat digunakan untuk “pengetahuan” atau “ilmu”. Keduanya tentu memiliki

pemaknaan yang berbeda.

Perbedaan pemaknaan antara ilmu dan sains inipun membawa dampak

keunikan struktur genus-species-nya. Struktur tersebut menjadi bertingkat tiga.

“Pengetahuan” merupakan bentuk umum (genus), yang terdiri dari “pengetahuan

yang tidak terstruktur” dan “pengetahuan yang terstruktur (ilmu)” yang berlaku

sebagai species. “Ilmu” ternyata terdiri dari beragam jenis pula, ada ilmu agama,

ilmu filsafat, sains, ilmu kewarganegaraan dan ilmu lainnya. “Ilmu” itu sendiri

memainkan dua fungsi. Ia berlaku sebagai species ketika ditempatkan di bawah

“pengetahuan”, dan ia berlaku sebagai genus ketika ia ditempatkan di atas i


agama, ilmu filsafat, sains, dan jenis ilmu lainnya. Pola hubungan antara ketiga

istilah tersebut dalam ilmu mantiq juga bisa disebut 'um wal khas muthlaqan.

Pembedaan pemaknaan antara ilmu dan sains juga berdampak pada

penyifatan keduanya. Hal-hal yang memenuhi kriteria ilmu, berhak disebut ilmiah.

Dan hal-hal yang memenuhi kriteria sains, berhak disebut saintifik. Yang saintifik

berarti ia juga ilmiah. Sedangkan yang ilmiah belum tentu saintifik. Hal-hal yang

berkaitan dengan agama, apabila ia sesuai dengan kaidah ilmu agama, maka

berhak disebut ilmiah, namun ia tidak berhak disebut saintifik.

Begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan ilmu filsafat, ilmu bahasa, dan

ilmu-ilmu lainnya. Tetapi, sains bisa disebut ilmiah dan saintifik. Karena untuk

disebut saintifik, tidak hanya harus memenuhi syarat keilmuan, tetapi juga harus

memenuhi ketentuan-ketentuan sains. Ketentuan-ketentuan sains ini tentu kita

rujuk pada tiga ciri khusus sains (science) seperti yang telah kita jelaskan di awal.

Kalau kita analisis lebih jauh, bagaimana keunikan ini bisa terbentuk, maka kita

mungkin saja akan bermuara pada asal kata “ilmu” itu sendiri. Kata “ilmu”

merupakan serapan dari kata ‘ilm dalam bahasa Arab. Kata ini berasal dari kata

‘alama yang berarti “tahu”. Sehingga kata ‘ilm dapat diartikan dengan

“pengetahuan”. Namun, dalam bahasa Arab tidak ditemukan susunan genus atau

species dari kata ‘ilm ini.

Kata ‘ilm hanya biasa dipertentangkan dengan ra’y yang berarti opini.

Pemaknaan kata ‘ilm adalah pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya.

Kata “sebagaimana adanya” menunjukkan bahwa pengetahuan itu telah diuji

kebenarannya dengan bukti-bukti yang kuat dan tidak berdasar pada praduga atau

asumsi semata.

Anda mungkin juga menyukai