Tanda bahaya bahan kimia dapat ditemukan pada label bahan kimia. Namun, untuk
informasi yang lengkap mengenai bahan kimia, ada pada lembar data keselamatan bahan
kimia tersebut.
MSDS adalah lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika,
kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam keadaan
darurat dan informasi lain yang diperlukan.
Material Safety Data Sheets atau Lembaran Data Keselamatan Bahan meliputi aspek-aspek
keselamatan yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Aspek-aspek
tersebut selalu melibatkan 3 komponen yang saling berkaitan, yakni Manusia,
prosedur/metode kerja dan peralatan/bahan. Sebelum bahan kimia diterima, disimpan dan
digunakan, maka keterangan yang ada dalam MSDS tersebut harus dipahami. Keterangan
tersebut meliputi :
a. Identifikasi Bahan
d. Sifat-Sifat Bahaya
a.)Bahaya kesehatan. Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka pendek
(akut) dan jangka panjang (kronis) NAB (nilai ambang batas) diberikan dalma satuan
mg/m3 atau ppm. NAB adalah konstentrasi pencemaran dalam udara yang boleh dihirup
seseorang yang bekerja selama 8jam/hari selama 5 hari. Beberapa data berkaitan dengan
bahaya kesehatan juga diberikan, yakni;
o LD-50 (lethal doses): dosis yang berakibat fatal terhadap 50% binatang
percoban mati.
o LC-50 ( lethal concentration): konsentrasi yang berakibat fatal terhadap 50%
binatang percobaan.
o IDLH (immediately dangerous to life and health): pemaparan yang berbahaya
terhadap kehidupan dan kesehatan.
b.)Bahaya kebakaran: ini termasuk kategori bahan mudah terbakar , dapat terbakar, tidak
dapat dibakar atau membakar bahan lain. Kemudian zat untuk terbakar ditentukan oleh;
o Titik nyala: suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan
o Konsentrasi mudah terbakar: daerah konsentrasi uap/gas yang dinyalakan.
Konsentrasi uap zat ternedah yang masih dapat dibakar disebut LFL (low
flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih dapat dinyalakan disebut
UFL ( upper flammable limit). Sifat kemudahan membakar bahan lain
ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
o Titik bakar: suhu di mna zat terbakar sendirinya.
c.)Bahaya reaktivitas: sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi
dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik sehingga eksplosif. Atau
reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas beracun
Sifat- sifat bahaya tersebut digambarkan dalam skala bahaya seperti berikut :
a.) Gambar yang berwarna biru menunjukkan skala bahaya kesehatan (Toksisitas)
b.) Gambar yang berwarna merah menunjukkan skala bahaya kebakaran
c.) Gambar berwarna kuning menunjukkan skala bahaya reaktivitas
d.) Gambar berwarna putih menunjukkan skala bahaya khusus lainnya
e. Sifat Fisika
Sifat-sifat fisika ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sifat bahaya bahan.
f. Keselamatan dan Pengamanan
Langkah-langkah keselamatan dan pengamanan;
Penanganan dan penyimpanan: usaha keselamatan yang di lakukan apabila bekerja
dengan atau menyimpan bahan.
Tumpahan dan kebocoran: usaha pegamanan apabila terjadi bahan tumpah atau bocor.
Alat pelindung diri: terhadap pernapasan, muka, mata dan kulit sebagai usaha untuk
mengurangi katerpaan bahan.
Pertolongan pertama: karena penghirupan uap atau gas, terkena mata dan kuliat atau
tertelan.
Pemadaman api: alat pemadam api ringan yang dapat di pakai untuk memadamkan api
yang tidak terlalu besar dan cara penanggulangan apabila sudah membesar.
g. Informasi Lingkungan
Informasi ini menjelaskan bahaya terhadap lingkungan dan bagaimana menangani
limbah atau buangan bahan kimia baik berupa padat, cair, maupun gas, termaksud di
dalamnya cara pemusnahan. Mengenai bahan-bahan berbahaya tanpa mengetahui
informasi tersebut, dapat mengakibatakan kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh bahan
tersebut yang tanpa di sadari akan menyebabkan dampak yang tidak kita inginkan.
Informasi lingkungan juga berisikan informasi dan data-data terkait dengan Ekologi /
Lingkungan Hidup seperti Toksisitas, degradabilitas dan persistance, potensi
bioakumulasi, pergerakan di dalam tanah, dan informasi efek samping lainnya.
Toksikologi lingkungan dapat dibagi menjadi dua subkategori: toksikologi kesehatan
lingkungan dan ekotoksikologi.
1. Toksikologi kesehatan lingkungan dapat didefinisikan sebagai studi mengenai efek-
efek merugikan dari bahan-bahan kimia lingkungan terhadap kesehatan manusia.
2. Sedangkan ekotoksikologi merupakan studi yang membahas efek-efek kontaminan
lingkungan terhadap ekosistem dan unsur-unsur pokok yang ada di dalam ekosistem
(i.e. ikan, burung, margasatwa, dll) (Leblanc, 2004 :464).
Dalam proses produksi industri kimia, sebagaian besar masih menggunakan bahan
kimia berbahaya. Risiko kecelakaan terlepasnya zat kimia akan menjadi lebih besar sesuai
dengan jumlah zat kimia baru yang dihasilkannya. Risiko ini dikarenakan produksi,
penyimpanan, transportasi dan penggunaan zat-zat yang mudah terbakar atau yang mudah
meledak (eksplosif). Pertumbuhan penduduk di sekitar pabrik dengan bahan kimia dan di
sepanjang jalur transportasi turut meningkatkan risiko dampak kecelakaan bahan kimia.
Bencana kimia dapat berupa kebakaran, ledakan, kebocoran bahan kimia, tumpahan bahan
kimia cair, semburan partikel kimia, dan sebagainya.
Kejadian bencana industri kimia juga dapat muncul perlahan-lahan karena kebocoran
yang tidak terdeteksi pada lokasi industri, tempat penyimpanan bahan kimia atau dari tempat
pembuangan limbah beracun.Gejala/keluhan penyakit massal dapat menjadi tanda dari
kejadian tersebut.
Bencana kimia dapat mengakibatkan tersebarnya gas buang berbahaya dan beracun ke
ruang udara bebas. Dapat juga menyebabkan tercemarnya limbah cair dan padat ke media
tanah/lahan, perairan sungai, perairan pesisir laut dan pantai, perairan danau maupun rawa
serta rembesan limbah pada air permukaan tanah dan air dalam tanah.
Bahaya kimia umumnya berasal dari bahan-bahan kimia yang ada di tempat kerja.
Bahaya bahan kimia dapat mempengaruhi atau masuk ke dalam tubuh pekerja melalui
pernafasan, pencernaan, kontak kulit, atau tertusuk/tersuntik. Contoh bahaya kimia antara lain:
Debu, Asap (smog), Gas, Uap, Fume, Kabut (mists/aerosol), Bedak/ Tepung (vapors), dan Fiber .
Untuk bahaya bahan kimia yaitu terkena cairan kimia atau tekanan gas berlebih akan
mengakibatkan iritasi mata dan kulit jika terkena anggota tubuh dan terserap ke dalam mata dan
kulit serta gangguan pernafasan karena menghirup gas/uap dapat dilakukan tindakan
pengendalian/pengurangan risiko dengan menggunakan (Subamia et al., 2019).:
1. APD (googles, masker)
2. Material Safety Data Sheet (MSDS),
3. Rambu K3 dan pembatasan akses pada area tersebut agar tidak sembarang orang
memasuki area tersebut.
Selain itu karyawan harus melakukan pengujian kesehatan setiap tahun sesuai ketentuan
perusahaan. Baik yang terkena bahan kimia maupun yang tidak terkena bahan kimia tersebut.
Pihak yang berwenang harus selalu melakukan monitoring lingkungan kerja tersebut, serta
larangan makan dan minum di tempat kerja. Hal ini sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja pada pasal 13, yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan Kepmenaker.
333/MEN/1989 tentang diagnosis dan pelaporan penyakit akibat kerja dan Kepmenaker.
187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja. Serta PP
No.74/2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun. serta di lakukan sosialisai
penanganan bahan kimia dan pelatihan pengunaan APD yang benar (Subamia et al., 2019).
Contoh
Jenis Cara Penangan
bahan yang
No Simbol Bahaya Risiko Arti Simbol Risiko bahaya
ada (rumus
Bahaya (Tindakan)
molekul)
Natrium Irritant Bahan yang Hindari kontak
Hidroksida dapat langsung dengan
(NaOH), menyebabkan kulit
Heksanol iritasi,
1 (C6H5OH), gatalgatal dan
Klorin (Cl2) dapat
menyebabkan
luka bakar pada
kulit.
Diklorometan Harmful Bahan yang Jangan dihirup,
; Etilen glikol dapat merusak jangan ditelan dan
kesehatan tubuh hindari kontak
bila kontak langsung dengan
2
langsung kulit.
dengan tubuh
atau melalui
inhalasi.
Metanol Bahan yang Jangan ditelan dan
(CH3OH), Toxic Bahan yang jangan dihirup,
Benzena bersifat hindari kontak
(C6H6) beracun, dapat langsung dengan
menyebabkan kulit.
3
sakit serius
bahkan
kematian bila
tertelan atau
terhirup.
Kalium Very Bahan yang Hindari kontak
sianida, Toxic bersifat sangat langsung dengan
Hydrogen beracun dan tubuh dan sistem
sulfida, lebih sangat pernapasan.
Nitrobenzene berbahaya bagi
dan Atripin. kesehatan yang
4
juga dapat
menyebabkan
sakit kronis
bahkan
kematian.
sumber: Material Safty Data Sheet (MSDS) 2006 (dalam Subamia et al., 2019)
Contoh bahan ini antara lain, amonium nitrat, nitrogliserin, TNT. Syarat penyimpanan
yang aman :
Contoh gas bertekanan yaitu gas N2+ asitelen H2+ dan Cl2 dalam tabung silindir
syarat penyimpanan :
1. Perencanaan (Planing)
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian (Organizing) B3 meliputi pemberian wewenang dan tanggung
jawab kepada personel yang tepat baik sebagai pengelola, pemakai, maupun pengawas.
Dalam pengorganisasian perlu adanya koordinasi antar berbagai pihak yang
berkepentingan dengan B3 terseabut. Selain itu juga dilakukan penetapan persyaratan
penyimpanan B3 dimana setiap jenis bahan kimia memiliki syarat penyimpanan tertentu.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan (actuating) B3 harus menggunakan prosedur dan instruksi yang telah
ditetapkan. Selain itu setiap kegiatan yang dilakukan harus ada rekaman yang mencatat
kegiatan tersebut untuk memantau status keberadaan B3, penggunaan, dan interaksinya.
Selain itu fungsi prosedur dan rekaman adalah untuk pengendalian kegiatan yang
berkaitan dengan B3, sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan akan dapat
ditelusuri sebab-sebab dan maupun akibat dari suatu kecelakaan.
4. Pengendalian (Controling)
Pengendalian (controlling) B3 merupakan unsur manajemen yang harus diterapkan
pada setiap unsur-unsur yang lain yakni mulai dari perencanaan, pengorganisasian
(organizing), dan pelaksanaan (actuating). Controlling dapat dilakukan dengan cara
inspeksi dan audit terhadap dokumen dan rekaman yang ada.
Menurut (Purba, 2019) upaya yang dapat dilakukan agar mengurangi risiko hazard
kimia di rumah sakit antara lain :
1. Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit K3RS berkoordinasi dengan seluruh
satuan kerja. Hal-hal yang perludiperhatikan adalah pengadaan B3, penyimpanan,
pelabelan, pengemasan ulang /repacking, pemanfaatan dan pembuangan limbahnya.
2. Pengadaan bahan beracun dan berbahaya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku
di Indonesia. Penyedia B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan
(Material Safety Data Sheet / MSDS), petugas yang mengelola harus sudah
mendapatkan pelatihan pengelolaan B3, serta mempunyai prosedur penanganan
tumpahan B3.
3. Penyimpanan B3 harus terpisah dengan bahan bukan B3, diletakkan diatas palet atau
didalam lemari B3, memiliki daftar B3 yang disimpan, tersedia MSDS, safety shower,
APD sesuai resiko bahaya dan Spill Kit untuk menangani tumpahan B3 serta tersedia
prosedur penanganan Kecelakaan Kerja akibat B3.
4. Pelabelan dan pengemasan ulang harus dilakukan oleh satruan kerja yang kompeten
untuk memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta standar pelabelan. Dilarang
melakukan pelabelan tanpa kewenangan yang diberikan oleh pimpinan rumah sakit.
5. Pemanfaatan B3 oleh satuan kerja harus dipantau kadar paparan ke lingkungan serta
kondisi kesehatan pekerja. Pekerja pengelola B3 harus memiliki pelatihan teknis
pengelolaan B3, jika belum harus segera diusulkan sesuai prosedur yang berlaku.
6. Pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor yang akan
masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah B3 padat harus dibuang
ke Tempat Pengumpulan Sementara Limbah B3 (TPS B3), untuk selanjutnya
diserahkan ke pihak pengolah limbah B3.
Upaya penanggulangan potensi bahaya kimia dilaboratorium kimia menurut
Amanah, 2011 dalam (Syakbania & Wahyuningsih, 2017) antara lain dengan cara
administrasi pembuatan prosedur K3 manual, engeneering/rekayasa seperti pemasangan
alarm pada lemari asam, subtitusi dengan penggantian alat yang sudah pecah dengan alat
yang baru, mengganti bahan kimia yang berbahaya/berisiko dengan bahan kimia yang
tidak terlalu berbahaya namun dengan fungsi yang sama dan penggunaan alat pelindung
diri.
Penanganan limbah kimia secara umum, dan upaya pembuangan limbah bahan
kimia terdiri dari 4 (empat) Metode, yaitu:
Terdapat beberapa jenis tumpahan bahan kimia sisa yang perlu mendapatkan
perlakuan khusus sebelum dibuang ke perairan. Bahkan, diantaranya perlu dimusnahkan
sebelum dibuang di antara bahan-bahan kimia tersebut antara lain,
Tumpahan basa-basa alkali dan ammonia seperti amonia anhidrat, Ca(OH)2 dan
NaOH dapat ditangani dengan mengencerkannya dengan air dan dinetralkan dengan
HCl 6 M kemudian diserap dengan kain dan dibuang
Untuk pemusnahan bahan reduktor (seperti Natrium bi- sulfit), NaNO, SO, Na,
SO₂) dapat dipisahkan antara bentuk gas dan padat. untuk gas (SO₂), alirkan ke dalam
larutan NaOH atau larutan kalsium hipoklorit. Untuk padatan, campurkan dengan
NaOH (1:1) dan ditambahkan kalsium hipoklorit dan air dan dibiarkan selama 2 jam.
selanjutnya dinetralkan dan dibuang ke perairan.