A. Sistem MSDS
Setiap kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat terjadinya
yang
bersangkutan,
a.
b.
c.
d.
Bahaya reaktivitas :
Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan
terurai, bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi
yang bersifat eksotermik (menghasilkan panas)
sehingga eksplosif atau reaktivitasnya terhadap gas
lain sehingga menghasilkan gas beracun.
Sifat- sifat bahaya tersebut digambarkan dalam skala bahaya
seperti berikut :
Bahaya
Terhadap
Kesehatan
Bahan kimia yang
dengan sangat
sedikit paparan
(exposure) dapat
menyebabkan
kematian atau
sakit parah.
Bahaya
Bahaya
Kemudahan
Reaktivitas
Terbakar
Bahan kimia yang Bahan kimia yang
akan teruapkan
secara sendirian
dengan cepat atau memiliki
sempurna pada
kemungkinan
tekanan atmosfer meledak atau
dan temperatur
terdekomposisi
kamar atau bahan dan menimbulkan
Bahan kimia
berupa cairan
atau padatan
yang dapat
menyala pada
semua temperatur
kamar.
ledakan atau
bereaksi pada
tekanan dan
temperatur
normal.
Bahan kimia yang
secara sendirian
memiliki
kemungkinan
meledak atau
terdekomposisi
dan menimbulkan
ledakan atau
bereaksi tetapi
membutuhkan
bahan inisiator
atau harus
dipanaskan pada
kondisi tertentu
sebelum inisiasi
atau bahan yang
bereaksi dengan
air dan
menimbulkan
ledakan.
Bahan kimia yang
segera
menunjukkan
perubahan kimia
drastis akibat
kenaikan
temperatur atau
tekanan atau
reaksi secara
cepat dengan air
dan mungkin
membentuk
campuran bahan
peledak dengan
air.
Bahan kimia yang
secara sendirian
Bahan kimia yang Bahan kimia yang
stabil tetapi dapat
dengan terjadinya harus dipanaskan
menjadi tidak
1 paparan dapat
terlebih dahulu
stabil akibat
menyebabkan
sebelum nyala
kenaikan
iritasi atau sakit. dapat terjadi.
temperatur atau
tekanan.
Bahan kimia yang
akibat paparan
Bahan kimia yang
termasuk dalam
secara sendirian
Bahan kimia yang
kondisi terbakar
stabil kecuali pada
0
tidak dapat
tidak
kondisi nyala api
terbakar.
mengakibatkan
dan bahan tidak
sakit atau bahaya
reaktif dengan air.
kesehatan.
4. First Aid Measures / Tindakan Pertolongan Pertama
Menjelaskan tentang langkah pertolongan pertama jika
terpapar atau keracunan bahan kimia.
5. Fire fighting measures / Penanganan Penanggulangan
Kebakaran
Tindakan Penanggulangan
disebabkan oleh bahan.
jika
terjadi
kebakaran
yang
kimia secara global baik impor maupun ekspor, dan juga akan
membantu dan mempermudah dalam menghambat perdagangan
bahan kimia terlarang yang tidak boleh diperjual belikan. Selain
itu, tujuan utama GHS adalah juga untuk melindungi pekerja,
lingkungan hidup, dan umat manusia secara umum.
Kesulitan dan tantangan serta hambatan yang ada di Indonesia
antara lain disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
Terbatasnya tenaga ahli khususnya dalam ruang lingkup
klasifikasi bahan kimia dan komunikasi bahaya
Kurangnya pengetahuan yang menyebabkan kurangnya
kewaspadaan terhadap resiko dan bahaya bahan kimia
Kurangnya
pemenuhan
informasi
saintifik
untuk
mengevaluasi bahaya yang diakibatkan oleh penggunaan
berbagai bahan kimia.
Kurangnya sarana dan pra sarana dalam hal penentuan
toksisitas bahan kimia khususnya untuk campuran
Kesulitan dalam menterjemahkan beberapa istilah teknis di
Buku Ungu / GHS Purple Book kedalam bahasa lokal
Oleh karena itu dibutuhkan beberapa tindakan yang perlu
dilakukan untuk membantu menyelesaikan kesulitan diatas antara
lain melalui:
Revisi atau amendemen peraturan pemerintah yang terkait
dengan bahan kimia
Memperkuat assosiasi industri, transportasi, perdagangan
dan lain-lain yang terkait dengan implementasi GHS
Memperbanyak aktifitas training dan sosialisasi GHS baik
dari segi frekuensi, kuantitas maupun kualitas
Menciptakan mekanisme jaringan dengan stakeholders yang
terlibat dengan implementasi GHS
Pengembangan modul training implementasi GHS untuk
berbagai kelompok target yang berbeda
Menghubungkan aktifitas dan kebijakan nasional dengan
program kerja pemerintahan propinsi atau daerah
Bekerja sama dengan institusi non pemerintah dalam hal
penyediaan jasa layanan pembuatan MSDS dan Penandaan
sesuai GHS khususnya untuk membantu SME agar dapat
bertahan dengan implementasi GHS
Sementara untuk standar GHS, Toksisitas Akut Kategori 1 memiliki nilai LD50 5 seperti
terlihat pada grafik berikut dibawah ini.
pada sistem klasifikasi bahaya beserta simbol / piktogram yang akan digunakan dimana
standar GHS akan diadopsi secara menyeluruh oleh berbagai instansi terkait.
Tabel 1. Perbandingan Format MSDS Menakertrans vs GHS
Section
s
Format Kepmenaker
Format GHS
Identitas Perusahaan
Identitas Perusahaan
Komposisi Bahan *
Identifikasi Bahaya *
Identifikasi Bahaya *
Komposisi Bahan *
Tindakan P3K
Tindakan P3K
10
11
Informasi Toksikologi
Informasi Toksikologi
12
Informasi Ekologi
Informasi Ekologi
13
Pembuangan Limbah
Pembuangan Limbah
14
15
Informasi Perundang-undangan
Informasi Perundang-undangan
16
Informasi Lain
Informasi Lain
Penjelasan implementasi MSDS berdasarkan GHS per sections akan dijabarkan sebagai
berikut:
1. Identitas Bahan dan Perusahaan
Berisikan informasi mengenai nama bahan kimia / nama lain dari bahan. Juga berisi nama
perusahaan / supplier pembuat / penyalur bahan kimia terkait, alamat perusahaan lengkap,
nomor telepon beserta nomor telepon darurat / emergensi yang dapat dihubungi pada saat
terjadi kecelakaan menyangkut bahan kimia terkait.
2. Identifikasi Bahaya
GHS menempatkan Bagian 2 yaitu Informasi mengenai Bahaya dari bahan kimia dan
menempatkan informasi komposisi bahan setelahnya dikarenakan pekerja dan perusahaan
lebih membutuhkan informasi bahaya dibandingkan dengan informasi kandungan /
komposisi bahan, oleh karenanya format MSDS GHS menempatkan informasi Identifikasi
Bahaya terlebih dahulu dibandingkan informasi Komposisi Bahan. Oleh sebab itu untuk
aplikasi di Indonesia, revisi Kepmenaker
No 187/1999 dan peraturan terkait lainnya hanya memerlukan sedikit perubahan
menyangkut perubahan Format MSDS dan Simbol bahaya yang digunakan. Sections 2 juga
berisikan klasifikasi bahaya dari zat atau campuran bahan kimia. Selain itu juga sections ini
menyertakan penampilan label / simbol bahaya termasuk pernyataan kehati-hatian dari
bahan tersebut. Implementasi GHS juga akan memandatkan penggunaan simbol / piktogram
sesuai standar GHS, artinya Indonesia juga akan menggunakan dan memiliki standar dalam
hal simbol bahaya. Adapun simbol yang digunakan di Indonesia umumnya mengadopsi dari
beberapa standar seperti EU. Berikut contoh simbol yang umum digunakan saat ini:
Sedangkan pada saatnya GHS diimplementasikan secara menyeluruh maka Indonesia akan
mengadopsi simbol / piktogram GHS. Simbol / piktogram GHS sangat mudah difahami dan
memiliki standar pewarnaan yang sangat mudah dikenali. Hal ini akan membantu pekerja /
konsumen dalam mengidentifikasi bahaya yang ada beserta perlindungan apa saja yang
harus digunakan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait.
Penjelasan klasifikasi dari masing-masing simbol bahaya GHS adalah sbb:
Kelas
Simbol
Keterangan
Eksplosif
Gas Pengoksidasi
Gas Bertekanan
10
Padatan Piroporik
11
12
13
Cairan Pengoksidasi
14
Padatan Pengoksidasi
15
Peroksida Organik
16
17
Toksisitas Akut
18
19
20
21
22
Karsinogenitas
23
24
25
26
Bahaya Aspirasi
27
3. Komposisi Bahan
Komposisi dari bahan kimia menyertakan nama, CAS number, sinonim, impurities dan
konsentrasi bahan dalam campuran, zat aditif penyetabil bahan kimia beserta identifikasi
unik lainnya harus dimasukkan dan ditempatkan pada sections 3 dari GHS MSDS.
4. Tindakan P3K
Penjelasan mengenai tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) harus
dimasukkan di sections ini, hal ini termasuk efek / gejala apa yang biasanya terjadi pada
saat terjadi kecelakaan, apakah gejalanya akut atau tertunda. Masukkan informasi mengenai
tindakan medis apa yang harus segera dilakukan dan perawatan yang dibutuhkan untuk
menolong korban kecelakaan.
5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran
Kebakaran menyangkut bahan kimia sangat selektif dan memerlukan tindakan khusus
dalam penanganannya. Dalam sections 5 dimasukkan informasi mengenai jenis media
pemadam yang cocok untuk memadamkan kebakaran, bahaya spesifik apa yang
ditimbulkan oleh terbakarnya bahan kimia tersebut, dan alat pelindung diri apa yang harus
dikenakan oleh petugas pemadam dan peringatan mengenai bahaya yang mungkin terjadi
kemudian.
6. Tindakan Mengatasi Kebocoran dan Tumpahan
Informasi mengenai peringatan bagi individu beserta alat pelindung diri dan prosedur
tanggap darurat terkait dengan terjadinya tumpahan dan kebocoran bahan kimia
ditempatkan pada sections 6. Peringatan bahaya terhadap lingkungan hidup sebagai akibat
dari tumpahan dan kebocoran tersebut juga disertakan pada sections ini. Metode dan bahan
yang digunakan untuk menampung serta membersihkan tumpahan dan kebocoran harus
dijelaskan pada sections ini. Jarak evakuasi jika terjadi kebocoran juga dimasukkan
kedalam sections ini.
7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan
Berisikan mengenai informasi penanganan dan penyimpanan yang aman dan sesuai dengan
petunjuk peraturan. Informasi mengenai kondisi yang aman dalam hal penyimpanan beserta
petunjuk inkompatabilitas/ketidaksesuaian dari bahan kimia yang ditempatkan harus
dimasukkan dalam sections ini. Petunjuk inkompatabailitas bisa mengacu kepada
Tabel Chemical Reactivity Sheet.
Penampakan
Bau
Titik Leleh / Beku
pH
Titik Nyala
Laju Penguapan
Flamabilitas (padatan, gas)
Batas bawah / atas dari flamabilitas atau ledakan
Tekanan Uap
Densitas Relatif
Viskositas
dll
Limbah dari produk bahan kimia harus diolah secara baik dan benar. Sections 13 dari MSDS
GHS mewajibkan tersedianya informasi yang cukup mengenai metoda pengolahan limbah
beserta tata caranya.
Selain simbol / piktogram diatas, GHS juga mengembangkan simbol untuk Alat Pelindung
Diri (APD) yang diwajibkan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait, simbol tersebut
berbentuk lingkaran berwarna dasar biru dengan gambar APD yang sesuai untuk
mengurangi resiko terhadap bahaya pemaparan bahan kimia. Berikut adalah beberapa
contoh Simbol APD versi GHS yang digunakan pada label / penandaan bahan kimia:
Gunakan Alas Kaki atau Sepatu Bot
Implementasi GHS yang akan mempengaruhi MSDS selain hal diatas adalah penerapan
bahasa lokal baik untuk MSDS maupun Label / Penandaan. Penerapan GHS akan mewajibkan
setiap MSDS dan Label terdapat dalam 2 bahasa yaitu bahasa lokal dan bahasa
Internasional / Inggris. Penerapan ini sangat penting karena tujuan GHS adalah untuk
melindungi umat manusia dan lingkungan hidup dari bahaya bahan kimia, sehingga penting
untuk memandatkan seluruh sistem agar terdapat dalam bahasa lokal, hal ini agar
memudahkan dalam hal mengerti dan memahami isi dan kandungan dari MSDS dan Label
yang terdapat pada bahan kimia.
Oleh karena itu, penterjemahan guide GHS atau yang kita kenal dengan nama Purple
Book sangatlah penting karena GHS Purple Book akan menjadi acuan dalam penentuan
klasifikasi bahaya beserta kategorinya, pembuatan MSDS, Label, dll. Diharapkan agar
pemerintahan dapat segera merampungkan penterjemahan Purple Book ke GHS ke dalam
bahasa Indonesia secara penuh dan mensosialisasikannya kepada pihak terkait. Oleh
karena itu, sebaiknya hasil terjemahan purple book GHS dapat tersedia di berbagai situs
pemerintahan seperti Depnaker, Badan POM, dll untuk di download oleh pengguna lokal
selain juga disosialisasikan dalam bentuk hard cover.
Penting untuk diketahui bahwa penerapan GHS tidak akan mempengaruhi sistem penandaan
transportasi yang sudah terlebih dahulu ada yaitu UN-RTDG, IATA, IMDG, dll. Sistem
penandaan transportasi sudah terlebih dahulu diseragamkan dan distandardisasi sebelum
isu GHS diangkat sehingga GHS hanya akan mempengaruhi sistem penandaan pada produk
atau kemasan dari produk tanpa mempengaruhi penandaan pada kendaraan / alat
transportasi yang akan mengirimkan atau membawa bahan kimia.
Kedua sistem ini, baik GHS maupun DG Transport Standards akan berdiri sendiri-sendiri
namun tetap memiliki keterkaitan antar satu dengan yang lainnya.
Sumber :
Anonymous, (2004) How GHS Fits Into Chemical Safety United Nations.
Arai, K., (2001) The Globally Harmonized System (GHS) for Hazards Classification
and Labelling, www.jcia-net.or.jp
Santoso, G., (2004) Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja, Penerbit: Prestasi
Pustaka.
www.osha.gov/SLTC/hazardcommunications/global.html
http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/presentation_e.html
http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/pictograms.html
http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/implementation_e.html#Indonesia
d.
e.kode R/S
kode R ( Hazard Warning for Dangerous Chemicals) merupakan peringatan
bahay untuk bahan kimia berbahaya. Sedangkan S (Safetiy Precautions for
Dangerous Chemical) menunjukkan tindakan pencegahan atau saran penyimpanan
untuk bahan-bahan kimia berbahaya.
Keterangan
Kod
eR
Keterangan
R1
R23
R2
R24
Mercuni kulit
R3
R25
R4
R26
R5
R27
R6
R28
R7
Danapat menyebabkan
kebakaran
R29
Dapat mengembangkan /
membentuk gas beracun
bila terkontak dengan air
R8
R30
Kemungkinan akan
mengakibatkan kebekaran
bila digunakan
R9
R31
R10
Mudah terbakar
R32
R11
R33
R12
R34
R13
R35
R14
R36
R15
R37
R16
R38
R17
R39
R18
R40
R19
R41
R20
R42
R21
R48
R22
R50
Selain kode R, juga sering di jumpai kode laindengan inisial S pada label bahan
kimia. Kode S menunjjukkan informasi tindakan keselamatan / keamanan. S2
misalnya bahan kimia tersebut di jaukan pada anak-anak. Seperti halnya kode R
dan S juga sering di jumpai tampilan kombinasi. Contohnya S3/7/9 artinya tindakan
untuk keselamatan bahan kimia tersebut meliputi S3,S7, dan S9.
Ko
de
S
Keterangan
Ko
de
S
Keterangan
S1
S13
S2
S14
S3
S15
S4
S16
S5
S17
S6
S18
S7
S20
S8
S42
S9
S43
S10
S44
S11
S45
S12
Resiko fisiko-kimia
Resiko Kesehatan
Resiko Lingkungan
Huruf kode
untuk
simbol
bahaya
Keterangan
bahaya
Huruf kode
untuk
simbol
bahaya
Keterangan
bahaya
Huruf
kode
untuk
simbol
bahaya
Keterangan
bahaya
Bahaya untuk
lingkungan
Eksplosif
/mudah
meledak
(Explosive)
T+
Sangat
beracun
(Very toxic)
Pengoksida
si
(Oxidizing )
Beracun
(Toxic)
F+
Amat
sangat
mudah
terbakar
(Extremely
flammable)
Korosif(Corr
osive)
Sangat
mudah
terbakar
(Highly
flammable)
Xn
Berbahaya
(Harmful)
Mudah
terbakar
Xi
Iritan (Irrita
nt)
R10:
flammable
Sesuai aturan, tidak lebih dari satu keterangan bahaya diseleksi tiap kelompok
Tidak termasuk konstituen dalam limbah yang mengalami reaksi berbahaya antara satu
dengan yang lain
2
0 Google +0
Related Post