Anda di halaman 1dari 25

1.

Material Safety Data Sheets (MSDS)

Tanda bahaya bahan kimia dapat ditemukan pada label bahan kimia. Namun, untuk
informasi yang lengkap mengenai bahan kimia, ada pada lembar data keselamatan bahan
kimia tersebut.

MSDS adalah lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika,
kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam keadaan
darurat dan informasi lain yang diperlukan.

Material Safety Data Sheets atau Lembaran Data Keselamatan Bahan meliputi aspek-aspek
keselamatan yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Aspek-aspek
tersebut selalu melibatkan 3 komponen yang saling berkaitan, yakni Manusia,
prosedur/metode kerja dan peralatan/bahan. Sebelum bahan kimia diterima, disimpan dan
digunakan, maka keterangan yang ada dalam MSDS tersebut harus dipahami. Keterangan
tersebut meliputi :

a. Identifikasi Bahan

Identifikasi bahan menjelaskan nama bahan kimia, meliputi :


1. Nomor urut MSDS
2. Sinonim dalam nama kimia dan nama dagang
3. Rumus dan berat molekul
Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain :
1. Mengurangi Peluang Kecelakaan
2. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi bahaya dari aktivitas
perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menajalankan operasi
perusahaan.
3. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan
pengamanan yang tepat dan efektif.
4. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya.
b. Label Bahaya
Label ini diberikan dalam bentuk gambar untuk memberikan gambaran cepat sifat
bahaya. Label yang dipakai ada dua yaitu, menurut PBB (International) dan NFPA
(National Fire Protection Assosiation) – Amerika. Adapun label bahaya PBB. Label
NFPA ditunjukkan di tabel dibawah, berupa 4 kotak yang mempunyai ranking bahaya (0-
4) ditinjau dari aspek bahaya kesehatan (biru), bahaya kebakaran (merah) dan reaktivitas
(kuning). Kotak putih untuk keterangan tambahan.

Tabel Tanda Bahaya Menurut NFPA

Ranking Bahaya Kesehatan Bahaya Kebakaran Bahaya Reaktivitas


4 Penyebab kematian, cedera Segera menguap dalam Mudah meledak atau
fatal meskipun ada keadaan normal dan dapat diledakkan, sensitif
pertolongan terbakar secara cepat. terhadap panas dan
mekanik.
3 Berakibat serius pada Cair atau padat dapat Mudah meledak
keterpaan singkat meskipun dinyatakan pada suhu tetapi memerlukan
ada pertolongan. basa. penyebab panas dan
tumbukan kuat
2 Keterpaan intensif dan terus- Perlu sedikit ada Tidak stabil,
terusan berakibat serius, pemanasan sebelum bahan bereaksi hebat tetapi
kecuali ada pertolongan dapat dibakar tidak meledak
1 Penyeba iritas atau cedera Dapat dibakar tetapi Stabil pada suhu
ringan memerlukan pemanasan normal, tetapi tidak
terlebih dahulu stabil pada suhu
tinggi.
0 Tidak berbahaya bagi Bahan tidak dapat dibakar Stabil, tidak reaktif,
kesehatan meskipun kena sama sekali meskipun kena
panas (api) panas atau suhu
tinggi
Sumber : http:/www.kimianet.lipi.go.id
c. Informasi Bahan Singkat

Informasi singkat mengenai jenis bahan, wujud, manfaat, serta bahaya-bahaya


utamanya. Dari informasi singkat dan label bahaya, secara cepat bisa dipahami kehati-
hatian dalam menangani bahan kimia tersebut.

d. Sifat-Sifat Bahaya
a.)Bahaya kesehatan. Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka pendek
(akut) dan jangka panjang (kronis) NAB (nilai ambang batas) diberikan dalma satuan
mg/m3 atau ppm. NAB adalah konstentrasi pencemaran dalam udara yang boleh dihirup
seseorang yang bekerja selama 8jam/hari selama 5 hari. Beberapa data berkaitan dengan
bahaya kesehatan juga diberikan, yakni;
o LD-50 (lethal doses): dosis yang berakibat fatal terhadap 50% binatang
percoban mati.
o LC-50 ( lethal concentration): konsentrasi yang berakibat fatal terhadap 50%
binatang percobaan.
o IDLH (immediately dangerous to life and health): pemaparan yang berbahaya
terhadap kehidupan dan kesehatan.
b.)Bahaya kebakaran: ini termasuk kategori bahan mudah terbakar , dapat terbakar, tidak
dapat dibakar atau membakar bahan lain. Kemudian zat untuk terbakar ditentukan oleh;
o Titik nyala: suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan
o Konsentrasi mudah terbakar: daerah konsentrasi uap/gas yang dinyalakan.
Konsentrasi uap zat ternedah yang masih dapat dibakar disebut LFL (low
flammable limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih dapat dinyalakan disebut
UFL ( upper flammable limit). Sifat kemudahan membakar bahan lain
ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
o Titik bakar: suhu di mna zat terbakar sendirinya.
c.)Bahaya reaktivitas: sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi
dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik sehingga eksplosif. Atau
reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas beracun

Sifat- sifat bahaya tersebut digambarkan dalam skala bahaya seperti berikut :
a.) Gambar yang berwarna biru menunjukkan skala bahaya kesehatan (Toksisitas)
b.) Gambar yang berwarna merah menunjukkan skala bahaya kebakaran
c.) Gambar berwarna kuning menunjukkan skala bahaya reaktivitas
d.) Gambar berwarna putih menunjukkan skala bahaya khusus lainnya

Sedangkan, tingkat skalanya dapat ditunjukkan sebagai berikut :

e. Sifat Fisika
Sifat-sifat fisika ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sifat bahaya bahan.
f. Keselamatan dan Pengamanan
Langkah-langkah keselamatan dan pengamanan;
 Penanganan dan penyimpanan: usaha keselamatan yang di lakukan apabila bekerja
dengan atau menyimpan bahan.
 Tumpahan dan kebocoran: usaha pegamanan apabila terjadi bahan tumpah atau bocor.
 Alat pelindung diri: terhadap pernapasan, muka, mata dan kulit sebagai usaha untuk
mengurangi katerpaan bahan.
 Pertolongan pertama: karena penghirupan uap atau gas, terkena mata dan kuliat atau
tertelan.
 Pemadaman api: alat pemadam api ringan yang dapat di pakai untuk memadamkan api
yang tidak terlalu besar dan cara penanggulangan apabila sudah membesar.
g. Informasi Lingkungan
Informasi ini menjelaskan bahaya terhadap lingkungan dan bagaimana menangani
limbah atau buangan bahan kimia baik berupa padat, cair, maupun gas, termaksud di
dalamnya cara pemusnahan. Mengenai bahan-bahan berbahaya tanpa mengetahui
informasi tersebut, dapat mengakibatakan kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh bahan
tersebut yang tanpa di sadari akan menyebabkan dampak yang tidak kita inginkan.
Informasi lingkungan juga berisikan informasi dan data-data terkait dengan Ekologi /
Lingkungan Hidup seperti Toksisitas, degradabilitas dan persistance, potensi
bioakumulasi, pergerakan di dalam tanah, dan informasi efek samping lainnya.
Toksikologi lingkungan dapat dibagi menjadi dua subkategori: toksikologi kesehatan
lingkungan dan ekotoksikologi.
1. Toksikologi kesehatan lingkungan dapat didefinisikan sebagai studi mengenai efek-
efek merugikan dari bahan-bahan kimia lingkungan terhadap kesehatan manusia.
2. Sedangkan ekotoksikologi merupakan studi yang membahas efek-efek kontaminan
lingkungan terhadap ekosistem dan unsur-unsur pokok yang ada di dalam ekosistem
(i.e. ikan, burung, margasatwa, dll) (Leblanc, 2004 :464).

Bagian MSDS ini menyediakan informasi untuk mengevaluasi dampak lingkungan


dari zat kimia jika terdapat pelepasan zat kimia ke lingkungan. Informasi yang
dibutuhkan dapat meliputi:
1. Data dari uji toksisitas jika tersedia
2. Keterangan dari zat kimia apakah mampu untuk diuraikan oleh lingkungan atau
tidak.
3. Hasil dari uji potensial bioakumulasi
4. Kemampuan dari zat kimia untuk masuk ke tanah menuju air tanah
5. Efek lain yang berbahaya seperti penguraian ozon, global warming, potensi merusak
kelenjar endokrin

2. Bahaya Bahan Kimia

Dalam proses produksi industri kimia, sebagaian besar masih menggunakan bahan
kimia berbahaya. Risiko kecelakaan terlepasnya zat kimia akan menjadi lebih besar sesuai
dengan jumlah zat kimia baru yang dihasilkannya. Risiko ini dikarenakan produksi,
penyimpanan, transportasi dan penggunaan zat-zat yang mudah terbakar atau yang mudah
meledak (eksplosif). Pertumbuhan penduduk di sekitar pabrik dengan bahan kimia dan di
sepanjang jalur transportasi turut meningkatkan risiko dampak kecelakaan bahan kimia.
Bencana kimia dapat berupa kebakaran, ledakan, kebocoran bahan kimia, tumpahan bahan
kimia cair, semburan partikel kimia, dan sebagainya.

Kejadian bencana industri kimia juga dapat muncul perlahan-lahan karena kebocoran
yang tidak terdeteksi pada lokasi industri, tempat penyimpanan bahan kimia atau dari tempat
pembuangan limbah beracun.Gejala/keluhan penyakit massal dapat menjadi tanda dari
kejadian tersebut.
Bencana kimia dapat mengakibatkan tersebarnya gas buang berbahaya dan beracun ke
ruang udara bebas. Dapat juga menyebabkan tercemarnya limbah cair dan padat ke media
tanah/lahan, perairan sungai, perairan pesisir laut dan pantai, perairan danau maupun rawa
serta rembesan limbah pada air permukaan tanah dan air dalam tanah.

Bahaya kimia umumnya berasal dari bahan-bahan kimia yang ada di tempat kerja.
Bahaya bahan kimia dapat mempengaruhi atau masuk ke dalam tubuh pekerja melalui
pernafasan, pencernaan, kontak kulit, atau tertusuk/tersuntik. Contoh bahaya kimia antara lain:
Debu, Asap (smog), Gas, Uap, Fume, Kabut (mists/aerosol), Bedak/ Tepung (vapors), dan Fiber .
Untuk bahaya bahan kimia yaitu terkena cairan kimia atau tekanan gas berlebih akan
mengakibatkan iritasi mata dan kulit jika terkena anggota tubuh dan terserap ke dalam mata dan
kulit serta gangguan pernafasan karena menghirup gas/uap dapat dilakukan tindakan
pengendalian/pengurangan risiko dengan menggunakan (Subamia et al., 2019).:
1. APD (googles, masker)
2. Material Safety Data Sheet (MSDS),
3. Rambu K3 dan pembatasan akses pada area tersebut agar tidak sembarang orang
memasuki area tersebut.

Selain itu karyawan harus melakukan pengujian kesehatan setiap tahun sesuai ketentuan
perusahaan. Baik yang terkena bahan kimia maupun yang tidak terkena bahan kimia tersebut.
Pihak yang berwenang harus selalu melakukan monitoring lingkungan kerja tersebut, serta
larangan makan dan minum di tempat kerja. Hal ini sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja pada pasal 13, yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan Kepmenaker.
333/MEN/1989 tentang diagnosis dan pelaporan penyakit akibat kerja dan Kepmenaker.
187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja. Serta PP
No.74/2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun. serta di lakukan sosialisai
penanganan bahan kimia dan pelatihan pengunaan APD yang benar (Subamia et al., 2019).

Jenis Risiko Bahan Kimia dan Cara Penanganannya

Contoh
Jenis Cara Penangan
bahan yang
No Simbol Bahaya Risiko Arti Simbol Risiko bahaya
ada (rumus
Bahaya (Tindakan)
molekul)
Natrium Irritant Bahan yang Hindari kontak
Hidroksida dapat langsung dengan
(NaOH), menyebabkan kulit
Heksanol iritasi,
1 (C6H5OH), gatalgatal dan
Klorin (Cl2) dapat
menyebabkan
luka bakar pada
kulit.
Diklorometan Harmful Bahan yang Jangan dihirup,
; Etilen glikol dapat merusak jangan ditelan dan
kesehatan tubuh hindari kontak
bila kontak langsung dengan
2
langsung kulit.
dengan tubuh
atau melalui
inhalasi.
Metanol Bahan yang Jangan ditelan dan
(CH3OH), Toxic Bahan yang jangan dihirup,
Benzena bersifat hindari kontak
(C6H6) beracun, dapat langsung dengan
menyebabkan kulit.
3
sakit serius
bahkan
kematian bila
tertelan atau
terhirup.
Kalium Very Bahan yang Hindari kontak
sianida, Toxic bersifat sangat langsung dengan
Hydrogen beracun dan tubuh dan sistem
sulfida, lebih sangat pernapasan.
Nitrobenzene berbahaya bagi
dan Atripin. kesehatan yang
4
juga dapat
menyebabkan
sakit kronis
bahkan
kematian.

Asam Corrosive Bahan yang Hindari kontak


Klorida bersifat korosif, langsung dengan
(HCl), Asam dapat merusak kulit dan hindari
Slfat jaringan hidup, dari benda-benda
(H2SO4), dapat yang bersifat
5 Natrium menyebabkan logam.
Hidroksida iritasi pada
(NaOH kulit, gatal-
(>2%)) gatal dan dapat
membuat kulit
mengelupas.
6 Minyak Flammabl Bahan kimia Jauhkan dari
terpentin. e yang benda-benda yang
mempunyai berpotensi
titik nyala mengeluarkan api.
rendah, mudah
terbakar dengan
api bunsen,
permukaan
metal panas
atau loncatan
bunga api.
Aseton dan Highly Mudah terbakar Hindari dari
Logam Flammabl di bawah sumber api, api
natrium. e kondisi terbuka dan
atmosferik loncatan api, serta
biasa atau hindari pengaruh
mempunyai pada kelembaban
titik nyala tertentu.
7
rendah (di
bawah 21°C)
dan mudah
terbakar di
bawah
pengaruh
kelembapan.
Dietil eter Extremely Bahan yang Jauhkan dari
(cairan), Flammabl amat sangat campuran udara
Propane e mudah terbakar. dan sumber api.
(gas). Berupa gas dan
udara yang
8 membentuk
suatu campuran
yang bersifat
mudah meledak
di bawah
kondisi normal.
KClO3, Explosive Bahan kimia Hindari
NH4NO3 yang mudah pukulan/benturan,
meledak dengan gesekan,
adanya panas pemanasan, api dan
9
atau percikan sumber nyala lain
bunga api, bahkan tanpa
gesekan atau oksigen atmosferik
benturan.
Contoh : Oxidizing Bahan kimia Hindarkan dari
Hidrogen bersifat panas dan reduktor.
peroksida, pengoksidasi,
Kalium dapat
perklorat. menyebabkan
kebakaran
10 dengan
menghasilkan
panas saat
kontak dengan
bahan organik
dan bahan
pereduksi.
Tetraklorome Dengerou Bahan kimia Hindari kontak
tan, s For the yang berbahaya atau bercampur
Petroleum Environm bagi satu atau dengan lingkungan
bensin. en t beberapa yang dapat
komponen membahayakan
11
lingkungan. makhluk hidup.
Dapat
menyebabkan
kerusakan
ekosistem.
Sulfur, Picric Flammabl Padatan yang Hindari panas atau
acid, e Solid mudah terbakar bahan mudah
Magnesium. terbakar dan
reduktor, serta
12 hindari kontak
dengan air apabila
bereaksi dengan air
dan menimbulkan
panas serta api.
Acetone, Flammabl Cairan yang Hindari kontak
Benzene e Liquid mudah terbakar. dengan benda yang
berpotensi
13
mengeluarkan
panas atau api.

Acetelyne, Flammabl Simbol Jauhkan dari panas


LPG, e Gas pengaman yang atau percikan api.
Hydrogen. digunakan pada
tempat
14
penyimpanan
material gas
yang mudah
terbakar
Carbon, Spontaneo Material yang Simpan di tempat
Charcoal- u sly dapat secara yang jauh dari
nonactivated, Combusti spontan mudah sumber panas atau
15
Carbon bl e terbakar. sumber api.
black. Substance
s
Calcium Dengerou Material yang Jauhkan dari air
carbide, s When bereaksi cukup dan simpan di
Potassium Wet keras dengan tempat yang
16
phosphide air. kering/tidak
lembab.

Calcium Oxidizer Material yang Hindarkan dari


hypochlorite, mudah panas dan reduktor
Sodium menimbulkan
peroxide, api ketika
Ammonium kontak dengan
dichromate material lain
17 yang mudah
terbakar dan
dapat
menimbulkan
ledakan.

Benzol Organic Merupakan Hindarkan dari


peroxide, Peroxide simbol panas dan reduktor
Methyl ethyl keamanan
ketone bahan kimia
peroxide. yang digunakan
dalam
18 transportasi dan
penyimpanan
peroksida
organik.

Oksigen, Non Simbol Hindari kontak


Nitrogen Flammabl pengaman yang dengan benda yang
e Gas digunakan pada berpotensi
transportasi dan mengeluarkan
19
penyimpanan panas atau api.
material gas
yang tidak
mudah terbakar.
Calcium Poison Simbol yang Hindari kontak
cyanide, digunakan pada langsung, tertelan.
Carbon transportasi dan Segera cuci tangan
penyimpanan
20
bahan-bahan
yang beracun
(belum tentu
gas).
Chlorine, Poison Simbol yang Jauhkan dari
Methil Gas digunakan pada pernapasan kita.
bromide, transportasi dan
21 Nitric oxide. penyimpanan
material gas
yang beracun.

Acrylamide, Harmful Bahan-bahan Jauhkan dari


Amonium yang berbahaya makanan atau
bagi tubuh. minuman.
22

Gas halogen Inhalation Bahan-bahan Jangan dihirup.


(Br Br2, Cl2, Hazard yang dapat
uap eter, uap merusak sistem
23
kloroform inhalasi atau
pernapasan

sumber: Material Safty Data Sheet (MSDS) 2006 (dalam Subamia et al., 2019)

A. Penanganan Bahan Kimia


1. Penanganan secara Manual
Penanganan secara manual yang aman adalah cara melakukan suatu proses kegiatan
menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya, tanpa menggunakan perlengkapan modern
atau otomatis. Hal tersebut dikarenakan beberapa kegiatan berproduksi dengan bahan-
bahan kimia memang harus dilakukan secara manual yaitu menggunakan tangan-tangan
pekerja. Dengan demikian, harus Dengan demikian, harus ditaati prosedur-prosedur
penanganan secara manual dengan disiplin tinggi tanpa terkiecuali.
Prosedur-prosedur penanganan secara manual yang aman digunakan meliputi
beberapa hal.Pertama, cara-cara menghindarkan bahaya yang dapat mengganggu dan
merusak kesehatan.Kedua, cara-cara menempatkan dan menyimpan bahan kimia yang
aman.Ketiga, cara-cara melakukan proses kegiatan atau pekerjaan dengan bahan-bahan
kimia yang benar. Keempat, cara-cara menghindarkan kecelakaan yang disebabkan oleh
bahan-bahan kimia.
Penanganan secara manual mengendalikan tenaga manusia,meliputi mengangkat,
menurunkan, membawa, menarik, mendorong, menahan,dan sebagainya. Untuk melakukan
pekerjaan tersebut, harus diperhatikan kekuasaan tangan, kaki, dan badan serta cara
mengambil posisi yang benar. Beban yang diangkat tangan ditopang oleh otot bisep, lalu
disalurkan ke tulang belikat oleh tendon dan diteruskan ke otot punggung atau tulang
belakang.
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan ketika mengangkat benda berat perlu
memerhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Usahakan beban sedekat mungkin dengan badan
b. Usahakan kedua tangan dapat memegang kuat pada benda yang diangkat
c. Hindari gerakan putar yang mendadak
d. Usahakan konsenterasi beban berada pada kekuatan tumpuan kaki
e. Usahakan badan tetap lurus/tegap saat mengangkat
f. Usahakan beban disekitar titik tengah badan
g. Beban yang diangkat maksimal setengah berat badan
h. Apabila beban yang diangkat terlalu berat maka perlu bantuan orang lain untuk
mengangkatnya.
2. Penyimpanan Bahan Kimia
Untuk mencegah kebakaran,ledakan,atau bocor nyabahan kimia beracun dalam
gudang,maka dalam penyimpanan bahan-bahan kimia,perlu memerhatikan beberapa
hal,yaitu :
a. Interaksi bahan kimia dengan wadahnya. Bahan kimia dapat berinteraksi dengan
wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran.
b. Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran, atau
timbulnya gas beracun.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor diatas, beberapa syarat penyimpan bahan
adalah sebagai berikut
a. Bahan beracun
Banyak bahan-bahankimia yang beracun. Yang paling keras dan sering dijumpai di
laboratorium sekolahan taralain : sublimate(HgCI2), persenyawaan sianida, arsen, gas
karbonmonoksida (CO) darialiran gas.
Syarat penyimpanan :
 Ruangan dingin dan berventilasi
 Jauhdari bahaya kebakaran
 Dipisahkan dari bahan-bahan yang mudah bereaksi
 Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang
dipergunakan
 Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker dan sarung tangan.
b. Bahan korosif
Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam dan alkali. Bahan ini
dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun.
Syarat penyimpanan yang aman :
 Ruangan dingin dan berventilasi
 Wadah tertutup dan beretiket
 Dipisahkan dari zat-zat beracun
c. Bahan mudah terbakar
Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakatr sendiri, terbakar jika kena udara,
kena benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P)
putih, fosfin (PH), alkil logam, boran (BH 3 ) misalnya akan terbakar sendiri jika kena
udara. Pipa air, tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS 2).
Bunga api dapat menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar,
cairan organik dapat dibagi menjadi 3 golongan :
 Cairan yang terbakar dibawah temperatur -4°C. Misalnya karbon disulfide (CS2), eter
(C2H5OC2H5), Benzena (C5H6), aseton (CH3COCH3).
 Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4°C – 21°C. Misalnya Etanol
(C2H5OH), methanol (CH3OH).
 Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21°C-93,5°C, misalnya kerosin (minyak
lampu), terpentin, neftalena, minyak bakar.
Syarat penyimpanan yang aman :
 Temperatur dingin dan berventilasi.
 Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok.
 Tersedia alat pemadam kebakaran.
d. Bahan mudah meledak

Contoh bahan ini antara lain, amonium nitrat, nitrogliserin, TNT. Syarat penyimpanan
yang aman :

 Ruangan dingin dan berventilasi


 Jauhkan dari panas dan api
 Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis
Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat padat yang dapat meledak
dengan dahsyat. Kecepatan Reaksi zat-zat seoerti ini sangat tergantung pada komposisi
dan bentuk dari campurannya .Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium
pada waktu melakukan percobaan misalnya:
 Natrium(Na) atau kalium (K) dengan air
 Ammonium nitrat (NH4,NO3),serbuk seng (Zn) dengan air
 Kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa) nitrat dengan eter
 Perioksida dengan magnesium (Mg),seng (Zn) atau aluminuim (AI)
 Klorat dengan asam sulfat
 Asam nitrat (HNO3)dengan seng (Zn),Magnesium atau logam lain
 Halogen dengan amoniak
 Merkuri oksida (HgO)dengan sulfur (S)
 Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3),suatu nitrat atau klorat
e. bahan oksidator
Contoh bahan oksidator yaitu:perklorat,permanganat peroksidasi organik.
Syarat penyimpanan aman
 Temperatur ruangan dingin dan berventilasi
 Jauhkan dari sumber apa dan panas,termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
 Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau redukato
f. Bahan reaktif terhadap air
contoh bahan reaktif dengan air yaitu:natrium,hidrida,karbit,nitrad
syarat penyimpanan yang aman:
 temperatur ruangan dingin, kering dan berfentilasi
 jauh dari sumber nyala api atau panas
 bangunan kedap air
 disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2dry powder)

g. Bahan reaktif terhadap asam

Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam mengahasilkan gas yang mudah


terbakar atau beracun, misalnya natrium, hidrida, sianida.

Syarat penyimpanan yang aman :

 ruangan dingin dan berfentilasi


 jauhkan dari sumber api, panas, dan adam
 ruangan penyimpanan perlu di dsain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-
kantong hidrogen
 disediakn alat pelindung diri seperti kecamata, sarung tangan, pakaian kerja
h. Gas bertekananan

Contoh gas bertekanan yaitu gas N2+ asitelen H2+ dan Cl2 dalam tabung silindir
syarat penyimpanan :

 disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat


 ruangan dingin tidak terkena langsung sinar matahari
 jauhkan dati panas dan api
 jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub
faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpnanan adalah lamanya
waktu penyimpanan untuk zat-zat tertentu eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk
proksida jika kontak dengan udara dan cahaya. semakin lama di simlan akan semakinbesar
jumlah peroksida Isoporil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrolan adalah zat yang sering
menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter
tidak boleh disimpan melebihi 1 tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka
harus dihabiskan selama 6 bulan.

3. Penanganan Bahaya Kimia


Secara umum, bentuk usaha mengatasi kecelakaan kerja dengan bahan kimia dalam
rangka menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, dapat dibagi menjadi 3 (tiga) usaha
pokok, yaitu: pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan.
a. Pencegahan
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan sebelum sebuah kecelakaan kerja terjadi
berupa pencegahan kecelakaan pada kegiatan industry melaui peningkatan kesadaran
dan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi adanya risiko kecelakaan yang timbul pada
kegiatan industri. Upaya pencegahan kecelakaan dan kesiapsiapsiagaan untuk
mengantisipasi risiko kecelakaan pada kegiatan industry dengan bahan kimia
diantaranya:
 Pemahaman terhadap karakteristik bahan dan limbah berbahaya yang ditangani
(dihasilkan, dipakai, diolah, atau diangkut), sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
penanganannya.
 Pengamanan dalam pengangkutan, misalnya kelayakan kendaraan pengangkut,
penandaan alat angkut (penggunaan plakat dan lampu kedip), penggunaan jalur dan
waktu pengangkutan (pertimbangan kepadatan lalu lintas).
 Pemahaman terhadap tata cara penanggulangan kecelakaan bahan dan limbah
berbahaya.
 Pemahaman terhadap proses produksi, pemakaian dan pengelolaan bahan serta
limbah berbahaya yang dikelola.
 Pemantauan secara berkala terhadap kelayakan penanganan dan peralatan yang
digunakan.
 Peningkatan keterampilan dan disiplin kerja
 Penataan ruang dan tata letak
 Pelatihan secara berkala, misalnya latihan penanggulangan kecelakaan dan
demonstrasi penanganan bahan dan limbah berbahaya.
 Persiapan perlengkapan yang memadai dan pengencekan serta perawatan secara
berkala.
 Pemahaman terhadap pelaksanaan kebijaksanaanyang dimuat dalam peraturan
perundang-undangan terkait.
b. Penanggulangan
Penanggulangan adalah upaya yang di lakukan untuk mengatasi suatu kecelakaan
kerja yang terjadi sehingga tidak menimbulkan risiko yang lebih parah. Penanggulangan
kecelakaan atau keadaan darurat pada kegiatan industri di lakukan berdasarkan
kesiagaan dan pelaksanaannya dilakukan secara cepat dan tepat sehingga kecelakaan
yang timbul segera dapat ditanggulangi.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam upaya penanggulangan antara lain
sebagai berikut:
 Jenis kecelakaan seperti kebakaran, tumpahan, ledakan, dsb
 Jenis atau karakteristik bahan dan limbah berbahaya yang terlibat kecelakaan
 Situasi penduduk seperti, kepadatan penduduk, jauh dekatnya dan pusat keramaian,
dsb
 Kondisi kecelakaan, seperti kecelakaan besar, kecelakaan sedang, kecelakaan kecil,
tingkat bahaya bahan dan limbah berbahaya yang bersangkutan terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan dan sebagainya
 Tindakan pelaksanaan penanggulangan kecelakaan
 Koordinasi penanggulangan kecelakaan.
c. Pemulihan
Upaya pemulihan dilakukan untuk mencegah meluasnya daerah yang terkontaminasi
oleh bahan pencemar dengan asumsi bahwa secara teknis bahan pencemar tersebut dapat
dikendalikan dan dilakukan pembersihan terhadap lingkungan yang tercemar. kegiatan
pemulihan kualitas lingkungan akibat kecelakaan industri dengan bahan atau limbah
berbahaya, diantaranya adalah sebagai berikut:
 pembersihan barang pencemar
 pengelolaan terhadap hasil pengumpulan bahan yang telah lepas kelingkungan
 proses pemulihan pada komponen lingkungan yang rusak sehingga kualitas
lingkungan yang terkena dampak sesuai lagi dengan peruntukannya seperti sebelum
terjadi kecelakaan

Penanagan bahaya kimia menurut (Harjanto, Sullyanto, & I, 2011) dalam


manajemen bahan kimia berbahaya dan beracun ada 4, yakni :

1. Perencanaan (Planing)

Perencanaan dilakukan untuk kurun waktu tertentu (1 tahun) mulai dari


perencanaan pengadaan, penyimpanan/penggudangan, dan penggunaanya, hal ini
meliputi identifikasi kebutuhan bahan, klasifikasi bahan dan perencanaan penyimpanan.
Perencanaan dilakukan bertujuan untuk menghindari pengadaan bahan yang tidak sesuai
dengan kegiatan yang akan dikerjakan. Selain itu agar tidak terjadi penumpukan bahan
kimia yang berlebihan disatu sisi dan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi disisi lain
yang dapat mengganggu kegiatan yang akan dilaksanakan. Adanya penumpukan bahan
khususnya B3 akan mengganggu dan mambahayakan lingkungan, serta dapat
menimbulkan kecelakaan khususnya bahan-bahan yang sudah kadaluarsa/habis masa
penggunaannya.

2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian (Organizing) B3 meliputi pemberian wewenang dan tanggung
jawab kepada personel yang tepat baik sebagai pengelola, pemakai, maupun pengawas.
Dalam pengorganisasian perlu adanya koordinasi antar berbagai pihak yang
berkepentingan dengan B3 terseabut. Selain itu juga dilakukan penetapan persyaratan
penyimpanan B3 dimana setiap jenis bahan kimia memiliki syarat penyimpanan tertentu.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan (actuating) B3 harus menggunakan prosedur dan instruksi yang telah
ditetapkan. Selain itu setiap kegiatan yang dilakukan harus ada rekaman yang mencatat
kegiatan tersebut untuk memantau status keberadaan B3, penggunaan, dan interaksinya.
Selain itu fungsi prosedur dan rekaman adalah untuk pengendalian kegiatan yang
berkaitan dengan B3, sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan akan dapat
ditelusuri sebab-sebab dan maupun akibat dari suatu kecelakaan.
4. Pengendalian (Controling)
Pengendalian (controlling) B3 merupakan unsur manajemen yang harus diterapkan
pada setiap unsur-unsur yang lain yakni mulai dari perencanaan, pengorganisasian
(organizing), dan pelaksanaan (actuating). Controlling dapat dilakukan dengan cara
inspeksi dan audit terhadap dokumen dan rekaman yang ada.

Menurut (Purba, 2019) upaya yang dapat dilakukan agar mengurangi risiko hazard
kimia di rumah sakit antara lain :
1. Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit K3RS berkoordinasi dengan seluruh
satuan kerja. Hal-hal yang perludiperhatikan adalah pengadaan B3, penyimpanan,
pelabelan, pengemasan ulang /repacking, pemanfaatan dan pembuangan limbahnya.
2. Pengadaan bahan beracun dan berbahaya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku
di Indonesia. Penyedia B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan
(Material Safety Data Sheet / MSDS), petugas yang mengelola harus sudah
mendapatkan pelatihan pengelolaan B3, serta mempunyai prosedur penanganan
tumpahan B3.
3. Penyimpanan B3 harus terpisah dengan bahan bukan B3, diletakkan diatas palet atau
didalam lemari B3, memiliki daftar B3 yang disimpan, tersedia MSDS, safety shower,
APD sesuai resiko bahaya dan Spill Kit untuk menangani tumpahan B3 serta tersedia
prosedur penanganan Kecelakaan Kerja akibat B3.
4. Pelabelan dan pengemasan ulang harus dilakukan oleh satruan kerja yang kompeten
untuk memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta standar pelabelan. Dilarang
melakukan pelabelan tanpa kewenangan yang diberikan oleh pimpinan rumah sakit.
5. Pemanfaatan B3 oleh satuan kerja harus dipantau kadar paparan ke lingkungan serta
kondisi kesehatan pekerja. Pekerja pengelola B3 harus memiliki pelatihan teknis
pengelolaan B3, jika belum harus segera diusulkan sesuai prosedur yang berlaku.
6. Pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor yang akan
masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah B3 padat harus dibuang
ke Tempat Pengumpulan Sementara Limbah B3 (TPS B3), untuk selanjutnya
diserahkan ke pihak pengolah limbah B3.
Upaya penanggulangan potensi bahaya kimia dilaboratorium kimia menurut
Amanah, 2011 dalam (Syakbania & Wahyuningsih, 2017) antara lain dengan cara
administrasi pembuatan prosedur K3 manual, engeneering/rekayasa seperti pemasangan
alarm pada lemari asam, subtitusi dengan penggantian alat yang sudah pecah dengan alat
yang baru, mengganti bahan kimia yang berbahaya/berisiko dengan bahan kimia yang
tidak terlalu berbahaya namun dengan fungsi yang sama dan penggunaan alat pelindung
diri.

4. Penanganan Limbah Kimia

Penanganan limbah kimia secara umum, dan upaya pembuangan limbah bahan
kimia terdiri dari 4 (empat) Metode, yaitu:

a. Pembuangan langsung dari laboratorium. metode pembuangan langsung ini dapat


diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. bahan-bahan kimia
yang dapat larut dalam air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah
laboratorium. untuk bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus
dinetralkan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang
mengandung logam logam berat seperti PB HG CD dan sebagainya, endapannya
harus dipisahkan terlebih dahulu  kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang. 
b. Pembakaran terbuka. metode pembakaran terbuka dapat  diterapkan untuk bahan-
bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. bahan-bahan
organik tersebut dibakar di tempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk 
c. Pembakaran dalam Insinerator. metode pembakaran dalam insinerator dapat 
Terapkan untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar di tempat terbuka akan
menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik.
d. Dikubur di dalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan
air. metode ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun

Berdasarkan karakteristik limbah, dapat dipetakan beberapa solusi alternative


Pengelolaan Limbah Laboratorium Kimia sebagai berikut.
1. Minimisasi limbah
Salah satu upaya penting dalam pengelolaan limbah laboratorium kimia adalah
minimisasi limbah. Program minimisasi limbah yang dapat diterapkan di laboratorium
antara lain:
a. Pengelolaan bahan kimia.
Pengelolaan bahan kimia dapat dilakukan mulai dari pemilihan pemasok yang
tepat. Jika perlu dapat mencari pemasok yang mau menerima bahan kadaluwarsa;
b. Penyimpanan yang tepat sesuai dengan karakteristiknya;
c. Pelabelan yang benar dan jelas, tahan air dan permanen;
d. Pengecekan secara periodik di ruang penyimpanan, terhadap kerusakan atau
tumpahan bahan kimia;
e. Pembuatan reagent sesuai kebutuhan dan pelabelannya.
f. Pemilihan metode menggunakan bahan yang ramah lingkungan.

2. Mempergunakan Sampel Skala Mikro (Konsep “ Less is Better “)


Dengan mempergunakan skala mikro, jumlah sampel yang sedikit diikuti dengan
pereaksi atau bahan kimia minimalis dapat menekan polusi dan produksi limbah.
Mempergunakan bahan kimia dalam jumlah sedikit memiliki pengaruh yang sangat
besar, yaitu potensi polusi yang dihasilkan juga berkurang drastis. Dalam proses
pengadaan bahan kimia diupayakan pembelian dalam jumlah yang sedikit dan
secukupnya, hindari pembelian dalam partai besar sehingga menyita tempat atau
gudang bahan kimia dan secara keseluruhan menjadi tidak efisien.
3. Penerapan Metode 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
Cara yang dinilai cukup efektif dan efesien untuk menghasilkan limbah yang
sedikit, diantaranya melalui implementasi konsep Reduce, Reuse, dan Recycle
a. Reduce (Pengurangan Pemakaian bahan Kimia)
Hasil pengujian menunjukkan, penggunaan bahan seperempat atau setengah dari
jumlah yang ditentukan dalam petunjuk praktikum kimia dasar (regular) ternyata
masih teramati. Jika petunjuk praktiukum hasil penelitian ini diterapkan maka dapat
memberi efisiensi hingga 50%. Misalnya: pada praktikum sublimasi I2, menurut
petunjuk praktikum regular I2 yang digunakan sebanyak 2 gram padahal dengan
mengunakan I2 saja tujuan praktikum sudah bisa teramati
b. Reuse
Reuse sendiri berarti pemakaian kembali bahan-bahan hasil percobaan satu pada
percoban lainnya (berikutnya). Menggunakan bahan-bahan yang dapat digunakan
kembali disamping mencegah limbah, juga menurunkan jumlah bahan yang
diperlukan untuk memproduksi produk baru. Daripada membuang bahan-bahan
seperti sisa atau produk praktikum, kita dapat memanfaatkan penggunaan bahan-
baha tersebut pada percobaan atau praktikum lain, dengan demikian mengurangi
konsumsi sumber daya baru.
c. Recycle
Daur ulang dalam kegiatan laboratorium dapat dilakukan melalui mendaur ulang
sampah/limbah laboratorium atau barang bekas dari lingkungan sekitar
dimanfaatkan untuk kegiatan praktikum.
4. Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
salah satu jenis limbah yang potensial dihasilkan dari kegiatan praktikum di
Laboratorium Kimia adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun,
seperti logam-logam berat (Fe, dan Cu), karakteristik limbah B3 yang paling dominan
adalah limbah cair. Solusi alternatif untuk menangani limbah khusus tersebut adalah
melalui pengolahan limbah untuk memisahkan unsur logam berat dari limbah cair
sebelum dibuang ke lingkungan.

5. Pemusnahan Bahan Kimia Tumpahan

Terdapat beberapa jenis tumpahan bahan kimia sisa yang perlu mendapatkan
perlakuan khusus sebelum dibuang ke perairan. Bahkan, diantaranya perlu dimusnahkan
sebelum dibuang di antara bahan-bahan kimia tersebut antara lain,

a. Tumpahan asam-asam organik

Tumpahan asam-asam organik seperti HCl, HF, HNO3, H3PO4 , H2SO4


haruslah diperlakukan dengan penanganan khusus bahan tumpahan tersebut
permukaannya ditutup dengan NaHCO3 atau campuran NaOH dan Ca(OH)2 dengan
perbandingan 1:1 . selanjutnya diencerkan dengan air supaya berbentuk bubur dan
selanjutnya dibuang ke bak pembuangan air limbah.

b. Basa Akali dan Amonia

Tumpahan basa-basa alkali dan ammonia seperti amonia anhidrat, Ca(OH)2 dan
NaOH dapat ditangani dengan mengencerkannya dengan air dan dinetralkan dengan
HCl 6 M kemudian diserap dengan kain dan dibuang

c. Bahan-bahan kimia oksidator


Tumpahan bahan-bahan kimia oksidator (padat maupun cair) seperti amonium
dikromat, amonium perklorat, asam perklorat, da sejenisnya dicampur dengan reduktor
(seperti garam hypo, bisulfit, ferro sulfat) dan ditambahkan sedikit asam sulfat 3M .
selanjutnya campuran tersebut dinetralkan dan dibuang.
d. Bahan-Bahan Kimia Reduktor

Tumpahan bahan-bahan kimia reduktor ditutup atau di campurkan dengan


NaHCO (reaksi selesai) dan dipindahkan ke suatu wadah. selanjutnya ke dalam
campuran tersebut ditambahkan Ca (OCl) secara perlahan-lahan dan air (biarkan reaksi
selesai) setelah reaksi selesai campuran diencerkan dan dinetralkan sebelum di buang ke
perairan.

Untuk pemusnahan bahan reduktor (seperti Natrium bi- sulfit), NaNO, SO, Na,
SO₂) dapat dipisahkan antara bentuk gas dan padat. untuk gas (SO₂), alirkan ke dalam
larutan NaOH atau larutan kalsium hipoklorit. Untuk padatan, campurkan dengan
NaOH (1:1) dan ditambahkan kalsium hipoklorit dan air dan dibiarkan selama 2 jam.
selanjutnya dinetralkan dan dibuang ke perairan.

e. Sianida Dan Nitril

Tumpahan sianida ditangani dengan menyerap tumpahan tersebut dengan


kertas/tissue dan diuapkan dalam lemari asam, dibakar, atau dipindahkan ke dalam
wadah dan di basakan dengan NaOH dan diaduk hingga terbentuk slurry. Kemudian
ditambahkan ferro sulfat berlebih dan dibiarkan lebih kurang 1 jam dan dibuang ke
perairan.

Pemusnahan sianida dapat dilakukan dengan cara menambahkan ke dalamnya


larutan basa dan kalsium hipoklorit berlebih dan dibiarkan 24 jam. selanjutnya di
dibuang ke perairan. untuk tumpahan nitril, ditambahkan NaOH berlebih dan Ca (OCl),
setelah 1 jam dibuang ke perairan. Cuci bekas wadah dengan larutan hipoklorit.

Pemusnahan nitril dilakukan dengan menambahkan ke dalamnya NaOH dan


alkohol. Setelah 1 jam, uapkan alcohol dan ditambahkan laarutan basa kalsium
hipoklorit. setelah 24 jam dapat dibuang ke perairan.

Anda mungkin juga menyukai