Teknik Kimia
PENDAHULUAN
1
KEGIATAN BELAJAR I Jurusan
Teknik Kimia
2
Semenjak itu hingga sekarang minyak dan gas bumi telah menjadi suatu
usaha yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan perekonomian, baik untuk
perusahaan minyak, untuk pemerintah Hindia Belanda, kemudian untuk
pemerintah dan rakyat Indonesia sendiri. Sejarah lengkap perminyakan di
Indonesia sampai dengan awal kemerdekaan dapat dilihat pada Tabel 1.2.
3
2. Kilang Cepu dibangun oleh De Dordtsche
Petroleum Maat Schappij.
7 1897 Pemasangan pipa minyak sepanjang 145 km dari Cepu ke
Surabaya.
8 1889 1. Penemuan lapangan minyak Tarakan oleh Shell.
2. Undang-undang perminyakan Hindia Belanda.
9 1901 Pemasangan pipa sepanjang 130 km dari Perlak ke
Pangkalan Berandan.
10 1904 1. Kilang minyak Plaju mulai beroperasi.
2. Perubahan Undang-undang perminyakan.
11 1907 Penggabungan De Koninklijke dan Shell menjadi Royal
Dutch Shell dengan 3 anak perusahaan yaitu :
1. BPM, untuk eksploitasi, produksi dan pengolahan.
2. Asiatic Petroleum, utnuk pemasaran.
3. Anglo saxon Petroleum Co, untuk pegangkutan.
12 1911 1. BPM mengambil alih konsesi De Dordtsche di Jateng dan
Jatim termasuk kilang Cepu dan Wonokromo.
2. Lapangan Samboja (Kaltim) ditemukan oleh BPM.
13 1912 1. Lapangan Bunyu (Kaltim) ditemukan oleh BPM
2. NKPM mendapat konsesi didaerah Sumbagsel.
14 1921 1. Lapangan Talang akar Pendopo ditemukan oleh NKPM
2. NIAM didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda dan BPM
untuk daerah konsesi Jambi.
15 1922 Kilang minyak Sungai Gerong didirikan.
16 1923 Lapangan Jambi mulai berproduksi dan diolah oleh Kilang
Plaju.
17 1925 Standard Oil of New Jersey, induk perusahaan NKPM
mendapat konsesi di Jawa, Madura dan TAP.
18 1926 Kilang minyak Sungai Gerong mulai dioperasikan oleh
NKPM.
19 1930 NPPM didirikan oleh Standard Oil Company of California
dengan Sumatera Tengah.
20 1933 Operasi NKPM dan Standard oil of New Jersey di Hindia
belanda digabung menjadi SPVM (STANVAC).
21 1935 1. NPPM mulai kontrak untuk blok Rokan Riau.
2. BPM dan STANVAC bersama Far Fasific Invesment yang
mewakili CALTEX membentuk NNGPM untuk eksplorasi
daerah Sorong (Irja).
22 1936 1. NPPM dan Texas Oil Company (TEXACO) bergabung
menjadi CALTEX.
2. NNGPM menemukan lapangan minyak Klamono.
23 1939 1. Lapangan minyak Sebanga (Riau) ditemukan CALTEX
2. Lapangan minyak Wasian (Irja) ditemukan oleh NNGPM.
3. Shell dan CALTEX menggunakan proses Alkilasi H2SO4
24 1940 1. Lapangan Sago dan Ukui ditemukan oleh STANVAC.
2. Shell mengembangkan proses Isomerisasi Butan
25 1941 1. Lapangan Andan Sungai Pulai dan Sungai Keruh
ditemukan oleh STANVAC
2. Lapangan minyak Duri ditemukan oleh CALTEX.
4
26 1944 Jepang melakukan eksplorasi menggunakan peralatan eks
CALTEX.
27 1945 1. Didirikan PTMNRE-SU di Sumatera Utara.
2. Didirikan PERMIRI oleh para pejuang kemerdekaan.
28 1948 1. Karyawan minyak Cepu mendirikan PTMN, kemudian
diubah menjadi PTMRI-Cepu.
2. PERMIRI membubarkan diri karena wilayahnya diduduki
oleh Belanda.
29 1957 Pembentukan PT.PERMINA
30 1959 NV.NIAM berubah nama menjadi PT. PERMINDO
31 1961 1. PT. PERMINA berubah menjadi PN. PERMINA dengan
tugas utama bidang produksi.
2. Didirikan PT.PERTAMIN dengan tugas utama bidang
distribusi dan pemasaran.
3. Berdirinya PN. PERMIGAN.
32 1964 PN.PERMINA membeli saham NNGPM di Sorong.
33 1965 1. Seluruh kekayaan PT. Sheel diambil alih PN. PERMINA.
2. PN. PERMIGAN diambil alih PN.PERMINA.
3. Perubahan proses Isomerisasi Butan menjadi Fluid
Coking
34 1968 1. Pengabungan PN.PERMINA dan PN. PERTAMIN menjadi
PN. PERTAMINA berdasarkan PP 27/1968.
2. Usaha eksplorasi/produksi dikembangkan dengan
sistim kontak bagi hasil dan kontrak bantuan teknik.
35 1969 Ditemukan minyak lepas pantai Arjuna di dekat Pamanukan
dan lapangan Jatibarang di Jawa Barat.
36 1970 1. PN. PERTAMINA menerima asset kilang Sungai Gerong
dari PTSI.
2. Ditemukan lapangan minyak lepas pantai Cinta dan
ATAKA dilepai pantai Kaltim.
37 1971 PN.PERTAMINA berubah nama menjadi PERTAMINA.
5
1. Sebagai BBM untuk penerbangan bagi pesawat tempur Indonesia dalam
peperangan.
2. Sebagai komoditi ekspor untuk menghasilkan devisa dalam rangka menembus
blokade ekonomi oleh Belanda.
3. Sebagai alat untuk memperlancar hubungan pemerintah Republik Indonesia
dengan negara tetangga.
Dengan berlakunya Undang-Undang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Nomor 44 tahun 1960, maka sejak, itu kekuasaan negara atas kekayaan alam
minyak dan gas bumi memperoleh bentuk hukum yang pasti, sehingga usaha
untuk menerapkan kebijaksanaan Nasional dalam bidang pertambangan minyak
dan gas bumi dapat dilakukan sepenuhnya oleh bangsa Indonesia.
Berdasarkan Undang-undang Pertambangan tersebut maka
kebijaksanaan nasional tentang perminyakan dan gas bumi meliputi :
1. Kegiatan eksplorasi dan produksi.
2. Kegiatan pemurnian dan pengolahan.
3. Pembekalan dalam negeri.
4. Pemasaran luar negeri.
5. Peningkatan usaha perkapalan dan telekomunikasi.
6. Usaha meningkatkan penelitian dan pengembangan.
7. Pengembangan jasa penunjang.
8. Keselamatan kerja dan lingkungan hidup.
6
1.2.2 Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing)
Dalam sistim kontrak bagi hasil, pembagian keuntungan tidak lagi
didasarkan atas hasil penjualan minyak tetapi atas dasar produksi minyak yang
dihasilkan. Seluruh minyak mentah yang dihasilkan dibagi antara pemerintah dan
kontraktornya menurut perbandingan 65 % dan 35 %.
Dasar pemikiran kontrak bagi hasil adalah bahwa manajemen minyak
harus berada pada tangan bangsa Indonesia, dengan demikian terjadi
pengendalian operasi secara langsung yang memberikan kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan bagi perusahaan negara (PERTAMINA) dalam
operasi perminyakan yang melibatkan modal besar dan penggunaan teknologi
tinggi tanpa harus ikut menanggung resiko investasi yang sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor.
7
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
B. Berilah tanda huruf B bila pernyataan di bawah ini benar dan berilah
tanda huruf S bila salah di sebelah kanan pertanyaan.
8
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
4. Jelaskan latar belakang mengapa minyak bumi dijadikan sebagai alat revolusi
pada awal kemerdekaan Indonesia !
5. Berikan contoh-contoh kilang minyak yang ada di Indonesia !
B. Berilah tanda silang X pada satu jawaban yang anda anggap paling
benar !
9
b. Lapangan minya Sebanga, Riau d. Lapangan Minyak Wasian, Irja.
3. Era perminyakan di Indonesia sesudah Kemerdekaan yang dikelompokkan
ke dalam tahun 1976 - 1985 adalah :
a. Masa penyusunan kebijaksanaan Nasional
b. Masa pelaksanaan kebijaksanaan Nasional
c. Masa awal kebijaksanaan Nasional
d. Masa pemantapan kebijaksanaan Nasional
4. Perbedaan kilang minyak di Indonesia untuk memproduksi bahan baku
menjadi produk terletak pada :
a. Bahan baku c. Proses
b. Peralatan d. Diagram alir
5. Fungsi bahan bakar minyak dalam pengilangan pada zaman peperangan
bangsa Indonesia adalah :
a. Sebagai komoditi ekspor untuk menghasilkan devisa dalam rangka
menembus blokade ekonomi Belanda.
b. Bahan pengisi tangki pada kendaraan perang.
c. Membiayai perang.
d. Alat ekspor negara.
10
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
1. Ali Fasya Ismail, Ir. MEng., 1998. Minyak dan Gas Bumi sebagai Sumber Energi.
Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik Universitas Sriwjaya. Palembang.
11
KEGIATAN BELAJAR II Jurusan
Teknik Kimia
12
KEGIATAN BELAJAR II Jurusan
Teknik Kimia
13
2. Unit reforming dan
3. Unit pemurnian (treating),
dan mempunyai produk antara lain seperti LPG, mogas (motor gasoline) , kerosin,
gas oil dan fuel oil. Contoh diagram alir kilang sederhana dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
Kilang yang lebih lengkap menghasilkan produk yang lebih banyak dan
beragam jenisnya, serta memerlukan proses-proses seperti : distilasi hampa,
perengkahan dengan katalis polimerisasi, alkilasi dan oksidasi aspal. Kilang yang
terintegrasi penuh menghasilkan produk BBM yang lebih banyak lagi dengan proses
yang lebih lengkap sebagai suatu kilang modern. Contoh diagram alir kilang yang
lengkap dan terintegrasi penuh dapat dilihat pada Gambar 2.2.
14
a. Minyak diesel, teridiri dari ADO (Automotive Diesel Oil) dan IDO (Industrial
Diesel Oil).
b. Gas Oil LPG
Reforming Gasoline
D Treating
Kerosine
i
s
Minyak t
i Gas Oil
Mentah l
a
s
i
i Fuel Oil
15
Gas
Fuel Gas
LPG
C Nafta Reforming Gasolin
D
U WWD Kerosen
Crude Dewaxing Lube/Wax
ADO ADO
IDO
IDO Lube/Wax
C
C
H LVGO
V Poly/Alkyl
D Plant
T
HVGO
C
Fuel Oil
Residu Tar Flux
16
c. Ter/Blankin
d. Aspal
e. Bubuk karbon (carbon black)
17
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
18
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
B. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap
benar !
19
6. Produk kilang yang merupakan hasil distilat adalah :
a. Petroleum c. Minyak diesel
b. Kokas d. Fuel oil
7. Minyak diesel ADO yang dihasilkan dari produk kilang pada diagram alir
kilang diperoleh dari hasil :
a. Unit CDU c. Reforming
b. OCR d. Campuran C3 dan C4
8. Kandungan utama yang terdapat dalam LPG adalah :
a. CH4 c. N2 dan H2
b. C1 dan C2 d. Campuran C3 dan C4
20
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
1. Bland, W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook, Mc-
Graw Hill Book Co. New York
2 Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. Mc Graw Hill Book Co.
Singapore.
21
KEGIATAN BELAJAR III Jurusan
Teknik Kimia
22
KEGIATAN BELAJAR III Jurusan
Teknik Kimia
23
rumus molekul seperti alkana (CnH2n+2), alkena (CnH2n) dan alkuna (Cn H2n-2 ).
24
3.1.2 Klasifikasi Minyak dan Gas Bumi
Dahulu minyak dan gas bumi sering dipertimbangkan sebagai larutan
hidrokarbon parafin, tetapi survei literatur menunjukkan bahwa asumsi itu tidak
benar. Sekitar 85 % dari minyak mentah (crude oil) di dunia diklasifikasikan
menjadi 3 golongan yaitu :
1. Minyak dasar aspal (asphaltic base)
2. Minyak dasar paraffin (paraffinic base)
3. Minyak dasar campuran (mixed base).
Minyak dasar aspal mengandung sedikit lilin paraffin dengan aspal sebagai
residu utama. Minyak dasar aspal sangat dominan mengandung aromatik.
Kandungan sulfur, oksigen dan nitrogen relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
minyak-minyak dasar lainnya. Minyak mentah dengan dasar aspal sangat cocok
untuk memproduksi gasolin yang berkualitas tinggi, minyak pelumas mesin dan
aspal. Fraksi-fraksi ringan dan menengah mengandung prosentase naftalen yang
tinggi.
Minyak dasar parafin (paraffinic base) mengandung sangat sedikit aspal,
sehingga sangat baik sebagai sumber untuk memproduksi lilin paraffin, minyak
pelumas motor dan kerosin dengan kualitas tinggi. Minyak dasar campuran (mixed
base) mengandung sejumlah lilin dan aspal secara bersamaan. Produk yang
dihasilkan minyak dasar ini lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan dua tipe
minyak di atas. Disebabkan karena bervariasinya produk dan fraksi minyak di dalam
berbagai minyak mentah yang berbeda-beda, maka terdapat perbedaan yang
menyolok dari sifat-sifat minyak tersebut. Sifat-sifat umum minyak mentah dengan
dasar yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Disamping penggolongan minyak berdasarkan senyawa hidrokarbon dan
ikatan molekul atom-atomnya, pengklasifikasian minyak dapat juga didasarkan pada
sifat penguapan, kadar sulfur, berat jenis dan faktor karakteristik.
1. Klasifikasi menurut sifat penguapan
a. Minyak ringan (light oil), mengandung komponen fraksi ringan lebih dari
50 % berat.
b. Minyak sedang (medium oil) mengandung komponen ringan 20 - 50 %
berat.
25
c. Minyak berat (heavy oil) mengandung komponen ringan kurang dari 20 %
berat.
2. Klasifikasi menurut kadar sulfur
a. Minyak bumi kadar sulfur tinggi (ligh sulfur oil) mengandung sulfur lebih dari
2 % berat.
b. Minyak bumi kadar sulfur sedang (medium sulfur oil), mengandung sekitar
0,1 sampai 2 % berat.
c. Minyak bumi kadar sulfur rendah (low sulfur oil), mengandung kadar sulfur
kurang dari 0,1 % berat.
3. Klasifikasi berdasarkan berat jenis
a. Minyak ringan : berat jenis < 0,835
b. Minyak sedang : berat jenis 0,835 s/d 0,865
c. Minyak berat : berat jenis > 0,86
4. Klasifikasi berdasarkan faktor karakteristik
a. Parafin : K = 12,1 – 13,0
b. Intermediate : K = 11,5 – 12,1
c. Naftenik : K = 10,5 – 11,5
d. Aromatik : K = 9,8 - 10,5
K adalah faktor karakteristik yang didefinisikan sebagai :
3
TB
K= ,
Sp.Gr
Dimana TB adalah titik didih molar rata-rata (oF) dan Spgr adalah berat jenis
pada 60 oF.
26
Fraksi-fraksi minyak seperti nafta secara umum diklasifikasikan sebagai
minyak ringan, kerosene dan gas oil ringan (LGO=light Gas Oil) digolongkan
sebagai distilat menengah, gas oil hampa (VGO= Vaccum Gas Oil) bersama dengan
residu dinyatakan sebagai minyak yang tereduksi (reduced crude).
Tabel 3.2 menunjukkan indikasi yang berpengaruh terhadap komposisi kimia fraksi
utama yang dihasilkan oleh beberapa minyak mentah.
Berdasarkan jarak titik didih tiap fraksi yang dihasilkan maka susunan molekul
menurut jumlah atom karbon dari fraksi dan produk akhir kilang dapat dilihat pada
Tabel 3.3.
27
fraksinya. Tipe senyawa-senyawa sulfur yang sering dijumpai dalam minyak bumi
adalah hidrogen sulfida (H2S), merkaptan yang terdiri dari metil dan benzil
merkaptan, metil sulfida dan normal butil sulfida, metil disulfida, sulfida-sulfida
siklis, alkil sulfat, asam sulfonat, sulfoksida, sulfon dan tiofen.
Senyawa-senyawa sulfur tersebut dianggap pengotor dan pengganggu
karena mempunyai sifat korosif, berbau tidak enak atau merangsang, dan
mempunyai karakter yang mudah meledak. Korosif karena adanya sulfur dalam
jumlah yang sedikit pada produk akhir disebabkan karena produk tersebut dipakai
pada suhu rendah, dimana pada suhu tersebut terdapat beberapa senyawa yang
korosif terhadap logam-logam yang komersil. Senyawa sulfur yang mempunyai titik
didih rendah cenderung terkonsentrasi di dalam gasolin pada waktu proses
pengolahannya, dan oleh karena itu sifat korosif jarang sekali terdapat pada produk
yang mempunyai titik didih tinggi. Bau yang selalu menjengkelkan terdapat pada
senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih rendah atau senyawa-senyawa sulfur
dalam bentuk gas seperti hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2) yang keluar
melalui cerobong asap, merkaptan yang mempunyai atom karbon sampai 6 buah
(titik didih sekitar 400 oF), sulfide sampai dengan atom karbon (titik didih sekitar
350 oF) dan metal disulfide (titik didih sekitar 243 oF). Prosentase sulfur di dalam
minyak mentah bervariasi mulai dari nol untuk minyak mentah yang mempunyai
o
API tinggi sampai dengan 7,5 % dalam minyak mentah berat. Berarti bahwa pada
minyak yang mengandung prosentase sulfur sedemikian tinggi maka separuh dari
senyawa-senyawa yang dihasilkan dari minyak mentah itu akan mengandung
senyawa sulfur.
Minyak mengandung oksigen dalam bentuk asam-asam naftenat, fenol,
asam karbonat, aspal dan resin. Kandungan oksigen dalam minyak bumi tidak lebih
dari 3 %. Dalam fraksi yang mempunyai titik didih rendah akan dijumpai fenol dan
asam karbolik dalam jumlah yang sangat kecil. Minyak yang mengandung
hidrokarbon naftenik tinggi biasanya mengandung asam naftenat yang tinggi.
Jumlah asam naftenat yang ada dalam fraksi gas oil berat adalah maksimum
dengan berat jenis 0,96 – 1,0. Asam-asam tersebut larut dalam alkohol dan produk-
produk minyak dan tidak larut dalam air. Asam ini adalah suatu cairan dengan bau
yang tak sedap dan menyebabkan korosi terhadap logam-logam, seng, timah putih,
tembaga dan besi.
28
Nitrogen yang ada dalam minyak adalah dalam bentuk senyawa-senyawa
basa seperti piridin, piridin yang terhidrogenasi, dan sebagainya. Komposisi minyak
yang mengandung senyawa nitrogen tidak diketahui, tetapi mempunyai berat jenis
sama dengan 1 dan mempunyai bau yang sangat tidak sedap.
Senyawa lain yang terkandung dalam minyak adalah aspalten dan resin
yang terdiri dari resin netral, asam-asam aspalten dan aspaltenat dan anhidridanya.
Resin netral dapat berbentuk cairan, setengah padat dan kadang-kadang berbentuk
padatan. Resin-resin tersebut membentuk komposisi kimia minyak yang
mengandung resin dan aspalten adalah hidrokarbon aromatik, naften dan parafin.
29
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
B. Berilah tanda silang X pada salah satu jawaban yang anda anggap
benar !
1. Unsur utama yang terdapat di dalam minyak dan gas bumi adalah :
a. Nitrogen c. Hidrogen-Karbon
b. Oksigen d. Sulfur
2. Komposisi senyawa oksigen yang terdapat dalam minyak mentah dan gas
bumi adalah :
a. 0,5 - 14,0 % c. 11,5 - 14,0 %
b. 0,01 - 0,3 % d. 0,1 - 1,0 %
3. Kelompok senyawa hidrokarbon yang mempunyai molekul yang sama
dengan kelompok senyawa olefin adalah :
a. Naftalen c. Parafin
b. Asetilen d. Propen
4. Kelompok senyawa aromatik yang berbentuk cincin dan merupakan senyawa
kimia yang aktif adalah :
a. Olefin c. Diolefin
b. Benzen d. Asetilen
5. Minyak dasar yang digunakan untuk memproduksi atau sebagai sumber untuk
memproduksi minyak pelumas motor adalah :
a. Aspal c. Parafin
b. Crude oil d. Campuran H2 dan N2
6. Minyak bumi dengan kadar sulfur sedang adalah :
30
a. < 0,1 % berat c. 0,1 - 0,2 % berat
b. 0,1 - 2 % berat d. > 0,2 % berat.
7. Senyawa pengotor yang tidak diingini dalam minyak dan gas bumi adalah :
a. Karbon dan hidrogen c. Oksigen
b. Sulfur dan belerang d. Naftalen
8. Senyawa pengotor yang terkandung dalam minyak bumi mempunyai sifat :
a. Mudah meledak c. Reaktan
b. Katalis d. Korosif
9. Pengklasifikasian minyak dengan berat jenis > 0,86 tergolong :
a. Minyak ringan c. Minyak berat
b. Minyak sedang d. Minyak parafin
10. Untuk menghilangkan kandungan sulfur, oksigen dan Nitrogen yang terdapat
dalam minyak maka dlalkukan :
a. Reforming c. Treating
b. Cracking d. Distilasi
31
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
32
terdapat didalam produk BBM dan non BBM adalh berkurangnya
kualitas gasoline yang dihasilkan (………)
10. Merkaptan dan H2S merupakan unsur dan senyawa pengotor
yang terkandung dalam minyak (………)
33
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
1. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook, Mc-Graw
Hill Book Co. New York.
2 Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering, Mc Graw Hill Book Co.
Singapore.
34
KEGIATAN BELAJAR IV Jurusan
Teknik Kimia
35
KEGIATAN BELAJAR IV Jurusan
Teknik Kimia
1. a.
API Gravity dan Berat Jenis (specific gravity)
Berat jenis dan oAPI gravity menyatakan densitas atau berat persatuan
volume sesuatu zat. API dapat diukur dengan Hidrometer (ASTM D 287),
o
sedangkan berat jenis dapat ditentukan dengan piknometer (ASTM D 941 dan
D 1217). Pengukuran o
API gravity dengan hydrometer dinyatakan dengan angka
0 s/d 100. Hubungan o API gravity dengan berat jenis adalah sebagai berikut :
141,5 141,5
o
API = 131,5 atau BJ =
BJ o
API 131,5
satuan berat jenis dapat dinyatakan dengan lb/gal atau lb/barrel atau ton/m3.
Tujuan dilaksanakan pemeriksaan terhadap oAPI gravity dan berat jenis adalah
untuk indikasi mutu minyak dimana makin tinggi oAPI atau makin rendah
berat jenis maka minyak tersebut makin berharga karena banyak mengandung
bensin. Sebaliknya makin rendah oAPI maka mutu minyak makin rendah karena
lebih banyak mengandung lilin.
36
Minyak yang mempunyai berat jenis tinggi berarti minyak tersebut
mempunyai kandungan panas (heating value ) yang rendah, dan sebaliknya bila
minyak mempunyai berat jenis rendah berarti memiliki kandungan panas yang
tinggi.
3. Distilasi ASTM
Pemeriksaan distilasi laboratorium yang dilakukan untuk gasoline, nafta,
dan kerosene adalah dengan metoda ASTM-D 86, untuk bensin alam dengan
ASTM-D 216, dan untuk gas oil dengan ASTM-D 158. Distilasi laboratorium
dilakukan pada volume 100 ml dengan kecepatan tetesan yang keluar adalah
5 ml/menit. Suhu uap mula-mula menetes (setelah mengembun) disebut IBP (Initial
Boiling Point). Suhu uap dicatat pada setiap 10 ml tetesan yang terkumpul.
Maksimum suhu yang dicapai pada hasil distilasi 95 % dicatat sebagai End Point
atau FBP (Final Boiling Point).
37
Distilasi ASTM merupakan informasi untuk operasi di kilang bagaimana
fraksi-fraksi seperti komponen gasolin, bahan bakar jet, minyak diesel dapat diambil
dari minyak mentah yang disajikan melalui performance dan volatilitas dalam
bentuk persen penguapannya.
5. Warna (Color)
Warna minyak menunjukkan indikasi kesempurnaan pada proses
penyulingannya. Untuk minyak-minyak yang berbeda jarak didihnya dan berbeda
asal minyak mentahnya akan mempunyai warna yang berbeda pula, akan tetapi
hal-hal lain dapat pula dibandingkan dimana warna menyatakan tingkat
kesempurnaan penyulingan. Produk-produk penyulingan yang berwarna akan
menunjukkan indikasi a) terjadinya peruraian termis, b) masuknya material yang
berwarna gelap seperti ter. Perubahan warna oleh peruraian disebabkan karena
suhu terlalu tinggi, dan perubahan warna karena masuknya material gelap biasanya
disebabkan karena melubernya material itu kedalam peralatan yang kapasitasnya
telah maksimum.
38
Pemeriksaan yang dipakai pada pemeriksaan warna gasoline dan minyak-
minyak bakar adalah Saybolt Chromometer (ASTM-D156) atau IP-87. Untuk
pemeriksaan warna minyak-minyak pelumas, minyak-minyak sekunder dan
Petrolatum digunakan Union Calorimeter(ASTM-D155). Secara visual minyak dapat
dibedakan seperti kuning untuk mogas, merah untuk premium , hijau untuk avgas,
biru untuk bensin 2 tak atau BB2L (bensin biru 2 langkah) dan jernih untuk minyak
premix.
6. Viskositas
Viskositas suatu minyak adalah merupakan ukuran ketahanan terhadap
pengalirannya sendiri dan merupakan indikasi adanya minyak pada permukaan
bidang pelumasan. Viskositas dapat didefinisikan sebagai gaya hambatan dalam
satuan dyne yang diperlukan untuk menggerakkan suatu bidang datar yang luasnya
1 cm2 sejauh 1 cm dalam waktu 1 detik. Pengukuran viskositas dimaksudkan untuk
mengetahui kekentalan minyak pada suhu tertentu sehingga minyak dapat dialirkan
pada suhu tersebut, terutama pada sistim pemipaan dan pemompaan minyak
diesel dan minyak pelumas. Pada umumnya makin ringan minyak bumi maka makin
kecil viskositasnya dan sebaliknya.
Peralatan yang dipakai untuk pemeriksaan viskositas adalah Saybolt
Universal Viscosity (ASTM-D88). Viskositas yang dicatat adalah lamanya waktu
pengaliran minyak dalam suatu wadah dengan volume tertentu melalui suatu
lubang (orifice) tertentu pada suhu tertentu. Apabila t adalah viskositas say bolt
universal (dalam satuan detik), z adalah viskositas dalam satuan centipoises dan s
adalah berat jenis yang diperoleh pada suhu yang sama, maka hubungannya
adalah :
149, 7
Viskositas kinematik, z/s = 0,219 t -
t
Pemeriksaan viskositas kinematik dilakukan dengan ASTM-D445 atau IP-71
menggunakan viskometer kapiler, merupakan suatu ukuran terhadap waktu
pengaliran minyak yang melawan gaya gravitasi dengan tekanan yang merata
terhadap densitas cairan. Angka viskositas dipakai sebagai dasar untuk menentukan
angka indeks viskositas, yaitu secara empiris menggambarkan perubahan viskositas
akibat perubahan suhu. Bila indeks viskositas tinggi maka viskositasnya relatif tidak
39
berubah terhadap suhu, jika rendah berarti viskositasnya sangat dipengaruhi oleh
perubahan suhu.
40
intensitas ketukan yang sama terhadap minyak selama pengujiannya. Pada mesin
yang memakai busi, karakteristik anti ketukan digunakan untuk menentukan gejala
fisik, gejala kimiawi, perancangan mesin dan kondisi operasi. Bila angka oktan dari
suatu gasoline terlalu rendah dari spesifikasi yang diperlukan mesin, maka akan
terjadi ketukan yang berakibat akan menurunkan performance (daya guna) mesin
tersebut sehingga akan menyebabkan kehilangan tenaga dan kerusakan pada
mesin. Standar angka oktan untuk Indonesia adalah 88 untuk premium, 95 untuk
premix dan 98 untuk super.
Metoda-metoda yang dipakai untuk pengujian agka oktan antara lain
ASTM-D908 atau D-2699 (research method) dan ASTM-D357 (Motor method)
dipakai untuk mogas (motor gasoline), ASTM-D614 atau D-2885 (Aviation method)
dipakai untuk minyak kapal terbang baling-baling (avgas = aviation gasoline), dan
ASTM-D909 (Supercharge Method) dipakai untuk minyak kapal terbang turbo jet
(avtur = avation turbine).
Angka Oktan Riset (RON = Research Octane Number) ditentukan dengan
suatu metoda yang mengukur tingkat anti ketuk mogas dalam suatu mesin dengan
silender tunggal pada kondisi operasi ringan (ppm rendah).
Angka Oktan Motor (MON = Motor Octane Number) terdiri dari :
a. Angka oktan > 100 (ASTM-D909), disebut rich mixture performance.
b. Angka oktan <100 (ASTM-D2700), disebut weak micture performance.
Angka oktan dapat dinaikkan pada mulanya memakai TEL (Tetra Ethyl
Lead), sedangkan pada perkembangan sekarang TEL sudah tidak diizinkan lagi
karena mengganggu lingkungan, maka formulasi gasoline menjadi :
a. Campuran-campuran komponen hidrokabon, eter alifatik, alkohol alifatik,
methanol maksimum 3% volume, dan aditif.
b. Mengandung oksigen tidak lebih dari 2 %.
c. Gasoline harus diolah dengan proses fisika dan kimia sehingga menghasilkan
bensin bebas timah hitam (timbal).
d. Komponen bahan aditif harus hanya mengandung karbon, hidrogen dan salah
satu dari elemen oksigen atau nitrogen. Aditif yang dianjurkan oleh Shell pada
tahun 1991 adalah etanol maksimum 70% vol, MTBE (Metil Tersier Butil Eter),
ETBE (Etil Tersier Butil Eter), TAME (Tersier Amil Metil Eter), DIPE (Di-Iso Propil
Eter).
41
9. Uji Belerang (Sulfur)
Pemeriksaan terhadap kandungan sulfur di dalam minyak dapat dilakukan
dengan berbagai metoda antara lain :
a. ASTM-D90 untuk gasoline dan minyak-minyak bakar, caranya adalah
10 gram minyak dibakar pada sebuah lampu kecil dan hasil pembakarannya
ditarik melalui suatu larutan penyerap natrium karbonat. Kandungan sulfur
ditentukan dengan cara titrasi larutan natrium karbonat tak terpakai.
b. ASTM-D129 untuk pemeriksaan sulfur di dalam minyak bakar residu dan minyak
mentah, dengan cara oxygen bomb method.
c. ASTM-D130 untuk pemeriksaan sulfur bebas dan senyawa-senyawa sulfur
yang bersifat korosif.
42
jumlah deposit yang mungkin terjadi pada pemakaiannya jika gasoline dipakai
dengan segera. Pemeriksaan untuk stabilitas getah (gum stability) dilakukan
dengan metoda ASTM-D525.
Pemeriksaan rutin laboratorium yang lain adalah :
a. Titik anilin (Aniline Point)
b. Bilangan setana (Cetane Number)
c. Indeks diesel
d. Titik asap (Smoke Point)
e. Bilangan cincin (Ring Number),
f. Indeks korelasi,
g. Nilai kalor,
h. Bilangan penetrasi,
i. Bilangan daya guna (Performance Number).
Titik anilin adalah suhu kesetimbangan yang minimum dimana sejumlah volume
anilin ditambahkan kedalam minyak sehingga bercampur sempurna.
Bilangan Setana (cetane number) adalah % volume setana (C16H34) dan metal
naftalen yang equivalent dengan kualitas penyalaan bahan bakar (minyak diesel)
pada waktu pengujian.
Indeks Diesel (diesel index) didefisnisikan sebagai :
(titik anilin x oAPI gravity)/100
Bilangan setana atau indeks diesel menunjukkan mudah tidaknya dilakukan
start terhadap mesin pada suhu dan tekanan mesin yang rendah pada operasi
pembakaran sempurna. Bahan bakar (diesel) yang mempunyai kualitas penyalaan
yang jelek akan menyebabkan tidak terjadi pembakaran (terjadi letupan), pelapisan
piston oleh minyak, pengotoran mesin oleh deposit dan operasi pembakaran tidak
sempurna.
Titik asap (smoke point) adalah tinggi nyala yang dapat dihasilkan oleh lampu
standar tanpa terjadi langat (jelaga). Titik asap ini diperlukan dalam spesifikasi
kerosin dan minyak-minyak bakar.
Bilangan cincin (ring number) adalah menyatakan karakteristik penyalaan minyak
pada lampu, didefinisikan sebagai :
10 46 o API
SayboltThermovis cos ity
RN =
5
43
Indeks korelasi untuk minyak mentah menyatakan hubungan antara titik didih
dan berat jenis.
2. Bensin
Bensin sebagai bahan bakar pada motor bakar haruslah berfungsi dengan
memuaskan. Untuk maksud tersebut maka gasoline harus mempunyai karakteristik
sebagai berikut : a) dapat terbakar secara halus dan pelan di dalam silinder tanpa
terjadinya letupan, b) mudah menguap sehingga cukup tersedia campuran uap
bahan bakar dan udara dalam silinder apabila mesin dihidupkan dalam keadaan
dingin, c) tidak mudah begitu menguap didalam pompa atau pipa ketika mesin
dalam keadaan panas yang akan menyebabkan penyumbatan saluran minyak ke
karburator, d) dalam kondisi normal dan mesin panas, minyak harus lebih mudah
menguap sehingga mengurangi pengaruh terbentuknya cairan dalam manifold
mesin.
Persyaratan teknis yang diperlukan oleh gasoline tergantung pada bilangan oktan
minyak yang dipasarkan. Secara umum persyaratan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
3. Kerosin
Persyaratan kerosin sebagai bahan bakar dengan kualitas standard dan
kualitas industri dapat dilihat pada Tabel 4.3.
44
Tabel 4.1 Persyaratan Teknis Mogas
No Karakteristik Premium, ON = 85 Super, ON = 98
1. Warna Orange Merah
2. Korosi < No 1 < No 1
3. Kestabilan Oksidasi min 360 menit min 360 menit
4. Residu penguapan maks 4 mg/100 ml maks 4 mg/100 ml
5. Total sulfur maks 0,25 % berat maks 0,20 % berat
6. RVP, kg/cm2 maks 0,70 maks 0,70
7. Kandungan Timbal maks 0,56 mg/l maks 0,80 mg/l
Persyaratan kerosin yang terdapat dalam ASTM sama dengan pengujian sifat-sifat
minyak secara umum seperti yang terlihat pada tabel di atas.
Persyaratan kerosin sebagai minyak bakar dan untuk keperluan
penerangan tergantung pada permintaan konsumen ataupun ditentukan oleh
pemerintah. Persyaratan seperti yang tertera dalam Tabel 4.2. di atas ditentukan
oleh Pemerintah Federal India (ISI). ASTM tidak mempublikasikan spesifikasi untuk
kerosin. Kerosin yang banyak dipakai sebagai minyak untuk keperluan rumah
45
tangga tidak hanya harus mempunyai kualitas pembakaran yang layak, tetapi harus
juga aman untuk dibawa dan dapat dipakai untuk keperluan lampu dan kompor.
Secara umum kerosin harus bebas dari air, zat aditif, getah minyak dan zat-zat
terlarut.
Kerosin yang lebih dikenal sebagai minyak pemanas merupakan produk
kilang yang murni mempunyai spesifikasi standar yaitu :
o
API gravity : 43 – 45
Jarak didih : 350 – 550 oF.
4. Minyak Diesel
Karakteristik yang utama dari minyak diesel adalah kebersihannya, kualitas
penyalaan, fluiditas, volatilitas dan atomisasi. Kebersihan minyak diesel meliputi
residu karbon dan kandungan sulfur yang terdapat dalam minyak. Kualitas
penyalaan yang baik dinyatakan dengan pengukuran bilangan setana (cetane
number) atau indeks diesel yang ditunjukkan dengan mudah tidaknya mesin di –
start pada suhu rendah, tekanan mesin yang rendah dan operasi mesin yang halus.
Fluiditas dan atomisasi minyak diesel ditandai dengan titik tuang (pour point) dan
viskositas minyak yang rendah, namun tidak sedemikian rendah sehingga
menyebabkan kesulitan pelumasan pada injektor, kebocoran dan efisiensi yang
rendah. Volatilitas minyak ditandai dengan titik nyala, residu karbon, dan distilasi.
Secara komersil minyak diesel yang dijual di Amerika Serikat dibagi dalam
4 kelas yaitu :
a. Kelas 1, untuk mesin diesel bus kota dan sejenis.
b. Kelas 2, untuk mesin diesel truk, traktor dan mesin-mesin sejenis.
c. Kelas 3, untuk mesin diesel kereta api.
d. Kelas 4, untuk mesin diesel kapal laut.
Di Indonesia minyak diesel dijual dalam 2 kategori yaitu minyak diesel
untuk kendaraan bermotor (ADO= Automotive Diesel Oil), dan minyak diesel untuk
keperluan industri (IDO = Industrial Diesel Oil). Persyaratan minyak diesel untuk
berbagai keperluan dari 4 klas dapat dilihat pada Tabel 4.4.
46
Tabel 4.4 Spesifikasi Minyak Diesel.
Karakteristik Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4
Gravity, oAPI 41,9 37,3 34,8 34,0
Viskositas pada 100 OF
Kinematik, cs 1,84 2,54 2,74 2,79
Saybolt Univ, det 32,1 34,6 35,2 35,4
Kandungan Sufur, % berat 0,142 0,223 0,287 0,543
Titik anilin, oF 148,6 146,2 140,2 139,3
Residu Karbon, % 0,057 0,088 0,117 0,163
Abu, % 0,0005 0,0009 0,001 0,0023
Bilangan setana 51,1 50,0 47,0 46,7
IBP, oF 356 380 388 397
FBP, oF 542 600 618 622
47
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
48
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
B. Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini yang menurut anda paling
benar !
49
6. Metoda yang dipakai untuk pengujian agka oktan pada mogas adalah :
a. ASTM D 614 c. ASTM D-357
b. ASTM D-2885 d. ASTM-D269
7. Bilangan yang menunjukkan mudah tidaknya dilakukan start terhadap mesin
pada suhu dan tekanan mesin yang rendah pada operasi pembakaran
sempurna dinamakan :
a. Titik asap c. Titik anilin
b. Indeks diesel d. Indeks korelasi
8. Salah satu karakterisasi yang harus dimiliki oleh minyak gasolin adalah:
a. Dapat terbakar secara halus c. Indeks korelasi > 0,1
b. Titik anilin tinggi d. Angka oktan 98
50
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
1. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook. Mc-Graw
Hill Book Co. New York.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering, 4th ed, Mc Graw Hill Book
Co. Singapore.
51
KEGIATAN BELAJAR V Jurusan
Teknik Kimia
52
KEGIATAN BELAJAR V Jurusan
Teknik Kimia
53
b. Kurva kesetimbangan atau flash vaporization
c. Kurva oAPI atau berat jenis tiap fraksi hasil distilasi
4. Kurva sifat-sifat fraksi versus persen distilasi (mid percent) sifat rata-rata
beberapa fraksi versus persen hasil yang akan dicapai.
Beberapa kurva sifat umum tersebut adalah :
a. Kurva viskositas fraksi minyak pelumas
b. Kurva bilangan oktan fraksi gasolin
c. Kurva titik anilin dari fraksi minyak pelarut, kerosin, atau minyak
d. Kurva penetrasi residu aspal
e. Kurva viskositas residu distilasi
5. Data produk-produk akhir.
Informasi produk akhir diperoleh dari Pilot Plant baik berupa batch still
maupun semi batch still. Informasi yang diperoleh meliputi sifat-sifat umum
dan yield yang dihasilkan melalui proses distilasi seperti kurva distilasi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari informasi-informasi tersebut di atas
dapat diperkirakan jenis minyak yang akan diolah. Untuk mengklasifikasikan
minyak mentah dan produk-produknya dapat dilakukan dengan mengetahui
faktor karakteristik, indeks viskositas, dll.
a. Faktor Karakteristik
Faktor karakteristik minyak dapat dihitung berdasarkan definisi sebagai
berikut :
3 Tb
K=
S
Dimana Tb adalah titik didih molal rata-rata, dan S adalah berat jenis pada 60 oF.
Faktor karakteristik sangat erat hubungannya dengan viskositas, titik anilin, berat
molekul, suhu kritis, persen hidrokarbon, dll. Oleh karena itu hampir semua data
lab dapat dipakai memperkirakan faktor karakteristik.
b. Indeks Viskositas
Indeks viskositas mempunyai skala 0 s/d 100 yang menunjukkan
kecepatan perubahan viskositas terhadap suhu. Index viskositas 100 berarti
minyak cenderung menjadi tidak pekat pada suhu rendah atau menjadi encer
54
pada kenaikan suhu. Minyak-minyak dengan dasar parafin mempunyai indeks
viskositas hampir 100, sedangkan minyak-minyak dasar naften mempunyai indeks
viskositas sekitar 200, dimana proses pemisahannya dapat menurunkan indeks
viskositas minyak asalnya. Indeks viskositas dapat ditentukan dengan mengetahui
viskositas say bolt pada 100 dan 210 oF.
d. Indeks Korelasi
Indeks korelasi sebagaimana juga faktor karakteristik mempunyai
hubungan dengan titik didih dan berat jenis, seperti terlihat pada korelasi berikut
ini :
48.640
IK = 473, 7G 456,8
TB
Dimana TB adalah titik didih mutlak skala Kelvin (oK), G adalah berat jenis pada
60/60 o
F. Berdasarkan faktor karakteristik dan index viskositas maka minyak
mentah dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Group Faktor Karakteristik Indeks Viskositas
I 12,1 – 12,6 80 – 100
II 11,9 – 12,2 60 – 80
III 11,7 – 12,0 40 – 60
IV 11,5 – 11,8 20 – 40
V 11,3 – 11,6 0- 20
55
ke bahan yang setengah padat seperti aspal yang mempunyai gravity 10 oAPI.
Penggolongan minyak mentah dapat juga dilakukan dengan melihat kandungan
sulfur, yaitu 0,03 % pada minyak yang mempunyai gravity sekitar 14 oAPI untuk
minyak yang berasal dari Irak.
Minyak mentah dapat pula digolongkan sebagai minyak asam (sour)
karena mengandung hidrogen sulfida. Minyak mentah diklasifikasikan sebagai
minyak masam jika mengandung hidrogen sulfida terlarut lebih besar dari 0,05 ft3
per 100 galon minyak sebagai minyak masam, karena minyak tersebut bersifat
racun yang sangat membahayakan. Minyak-minyak yang digolongkan masam
berasal dari Amerika Serikat (Texas, New Mexiko, Kansas, Wyoming, Arkansas)
dan sebagian berasal dari Timur Tengah. Minyak-minyak yang berasal dari
California, Venezuela dan Mexico mengandung sulfur tinggi, tetapi tidak
mengandung hidrogen sulfida sehingga tidak digolongkan sebagai minyak masam.
Bervariasinya karakteristik minyak mentah menghasilkan produk yang beragam,
dan bervariasinya teknik pengolahan dan konversi yang digunakan pada kilang
yang berbeda, maka prosedur analisis comprehensive tidak mungkin
dipertimbangkan untuk dikembangkan dan distandarisasi menjadi satu metoda.
Prosedur dan cara perhitungan analsis minyak mentah dapat dilihat pada Tabel 5.1
dan Tabel 5.2.
56
Untuk minyak mentah = 0,57 T - 100
Jarak didih yang lebar mempunyai beberapa pengaruh terhadap titik nyala atau
pada suhu penyalaan. Pada titik nyala atau suhu penyalaan tekanan uap beberapa
material adalah sebagai berikut :
Material sangat mudah menguap……… 20 mm
Gasoline ……………………………………..… 14 mm
Kerosine, distilat, residu ………………….. 5 mm
Minyak-minyak pelumas …………………. 1 mm
Ketinggian tekanan uap mempunyai pengaruh terhadap penurunan titik nyala, dan
sebaliknya tekanan menaikkan titik nyala
3. Tekanan Uap
Tekanan uap untuk gasoline pada jarak 8 – 14 RVP kira-kira sama dengan
persen butan di dalam gasoline dengan tekanan 8 psi mengandung kira-kira 6,6 %
butan, dan 12 – 14 psi tekanan uap gasoline mengandung kira-kira 14 % butan.
57
Tabel 5.2. Prosedur Pengujian dan Analisis Minyak dan Fraksinya
Material yang Sifat-sifat yang
Dianalisis Ditentukan Prosedur Pengujian dan Kondisi
Berat Jenis Piknometer botol pada 60/60 oF.
Warna ASTM –D1500
Kandungan Sulfur ASTM-D129
Kandungan Nitrogen Kjeldahl
Viskositas ASTM-D88 (Saybolt)
ASTM-D445 (Fenske)
Minyak Jika vis ssu < 50 detik tidak ada vis
mentah lain yang ditentukan. Jika vis ssu
50-99 detik pada 100 oF maka vis
juga ditentukan pada 77 oF. Jika vis
ssu > 100 detik pada 100 oF maka
vis juga ditentukan pada 130 oF.
Titik Tuang ASTM-D97
Fraksi distilat Berat Jenis Neraca Westphal pada 60/60 oF.
pada tek Atm Indeks Bias ASTM-D1218 pada 20 oC
Fraksi distilat Berat Jenis Piknometer pipet pada 100/60 oF.
pada tek Indeks Bias ASTM-D1218 pada 20 oC
40 mm Hg Viskositas ASTM-D445
Titik Kabut ASTM-D97
Residu Berat Jenis Piknometer botol pada 60/60 oC
Residu Karbon ASTM-D524 (ramsbottom)
4. Gravity
o
API gravity atau berat jenis biasanya dilaporkan sebagai bagian dari
analisis minyak mentah atau produk-produknya, dan karena itu tidak ada metoda
perkiraan secara cepat yang dapat digunakan. Bila faktor karakteristik diketahui
maka berat jenis atau oAPI gravity dapat dihitung dengan persamaan :
3
TB
bj =
K
58
6. Viskositas
Jarak harga viskositas yang umum beberapa produk kilang minyak
ditentukan berdasarkan suhu minyak yang diukur. Viskositas bukanlah sifat aditif.
Apabila campuran 1% vol minyak dengan viskositas 500 dan 1% vol minyak
dengan viskositas 100 pada suhu yang sama, secara resultan viskositas campuran
minyak tersebut bukanlah 300 tetapi mendekati harga rata-rata sekitar 200 pada
masing-masing 50 % campuran.
59
Kekurangan distilasi ini adalah :
a. Labu godok tidak diisolasi dari udara sekeliling sehingga refluks selalu berubah
b. Terdapat hidrokarbon yang mempunyai titik didih lebih kecil dari IBP sehingga
sulit menentukan persen penguapannya
c. Tekanan operasinya rendah (1 atm) sehingga produk sedikit karena belum
terjadi perengkahan, proses perengkahan terjadi pada suhu maksimum 700 oF
d. Angka hasil bukan angka pasti karena termometer tidak sepenuhnya kena
panas yang merata sehingga perlu dikoreksi dengan stem thermometer.
60
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
1. Tuliskan informasi (data) apa saja yang diperlukan oleh kilang untuk
melakukan suatu proses pengolahan minyak mentah sebelum minyak
diolah menjadi produk-produknya ! Besaran fisik apa saja yang diperlukan
untuk mengevaluasi produk kilang ?
2. Jelaskan salah satu prinsip kerja alat Pilot Plant yang ada di Lab saudara !
B. Pilihlah salah satu jawaban dari soal-soal di bawah ini menurut anda
paling benar !
61
b. Heat Exchanger d. Reaktor
6. Peralatan distilasi yang menggunakan tray 15 s/d 60 dengan refluk ratio 5/1
disebut :
a. Distilasi ASTM c. Distilasi TBP
b. Distilasi biner d. Distilasi multi komponen
7. Pada percobaan distilasi, suhu uap yang dicatat pada tetesan pertama
disebut :
a. FBP c. ASTM D-86
b. IBP d. TBP
8. Salah satu persyaratan yang diperlukan untuk mengklasfikasikan minyak
mentah dan produk-produknya adalah :
a. Indeks viskositas c. Titik tuang
b. Titik didih d. Titik nyala
62
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
63
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
1. Bland W.F. and Davidson, R.l., 1987. Petroleum Processing Handbook. Mc-Graw
Hill Book Co. New York.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed.Mc Graw Hill Book
Co. Singapore.
64
KEGIATAN BELAJAR VI Jurusan
Teknik Kimia
65
KEGIATAN BELAJAR VI Jurusan
Teknik Kimia
6.1.2 E n t a l p i
Kandungan panas atau entalpi cairan dan gas-gas minyak dapat diperoleh
secara memuaskan dari Grafik 5-3 Nelson. Untuk hidrokarbon ringan (parafin
dengan titik didih rendah, olefin dan aromatik) dapat diperoleh dari Section 7
Maxwell halaman 98 – 113 berdasarkan entalpi sama dengan nol untuk cairan
pada – 200 o
F. Untuk fraksi minyak berat dimana komposisi hidrokarbon tidak
diketahui, tetapi o API dan data distilasi tersedia, maka entalpinya dapat diperoleh
dari Section 7 Maxwell halaman 114 - 127 berdasarkan entalpi sama dengan nol
dengan MnABP 200 o F - 800 oF.
Total panas pada tekanan atmosfir dapat dihitung dengan menentukan
panas yang dibutuhkan untuk pemanasan 1 lb minyak cair sampai mencapai titik
66
didih atmosfirnya, penguapan cairan pada titik didih tersebut, dan pemanasan uap
sampai suhu tertinggi terakhir menggunakan panas jenis uap, tetapi cara ini tidak
dapat digunakan untuk tekanan hampa atau kelewat tinggi (super atm).
67
gas dapat diperoleh dari sifat-sifat gas ideal atau gas sejati melalui hubungan
P-V-T.
6.2.2 V i s k o s i t a s
Hubungan antara viskositas dengan titik didih, oAPI gravity dan faktor
karakteristik dapat dilihat pada Grafik 5–10 dan 5–11 Nelson. Perubahan viskositas
karena tekanan dan suhu dapat dilihat pada Grafik 4-43 dan 4-45 Nelson.
Penggunaan grafik-grafik tersebut dimaksudkan untuk mengetahui viskositas pada
dua buah suhu, atau untuk mengetahui satu viskositas dan satu indeks viskositas.
Viskositas kinematik atau dalam satuan centipoise dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut :
149, 7
v = / = 0,219 t -
t
dimana t adalah viskositas Saybolt Universal dalam satuan detik, adalah
viskositas dalam satuan centipoise dan adalah berat jenis, dimana semua
besaran tersebut berada dalam suhu yang sama.
Untuk viskositas uap kritis dan hidrokarbon ringan dapat diperoleh dari Grafik 5-16
Nelson atau melalui persamaan sebagai berikut :
M Pc
1/ 2 2/ 3
c = 7,7
Tc
1/ 6
68
suhu penguapan. Hubungan titik didih rata-rata dapat dilihat pada Grafik 5-4 dan
5-5 Nelson.
Titik didih rata-rata volumetrik (VABP = Volume Average Boiling Point)
langsung dapat dihitung dari data distilasi dalam bentuk persen volume distilasi
terhadap suhu penguapan, baik pada distilasi TBP maupun distilasi ASTM seperti
terlihat pada Tabel 6.2.
Titik didih rata-rata yang lain dapat dihitung dengan menggunakan VABP
serta sudut garis miring (slope) dari grafik 5-4 dan 5-5 Nelson. Slope dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
t70 t10 o
S= , F /%
70 10
Hubungan antara titik didih rata-rata molal (MABP) dan titik didih rata-rata
volumetric (VABP) terhadap sifat- sifat fisik lain seperti oAPI gravity, berat molekul,
faktor karateristik, suhu kritis dan tekanan kritis, dapat dilihat pada Grafik 5-9 s/d
5-12 Nelson.
69
Faktor karakteristik yang ditentukan dari titik didih rata-rata (mean
average boiling point) dan o
API gravity merupakan petunjuk yang dapat
dihubungkan dengan sifat-sifat lain minyak bumi.
Harga K untuk bermacam-macam minyak adalah sebagai berikut:
1. Minyak Mentah
a. Minyak dasar parafin : 12,6 - 13,2
b. Minyak dasar olefin : 12,3 - 12,8
c. Minyak dasar diolefin : 11,6 - 12,1
d. Minyak dasar naften : 11,0 - 11,7
e. Minyak dasar aromatik : 9,8 - 11,0
2. Fraksi-Fraksi
a. Gasolin rengkahan : 11,5 – 11,8
b. Umpan perengkahan : 10,5 – 11,5
c. Stock recycle : 10,0 – 11,0
d. Residu rengkahan : 9,8 – 11,0
70
dimana dt adalah koreksi suhu penguapan dalam oF, K adalah faktor karakteristik
dan P2/P1 adalah tekanan uap tertinggi dan terendah dalam satuan mmHg.
71
Pendekatan terhadap tekanan kritis nyata (TCP = True Critikal Presure) merupakan
ukuran yang baik terhadap dapat tidaknya suatu menara distilasi melakukan
fungsinya. Apabila kondisi dasar (bagian bawah) suatu menara distilasi berada
pada titik kritisnya, maka tidak akan diperoleh fraksi-fraksi minyak yang dapat
ditarik dari menara distilasi tersebut.
Kondisi bawah menara distilasi harus ditahan sekurang-kurangnya 50 oF di
bawah titik kritisnya dan entalpi dalam reboiler harus lebih besar dari 60 Btu/Lb.
Data titik didih dapat dicari dengan menggunakan Section 2 Maxwell halaman 14 -
15. Untuk campuran hidrokarbon ringan yang diketahui komposisinya maka titik
didih rata-rata dihitung secara aritmatik dari tabel sifat-sifat fisik, yaitu melalui
Section 1 Maxwell halaman 2 - 5.
72
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
73
B. Lengkapilah pernyataan di bawah ini dengan menuliskan huruf dari
sekumpulan jawaban pada kolom sebelah kanan yang anda anggap
paling benar !
74
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
75
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
2. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc Graw Hill Book
Co. Singapore.
76
KEGIATAN BELAJAR VII Jurusan
Teknik Kimia
77
KEGIATAN BELAJAR VII Jurusan
Teknik Kimia
7.1 Pendahuluan
Proses pengolahan minyak bumi sangat berbeda antara satu kilang
dengan kilang yang lain disebabkan karena perbedaan jenis dan sumber minyak
mentahnya. Walaupun cara pengolahannya tersebut prosesnya sama namun
metodanya tergantung pada :
1. Jenis minyak yang diolah
2. Permintaan produk dan daerah pemasaran
3. Peralatan yang tersedia
4. Faktor-faktor pertimbangan ekonomis lainnya.
Produk-produk yang diharapkan dari suatu kilang dapat berupa bahan
bakar minyak (BBM) dan non BBM yang menunjukkan perbedaan pemakaian
metoda untuk memprosesnya.
Produk-produk tersebut antara lain :
1. Gas Kilang dan LPG, untuk bahan bakar industri dan rumah tangga
2. Bensin atau gasolin (mogas), untuk bahan bakar motor.
3. Nafta dan Benzen, untuk pelarut/pembersih, pengencer cat, dan untuk
pencampur bahan bakar motor.
4. Minyak Jet, untuk bahan bakar pesawat jet atau mesin turbin gas, dan untuk
bahan bakar roket.
5. Kerosin, untuk minyak lampu, dan untuk keperluan rumah tangga.
6. Distilat, minyak diesel, dan gas-oil, untuk bahan bakar furnace (dapur
industri), sebagai penyerap gas hidrokarbon, dan untuk bahan bakar
mesin/motor diesel.
7. Minyak pelumas (neutral oil, bright stock, cylinder oil), untuk pelumas mesin-
mesin.
8. Lilin (paraffin wax) untuk pembuatan kertas lilin, isolasi, pak anti kebocoran,
dan lain-lain.
78
9. Petrolatum, bahan dasar untuk pembuatan minyak gemuk.
10. Minyak bakar (Fuel oil), untuk bahan bakar industri.
11. Tar dan Aspal, untuk pembuatan jalan, pelapisan bahan-bahan anti rayap.
12. Kokas, sebagai bahan bakar padat untuk keperluan industri.
79
dasar fraksi atau pemotongan (cut) yang dibatasi oleh jarak titik didih tertentu,
bukan atas dasar titik didih masing-masing komponen. Proses distilasi ini dapat
menggunakan satu kolom atau lebih menara fraksinya, misalnya residu dari
menara distilasi atmosferik dialirkan ke menara distilasi hampa, atau salah satu
fraksi dari menara distilasi atmosferik dialirkan ke menara distilasi bertekanan.
Fraksi-fraksi yang dapat ditarik dari kolom distilasi/menara fraksionasi antara lain
adalah sebagai berikut :
Fraksi Jarak Didih, oF
Gas < 80
Nafta ringan 80 – 220
Nafta berat 180 – 520
Gas oil ringan 420 – 650
Gas oil berat 610 – 800
Residu > 800
Secara fundamental semua proses-proses distilasi dalam kilang minyak
bumi adalah sama. Semua proses distilasi memerlukan beberapa unit peralatan
penting seperti :
1. Pipe Still
2. Menara Fraksionasi
3. Kolom Stream Stripping
4. Penukar Panas (Heat Exchanger)
5. Pengembunan dan Pendinginan (Condenser dan Cooler)
6. Pompa dan Jaringan Pipa
7. Tangki Penampung dan Pengumpul
8. Instrumentasi
Untuk menghasilkan stok yang khusus diperlukan beberapa pertimbangan seperti :
1. Jarak didih stok minyak yang diinginkan.
Beberapa stok minyak mendidih pada suhu yang tinggi dimana minyak tersebut
tidak dapat diuapkan pada tekanan atmosfir tanpa menguraikannya, sementara
ada minyak yang ditahan pada tekanan di atas atmosfir atau minyak tersebut
diuapkan pada suhu kamar.
2. Stabilitas minyak terhadap panas.
80
Meskipun jarak didih merupakan faktor yang sangat penting, namun kepekaan
terhadap panas atau suhu tinggi harus dipertimbangkan.
3. Spesifikasi produk yang dihasilkan.
Contoh proses distilasi/fraksionasi di PERTAMINA UP III
Distilasi Atmosferik : 1. Crude Batterry (CB)
2. Crude Distiller (CD)
Distilasi Hampa : 1. High Vacuum Unit (HVU)
2. Vacuum Distillation Unit (VDU)
Distilasi Bertekanan : Stabilizer
81
a. Proses pembentukan kokas ((coking)
b. Proses pemecahan viskositas (visbreaking)
Perengkahan katalis dibedakan dari perengkahan termis terutama pada
pemakaian katalisnya yang dapat menahan produk-produk aspal atau ter pada
permukaan katalis dalam bentuk kokas. Katalis yang digunakan adalah campuran
silika (SiO2) dan alumina (Al2O3).
Perengkahan katalis terdiri dari proses :
a. Fluidisasi
b. Termofor
c. Houdry
d. Houdry Flow
e. Sikloversi, yang tergantung pada cara penanganan katalisnya.
Di antara proses-proses tersebut yang paling banyak digunakan adalah
proses FCCU (Fluidized Catalytic Cracking Unit). Pada proses fluidisasi ini, umpan
minyak dan katalis saling terfluidisasi dan bersirkulasi antara reaktor dan
regenerator dimana katalis diregenerasi secara terus-menerus.
Perengkahan hidro merupakan proses gabungan antara perengkahan dan
hidrogenasi. Suhu reaksi lebih dari 350 oC dan tekanan tinggi sampai dengan
200 atm. Katalis yang digunakan untuk proses ini adalah nikel, platina, palladium,
kobal dan besi.
2. Reforming
Tujuan proses reforming adalah untuk merubah senyawa hidrokarbon
menjadi aromatik sehingga diperoleh bensin dengan bilangan oktan yang lebih
tinggi.
Contoh reaksi reforming adalah dehidrogenasi naftena sebagai berikut :
CH3 – (CH2)4 – CH3 C6 H6 + 4 H2
Proses reforming terdiri dari Thermal Reforming dan Catalytic Reforming.
Pada Catalytic Reforming, gasoline dan nafta umpan dipanaskan sampai 500 oF
dan dialirkan kedalam reaktor yang berisi katalis secara seri. Karena reaksi adalah
endotermis, maka diperlukan penambahan panas melalui Heater di antara reaktor
untuk memenuhi suhu reaksi. Katalis yang digunakan adalah logam platina yang
dibalut dengan alumina (Al2O3).
82
3. Isomerisasi
Tujuan proses isomerisasi adalah untuk membentuk hidrokarbon rantai
cabang dengan bilangan oktan yang lebih tinggi.
4. Polimerisasi
Tujuan proses polimerisasi adalah untuk membuat bensin mobil (mogas)
dengan katalis asam sulfat atau asam fosfat.
Polimerisasi dapat dilakukan dengan satu macam umpan (Polimerisasi Selektif)
yaitu isobutan (iC4) atau butan (C4) saja. Polimerisasi dengan umpan campuran
disebut dengan Polimerisasi tidak Selektif.
5. A l k i l a s i
Tujuan proses alkilasi adalah untuk memasukkan gugus radikal alkil ke
dalam suatu molekul, yaitu antara olefin dengan iso parafin, menghasilkan bensin
pesawat terbang (avgas).
Reaksi yang terjadi adalah :
CH3
│
│
CH3 – CH = CH -- CH3 + CH3 – CH – CH3 CH3 – C -- CH2 – CH -- CH3
83
2. Proses-proses dekomposisi dalam unit-unit perengkahan termis, perengkahan
katalis dan catalytic reforming.
3. Proses fraksionasi lanjutan dari produk-produk perengkahan untuk
menghasilkan gas, gasoline, LCGO (light cycle gas oil), HCGO (heavy cycle gas
oil), distilat perengkahan, dan minyak bakar (fuel oil).
4. Proses stabilisasi produk-produk dari ketiga proses di atas untuk menghasilkan
gas, propan/butan/pentan, nafta ringan, buten/butilen, alkilat, bensin
rengkahan, poli gasolin, gas oil dan ter.
5. Proses alkilasi dan polimerisasi dari produk-produk yang sudah distabilkan
seperti alkilat dan poli gasolin.
6. Proses absorpsi terhadap produk-produk gas hasil proses stabilisasi untuk
mendapatkan produk gas kilang, dan minyak yang lebih bersih.
7. Proses blending atau pencampuran untuk mendapatkan produk-produk akhir
yang memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan oleh pasar atau konsumen.
84
7.3.1 Pengolahan dengan Asam Sulfat
Senyawa hidrokarbon jenis parafin dan naftenat dapat bereaksi dengan
asam sulfat 93 % pada suhu kamar. Pada suhu dan konsentrasi asam yang tinggi
akan menyebabkan kerusakan pada isomer yang mempunyai rantai samping.
Benzen sedikit dapat bereaksi dengan asam sulfat 93 %, sedangkan toluen dan
silen lebih mudah bereaksi. Asam sulfat dapat dipakai untuk memisahkan
aromatik, yang ada dalam kerosin yang akan menyebabkan nyala asap. Senyawa-
senyawa olefin, diolefin dan asetilen dapat bereaksi dengan asam sulfat 75 %.
Pada suhu dan konsentrasi asam sulfat yang tinggi akan menyebabkan terjadinya
polimerisasi pada olefin, dan pada suhu dan konsentrasi asam yang rendah
menyebabkan terbentuknya alkil asam sulfat, ester dan alkohol sekunder maupun
tersier.
Alkohol suku tinggi, dipolimer dan alkil asam sulfat larut dalam distilat
rengkahan, dan jika didistilasi kembali maka alkil asam sulfat akan terurai menjadi
alkohol, sulfur dioksida (SO2) dan senyawa-senyawa berwarna. Senyawa-senyawa
sulfat tersebut larut dalam soda kostik, tetapi ester tidak larut, dan pada suhu
lebih besar dari 285 o
F senyawa-senyawa tersebut terurai menyebabkan
kehilangan warna dan terbentuk distilat. Asam sulfat juga dapat memisahkan atau
melarutkan bahan-bahan resin atau aspal yang mungkin terdapat dalam hasil
fraksionasi maupun hasil perengkahan yang jelek. Senyawa-senyawa tersebut
cenderung menghalangi pengkristalan lilin dan pengolahannya dengan asam akan
menaikkan titik tuang (pour point). Senyawa-senyawa oksigen seperti asam
naftenik dan keton, dan senyawa-senyawa lain seperti alkohol dan aldehid yang
terbentuk pada proses oksidasi suhu tinggi dapat dilarutkan oleh asam sulfat,
tetapi apabila senyawa-senyawa tersebut diencerkan dengan minyak maka
pemisahannya tidak akan sempurna. Senyawa-senyawa dengan basis nitrogen
seperti quinon atau piridin yang dihasilkan dalam jumlah sedikit pada proses
distilasi, mudah larut dalam asam sulfat encer.
Asam kuat (H2SO4 93 % atau lebih) diperlukan untuk memisahkan merkaptan,
demikian pula senyawa-senyawa alkil sulfida, disulfida, dan senyawa-senyawa
sulfat larut dalam asam kuat. Alkil asam sulfat dapat larut dalam sejumlah minyak
tertentu.
85
Kecepatan pelarutan oleh asam sulfat terhadap berbagai senyawa-
senyawa pengotor dalam minyak bumi mempunyai tingkatan sebagai berikut :
1. Senyawa-senyawa nitrogen seperti amina, amida dan asam-asam amino,
2. Senyawa-senyawa alifatik,
3. Olefin,
4. Aromatik,
5. asam-asam naftenik.
Persyaratan atau kualitas asam sulfat yang dipakai untuk melarutkan senyawa-
senyawa pengotor dalam minyak bumi adalah sebagai berikut :
1. Konsentrasi asam
Untuk pengolahan yang umum dipakai 60 oBe atau asam 93 %, sedangkan
pengolahan-pengolahan warna minyak ringan lebih disukai konsentrasi asam
yang encer. Untuk pengolahan minyak pelumas digunakan asam sulfat 98 %.
Asam kuat (93 – 100 %) dipakai pada suhu rendah (25 – 50 oF) untuk
memisahkan sulfur dalam gasolin dan senyawa hidrokarbon aromatik dari
minyak-minyak bakar. Untuk memperbaiki warna sebaiknya digunakan asam
dengan konsentrasi 93 %, tetapi bila kandungan sulfurnya rendah akan lebih
menguntungkan bila menggunakan asam dengan konsentrasi 85 %. Asam
lemah juga berguna untuk memisahkan senyawa-senyawa dengan basis
nitrogen, dan untuk memperbaiki tanpa memisahkan senyawa-senyawa tak
jenuh.
2. Jumlah dosis asam
Jumlah (dosis) asam yang banyak akan menghasilkan warna yang tidak baik
dan akan menghilangkan senyawa-senyawa aromatik dan hidrokarbon tak
jenuh. Apabila asam dipakai dalam jumlah atau dosis yang demikian besar
pada minyak pelumas akan menyebabkan kehilangan warna karena terbakar.
Dosis asam yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :
a. Untuk gasolin alam, 2 lb/bbl
b. Untuk memisahkan sulfur dalam straight gasoline, 5 lb/bbl
c. Untuk distilat hasil distilasi bertekanan yang mengandung sulfur yang tinggi
dan minyak-minyak hasil dari minyak mentah basis naftenik, 8 lb/bbl.
d. Untuk memisahkan kandungan sulfur yang tinggi dalam minyak-minyak
pelarut (solvent) , 0 – 5 lb/bbl.
86
e. Untuk pengolahan kerosin yang berasal dari minyak mentah basis naftenik,
75 lb/bbl.
f. Untuk pengolahan minyak pelumas, 0 – 60 lb/bbl.
3. Suhu pengolahan
Suhu yang biasa dipakai pada berbagai operasi pengolahan adalah sebagai
berikut :
a. Untuk bensin ringan , 70 – 90 oF. Apabila dosis asam digunakan dalam
jumlah besar maka lebih baik dilakukan pada suhu yang lebih rendah lagi.
b. Untuk bensin rengkahan (cracked gasoline) , 60 – 90 oF. Apabila dilakukan
pengolahan minyak berat maka suhu yang diizinkan adalah 25 – 30 oF,
meskipun suhu 40 - 50 oF lebih ekonomis.
c. Untuk minyak-minyak pelumas (lube oil), 110 – 180 oF.
d. Untuk minyak-minyak silinder (cylinder oil), 130 – 170 oF dan 150 – 180 oF,
apabila pengolahannya dilakukan sebelum pengambilan lilin (dewaxing
process).
4. Waktu kontak
Faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan waktu kontak adalah :
a. Kontak yang lama antara asam dan minyak akan menghasilkan warna yang
tidak baik dan kurang stabil.
b. Kontak yang sangat singkat dapat mencegah pendayagunaan asam yang
tidak sempurna.
Untuk pengolahan bensin straight run gasoline maupun cracked gasoline maka
waktu kontak dengan asam tidak lebih dari satu menit dalam sistem yang
sinambung. Untuk distilat ringan maka waktu kontak dengan asam yang
memakai pengadukan udara adalah 15 - 40 menit. Kerosin memerlukan waktu
kontak dengan asam adalah 30 – 40 menit, sedangkan minyak pelumas
memerlukan waktu kontak 90 menit.
87
mereduksi kerentanan terhadap TEL (tetra ethyl lead) sebagai senyawa pengungkit
oktan. Sulfur elementer yang terdapat dalam merkaptan akan menyebabkan
korosi.
Ada tiga cara untuk mencapai sweetening yaitu :
1. Proses oksidasi untuk merubah merkaptan menjadi disulfida
2. Proses yang memisahkan merkaptan
3. Proses yang menghancurkan dan merubah senyawa-senyawa sulfur lain yang
menyertai merkaptan, hidrogen sulfida, dan sulfur bebas.
1. Proses Oksidasi
Proses oksidasi adalah proses untuk merubah merkaptan menjadi
senyawa-senyawa disulfida yang berbau besi sedikit. Prosesnya meliputi proses
tembaga khlorida, proses hipokhlorit, dan proses timbal sulfida. Sejak diketahui
senyawa disulfida merusak kerentanan timbal dalam gasolin (TEL), dan keperluan
untuk menurunkan merkaptan dengan proses sweetening dipertanyakan, maka
proses tersebut lambat laun ditinggalkan.
Adanya katalis atau inhibitor tipe para-penilen-diamin yang terdapat di
udara dapat merubah merkaptan dalam gasolin yang dicuci dengan larutan kaustik
selama beberapa hari menjadi disulfida maka proses ini dipakai terus karena lebih
murah, dan disebut sebagai proses Inhibitor Sweetening. Sejumlah kecil logam
seperti timbal, bismut, talium, dan sebagainya terdapat dalam larutan kaustik yang
dipakai dalam proses inhibitor akan mempercepat reaksi sweetening dan
membantu dalam mereduksi peroksida atau mengurangi pembentukan getah
minyak (gum).
88
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
B. Pilihlah salah satu jawaban dari soal-soal di bawah ini menurut anda
paling benar !
89
a. Isomerisasi c. Polimerisasi
b. Cracking d. Reforming
6. Suatu proses perubahan molekul hidrokarbon yang panjang dan lurus
dipotong-potong menjadi beberapa rantai yang lebih pendek dinamakan :
a. Isomerisasi c. Alkilasi
b. Cracking d. Reforming
7. Suatu proses perubahan senyawa hidrokarbon lain menjadi aromatik
sehingga diperoleh bensin dengan bilangna oktan yang tinggi dinamakan :
a. Reforming c. Cracking
b. Isomerisasi d. Alkilasi
8. Senyawa kimia yang sering digunakan untuk melarutkan senyawa pengotor
dalam minyak bumi adalah :
a. H2SO4 c. Merkaptan
b. Sulfur oksida d. A i r
9. Proses untuk merubah merkaptan yang ada di dalam mogas menjadi
senyawa disulfida dinamakan :
a. Treating c. Transforming
b. Dewaxing d. Sweetening
10. Jenis produk BBM yang dipergunakan untuk bahan bakar motor adalah :
a. Kerosin c. L N G
b. Gasolin d. Nafta
90
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
Berilah tanda huruf B apabila pernyataan di bawah ini benar dan berilah
tanda huruf S bila salah !
91
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
1. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook. Mc-Graw
Hill Book Co. New York.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc Graw Hill Book
Co. Singapore.
92
KEGIATAN BELAJAR VIII Jurusan
Teknik Kimia
PROSES PERENGKAHAN
93
KEGIATAN BELAJAR VIII Jurusan
Teknik Kimia
94
3. Pemakaian bahan bakar relatif lebih rendah
Perengkahan temis pada masa sekarang tidak lazim lagi dipakai karena
memerlukan energi yang tinggi, dimana pada awalnya proses ini dilakukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan mogas (motor gasoline) dan fuel oil.
95
Umpan ……………………………………..........C7H15–C15H30—C7H15
Heavy Gas Oil
96
umpannya (kerosin, gas oil, reduced crude atau semua jenis minyak mentah),
dimana setelah itu dimasukkan ke dalam digester atau ruang reaksi, dan
selanjutnya dimasukkan ke dalam menara pemisah uap, dimana uapnya
didinginkan. Proses perengkahan ini dapat dilihat pada Gambar 8.2.
Flash Chamber
Umpan LGO
HGO
Heater
LGO
Ter
Vacuum Fractionator
Gas dan
Reaction Chamber Flash Chamber Gasoline
ke
Stabilizer
Heater
Umpan
Fractionator
Recycle
Residu
97
Tekanan operasi pada perengkahan fasa campuran biasanya diset pada
350 psig atau lebih besar untuk menjaga kehomogenan fasa dan dengan demikian
dapat mengurangi pembentukan kokas didalam Tube Heater. Suhu operasi adalah
750 – 900 oF tergantung pda keadaan umpan masuk.
98
komponen-komponen gasolin yang mempunyai titik didih rendah. Katalis yang
digunakan dapat berupa katalis buatan atau yang aktif secara alami, utamanya
mengandung silika atau magnesia silika dalam bentuk butir, pelet atau mikro
sperikal yang halus seperti bubuk. Katalis dapat ditempatkan pada unggun tetap
(fixed bed), unggun bergerak (moving bed) atau unggun terfluidisasi (fluidized
bed). Untuk komposisi katalis yang sejenis dan kondisi perengkahan yang sama,
maka katalis alam menghasilkan gasoline yang mempunyai kualitas anti ketukan
rendah yang lebih banyak dibandingkan dengan katalis buatan.
Gas Heater
Gas
Flash Drum
Gas dan
Gasoline
ke
Stabilisator
Umpan
Recycle Fractionator
Reaction Chamber
Umpan minyak dapat bervariasi dari naphta cut dan gas oil termasuk
umpan berat dalam keadaan normal yang akan diperbaiki kualitasnya sampai ke
reduced crude dari berbagai jenis minyak seperti parafin, naftalen dan aromatik.
Namun pada tahun 1970-an terdapat kecenderungan untuk dapat memanfaatkan
residu minyak berat yang mengandung sulfur dan logam tinggi yang selama ini
tidak dilakukan dengan menggunakan katalis zeolit aktif melalui perbaikan teknik
fluidisasi. Biasanya umpan tersebut disiapkan terlebih dahulu untuk memisahkan
garam-garam dan aspal berat dengan beberapa cara seperti proses kokas,
99
propane deasphalting, ekstraksi furfural, distilasi hampa, visbreaking, perengkahan
termis, hidrodesulfurisasi.
Variabel-variabel utama dalam proses perengkahan katalis adalah suhu,
tekanan, nisbah katalis-minyak (rasio antara berat katalis masuk reaktor per jam
dengan berat minyak yang diumpankan per jam), dan space velocity (yaitu berat
atau volume minyak yang diumpankan per jam per berat atau volume katalis
dalam zone reaksi).
Kenaikan konversi reaksi dapat dicapai dengan cara :
1. Suhu tinggi
2. Tekanan tinggi
3. Space velocity rendah
4. Nisbah katalis-minyak tinggi
100
2. Reaksi katalis primer yang berlangsung pada permukaan katalis
3. Reaksi katalis sekunder berlangsung di antara produk-produknya
4. Pemisahan produk hasil polimerisasi dari reaksi terdahulu seperti kokas dengan
cara penyerapan pada permukaan katalis (adsorpsi).
101
Semua katalis perengkahan yang komersil memakai pembungkus katalis
(insulator catalyst) yang memiliki sifat-sifat asam protonik yang kuat. Mereka
berfungsi sebagai katalis dengan cara merubah mekanisme proses perengkahan
melalui suatu mekanisme alternatif yang meliputi :
1. Chemisorpsi dengan donor proton pada harga Kp yang tinggi
2. Desorpsi yang dihasilkan dalam perengkahan minyak dan secara teoritis akan
memulihkan kembali aktifitas katalis.
Semua katalis perengkahan diracuni oleh proton yang berasal dari logam
vanadium. Dasar ini diaplikasikan pada katalis perengkahan apakah menggunakan
katalis alam atau katalis buatan. Katalis alam dipakai kadang-kadang dicampur
dengan katalis buatan, karena katalis buatan proses regenerasinya terlalu cepat
sehingga akan menutupi pori-porinya dan menangkap deposit karbon di dalamnya.
Setelah proses perengkahan berlangsung maka katalis lama-kelamaan akan
kehilangan aktifitasnya karena diselimuti oleh sulfur. Oleh karena itu diperlukan
proses pengolahan lebih lanjut di dalam generator bagi katalis tersebut untuk
dapat digunakan kembali. Tabel 8.1 memperlihatkan katalis perengkahan yang
umum dipakai dan faktor-faktor kinerjanya.
102
10 psig. Umpan untuk FCC ini adalah campuran gas oil dan reduced crude atau
long residu.
a. FCCU Model IV
Proses ini dilisensi oleh ESSO Research And Engineering Co sebagai
modifikasi dari proses sebelumnya. Katalis ditransfer di antara reaktor dan
generator dalam saluran berbentuk U dengan bantuan udara dan steam. Unit
komersil model IV ini pertama dipasang pada kilang Pan-AM Southern Co pada
tahun 1952. Model IV dirancang dengan elevasi rendah, sedangkan model III yang
dirancang pda tahun 1947 dengan tekanan berimbang. Model II pada tahun 1944
dirancang dengan aliran ke bawah (downflow), dan model I dirancang dengan
aliran ke atas (upflow) pada tahun 1941.
b. Proses Orthoflow
Proses ini dilisensi oleh M.W. Kellogg Co, dirancang menggunakan satu
vessel (reactor-regenerator) yang memberi kemungkinan aliran katalis lurus
sehingga mengurangi erosi karena aliran dalam pipa bengkok. Proses orthoflow
yang komersil dirancang dalam tiga tipe ; Model A dan C dengan regenerator di
bawah reactor, dan model B dengan regenerator di atas reaktor. Pada semua tipe
seksi stripping katalis terletak antara reaktor dan generator. Kondisi operasi pada
103
umumnya adalah sebagai berikut : pada reaktor 885 – 950 oF, 8 – 20 psig dan
pada regenerator 1050 – 1200 oF, 15 – 30 psig. Ratio katalis–minyak adalah 6 –
20 berbanding 1. Kecepatan aliran (space velocity) (1 – 16) : 1,0.
c. Proses UOP
Proses ini dilisensi oleh Universal Oil Product Co, dirancang dengan satu
vessel dimana reaktor berada di atas regenerator. Keistimewaan proses ini adalah:
Menghapuskan tempat udara naik (air-riser) dengan adanya expansion joint
Menghapuskan penopang baja struktur terhadap vessel
Mengurangi ukuran saluran udara dalam regenerator karena memakai tekanan
operasi 15 – 18 psig.
Unit pertama dipasang pada kilang Aurora Gasoline Co di Detroit pada tahun 1947.
Steam
Udara
Umpan Regenerator
2nd Stage 2nd Stage
Reactor Fractionator
104
2. Proses Perengkahan Katalis Unggun Bergerak
Pada proses-proses unggun bergerak, katalis mengalir pada zona minyak
sehingga terjadi reaksi, dan kemudian terus ke zona regenerasi dimana udara
secara terus-menerus membakar kokas yang menempel pada katalis. Katalis dalam
bentuk butir ataupun pelet diangkat oleh udara ke posisi yang lebih tinggi lalu
mengalir ke bawah secara gravitasi melalui zona-zona reaksi dan regenerasi.
b. Proses Houdresid
Proses ini menggunakan variasi unggun katalis bergerak yang kontinyu
dirancang untuk mendapatkan produk yang banyak dari gasoline beroktan tinggi
dan distilat ringan berasal dari umpan reduced crude. Proses ini asalnya dilisensi
oleh Houdry Process and Chemical Co, tetapi tidak lama dilisensikan. Diagram alir
proses dapat dilihat pada Gambar 8.5. Instalasi komersil pertama dipasang pada
kilang Sun Oil Co di Ontario pada tahun 1954.
a. Proses Houdry
Proses ini adalah proses siklus katalis pada unggun tetap yang dapat
diregenerasi untuk mengubah umpan distilat menjadi gasolin, distilat-distilat ringan
105
dan berat, kokas, butan-butilen, dan fuel gas. Kondisi operasi pada reaktor adalah
suhu 840 – 875 oF, tekanan 7 – 30 psig, dan space velocity 1,0 – 2,0 v/hr/v.
Siklus pada proses ini terdiri dari :
On stream 10 menit
Purging 5 menit
Regenerasi 10 menit
Steam purging 5 menit
Pada awalnya proses ini adalah yang pertama dari perengkahan katalis yang ada
sekarang. Instalasi komersil pertama dipasang pada kilang Socony Vacuum Oil Co
(sekarang Mobil Oil Co) di New Jersey pada tahun 1936. Diagram alir dapat dilihat
pada Gambar 8.6.
Umpan
b. Proses Suspensoid
Proses ini adalah proses katalis sekali jalan (once through) non
regeneratif, dimana katalis mengalir melalui dapur perengkahan bersama-sama
dengan minyak lalu dipisahkan dari produk fuel oil dengan filler. Kondisi operasi
pada keluaran dapur adalah 450 psia dan 1050 oF pada kondisi regular, sedangkan
pada kondisi super adalah 250 psi dan 1090 o
F. Instalasi komersil pertama
dipasang pada kilang Imperial Oil Co di Ontario pada tahun 1960, yang diagram
alirnya dapat dilihat pada Gambar 8.7.
106
Produk
ke Fraksionator Flue Gas
Umpan dari
Heater Udara
Hopper Katalis
Produk
Furnace
Fractionator
Umpan
107
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
1. Jelaskan karakteristik katalis yang dipakai pada proses perengkahan katalis dan
uraikanlah masing-masing keuntungan dan kerugiannya !
2. Apakah perbedaan sirkulasi katalis yang ada pada proses ortho flow dan yang
ada pada proses UOP pada perengkahan katalis terfluidisasi ?
3. Jelaskan mekanisme proses hydrocraking berdasarkan umpan yang diolah !
4. Sebutkan macam-macam proses perengkahan yang terdapat di kilang minyak
Pertamina !
5. Sebutkan macam-macam proses coking dan jelaskan perbedaannya !
108
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
Pilihlah salah satu jawaban yang benar menurut anda dari beberapa soal
di bawah ini dan berilah tanda silang X !
109
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
1. Anonim, Buletin 1982. The Kelogg – Phillips HOC Process : Greater Yields and
Profit From Heavy Oil Cracking. M.W. Kellog Co.
2. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook. Mc-
Graw Hill Book Co. New York.
4. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc Graw Hill Book
Co. Singapore.
5. Lambrix, J.R., Morris, C.S, and Rosenfeld, H.J., Nopember 1979. The
Implications of Heavy Oil Cracking. Chem. Eng. Prog.
110
KEGIATAN BELAJAR IX Jurusan
Teknik Kimia
111
KEGIATAN BELAJAR IX Jurusan
Teknik Kimia
9.1 Pendahuluan
Terminologi alkilasi, apabila dipakai dalam pengertian yang tepat pada
kimia organik, akan berhubungan dengan penambahan suatu gugus radikal alkil ke
dalam suatu molekul. Kebanyakan reaksi-reaksi alkilasi dalam kimia organik
mencakup reaksi antara hidrokarbon olefin dengan hidrokarbon aromatik. Senyawa
olefin-olefin tersebut akan membentuk gugus alkil di dalam molekul aromatik.
Di dalam industri minyak bumi sejumlah reaksi-reaksi alkilasi ini
berlangsung secara komersil. Salah satu operasi dalam skala besar selama perang
dunia adalah pembuatan kumen atau isopropil benzena dengan katalis pada reaksi
antara benzena dan propilena. Produk ini merupakan komponen blending yang
berharga untuk pembuatan bensin pesawat terbang. Sejumlah reaksi alkilasi yang
lain juga dilakukan lebih banyak untuk membuat produk-produk dalam skala kecil
seperti gasoline inhibitor, aditif minyak pelumas dan deterjen sintetis. Referensi
terhadap alkilasi di dalam industri minyak bumi secara umum menyinggung
tentang proses khusus dimana isobutana direaksikan dengan olefin-olefin. Produk
reaksi ini adalah suatu campuran yang terutama terdiri dari isomer oktan yang
disebut sebagai Alkilat. Produk alkilat ini adalah komponen pencampuran
(blending) penting yang mempunyai angka oktan tinggi, yang dipakai dalam
pembuatan bensin pesawat terbang. Tanpa menggunakan proses ini, maka
pembuatan avgas dalam skala besar selama Perang Dunia II sangat sulit
dilakukan. Jadi tugas unit alkilasi adalah memproduksi alkilat, yang dipakai sebagai
komponen dasar untuk proses pencampuran dalam pembuatan bensin pesawat
terbang. Meskipun demikian alkilasi isobutana dengan olefin secara teoritis lebih
baik daripada polimerisasi, dalam arti mendaya-gunakan gas-gas hasil
perengkahan, karena alkilasi hanya mengkonsumsi satu molekul olefin yang
berharga untuk memproduksi suatu molekul gasoline. Butilena adalah olefin yang
lebih disukai, tetapi isobutilena dan propilena lebih baik karena dapat bereaksi
112
semuanya membentuk alkilat dari isobutana yang tersedia dalam kilang. Proses ini
kadang-kadang dilengkapi dengan polimerisasi pada suhu rendah dan space
velocity yang tinggi untuk mengkonsumsi lebih banyak propilena dan isobutilena.
Hal ini juga akan menyebabkan isomerisasi butena-1 menjadi butena-2..
Secara kimia reaksi alkilasi dapat dilakukan, baik secara termis maupun
dengan bantuan katalis. Reaksi termis memerlukan tekanan yang sangat tinggi
(sekitar 200 – 300 kg/cm2) dan suhu relatif tinggi untuk konversi kebutuhan
komersil. Proses alkilasi termis yang komersil telah dibangun oleh Phillips
Petroleum Co. Proses alkilasi termis ini tidak diterima secara luas oleh industri
minyak bumi karena :
● etilena adalah olefin yang paling sedikit tersedia dan
● prosesnya memerlukan tekanan yang lebih tinggi,
karena alasan tersebut proses alkilasi termis sudah ditinggalkan atau jarang
dilakukan di dalam industri minyak bumi modern.
Sebaliknya alkilasi katalis menawarkan kemungkinan-kemungkinan pelaksanaan
reaksi pada kondisi sedang dan dengan variasi olefin yang luas dibandingkan
dengan alkilasi termis. Suhu reaksi berkisar antara 30 – 105 oF dan tekanan 1 atm
- 150 psig. Katalis yang banyak digunakan secara komersil untuk proses alkilasi ini
adalah aluminium khlorida (AlCl3), asam sulfat (H2SO4) dan asam flluorida (HF).
Keunggulan proses dengan katalis HF dibandingkan dengan katalis-katalis yang
lain adalah karena asam bekas dapat diregenerasi secara ekonomis dan suhu
reaksi dapat lebih tinggi dari pada proses asam sulfat.
113
tinggi dan dapat diperoleh hanya dengan sedikit asam sulfat dibandingkan dengan
olefin lainnya, jika diproses pada kondisi operasi yang sama.
Di dalam industri minyak bumi, umpan isobutana dan butilena sebagian
besar berasal dari hasil perengkahan berkatalis. Isobutana sebagian kecil juga
terdapat dalam minyak mentah bersama-sama dengan normal butana.
Reaksi yang terjadi pada alkilasi dengan asam sulfat sebagai katalis adalah :
CH3 CH3 CH3 CH3
│ │ H2SO4 │ │
H3C─CH─CH3 + H2C═C─CH3 ────→ H3C─C─CH2─CH─CH3
│
CH3
Isobutana Isobutilena 2,2,4 Trimetil Pentana
Reactor C3 C4 Alkilat
Refrigerasi
Soda
Umpan BB Pencuci
Chiller
Secara garis besar unit alkilasi tersebut terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Bagian Reaktor dan Treating
2. Bagian Pendinginan
114
3. Bagian Fraksionasi
Umpan masuk reaktor adalah fraksi isobutana yang konsentrasinya tinggi
dengan kemurnian 85 – 90 % (berat), dan stok olefin yang biasanya campuran
fraksi BB dari berbagai hasil operasi perengkahan dan reforming. Kedua jenis
umpan tersebut bila diperlukan dipanaskan dengan larutan soda untuk
memisahkan H2S dan merkaptan yang terdapat dalam umpan. Kadar soda dalam
larutan dicuci. Pencucian soda (soda settler) dijaga 5 – 6 oBe atau 2 % NaOH.
Untuk menekan terjadinya reaksi samping, terutama reaksi polimerisasi, maka
dipakai umpan isobutana dalam jumlah yang besar, sekitar 4 – 5 kali jumlah olefin.
Di dalam reaktor terjadi daur-ulang antara isobutana dan asam sulfat jenuh
dengan isobutana yang akan menaikkan nisbah isobutana/olefin di dalam reaktor
menjadi 400 – 500.
Jika menggunakan asam sulfat sebagai katalis, maka reaksi harus terjadi pada
suhu rendah untuk menekan reaksi berkelanjutan atau polimerisasi. Suhu reaktor
biasanya dijaga sekitar 7 oC atau 45 oF, dimana suhu operasi beragam antara 0 –
20 oC atau 32 – 68 oF. Operasi pada suhu di bawah 0 oC tidak menarik karena
dapat menaikkan viskositas emulsi campuran asam/hidrokarbon dan memberi
kemungkinan terjadinya pembekuan asam sehingga menyulitkan dalam
operasinya. Sebaliknya suhu di atas 20 oC juga tidak menarik karena sangat
cenderung mempercepat reaksi polimerisasi yang akan menyebabkan kenaikan
konsumsi asam dan menurunkan yield alkilat. Tekanan operasi tidak begitu
berpengaruh terhadap efisiensi alkilasi. Tekanan sistem harus tinggi untuk
menjaga hidrokarbon berada dalam fasa cairan dan perbedaan hidraulik cukup
untuk mengatur fluida mengalir dalam sistem reaktor. Untuk maksud tersebut
biasanya reaktor beroperasi pada tekanan sekitar 7 kg/cm2.
Katalis asam sulfat dengan konsentrasi 98 % (berat) dimasukkan secara
terus menerus atau dengan cara injeksi asam dari belakang. Nisbah asam dan
hidrokarbon di dalam reaktor adalah 1 : 1. Penambahan asam segar ke dalam
reaktor dilakukan apabila konsentrasinya kurang dari 88 % (berat). Kualitas alkilat,
yield alkilat dan umur katalis asam merupakan fungsi daripada komposisi umpan
masuk dan kondisi operasi dalam reaktor.
Tabel 9.1 memperlihatkan beberapa data yield yang diperoleh apabila alkilasi
isobutana dilaksanakan dengan berbagai olefin yang berbeda. Yield tersebut
115
secara luas dipengaruhi oleh kondisi operasi, tetapi mudah terlihat bahwa
perbedaan yang sangat besar dalam yield alkilat terjadi karena menggunakan
umpan olefin yang berbeda. Umur katalis dipertimbangkan dipengaruhi oleh
umpan olefin. Berbagai umur katalis yang dapat diharapkan terlihat pada
Tabel 9.1. Pengaruh umpan olefin terhadap kualitas alkilat dapat dilihat pada
Tabel 9.2. Harga-harga hanya diberikan untuk propilena, butilena dan amilena
saja, karena produk yang diperoleh dari alkilasi polimer butilena adalah sama
dengan yang diperoleh langsung dari butilena.
Proses lain yang juga merupakan modifikasi proses alkilasi asam sulfat
adalah alkilasi keluaran refrigerasi (Effluent Refrigeration Alkylation) dimana dijaga
nisbah umpan yang tinggi antara isobutana dan olefin-olefin seperti propilena,
butilena dan amilena untuk mendapatkan alkilat yang lebih banyak untuk
digunakan sebagai komponen avgas dan bahan bakar motor. Proses ini
dikembangkan oleh Stratford Engineering Corp. Keluaran reaktor dipakai sebagai
refrigeran untuk mengendalikan suhu reaktor (45 – 50 oF) dan pada waktu yang
sama memisahkan isobutana sebagai daur ulang.
116
Pemakaian pertama adalah dalam pembuatan komponen dasar untuk deterjen
sintetis. Komponen ini diperoleh dari alkilasi benzena dengan olefin yang sesuai,
seperti propilena tetramer, olefin yang diturunkan dari perengkahan lilin, dan lain-
lain. Alkilasi ini banyak dijumpai dalam bidang petrokimia.
Pemakaian kedua adalah dalam pembuatan komponen blending untuk avgas yang
berkualitas tinggi melalui alkilasi isobutana dengan propilena, butilena dan
pentilena (amilena).
Proses alkilasi asam fluorida untuk pembuatan komponen dasar avgas ini
telah dikembangkan oleh Phillips Petroleum Company dan oleh UOP Company.
Operasi proses ini sangat sama dengan proses alkilasi asam sulfat. Perbedaannya
yang sangat penting adalah terletak pada pengolahan asam bekas yang siap dan
terus menerus dapat diregenerasi sehingga konsumsi asam fluorida sangat sedikit.
Regenerasi asam bekas ini dipengaruhi oleh cara distilasi yang sederhana, dimana
asam dapat dipisahkan dari campuran azeotrop H2O-HF dan polimer yang
terbentuk dalam proses alkilasi. Titik didih HF pada tekanan 1 atm adalah 19,4 oC
dan berat jenisnya 0,988. Tanpa proses regenerasi, baik air maupun polimer akan
terakumulasi di dalam asam dan akan berpengaruh buruk terhadap yield dan
kualitas produk. Asam yang sudah diregenerasi didaur ulang ke dalam reaktor.
Pada alkilasi isobutana dengan butilena, proses alkilasi HF memproduksi
suatu alkilat yang mengandung 2,2,4 trimetil pentana yang prosentasenya lebih
besar daripada proses alkilasi asam sulfat.
Angka oktan alkilat yang dihasilkan sangat tergatung pada jenis olefin sebagai
berikut :
i-C4H10 + i-C4H8 ───→ Iso oktana (ON = 92 – 94)
i-C4H10 + i-C5H10 ───→ Iso nonana (ON = 90 – 92)
i-C4H10 + i-C3H6 ───→ Iso heptana (ON = 89 – 91)
117
dijaga pada 6/1 atau lebih besar, dan yield yang diperoleh sekitar 96 % (v) kumen
dan 4 % (v) adalah alkilat aromatik berat.
118
mengandung kira-kira 30 – 40 % neoheksana. Neoheksana dikarakterisasi sebagai
bahan campuran avgas dengan sifat-sifat yang sempurna dan sangat mudah
menerima TEL. Senyawa ini mempunyai RVP 9,5 psi ; titik didih 121 oF dan angka
oktan 95.
H2 & CH4
Umpan i C4 Segar
i C4
Compressor Gasoline
Etana/Propana Pompa
Campuran Umpan
etana
propana
butana
119
ulang. Data kecepatan reaksi sangat langka, tetapi dapat dihitung berdasarkan
Persamaan 20-12 Nelson sebagai berikut :
K2 1 x
---- = ----- -----------
P t P a (1 – x)
Dimana :
K2 = tetapan kecepatan reaksi
t = waktu, menit
P = tekanan, psi
x = fraksi olefin yang bereaksi selama waktu t menit
a = fraksi olefin yang terkandung dalam umpan
Polimerisasi termis mengubah C4 dan gas-gas kilang yang lebih ringan menjadi
produk-produk cair hasil kondensasi. Proses ini dapat dipakai terutama untuk
mengolah bensin alam (natural gasoline) yang mengandung propena dan butena
yang berlimpah ruah. Olefin-olefin tersebut diperoleh dengan cara dekomposisi
termis dan polimerisasi dengan panas dan bertekanan. Umpan cair dengan
tekanan 1200 – 2000 psig dipompakan ke dalam dapur dan dipanaskan menjadi
975 – 1100 oF. Keluaran dari dapur didinginkan dan distabilisasi, polimer gasolin
dipisahkan dengan cara fraksionasi. Gas yang keluar dari stabilizer dikembalikan ke
pemisah uap untuk dipisahkan C3 dan C4 sebagai daur ulang. Diagram alir proses
ini secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 9.3.
Umpan
Olefin Fractionator
Dapur Polimerisasi
Quench
Stabilizer
Polimer Berat
120
Umpan olefin sebelum masuk ke dapur polimerisasi biasanya dipersiapkan
lebih dahulu melalui pemurnian (feed preparation). Hal ini dilakukan mengingat
gas-gas tersebut mungkin mengandung sulfur atau asam sulfida, mempunyai
tekanan rendah, konsentrasinya kurang atau tidak stabil.
121
Reaktor polimerisasi ini dijaga pada suhu 190 – 230 oC dan tekanan
sekitar 500 psia. Sebagai tambahan, tembaga piro posfat juga digunakan secara
luas sebagai katalis menghasilkan produk yang hampir sama dengan asam posfat
dengan suhu reaksi yang lebih rendah.
1. Polimerisasi UOP
Polimerisasi katalis proses UOP adalah proses polimerisasi tak selektif
menggunakan katalis asam posfat yang dijenuhkan di dalam kieselguhr dan
berbentuk pelet. Katalis ditempatkan di dalam tube, sedangkan air pendingin
berada di dalam shell. Diagram alir sederhana dari proses UOP ini dapat dilihat
pada Gambar 9.4.
Proses polimerisasi UOP terdiri dari 3 seksi pengolahan yaitu :
a. Seksi pembersihan/pemurnian umpan.
Pada seksi ini kotoran yang terdapat dalam umpan dipisahkan dengan larutan
soda dan air karena merupakan racun bagi katalis. Kotoran utama yang harus
dipisahkan adalah senyawa-senyawa nitrogen asam ataupun basa, lalu
senyawa-senyawa belerang dalam bentuk gas/larutan H2S maupun merkaptan.
Senyawa nitrogen yang bersifat asam (HCN, HOCN dan sebagainya) bila
dibiarkan dalam sistem akan berubah menjadi amoniak dan kemudian
amonium posfat yang akan merusak daya rangsang katalisator (menurunkan
aktifitas katalis) menurut reaksi berikut :
RCN + 2 H2O ───→ RCOOH + NH3
3 NH3 + H3PO4 ───→ (NH4)3PO4
Senyawa nitrogen asam ini dapat dihilangkan dengan larutan soda, sedangkan
senyawa nitrogen basa (NH3 dan amina-amina) dapat dihilangkan dengan
mencucinya menggunakan air.
Senyawa-senyawa sulfur (H2S dan merkaptan-merkaptan) bila tidak dibuang
akan berubah menjadi senyawa-senyawa yang sulit dihilangkan dari polimer
gasolin dan akan menyebabkan turunnya angka oktan. Senyawa-senyawa
sulfur ini bersifat asam dan dapat dihilangkan dengan larutan soda.
b. Seksi reaktor.
Umpan hidrokarbon (campuran propilena/butilena) yang sudah dibersihkan dan
dipanaskan secukupnya direaksikan dalam reaktor. Tipe reaktor UOP ada
122
2 macam, yaitu tipe shell & tube heat exchanger dan chamber. Reaksi
polimerisasi adalah reaksi eksotermis sehingga diperlukan air untuk menyerap
panas yang terjadi dan juga berfungsi sebagai pengatur suhu reaktor yang
dikendalikan oleh tekanan kukus (steam) dari steam drum.
Variabel proses yang mempengaruhi reaksi di dalam reaktor adalah suhu
sekitar 430 oF, tekanan operasi 1000 – 1100 psig, kadar olefin di dalam umpan
35 – 45 % dan kecepatan aliran olefin pada permukaan katalis (space velocity)
dirancang 0,28 galon umpan/jam per lb katalis.
Propana
Butana
Pencucian Air
Pencucian Soda
Umpan
C3/C4
Polimer
Reactor Depropanizer
Debutanizer
Gambar 9.4 Diagram Alir Polimerisasi tak Selektif Proses UOP
123
Polimerisasi Selektif
Polimerisasi selektif adalah proses polimerisasi yang menggunakan umpan
hanya fraksi C4 saja atau fraksi C3 saja yang berlangsung pada suhu yang lebih
rendah dibandingkan dengan polimerisasi tak selektif.
124
c. Dilarutkan dalam PbCl3 cair.
Katalis aluminium khlorida adalah katalis yang tidak dapat diregenerasi, tetapi
dapat diperoleh kembali dalam sistem cairan. Salah satu proses isomerisasi dengan
katalis aluminium khlorida dapat dilihat pada Gambar 9.5.
Make-up HCl
Make-up H2
Recycle Gas
Vent
Acid Stripper
Kondisi operasi 240 – 250 oF, tekanan 200 – 300 psig dan space velocity
adalah 1 – 2 /jam. Waktu tinggal di dalam reaktor adalah 10 – 40 menit, sehingga
dicapai konversi 50 % untuk butana, 55 – 60 % untuk pentana.
125
Produk
Isoparafin
Recycle H2 H2 Segar
C4<
Umpan Vent
Segar
Degasser
Heater
Separator
Reactor
Recycle Product
126
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
1. Buat suatu reaksi proses alkilasi dengan menggunakan katalis dari suatu
kilang minyak !
2. Buat suatu reaksi sederhana alkilasi termis !
3. Buatlah suatu diagram alir sederhana proses polimerisasi katalis dari kilang
minyak !
127
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
128
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
1. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook. Mc-
Graw Hill Book Co. New York.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc Graw Hill Book
Co. Singapore.
129
KEGIATAN BELAJAR X Jurusan
Teknik Kimia
PROSES REFORMING
130
KEGIATAN BELAJAR X Jurusan
Teknik Kimia
10.1 Pendahuluan
Reforming adalah suatu proses untuk merubah struktur senyawa
hidrokarbon dalam fraksi minyak menjadi komponen blending gasolin yang
mempunyai oktan tinggi. Perubahan susunan struktur molekul yang terjadi paling
dominan dalam reaksi tersebut adalah dehidrogenasi naftena membentuk aromatik
menurut reaksi berikut :
CH
/ \\
HC CH
H3C – (CH2)4 – CH3 ───→ ║ │ + 4 H2
HC CH
\ //
CH
Macam-macam proses reforming :
1. Reforming Termis, terdiri dari :
Proses polyforming
2. Reforming Katalis, terdiri dari :
a. Katalis Unggun Diam
● reaktor tanpa swing, terdiri dari :
Proses Catforming
Proses Houdriforming
Proses Platforming
Proses Sinclair-Baker
Proses Platinum
● reaktor dengan swing, terdiri dari :
Proses Hydroforming
Proses Powerforming
Proses Ultraforming
131
b. Katalis Unggun Bergerak, terdiri dari :
● Proses hyperforming
● Proses thermofor (TCR)
c. Katalis Unggun Terfluidisasi, terdiri dari :
● Proses Fluid Hydroforming
d. Reforming dengan daur ulang, terdiri dari :
● Proses Iso-Plus Houdriforming
● Proses Reforming
132
Gas dan Gasoline
ke Stabilizer
Heater
Umpan Nafta
Stabilizer Gas
Evaporator & Bubble Tower
Gas Umpan
Nafta
Flash Absorber
Tower
Heater
Umpan
Quench Gas Cair
Fuel Oil
Gasoline
Operasi dari proses ini meliputi pemasukan umpan nafta (virgin) ke dalam
absorber untuk mengambil propana (recovery C3 80 – 90 %) dan gas-gas berat.
Tekanan pada aliran campuran umpan adalah 1000 – 1500 psig. Aliran quench di
bagian bawah evaporator adalah 1020 – 1120 oF turun menjadi 650 – 700 oF.
Tekanan evaporator sekitar 400 psig. Bagian lain dari bawah evaporator di-flash
untuk mendapatkan fuel oil dan gas, sedangkan overhead evaporator dikirim ke
stabilizer dimana gas-gas yang dapat dikondensasi dipisahkan dari produk gasolin
untuk dipakai kembali di absorber bersama dengan umpan gas cair. Proses
133
polyforming ini dikembangkan oleh Gulf Oil Corp pada tahun 1940. Proses ini
sudah tidak digunakan lagi dan diganti oleh reforming katalis.
134
3. Isomerisasi parafin
H3C – (CH2)5 – CH3 ===== H3C – CH – (CH2)3 – CH3
Heptana │
CH3
2-Metil Heksana
4. Dehidro-isomerisasi naftena
H3C – C5H8 – CH3 ===== H11C6 – CH3 ===== H5C6 – CH3 + 3 H2
1,2-Dimetil Siklopentana Metil Sikloheksana Toluena
5. Hydrocracking parafin
CH3
│
C10H22 + H2 ==== H3C – (CH2)3 – CH3 + H3C – CH2 – CH – CH3
n-Dekana Pentana Isopentana
6. Desulfurisasi
H4C4S + 4 H2 ===== C4H10 + H2 S
Tiofen Butana
135
kemungkinan kecenderungan terjadinya reaksi hydrocracking yang menghasilkan
kokas. Ditinjau dari cara meregenerasi katalis maka reforming katalis
diklasifikasikan menjadi proses sinambung, semi regeneratif dan siklus.
Pertumbuhan yang cepat terhadap pemakaian reforming katalis dalam industri
minyak bumi terjadi pada kurun waktu 1953 - 1959. Namun mulai tahun 1970-an
seiring dengan perbaikan terhadap angka oktan bensin menjadi RON 98, maka
katalispun mengalami perubahan tidak lagi hanya berbasis platina tetapi juga
mengandung renium (katalis UOP R-16 dan R-20). Pada saat ini kenaikan yang
pesat dari produksi reforming katalis disebabkan karena adanya pemakaian umpan
baru selain daripada virgin naphta, yaitu light naphta dari Timur Tengah.
Reactor
Kiln Produk
Udara
Recycle
Gas
Umpan
Nafta
Elevator Katalis
136
10.3.2 Proses Reforming Unggun Terfluidisasi
Proses reforming katalis menggunakan unggun terfluidisasi dari katalis
padat, merupakan suatu proses regenerasi yang sinambung dengan reaktor
terpisah ataupun terintegrasi untuk menjaga aktifitas katalis dengan cara
memisahkan kokas dan sulfur. Sebagai umpan adalah nafta ringan hasil
perengkahan atau nafta ringan dicampur dengan gas daur ulang yang kaya
hidrogen. Katalis yang digunakan adalah molibdat 10 % dalam alumina yang
secara material tidak dipengaruhi oleh arsen, besi, nitrogen atau sulfur dalam
jumlah yang normal. Kondisi operasi dalam reaktor sekitar 200 – 300 psig dan
suhu 900 – 950 oF pada space velocity 0,3 – 0,8/jam. Kecepatan gas daur ulang
adalah 4000 – 6000 scf/barel umpan dengan nisbah berat antara katalis dan
minyak adalah 0,5 – 1,5. Kondisi regenerasi yang digunakan adalah 210 – 310 psig
dan suhu 1000 – 1100 oF. Pengolahan pendahuluan terhadap umpan biasanya
tidak dilakukan kecuali untuk menyesuaikan jarak didih dalam memproduksi
aromatik. Keunggulan proses reforming ini, dapat menghasilkan yield reformat
sekitar 70 – 80 % (v) dengan RON 93 – 98. Diagram alir proses ini dapat dilihat
pada Gambar 10.4.
Flue Gas
Produk
Regenerator Reactor
Recycle Gas
Udara
Umpan
Nafta
137
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
1. Jelaskan prinsip kerja unit reforming termis berdasarkan diagram alir yang
ada pada buku saudara !
2. Apakah perbedaan proses reforming katalis dan reforming termis ?
3. Buatlah suatu mekanisme reaksi pada proses pengolahan reforming !
B. Pilihlah salah satu jawaban dari soal-soal di bawah ini menurut anda
paling benar !
138
b. Diperolehnya nafta dengan angka oktan tinggi.
c. Diperolehnya hasil reformat antara 70 - 80 % (v) dengan RON 93 - 98.
d. Diperolehnya nafta ringan 100 %
139
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
140
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
1. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook. Mc-
Graw Hill Book Co. New York.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering, 4th ed. Mc Graw Hill Book
Co. Singapore.
141
KEGIATAN BELAJAR XI Jurusan
Teknik Kimia
142
KEGIATAN BELAJAR XI Jurusan
Teknik Kimia
11.1 Pendahuluan
Proses-proses penyulingan dengan pelarut merupakan pengolahan fisik
saja, baik untuk menghilangkan senyawa-senyawa pengotor yang ada maupun
yang tidak diingini ada dalam minyak yang akan dipulihkan (recovery). Umpan
untuk proses-proses ini dapat berupa minyak yang mempunyai titik didih tinggi
maupun rendah. Umpan yang mempunyai titik didih tinggi untuk proses ini terdiri
dari minyak dan gas-oil atau minyak-minyak rengkahan katalis. Secara umum
dasar proses yang dipakai sekarang untuk umpan minyak berat dan distilat
menengah diklasifikasikan sebagai :
1. Pengolahan (treating) atau deasphalting, dipakai pada minyak dengan titik
didih penuh seperti gas-oil, dimana pemotongan minyak pelumas dilakukan.
Pelarut adalah pengendap yang membagi umpan minyak menjadi konstituen-
konstituen berdasarkan ukuran molekul.
2. Operasi dewaxing, dipakai pada komponen minyak-minyak pelumas atau
material dengan titik didih penuh, lalu diolah dengan lempung (clay). Operasi
dewaxing sering berkombinasi dengan pembuatan lilin.
3. Pengolahan (treating) atau penyulingan (refining), dipakai pada minyak-minyak
dengan jarak didih yang sesuai dengan minyak pelumas sebagai umpan untuk
memisahkan aromatik, naftenik dan material lain dengan ekstraksi selektif yang
berpengaruh terbalik terhadap indeks viskositas.
Dasar-dasar proses ekstraksi menggunakan pelarut dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Proses penarikan aspal (deasphalting & treating).
2. Proses penarikan lilin (dewaxing).
3. Proses penyulingan minyak pelumas (lube refining) dan ekstraksi aromatik.
143
11. 2 Proses Penarikan Aspal
Minyak-minyak pelumas, gas-oil atau distilat menengah yang direduksi
melalui proses ekstraksi ataupun pengendapan pelarut dalam aspal dan material
resin yang terdapat baik dalan larutan maupun dalam bentuk koloid cenderung
dapat membentuk residu karbon dan kokas. Pada proses tersebut dapat
dipisahkan sulfur dan logam berat dan juga terjadi perbaikan warna minyak.
Pelarut yang dipakai untuk proses penarikan aspal dapat dibagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu :
1. Hidrokarbon-hidrokarbon yang mempunyai berat molekul rendah, terutama
propan.
2. Senyawa-senyawa yang dapat dioksidasi seperti alkohol dan ester.
Banyak proses-proses yang mampu memisahkan aspal dari hidrokarbon
telah dilakukan dalam industri minyak dan gas bumi, sebelum metoda
penggunaan pelarut dikembangkan. Distilasi, penyulingan dengan tanah liat
ataupun asam sulfat dan pengolahan dengan logam khlorida merupakan contoh
proses yang telah dikenal. Penyulingan dengan pelarut, jika dilakukan untuk
pengolahan pendahuluan umpan perengkahan katalis dapat dipertimbangkan
pemakaiannya berkompetisi dengan distilasi hampa, proses cooking dan
visbreaking.
Macam-macam proses penarikan aspal dan lube treating dengan pelarut :
1. Ekstraksi furfural ( pengolahan gas-oil dan lube oil)
2. Propane Deasphalting.
3. Propane Decarbonizing.
4. Fraksionasi Propana.
5. Ekstraksi HF.
6. Ekstraksi SO2.
144
Suhu ekstraksi dan rasio pelarut biasanya rendah untuk pengolahan gas-
oil bila dibandingkan dengan pengolahan minyak pelumas (lube-oil).
Diagram alir sederhana proses ini dapat dilihat pada Gambar 11.1.
Umpan Solven
steam solven
Yield dari produk rafinat tergantung pada tipe dan karakteristik minyak
yang diolah dan kualitas yang diingini perbaikannya. Misalnya yield 82 % diperoleh
dari suatu gas-oil yang sulfurnya turun dari 1,12 % menjadi 0,49 % dan bilangan
setana diperbaiki dari 53,2 menjadi 62,9. Proses ini dilisensi oleh Texaco
Development Corp dimana unit komersil pertama yang dibangun pada tahun 1964.
145
dalam propan menurun dengan naiknya suhu dan sangat dipengaruhi oleh tekanan.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 11.2.
Kondisi operasi di menara kontaktor tergantung pada jarak didih umpan
dan sifat-sifat produk yang diingini. Suhu puncak menara biasanya 130 - 180 oF dan
tekanan 400 - 550 psig. Rasio propan-umpan minyak adalah 6 : 1 sampai 10 : 1.
Proses ini dilisensi oleh M.W Kellogg Co. Unit komersil pertama dibangun pada
tahun 1934.
Umpan
Oil stripper
Tanki propan
Minyak
Evaporator
Kontaktor
Asphalt stripper
Dapur
146
11.2.4 Fraksionasi Propan
Proses ini adalah proses ekstraksi kontinyu untuk pemisahan residu hasil
dari distilasi hampa menjadi 2 macam atau lebih minyak pelumas. Proses ini
menggunakan propan sebagai pelarut dan merupakan pengembangan dari proses
propane deasphalting. Produk dari proses ini adalah minyak-minyak yang
bersesuaian dengan distilat netral yang berat, dan pelumas jernih (bright stock)
yang mempunyai warna lebih baik, residu karbon dan indeks viskositas lebih baik
dari fraksi-fraksi distilasi hampa. Pada proses ini dihasilkan juga aspal. Diagram alir
proses ini dapat dilihat pada Gambar 11.3.
Umpan
11.2.5 Ekstraksi HF
Ekstraksi ini adalah proses ekstrasi cair-cair untuk memisahkan sulfur dan
kokas yang terbentuk dari nafta rengkahan, nafta murni (virgin naphtha), distilat
menengah, dan gas oil. Umpan minyak setelah melalui suatu absorber seperti
terlihat pada Gambar 11.4 dikontakkan secara berlawanan arah dengan cairan HF di
dalam menara ekstraksi. Produk atas berupa rafinat dikirm ke menara stripper
untuk pemisahan HF. Pelarut HF diambil kembali (recovery) dari ekstrak dengan
penguapan dan stripping.
147
Proses ini relatif tidak sensitif terhadap suhu dan tekanan. Biasanya suhu
yang dipakai adalah 100 – 125 oF dan tekanan di bawah 100 psi. Nisbah pelarut
terhadap minyak adalah rendah berkisar antara 0,15 - 0,3 berbanding 1.
Pengolahan kerosin, gas-oil dan recycle-oil dengan HF akan menghasilkan produk
rafinat dengan yield 85 – 95 % pada pengambilan sulfur 60 – 90 %.
Vent
HF ke
Recovery
Umpan
Absorber Ekstraktor
raffinate Ekstrak
HF dari Stripper Stripper
Recovery
HF ke recovery
Rafinat Ekstrak
HF Recovery &
HF segar
Evaporator HF
Tangki HF
148
11.3 Proses Penarikan Lilin
Proses penarikan lilin dirancang untuk memisahkan lilin dari minyak-
minyak pelumas agar supaya produk memperlihatkan karakteristik fluiditas yang
baik pada suhu rendah (titik tuang rendah). Mekanisme penarikan lilin oleh pelarut
dapat dilakukan, baik pada pemisahan lilin sebagai padatan yang mengkristal dari
larutan minyak pada suhu rendah maupun pada pemisahan lilin sebagai cairan
yang diekstraksi pada suhu di atas titik leleh lilin melalui pemilihan pelarut yang
istimewa. Metoda yang terakhir tidak dapat berkembang pada unit komersil.
Metoda yang pertama merupakan basis yang sangat penting dari semua proses
penarikan lilin yang ada secara komersil.
Pelarut untuk proses dewaxing haruslah :
● mempunyai aksi pelarutan sempurna yang kokoh terhadap ikatan hubungan
lilin-minyak antara suhu 100 oF dan suhu pendinginan minimum (chilling)
daripada campuran minyak-pelarut
● mempunyai aksi pelarutan sempurna terhadap komponen cairan normal yang
ada pada minyak yang mengandung lilin, tetapi tidak mempunyai daya
pelarutan yang kuat untuk pengendapan lilin pada suhu pendinginan minimum
● kemudahan memperolehnya dengan harga yang murah
● mempunyai ikatan kimia yang stabil, tidak korosif dan tidak beracun
● mempunyai titik didih yang memenuhi kriteria pemulihannya dari minyak dan
lilin secara distilasi
● tidak dipengaruhi dan mudah dipisahkan dari air
● mempunyai panas laten dan panas jenis karkteristik yang menyebabkan
refrigerasi secara ekonomis
Semua proses dewaxing mempunyai langkah-langkah umum sebagai berikut :
1. Umpan dikontakkan dengan pelarut
2. Campuran umpan-pelarut didinginkan dan endapan lilin dipisahkan
3. Pelarut dipulihkan dari lilin dan minyak yang sudah ditarik lilinnya, dapat
dipakai kembali
4. Menggunakan refrigerasi dari luar atau dari dalam tergantung pada tipe proses.
5. Pemisahan lilin dilakukan secara filtrasi atau sentrifugasi.
Proses penarikan lilin (dewaxing) dengan pelarut sering dilakukan
bersama dengan proses penarikan minyak dari dalam lilin (deoiling). Proses pelarut
149
modern telah menggantikan metoda lama yang dimulai dengan pengolahan secara
komersil pada pertengahan tahun 1930. Proses ini meliputi pengendapan (settling)
dalam suasana dingin, saringan tekan (filter press) dan pemusingan (sentrifugasi)
menggunakan nafta.
Macam-macam proses penarikan lilin (dewaxing) adalah :
1. Solvent Dewaxing.
2. Propane Dewaxing.
3. Liquid SO2-Benzene Dewaxing.
4. Separator- Nobel Dewaxing
5. Proses Bari-Sol.
6. Urea Dewaxing.
7. Benzene-Acetone Dewaxing
150
Proses ini dilisensi oleh Texaco Development Corp. Unit pertama telah dibangun
pada tahun 1927.
Solven ke recycle
Solven ke
Solven ke recycle
pemurnian
Flash
Flash Stripper Stripper
Solven
&
Dewaxed oil
wax
wax
wax
P-6
Solven & Wax
Umpan
Heater Cooler Chiller
Wax oil
Tanki solven
151
11.3.3 Liquid SO2-Benzene Dewaxing
Proses ini bertujuan untuk menarik lilin dari minyak pelumas dengan cara
memisahkan komponen yang mempunyai indeks viskositas rendah. Nisbah SO2 cair
dan benzene lebih rendah jika dibandingkan dengan proses yang sama pada
penyulingan minyak pelumas. Jumlah SO2 cair yang dipakai bervariasi antara 15 –
30 %, dibandingkan dengan 50 % pada penyulingan minyak pelumas. Proses ini
akan menguntungkan jika diikuti dengan ekstraksi dengan pelarut SO2 cair-benzene
pada penyulingan minyak pelumas untuk memperbaiki indeks viskositas melalui
pengaturan komposisi pelarut. Penarikan minyak (deoiling) dari slack wax menjadi
lilin dengan titik didih tinggi dapat juga dilakukan bersama dengan mengatur aliran
proses dan variable-variabel lainnya.
152
didinginkan sampai –12 oF dan yang kedua adalah –5 sampai (1 – 20) oF. Pelarut
dipisahkan dari fasa minyak dan lilin pada suhu 290 oF.
153
2. Pengolahan yang ekonomis pada operasi pengilangan di daerah iklim sedang.
Unit pabrik seperti itu dapat merecover dalam jumlah besar.
3. Persediaan dan tersedianya benzen dan aseton.
Proses ini telah beroperasi secara komersial pada kilang Elbyn di Moshaton Yunani
pada tahun 1950.
154
11.4.1 Wax Fractionation
Proses ini adalah proses fisik yang beroperasi untuk memproduksi lilin
dengan kandungan minyak rendah. Produk lilin dapat dikristalkan dengan berbagai
titik leleh, tergantung pada umpan yang diolah. Lilin kristal dapat diproduksi
dengan kandungan minyak kurang dari 0,5 %. Proses ini sering digabung dengan
oil dewaxing dengan dosis pelarut keseluruhan bervariasi 3,5 – 9,0 berbanding 1.
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 11.6. Proses ini dilisensi oleh
Texaco Development Corp.
Cooler
produk
lilin
Filter Filter
Filtrat solven
Filtrat
Chiller Chiller
lilin lunak
umpan solven
Tanki
konsentrat lilin
Solven
155
dalam kondisi jenuh dengan air dan ditambahkan ke dalam peleleh slack wax yang
diinginkan sebagai umpan yang diperlukan pada pengkristalan yang optimum.
156
Proses ini disempurnakan dengan panas dan fraksionasi atau penguapan.
Proses ini adalah operasi sederhana karena minyak dan pelarut mempunyai
titik didih yang jauh berbeda, kecuali pemisahan gasolin dengan SO2. Untuk
pelarut dengan titik didih tinggi digunakan tekanan hampa.
4. Pemurnian minyak.
Minyak dibebaskan dari pelarut dengan steam stripping atau jika ada air yang
menyebabkan kesulitan, maka pemisahan dilakukan dengan vacuum flashing.
5. Pemurnian pelarut.
Proses ini meliputi pemisahan air seperti dijumpai dalam pelarut furfural,
ataupun pemisahan ter (blankin) dan sebagainya dalam proses Duo-Sol.
Distillation
Rafinat
Ekstrak
Distillation
157
11.5.1 Penyulingan Furfural
Penyulingan furfural adalah proses pelarut tunggal untuk memisahkan
senyawa aromatik, senyawa naftenik, senyawa olefenik, dan senyawa-senyawa
hidrokarbon tak stabil dari minyak-minyak dasar pelumas. Dengan demikian berarti
memperbaiki indeks viskositas dan karakteristik kestabilannya. Pelarut yang dipakai
adalah furfural yang merupakan senyawa aldehid yang dibuat dari sampah tumbuh-
tumbuhan. Pengolahan berlangsung pada menara (memakai packing ataupun
pengadukan) dengan aliran yang berlawanan arah pada suhu 100 - 250 0F . Beda
suhu yang tinggi pada seksi treating dimungkinkan untuk memperoleh yield yang
tinggi dengan kualitas minyak rafinat pada dosis pelarut tertentu. Pelarut furfural
mempunyai stabilitas yang tinggi dan dapat dipulihkan kembali menggunakan
distilasi pada suhu 400 - 550 0F. Kehilangan pelarut hanya 0,03 - 0,06 % vol dari
pelarut yang bersirkulasi. Proses ini dilisensi dan dikembangkan oleh Texaco
Development Corp. Unit komersial utama dipakai pada tahun 1933.
158
conradson), dengan nisbah pelarut-minyak 2,1 berbanding 1,0 akan menghasilkan
88 % vol rafinat ( 30,2 0API, viskositas 72,3 SSU pada 210 0F ; 0,04 karbon
conradson, dan indeks viskositas lilin 93).
159
proses penarikan lilin terlebih dahulu apabila diinginkan recovery tinggi dan
kecepatan korosi yang rendah pada kondisi pengolahannya. Ekstraktor banyak
tingkat (4 - 7 tingkat) dengan aliran berlawanan arah dipakai pada proses ini. Fasa
rafinat mengandung 15 - 25 % pelarut. Chlorex diperoleh kembali pada suhu 300 -
325 oF pada tekanan hampa 26 - 28 inHg menggunakan steam.
Proses ini dikembangkan oleh Standard Oil Co pada tahun 1930 dan
dipakai secara luas sampai tahun 1940 - 1950 untuk memproduksi minyak pelumas
berkualitas tinggi. Sekarang proses ini telah dimodifikasi dengan proses yang lebih
modern lagi.
160
penarikan aspal (yaitu melarutkan minyak sebagai rafinat dan mengendapkan
aspal).
Asam kresilat (biasanya mengandung 20 – 40 % fenol) adalah pelarut
naftenik, melarutkan endapan aspal dan senyawa–senyawa yang tidak diinginkan
seperti aromatik, naftena, pembentuk warna dan senyawa yang indeks
viskositasnya rendah. Dapat juga dipakai fenol murni sebagai pelarut. Campuran
asam kresilat-fenol dirujuk sebagai pelarut terbaik disebut sebagai selecto, karena
pengenceran minyak oleh propan maka viskositas fasa rafinat menjadi rendah,
sehingga relatif lebih mudah dipisahkan dari fasa ekstrak. Pada suhu pengolahan
yang normal, kelarutan lilin dalam propan cukup tinggi sehingga memungkinkan
ekstraksi menggunakan pelarut terhadap minyak–minyak dapat dilakukan tanpa
menarik lilin. Unit komersil proses ini menggunakan 7 – 9 buah kontraktor yang
berlawanan arah seperti terlihat pada Gambar 11.8.
Ekstrak
Rafinat Solven basah
air Distilasi
Propan
Ekastrak
kering Distilasi
Rafinat
Mixer
Umpan
Selecto kering
161
dalam selecto adalah 35 – 40 % vol atau lebih besar. Kandungan air dalam selecto
dijaga lebih kecil dari 0,15 %. Variabel-variabel di dalam ekstraksi Duo-Sol yang
umum dipakai adalah sebagai berikut : a) pada nisbah propana-selecto yang
konstan, kenaikan rasio total solven-minyak akan memperbaiki indeks viskositas
dan karbon residu rafinat, b) pada nisbah selecto-minyak yang konstan, kenaikan
propana akan menurunkan indeks viskositas dan juga dapat menurunkan atau
menaikkan karbon residu, c) pada nisbah propana-minyak yang konstan, kenaikan
selecto akan memperbaiki indeks viskositas dan karbon residu.
162
ataupun secara bersama untuk memisahkan aromatik dari campuran hidrokarbon.
Produk yang diinginkan dari semua proses tersebut secara normal adalah
aromatik, untuk penggunaan petrokimia atau komponen blending yang
mempunyai angka oktan tinggi, akan tetapi produk utama dari rafinat yang telah
ditarik aromatiknya ini adalah kerosin atau parafin ringan tak berbau yang
digunakan untuk minyak bakar jet (avtur) atau pelarut khusus non-aromatik .
Umpan yang diolah dapat berupa hampir semua hasil-hasil kilang seperti
naphta straight-run, naphta cracking dan, naphta reforming yang mempunyai jarak
didih antara 150 – 700 oF. Selama dilakukan mekanisme proses-proses ekstraksi
cair-cair, adsorpsi selektif dan distilasi ekstraktif yang sederhana untuk
memisahkan aromatik, maka distilasi azeotrop kadang-kadang digunakan secara
komersil dalam pemulihan pelarut dari proses-proses tersebut.
Macam-macam proses ekstraksi aromatik adalah :
1. Distilasi Ekstraktif.
2. Ekstraksi Udex.
3. Ekstraksi Modifikasi SO2.
4. Proses Arosorb.
5. Adsorpsi Siklik.
6. Ekstraksi Sulfolan.
163
11.6.2 Ekstraksi Udex
Proses ini adalah proses pemulihan fasa cair-cair untuk ekstraksi selektif
dari aromatik dengan kemurnian tinggi dari campuran hidrokarbon menggunakan
campuran pelarut dietil glikol dan air (8 – 10 %). Keunggulan proses ini adalah
dapat mengolah umpan dengan jarak didih yang luas untuk menghasilkan
campuran aromatik dengan kemurnian tinggi yang dapat dimurnikan dengan tanah
liat dan difraksionasi menjadi benzena dan toluena, dan konsentrat silena dan etil
benzena yang murni. Apabila umpan dengan jarak didih yang cukup maka
dihasilkan juga produk bawah fraksionator berupa campuran aromatik seperti
silena, yatu C8, C10 dan C11.
Proses ini menggunakan kolom ekstraktor banyak tingkat dengan aliran
sinambung yang berlawanan arah. Umpan yang akan diolah terlebih dahulu untuk
menghilangkan senyawa aromatik alkenil, naik ke atas berlawanan arah dengan
pelarut yang turun ke bawah sehingga menarik semua aromatik yang ada.
Tekanan cukup tinggi untuk menjaga fasa cairan dengan suhu relatif rendah.
Proses ini dilisensi oleh UOP. Unit komersil pertama beroperasi pada kilang Eastern
States Petroleum Co di Houston-Texas pada tahun 1952.
164
11.6.4 Proses Arosorb
Proses ini pertama kali digunakan untuk memisahkan aromatik dari
berbagai fraksi kilang (jarak didih 150 – 700 oF) melalui fasa cair-padat. Proses ini
meliputi adsorpsi-desorpsi siklik yang selektif dalam unggun diam berisi silika-gel.
Senyawa-senyawa olefin dan cairan non-hidrokarbon dapat juga dipisahkan.
Untuk umpan yang mempunyai titik didih rendah dipakai desorben yang
titik didihnya lebih tinggi dari umpan, sedangkan untuk umpan yang mempunyai
titik didih tinggi digunakan desorben yang titik didihnya lebih rendah. Desorben
yang banyak dipakai adalah silena (65 %). Kondisi operasi kira-kira 130 oF dan
150 psi.
Untuk tipe umpan reformat katalis dengan jarak didih 250 – 400 oF (63 %
aromatik), yield konsentrat aromatik adalah 59 % (93 % aromatik). Konsentrat
jenuh mengandung 19 % (v) aromatik. Untuk operasi yang istimewa ini,
digunakan desorben benzena (60 % vol) dan fraksi jenuh (160 – 190 oF) yang
akan keluar dari puncak menara fraksionasi. Proses ini mula-mula dikembangkan
oleh Sun Oil Co, tetapi sekarang hak patennya dipegang oleh UOP. Unit komersil
pertama telah beroperasi pada kilang Petrocarbon Chemicals Inc di Irving-Texas
pada tahun 1951.
165
Senyawa yang digunakan untuk pelucutan adalah kerosin atau fraksi pentana jika
umpannya reformat katalis, sedangkan untuk pengolahan umpan kerosin maka
dapat digunakan gasolin ringan (straight-run) sebagai senyawa pelucut.
166
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
167
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
168
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
1. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook. Mc-
Graw Hill Book Co. New York.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc Graw Hill Book
Co. Singapore.
169
KEGIATAN BELAJAR XII Jurusan
Teknik Kimia
PROSES-PROSES PEMURNIAN
170
KEGIATAN BELAJAR XII Jurusan
Teknik Kimia
12.1 Pendahuluan
Zat-zat pengotor yang terdapat dalam minyak mentah bervariasi dalam
jumlah dan jenisnya. Zat-zat tersebut terdiri dari senyawa-senyawa organik yang
mengandung sulfur, nitrogen, dan oksigen; logam-logam terlarut dan garam-garam
anorganik; garam-garam yang terlarut yang larut dalam air yang terbawa minyak
membentuk emulsi. Zat-zat pengotor yang tidak diingini, biasanya dipisahkan atau
dirubah ke dalam bentuk yang tidak berbahaya.
Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk menjaga : a) korosi peralatan,
b) kerusakan katalis, c) menurunkan mutu produk akhir seperti warna yang jelek,
ketidak stabilan terhadap cahaya, korosif, bau yang tidak enak, dan lain-lain.
Beberapa pengolahan secara kimiawi dan gabungan beberapa cara dapat
dipakai, dan kebanyakan memilih satu atau lebih dari klasifikasi pengolahan sebagai
berikut: 1) dengan asam, 2) dengan alkali (soda), 3) dengan pelarut, 4) dengan
oksidasi, 5) dengan adsorpsi lempung.
Pemilihan proses pengolahan untuk situasi kilang tertentu tergantung pada
keadaan alam fraksi minyak yang diolah dan spesifikasi yang diingini untuk produk
akhir atau produk menengah. Pada pengolahan produk-produk rigan (straight-run),
metoda pengolahan kimiawi telah menjadi hal yang tidak menarik semenjak
perkembangan proses hidrogen yang menjadi praktis sebagai suatu hasil dari
produk samping dari reforming katalis. Seiring dengan hal tersebut adalah
meningkatnya kebutuhan dan perkembangan lebih lanjut tentang proses pemisahan
gas-gas asam (H2S) untuk pembuatan sulfur. Sebaliknya fraksi-fraksi perengkahan
katalis tetap memakai pengolahan kimiawi, umumnya dengan variasi pencucian
soda.
171
12.2 Pengolahan dengan Soda Kaustik
Pengolahan produk-produk minyak bumi dengan soda adalah setua
industri minyak itu sendiri. Bau dan warna produk diperbaiki dengan memisahkan
asam-asam organik dan senyawa-senyawa sulfur seperti asam naftenik, merkaptan
sulfur, hidrogen sulfida, dan senyawa-senyawa fenol.
Salah satu contoh diagram alir proses soda dapat dilihat pada Gambar 12.1.
air
produk
Pencucian Air
umpan
drain
Pompa
Double soda drain
Seuction segar
172
2. Pengolahan Regeneratif
a. Proses Distilat Dua Lapis
b. Elektrolisa Merkaptan
c. Proses Gasolin Dua Lapis
d. Proses Ferosianida
e. Proses Mercapsol
f. Regeneratif Steam-Solutizer
g. Regenaratif udara-Solutizer
h. Regenaratif Tanin-Solutizer
i. Ekstraksi Merkaptan Unisol
Penggunaan soda kaustik dapat juga dipakai untuk pemurnian gas yang
mengandung senyawa-senyawa belerang dioksida (SO2) dan partikulat-partikulat
yang dilakukan dengan scrubber. Proses ini diaplikasikan pada unit pembakaran
bahan bakar cair (fuel oil) dan padat (batubara) pada ketel (boiler) untuk
pembuatan steam, seperti terlihat pada Gambar 12.2.
Gas masuk
Gas
keluar
Tanki
Soda
173
dapat dipisahkan dari gas cair dan gasolin ringan pada berbagai cara memakai
kalsium, amonium, atau larutan NaOH. Cara praktis yang umum dipakai adalah
menggunakan NaOH pada sistem pengolahan tunggal, dengan kontak yang baik
maka H2S dapat direduksi menjadi kurang dari 0,0001 % (berat) disertai dengan
pemisahan sebagian merkaptan. Gasolin rengkahan sering diolah untuk
memisahkan fenol dan merkaptan di dalam sistem dua atau tiga tingkat dengan
penyerap soda.
174
gasolin Merkaptan dan
olahan steam
Packed
Tower
Steam
Stripper
umpan
gasolin ringan
steam
175
Proses ini memperbaiki stabilitas, warna, dan kerentanan TEL dari bahan
bakar yang diolah. Reagensia disiapkan di dalam settler di bawah kondisi yang
dikontrol untuk dapat dipisah menjadi dua fasa yaitu campuran soda dan garam
asam kresilat. Fasa/lapisan atas adalah kalium atau natrium kresilat yang digunakan
sebagai pengolah gasolin. Gasolin yang bebas H2S dikontakkan dengan larutan dua
lapis (4 – 6 %) pada suhu 120 oF pada pengolahan dua tingkat. Proses ini
memerlukan 10 lb steam untuk setiap barel gasolin.
distilat
olahan
distilat
air
Settler Settler
distilat
umpan
air
air
soda
segar
Pemekat
Soda
garam kresilat
& kotoran
176
gasolin
olahan
umpan
gasolin sour
Recycle soda
merkaptan
air
soda
Reagensia bekas Reagensia segar
yg di-strip
c. Elektrolisa Merkaptan
Proses ini dikembangkan oleh American Development Corp memakai
larutan soda (biasanya NaOH atau KOH) untuk mengekstrak merkaptan dari
produk-produk kilang. Suatu proses elektrolisa digunakan untuk meregenarasi
larutan. Pada pengolahan ini persoalan limbah diminimalkan dan penggunaan
reagensia dimaksimalkan.
Umpan minyak dicuci dengan soda untuk memisahkan H 2S dan
mengkontakkannya secara berlawanan arah dengan larutan yang sudah diolah di
dalam Menara Ekstraksi Merkaptan. Gasolin olahan keluar dari puncak menara.
Regensia bekas dari bawah menara dicampur dengan sedikit larutan yang telah
diregenerasi bersama dengan produk samping oksigen dari sel ADC. Campuran ini
disaring dan dipompakan ke dalam sel ADC untuk dielektrolisa. Aliran masuk sel
ADC dibagi dua, sebagian besar masuk ke anoda untuk memecah merkaptan
menjadi oksigen dan disulfida, dan sebagian lagi masuk ke katoda yang
menghasilkan hidrogen.
d. Proses Ferosianida
Proses ini adalah pengolahan kimiawi yang regeneratif untuk memisahkan
merkaptan dari nafta ringan (straight-run), LPG, dan gasolin memakai reagensia
soda-natrium ferosianida. Natrium ferosianida ditambahkan ke dalam larutan soda
177
konsentrasi rendah, yang apabila dikonversi menjadi ferisianida dapat berfungsi
sebagai oksidator baik dalam operasi ekstraksi maupun dalam regenerasi. Operasi
diatur sedemikian rupa sehingga gasolin bertemu dengan soda dan ferosianida
selama estraksi dan soda dengan ferisianida selama sweetening. Larutan bekas
(mengandung merkaptan dan ferosianida) dicampur dengan larutan segar
(mengandung ferisianida) dalam tanki pencampur. Larutan bebas sulfur keluar dari
menara dibagi menjadi dua aliran dimana salah satunya dikembalikan ke dalam
menara ekstraksi. Aliran lainnya dimasukkan kedalam elektrolizer untuk merubah
ferosianida menjadi ferisianida. Efluen dari elektrolizer sebagian dikirim ke
sweetening pada menara ekstraksi dan sebagian lagi bergabung dengan larutan
bekas.
e. Proses Mercapsol
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Purse Oil Co adalah suatu
proses pengolahan kimiawi yang regeneratif untuk mengekstrak merkaptan sulfur
(93 – 95 %) menggunakan larutan NaOH yang mengandung campuran kresol,
asam-asam, dan fenol sebagai promotor stabilisasi. Melalui pengolahan ini maka
minyak akan diperbaiki stabilitasnya, bau, dan kerentanannya terhadap TEL.
f. Regeneratif Steam–Solutizer
Proses pengolahan kimia ini dikembangkan oleh Shell Development Co
untuk ekstraksi merkaptan dari gasolin atau nafta dalam rangka spesifikasi bau
yang sedap (sweet) menggunakan “solutizer” (kalium isobutirat, kalium alkil
penolat, dsb.) dalam larutan basa kuat KOH. Suhu pengolahan adalah 100 oF.
Regenerasi dilakukan dengan steam pada suhu 270 oF pada kolom stripping. Steam
dan merkaptan dikondensasi dan dipisahkan, sedangkan laurtan solutizer yang telah
diregenerasi dikembalikan kedalam ekstraktor. Konsumsi larutan ini adalah 10 -
30 lb per barel gasolin yang diolah. Proses ini mula-mula dikembangkan pada tahun
1939, unit pertama beroperasi di kilang Shell Oil Co di Wood River-Illinois pada
1940.
178
g. Regeneratif Udara – Solutizer
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Shell Development Co,
digunakan untuk pemisahan merkaptan dari gasolin berat. Proses ini identik dengan
Regeneratif Steam-Solutizer kecuali pada langkah regenerasi yang menggunakan
udara bebas CO2. Larutan solutizer bekas yang bebas gasolin dikontakkan dengan
udara dalam kolom aerator pada suhu 160 oF dan tekanan 40 - 100 psig selama
10 - 20 menit. Disulfida yang terbentuk karena oksidasi merkaptan diekstraksi
dengan nafta pencuci. Larutan solutizer yang telah diregenerasi ini dilewatkan
melalui filter untuk memisahkan sisa produk oksidasi (trace) sebelum di-recycle ke
menara ekstraktor.
h. Regeneratif Solutizer–Tannin
Proses ini merupakan variasi dari regeneratif udara–solutizer untuk
mengekstrak merkaptan dari gasolin menggunakan tanin sebagai katalis oksidasi
pada langkah regenerasinya. Langkah ekstraksi dilakukan pada suhu 110 - 130 oF
dan dimasukkan ke dalam kolom regenerasi. Melalui hembusan udara maka
merkaptan dioksidasi menjadi disulfida karena adanya tanin sebagai katalis. Adanya
tannin dalam larutan solutizer juga akan membantu konversi merkaptan di dalam
gasolin menjadi disulfida. Proses ini dikembangkan oleh Mobil Oil Corp bekerja
sama dengan Shell Development Co. Larutan solutizer dbuat oleh Shell, sedangkan
teknik regenerasi udara dengan katalis tanin dikembangkan oleh Socony.
179
stripping pada suhu 290 - 300 oF dimana metanol, air, dan merkaptan dipisahkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12.6.
metanol
gasolin olahan
Separator
merkaptan
Utanki
Metanol
Ekstraktor
metanol
Stripper
steam
Metanol
umpan
gasolin
air
Stripper
Soda
metanol
180
RSH – CH2 + H2SO4 RCH2CH2SO4H
RSH – CH2 R[ -CH.CH2 -]n
Ester-ester yang terbentuk larut dalam asam, tetapi ia hanya sedikit larut dan sulit
dihidrolisis dengan air, dan pada akhirnya produk yang dihasilkan masih
mengandung sulfur.
Macam-macam proses pengolahan dengan asam adalah :
1. Pengolahan dengan Asam Sulfat
2. Proses Nalfining
181
adalah pengolahan dengan asam, lalu diikuti oleh distilasi dengan steam dan diikuti
lagi pengolahan dengan doctor sweetening.
Pengolahan dari proses ini memerlukan biaya mahal, kehilangan hasil
proses tinggi, dan membutuhkan penyulingan ulang (redistillation) pada beberapa
hasil pengolahan. Pemakaian sekarang adalah pada pengolahan kerosin dan
pelarut-pelarut khusus. Proses pengolahan dengan asam sulfat ini telah lama
dilakukan semenjak awal industri minyak tetapi proses ini telah diganti dengan
proses pencucian dengan soda secara regeneratif, dan pada akhir-akhir ini diganti
lagi dengan cara hidrogenasi.
b. Proses Nalfining
Proses ini adalah suatu pengolahan kimiawi yang kontinyu menggunakan
asam asetat anhidrid diikuti dengan pembilasan dengan soda pekat, untuk
mengolah nafta ringan dan distilat-distilat. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada
Gambar 12.7.
Pada proses ini dapat diperbaiki warna, stabilitas, dan bau. Langkah
pencucian dengan soda akan menetralisir pembentukan asam asetat yang korosif,
dan pada keseluruhan proses tidak terjadi kehilangan produk yang lebih banyak.
distilat
umpan
produk
asam asetat
anhidrid Settler
recycle
soda
reagensia bekas
182
12.3.2 Pengolahan dengan Lempung
Pada pengolahan ini dipakai lempung alam dan sintesis sebagai adsorben
untuk mengolah produk-produk kilang dalam rangka : a) untuk memperbaiki warna
dan bau, b) untuk mengurangi kandungan air, kotoran yang terendap, bahan-bahan
yang mengandung aspal dan resin, senyawa-senyawa nitrogen, senyawa-senyawa
teroksidasi, dan beberapa senyawa sulfur; dan c) untuk menyerap secara khusus
senyawa hidrokarbon olefin.
Secara umum terdapat 3 pendekatan metoda yang dilakukan dalam pengolahan
dengan lempung, yaitu : 1) perkolasi melalui lempung kasar (khusus untuk minyak-
minyak pelumas, dan lilin), 2) kontak dengan lempung berbentuk bubuk (untuk
distilat-distiliat ringan dan berat), dan 3) kontak fasa uap melalui unggun onggokan
yang longgar (untuk gasolin dan distilat-distilat ringan).
Saringan perkolasi tingginya 15 - 30 ft dan dapat memuat 100 ton lempung. Minyak
mengalir baik secara gravitasi maupun dengan dipompakan ke dalam unggun
tersebut. Lempung bekas dicuci dengan pelarut dan di-steam secara in-situ,
kemudian dipisahkan dan diregenerasi dengan pembakaran.
Pengolahan dengan lempung dipakai secara luas pada awal tahun 1940-an.
Semenjak itu karena perkembangan proses-proses treating, penemuan inhibitor
getah minyak (gum), dan kemajuan teknologi perengkahan, maka pengolahan
dengan lempung untuk gasolin dan distilat-distilat pemakaiannya menurun.
Adsorpsi dengan lempung masih dipakai untuk memperbaiki warna minyak
pelumas, tetapi dalam prakteknya proses ekstraksi menggunakan pelarut
merupakan standar pengolahan. Pengolahan dengan lempung sering kali dipakai
sebagai proses akhir setelah ekstraksi menggunakan pelarut.
Macam-macam proses pengolahan dengan lempung :
a. Filtrasi Kontak Kontinyu
b. Perkolasi Thermofor Kontinyu
c. Filtrasi Perkolasi
d. Pengolahan Efluen Alkilasi
e. Pengolahan Lempung Gray
183
a. Filtrasi Kontak Kontinyu
Proses ini dikembangkan oleh Filtrol Corp, adalah suatu proses pengolahan
lempung secara kontinyu untuk produk akhir pelumas, lilin, atau minyak-minyak
khusus setelah melalui proses pengolahan dengan asam, ekstraksi menggunakan
pelarut, atau distilasi. Adsorben lempung halus dicampur dengan umpan dan
dipanaskan pada 200 - 300 oF membentuk slurry. Slurry kemudian dimasukkan ke
dalam menara steam stripping. Setelah dikeluarkan dari menara slurry lalu
didinginkan dan disaring hampa, kemudian di-strip secara hampa untuk mengontrol
spesifikasi produk (titik nyala, bau, dll). Minyak kemudian didinginkan, dan dipres
kering (blotter-press), lalu di bawa ke tanki penyimpanan. Yield biasanya diperoleh
lebih dari 98 %.
c. Filtrasi Perkolasi
Proses ini dikembangkan oleh Mineral & Chemicals Phillips Corp, adalah
suatu proses pengolahan dengan lempung secara kontinyu, regeneratif siklik, fasa
uap, untuk memperbaiki warna, bau, dan stabilitas minyak-minyak pelumas dan
lilin. Minyak disaring melalui unggun yang mengandung 10 - 50 ton tanah pemucat
atau bauksit aktif. Dua atau lebih unggun dipakai secara bergantian dalam operasi
dan regenerasi. Lempung bekas dicuci sehingga bebas minyak dengan nafta
kemudian di-steam untuk memisahkan nafta. Setelah di-steaming, lempung dibawa
ke kiln dan bahan-bahan karbon dipisahkan dengan pembakaran.
184
d. Pengolahan Efluen Alkilasi
Proses ini dikembangkan secara bersama oleh D.X. Sunray Oil Co dan
M.W. Kellog Co, merupakan suatu proses perkolasi cair secara kontinyu dan
regeneratif untuk memisahkan 90 % asam-asam dan ester netral, dan
memindahkan asam dari efluen alkilasi katalis asam sulfat. Umpan yang berupa
efluen dari alkilasi katalis di-koalesi di dalam vesel yang berisi glass-wool dan steel
mesh, kemudian dimasukkan secara bergantian ke dalam dua menara berisi bauksit
dimana yang diserap mula-mula adalah kotoran-kotoran. Setelah kontak mencapai
sekitar ¾ bbd/lb adsorben, lalu perkolasi dijalankan, kemudian diregenerasi dimana
regenerasinya dipengaruhi oleh campuran steam dan gas. Umur katalis diperkirakan
sekitar 150 bbl/lb. Proses ini dituntut lebih efektif dari proses kaustik yang
konvensional, dan dari proses pencucian dengan air.
185
1940-an. Sejak proses ini erat kaitannya dengan proses-proses termal maka proses
ini lambat laun ditinggallkan.
186
b. UOP Cooper sweetening.
c. Linde Coper Sweetening.
187
inhibitor penilen-diamin, udara, dan soda kaustik. Diagram alir proses ini dapat
dilihat pada Gambar 12.8.
Gasolin rengkahan yang mengandung sulfur merkaptan rendah dapat di
sweetening dengan inhibitor tanpa adanya soda kaustik, tetapi reaksinya akan
disertai dengan pembentukan peroksida yang berlebihan. Sweetening dengan
inhibitor telah digunakan secara luas dengan berbagai variasi sejak ditemukan pada
tahun 1946, tetapi secara umum berkaitan dengan pencucian soda untuk
mengurangi disulfida dan pembentukan peroksida. Peroksida merupakan
penyumbang terjadinya keburukan terhadap stabilitas bensin bertimbal sehingga
menyebabkan mesin-mesin menjadi kotor. Inhibitor tipe penilen-diamin dipasarkan
oleh UOP Co, Tennes see Eastman Co, E.I.du Pont de Nomours & Co, Ethyl Corp,
dan lain-lain.
inhibitor
gasolin
umpan
udara
gasolin
olahan
188
lebih banyak, maka pencucian pendahuluan dilakukan dengan alkali akan
menurunkan biaya bahan kimia dan mencegah pembentukan sulfur bebas. Setelah
dipakai untuk pencucian, alkali sering kali dipakai untuk memisahkan produk-produk
hasil khlorinasi yang tidak dikehendaki. Suhu pengolahan adalah 95 - 110 oF.
Proses ini berkembang baik pada tahun 1930-an, tetapi sekarang terbatas
hanya untuk mengolah gasolin alam dan pelarut-pelarut tertentu. Keuntungan
proses ini adalah kesederhanaannya, meskipun tidak ekonomis karena biaya khlor
yang tinggi.
d. Proses Bender
Proses ini dikembangkan oleh Sinclair Refining Co pada tahun 1940 dan
dilisensi oleh Petreco Division of Petrolite Corp, adalah suatu proses pengolahan
dengan katalis unggun tetap yang kontinyu untuk memurnikan (sweetening)
kerosin, minyak-minyak jet menggunakan katalis timbal sulfida. Proses sweetening
dipengaruhi oleh perubahan merkaptan menjadi disulfida. Sejumlah sulfur, alkali,
dan udara yang dikontrol ditambahkan ke dalam aliran umpan dan dilewatkan ke
dalam unggun katalis timbal disulfida. Pengaturan yang tepat terhadap timbal akan
menghasilkan produk-produk yang tidak korosif. Unggun katalis diregenerasi secara
kontinyu. Diagram Alir proses dapat dilihat pada Gambar 12.9.
e. Proses Merox
Proses ini dilisensi dan dikembangkan oleh UOP Co adalah suatu proses
gabungan untuk ekstraksi merkaptan dan memurnikan (sweetening) gasolin dan
minyak-minyak yang mempunyai jarak didih rendah. Proses Merox dapat juga
beroperasi secara terpisah yaitu sebagai ekstraktor merkaptan atau sebagai
pemurni (sweetener) merkaptan, tergantung pada keperluannya dan ekonomis
produk. Apabila dipakai untuk sweetening saja maka proses lebih cocok untuk
minyak-minyak jet, kerosin, dan distilat-distilat menengah. Katalis merox pada
dasarnya adalah suatu garam kobal yang tidak larut dalam minyak, tidak korosif,
dan dapat dilarutkan dalam larutan soda, atau dalam support zat padat tertentu.
Ongkos katalis lebih murah jika dipakai katalis dengan support zat padat. Pada
langkah regenerasi, soda kaustik dipompakan dari bawah ekstraktor dan dicampur
dengan udara di dalam oxidizer (regenerator). Disulfida dan udara berlebih
189
dipisahkan dari reagensia di dalam separator. Kaustik yang sudah diregenerasi
disirkulasikan kembali ke puncak ekstraktor. Diagram alir tipe proses gabungan
yang komersil dapat dilihat pada Gambar 12.10.
produk
Penyerap sweet
Sulfur
Vesel Katalis
umpan
udara
alkali
Ekstraktor
Regenerator
Settler
udara
Settler
disulfida
udara
Separator umpan
gasolin
190
Keuntungan utama proses Merox adalah dapat melakukan dua fungsi
ekstraksi, yaitu memisahkan merkaptan dengan mudah, dan merubah merkaptan
yang tersisa menjadi disulfida. Desulfurisasi yang lebih efektif dapat dilakukan
semenjak proses regenerasi lebih sempurna dapat dijalankan dengan ikutnya katalis
di dalam kaustik.
191
deaktivator slurry
udara Settler Koaleser
Settler
Lar.Cu
sulfide wash
udara
gasolin
Umpan H2O wash
Regenerator olahan
gasolin
gasolin
Casustic gasolin
Wash gasolin olahan udara olahan
[solution] [solid] [slurry]
192
mengontakkannya dengan seng sulfida atau batu apung. Reagensia terdiri dari
senyawa amonium khlorida dan tembaga sulfat.
193
gas bersih gas asam
Absorber
surge Regenerator
gas
masam
steam
reagensia bekas
regenerated
reagent
194
5. Proses Kalium Karbonat Panas
6. Proses Giammarco-Vetrocoke
1. Proses Girbotol
Proses ini dilisensi oleh Girdler Corp, merupakan suatu proses kontinyu
yang regeneratif untuk memisahkan H2S, CO2, kotoran-kotoran asam lainnya dari
gas alam dan gas-gas kilang. Proses ini menggunakan reagensia amina organik
seperti MEA, DEA, dan TEA. Etanol amin adalah basa kuat yang larut dalam air
mempunyai afinitas terhadap H2S pada suhu 160 - 180 o
F. Gas yang akan
dibersihkan dikontakkan dengan larutan amin secara berlawanan arah dalam
absorber berupa menara onggok (packed tower) yang berisi raschig-ring pada suhu
100 - 150 oF. Regenerasi berlangsung pada suhu 200 oF. Unit pertama pada
pemisahan H2S dari gas alam dipakai pada pabrik gas alam Shell Oil di North
Maryland. Sampai dengan tahun 1938, dimulai pemisahan H2S dari gas kilang
menggunakan proses Girbotol pada kilang minyak Atlantic Refining Co di Port
Arthur-Texas.
2. Proses Glikol-Amin
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Fluor Corp. merupakan proses
kontinyu yang regeneratif untuk menarik air dan memisahkan gas-gas asam secara
simultan dari gas alam atau gas-gas kilang. Campuran larutan amin dengan di- atau
tri-etilen-glikol dipakai sebagai reagensia pengolahan. Tipe larutan ini mengandung
20 % amin, 70 % glikol, dan 10 % air. Gas yang akan dibersihkan dikontakkan
secara berlawanan arah dengan reagensia di dalam menara dulang gelembung
(bubble tray) pada suhu sekitar 100 oF. Regenerasi berlangsung pada suhu 300 oF.
195
100 oF. Regenerasi berlangsung pada suhu 240 oF. Untuk mengekstrak H2S dari
dalam hidrokarbon cair dipakai menara onggok (packed tower).
4. Proses Alkazid
Proses ini untuk memisahkan H2S dan CO2 dari gas alam atau gas-gas
kilang menggunakan larutan pekat asam-asam amina. Proses ini diperkenalkan
dalam industri di Eropa oleh Badische Anilin & Soda Fabrik AG of Ludwigshafen am
Rhein pada tahun 1959. Operasinya terdiri dari proses recycle kontinyu, dan
absorpsi gas-gas dengan pemanasan dan dikembalikan ke dalam absorber melalui
penukar panas dan pendingin. Garam-garam alkazid (alkazid-M dan alkazid-DIK)
tidak mudah menguap dan larutannya adalah cairan-cairan alkali yang reaktif dan
stabil. Kapasitas penyerapan untuk H2S dan CO2 sangat tinggi, tetapi sangat rendah
untuk hidrokarbon. Alkazid-DIK memberikan hasil yang sangat memuaskan untuk
pemisahan selektif H2S mengandung CO2 dan untuk pemurnian hidrokarbon cair.
Larutan alkazid-M dipakai untuk memisahkan H2S dan CO2 dari gas disertai dengan
efisiensi penyerapan yang sangat tinggi (98,6 %+).
6. Proses Giammarco-Vetrocoke
Proses ini dikembangkan oleh G. Giammarco of SPA Vetrocoke Italia,
untuk memisahkan H2S dan CO2.
196
Macam-macam prosesnya adalah : 1) Proses pemisahan CO2 dari gas-gas yang
bebas H2S dengan regenerasi menggunakan steam; 2) Proses pemisahan selektif
H2S dan merubahnya menjadi sulfur bebas dengan regenerasi menggunakan udara;
3) Proses kombinasi dari kedua proses di atas untuk pemisahan HsS dan CO2.
Kedua proses pemisahan tersebut adalah berdasarkan pada absorpsi gas-gas asam
dengan larutan alkali yang mengandung aditif untuk mempercepat absorpsi dan
desorpsi. Larutan pengolahan tidak korosif, dan suhu operasi berkisar 75 - 300 oF.
Pada proses pemisahan H2S larutan reagensia terdiri dari natrium atau kalium
karbonat yang mengandung campuran arsenit dan arsenat. Gas-gas yang diolah
berasal dari sumur dirancang dapat membersihkan H2S kurang dari 1 ppm. H2S
mula-mula diserap dengan mereaksikannya dengan arsenit, senyawa hasil reaksi
kemudian dirubah menjadi monotioarsenat melalui reaksi dengan arsenat.
Dekomposisi menjadi sulfur elementer dan konversi arsen bervalensi 3 menjadi
valensi 5 dapat dilakukan dengan hembusan udara atau suatu kombinasi asidifikasi
dengan CO2 dan hembusan udara. Pemilihannya tergantung pada persyaratan-
persyaratan proses. Sulfur dapat dipisahkan dengan filtrasi atau flotasi. Diagram alir
proses kombinasi dapat dilihat pada Gambar 12.13.
Regenerator
Asidifi-
kator
air
umpan
Filter
gas Digester
S udara masuk
H2S
CO2
Absorber
CO2
Dehumidator
Regenerator
Flash
Drum
steam
Saturator
udara
air
197
Pada tahun 1971 telah dikemukakan suatu proses baru dengan efisiensi
pemisahan sulfur sampai dengan 98 % yang dikenal sebagai proses Claus dengan
dua tingkat pemisahan. Setelah itu proses Claus dikembangkan lagi oleh Beavon
dan Vaeli untuk pemisahan sulfur sampai 99,9 % yang dikenal sebagai proses
Beavon. Reaksi yang terjadi pada suhu 2000 – 3000 oF adalah :
2 H2S + 3 O2 2 SO2 + 2 H2O
2 H2S + SO2 3 S + 2 H2O
Diagram alir proses Claus dan proses Beavon dapat dilihat pada Gambar 12.14 dan
Gambar 12.15.
SO2
gas
bhn. bakar
udara udara
air air
air
S S S
(60%) (25%) (7%)
198
gas kilang
udara
tail gas (S)
Reaktor
Cooler
udara
filter meltor
Absorber Oxidizer
cairan sulfur
recycle
199
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
3. Perkirakanlah gas-gas hasil pembakaran fuel-oil dan buat diagram alir sederhana
proses penyerapan senyawa sulfur dari gas hasil pembakaran tersebut !
4. Jelaskan mekanisme regenerasi pada pengolahan soda dengan proses Steam-
Solutizer. Lengkapi jawaban saudara dengan diagram alir !
5. Berikan perbedaan pengolahan-pengolahan dengan solutizer pada pengolahan
dengan soda menurut tabel berikut atau tabel yang anda buat sendiri.
Solutizer-Steam Solutizer-Tanin
?????
?????
?????
?????
200
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
201
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
1. Bland, W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook. Mc-
Graw Hill Book Co. New York.
2. Brady, J.D., June 1982. Particulate and SO2 Removal with Wet Scrubbers.
Chem. Eng. Progress. Hal. 73 – 77.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc Graw Hill Book
Co. Singapore.
202
KEGIATAN BELAJAR XIII Jurusan
Teknik Kimia
GAS-GAS KILANG
203
KEGIATAN BELAJAR XIII Jurusan
Teknik Kimia
13.1 Pendahuluan
Metoda pemisahan ataupun pemekatan gas dari produk-produk kilang yang
umum dilakukan adalah : 1) absorpsi gas menjadi cairan bertekanan rendah,
2) adsorpsi dalam lempung atau karbon aktif, dan 3) fraksionasi tekanan tinggi
suhu rendah.
Dalam prakteknya, gabungan beberapa operasi tersebut dilakukan untuk efisiensi
dan pertimbangan ekonomi seperti absorpsi dan fraksionasi.
Gas-gas yang dihasilkan dari proses pengilangan terdiri dari :
1. Gas ringan yang mengandung C1 dan C2 yang dikelompokkan menjadi gas bakar
kilang (refinery fuel gas),
2. Propan dan butan yang dapat dicairkan menjadi elpiji (LPG),
3. Gas-gas non-hidrokarbon seperti H2S, CO2, H2, SO2, S2 dan sedikit C1/C2 yang
dikelompokkan menjadi gas-gas buang (off-gas atau tail-gas).
Unit-unit penghasil gas di dalam kilang adalah :
1. Gas Bertekanan Rendah yang berasal dari :
a. Unit-Unit Distilasi, baik distilasi atmosfir maupun distilasi hampa.
b. Unit-Unit Perengkahan Katalis
2. Gas Bertekanan Tinggi berasal dari :
a. Unit-Unit Perengkahan Termis
b. Polimerisasi
Gas-gas yang bertekanan rendah dimasukkan ke dalam kompresor
sehingga tekanannya menjadi tinggi dan selanjutnya diolah dalam unit stabilizer
dan absorber. Proses-proses tersebut dimaksudkan untuk memisahkan gas ringan
C1 – C2 sebagai bahan bakar gas kilang (refinery fuel gas), dan komponen-
komponen propan dan butan sebagai bahan pembuatan gas cair elpiji (LPG).
204
13.2 Gas Bakar Kilang
Bahan bakar gas yang biasa disebut dalam kilang sebagai refinery fuel gas
adalah gas ringan yang terdiri dari C1 – C2 merupakan produk atas yang tidak
terkondensasi dari unit-unit distilasi dan perengkahan.
Sumber-sumber gas kilang (refinery fuel gas) yang tidak terkondensasi
berasal dari unit-unit 1) Distilasi atmosfir dan distilasi hampa, 2) Perengkahan
Termis, 3) Perengkahan Katalis, 4) Polimerisasi, dan 5) Berasal dari puncak menara
absorber berupa gas-gas yang tidak terserap.
Umumnya gas-gas tersebut bertekanan rendah sekitar 1 - 5 psig.
Gas-gas yang bertekanan sedang selain untuk refinery fuel gas,
dikumpulkan dan dikirim ke unit kompresi gas untuk menaikkan tekanannya
menjadi 85 - 90 psig. Gas yang bertekanan tinggi lalu dikirim ke unit-unit stabilizer
dan absorber untuk menyerap komponen propan dan butan sebagai bahan baku
untuk elpiji.
205
f. Pengeringan pakaian m. Pengawetan tembakau
g. Pembakaran rumput liar n. Bahan bakar truk/traktor
2. Untuk keperluan komersil, yaitu untuk :
a. Pemanggang roti e. Belanga timbal
b. Tungku meja (Hot plate) f. Pemanas kertas dinding
c. Ketel uap g. Pemanas ruangan
d. Penggorengan lemak-lemak gemuk.
3. Untuk keperluan industri, yaitu untuk :
a. Tungku batubara d. Pembangkit steam
b. Tungku porselen/keramik e. Pengecoran logam
c. Memproses tekstil f. Pabrik gelas
4. Untuk keperluan bahan baku Petrokimia, yaitu untuk pembuatan :
a. Alkohol g. Komponen karet tiruan
b. Aldehida h. Asetat
c. Etilen dan etilen oksida i. Nitroparafin
d. Asam-asam organik j. Plastik
e. Deterjen k. Keton
f. Etilen glikol
5. Untuk pemakaian langsung sebagai zat kimia, yaitu :
a. Penarikan aspal dan lilin dalam industri minyak bumi
b. Menghilangkan lemak/gemuk dari produk makanan
c. Ekstraksi pelarut pada minyak tumbuh-tumbuhan
d. Pengontrol warna sabun
6. Untuk keperluan transportasi sebagai bahan bakar gas, untuk mobil sedan, bus,
truk, traktor, mobil boks.
7. Untuk keperluan utilitas, yaitu :
a. Pengkayaan kandungan panas (menaikkan Btu)
b. Standby gas
c. Distributor gas
13.3.1 Spesifikasi
Kebanyakan elpiji dipasarkan di bawah definisi dan spesifikasi dari NGPA
(Natural Gas Processors Association).
206
Menurut NGPA elpiji dipasarkan dalam 4 macam LPG komersil, yaitu : 1) Propan
Komersil, 2) Butan Komersil, 3) Campuran Propan-Butan, 4) Propan HD-5.
Spesifikasi dan persyaratan elpiji tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.1, sedangkan
menurut NGAA (Natural Gas Association of America) persyaratan yang diperlukan/
spesifikasi untuk propan komersil (elpiji C3) dan butan komersil (elpiji C4) adalah :
1. Mengandung propan/propilen atau butan/butilen minimum 95 %.
2. Tidak mengandung H2S,
3. Mempunyai hasil test negatif terhadap korosi (copper strip) selama 3 jam pada
suhu 122 oF,
4. Tidak mengandung air, dan
5. Diperkenankan mengandung total sulfur maksimum 15 grain/100 cuft.
207
Dalam rangka membedakan bau gas elpiji dengan gas-gas lain dan udara
untuk keperluan pengangkutan maka gas elpiji diberi bau dengan salah satu
senyawa berikut : 1) etil merkaptan 1 lb/10000 gal gas; 2) tiofena 1 lb/10000 gal
gas : atau 3) amil merkaptan 1,4 lb/10000 gal gas elpiji.
1. Proses Kompresi
Proses kompresi jarang digunakan karena kurang efektif dan merupakan
proses tersederhana dibanding dengan proses-proses lainnya. Proses ini
dipergunakan untuk me-recovery senyawa hidrokarbon cair dari gasnya. Pada
208
proses ini gas dari sumbernya didinginkan melalui cooler dan HE sehingga
terbentuk cairan.
Kondensat yang terbentuk dipisahkan dari gas yang tak terkondensasi, lalu
dikirim ke tank flash, sedangkan gasnya diekspansi untuk digunakan sebagai
pendingin pada HE. Kondensat dari tanki flash dialirkan ke depropanizer dan
debutanizer untuk memisahkan C3 dan C4 dengan cara distilasi. Dari puncak
depropanizer keluar LPG-propan dan dari puncak debutanizer keluar LPG-butan,
sedangkan gasolin sebagai hasil samping dikeluarkan dari bawah menara.
2. Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi dipakai untuk me-recovery senyawa hidrokarbon yang
lebih berat dari etan dari gas-gas kilang atau gas alam. Proses terdiri dari tiga step
yaitu regenerasi, pendinginan, dan adsorpsi. Pada proses ini, gas dari sumbernya
dibagi menjadi dua aliran, sebagian dialirkan ke adsorpsion cycle dimana gas
diadsorpsi dengan karbon aktif (dapat juga dipakai silika gel, atau alumina gel) dan
gas yang tidak terserap digunakan sebagai media pendingin HE. Sebagian lagi gas
dari sumbernya dialirkan ke dalam cooling cycle untuk seterusnya masuk ke dapur
regenerasi dan ke tangki siklus regenerasi. Kemudian gas didinginkan kembali
dalam cooler dan HE. Kondensat yang terbentuk dipisahkan dari gasnya di
separator bertekanan tinggi dan rendah. Gas yang berat dari etana di-recovery dan
bergabung dengan umpan segar gas. Kondensat yang terdiri dari hidrokarbon cair,
LPG gas, gasolin didistilasi di deproponizer dan debutanizer sehingga didapatkan
LPG propan dan LPG butan.
3. Proses Absorpsi
Proses ini adalah proses penyerapan hidrokarbon yang lebih berat dari etan
dengan penyerap minyak. Gas yang terserap dipisahkan dari minyak di menara
stripper untuk selanjutnya didistilasi di menara depropanizer dengan produk atas
LPG propan dan di debutanizer dengan produk atas LPG butan. Sebagai hasil
samping proses ini adalah gasolin. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada
Gambar 13.1.
209
13.4 Gas Hidrogen
Keuntungan dalam pemurnian fraksi-fraksi minyak bumi melalui proses
pengolahan hidrogen telah dikenal semenjak tahun 1930-an. Disebabkan karena
kekurangan-kekurangan seperti harga yang murah dan membutuhkan tekanan
operasi yang tinggi maka proses secara komersil tidak berkembang sampai dengan
pertengahan tahun 1950. Pada akhir-akhir ini kecenderungan pengolahan ataupun
pembuatan hidrogen dari hasil-hasil kilang telah mengalami kenaikan, tidak hanya
untuk meningkatkan kualitasnya sebagai gas H2 tetapi juga untuk feedstock (bahan
baku) proses-proses perengkahan, reforming dan isomerisasi.
Lean Oil
Umpan
Gas
Gasolin
LPG C3 LPGC4
210
masalah korosi oleh sulfur, sianida dan asam-asam organik dapat dikurangi. Katalis
yang umum dipakai ialah kobal molibdat dalam carrier alumina. Regenerasi katalis
dilakukan pada suhu 700 – 1200 oF menggunakan udara dengan steam atau flue-
gas. Umur katalis sekitar 2 - 5 tahun. Suhu masuk reaktor 400 - 850 oF pada
tekanan 50 – 1500 psig. Space velocity 0,5 – 20 v/hr/v. Konsumsi hidrogen untuk
pengolahan ini biasanya di bawah 200 scf per barel umpan.
Unit pemurnian hidrogen komersil pada awalnya diinstalasi oleh Esso
Standard Oil Co pada tahun 1930-an. Pada perang dunia kedua pembangunan unit
ini disponsori oleh Humble Oil & Refining Co, dan Shell Development Co.
Pertumbuhan yang pesat pemurnian hidrogen ini dimulai pada pertengahan tahun
1950-an dan telah menyebar ke seluruh industri pengilangan minyak bumi.
Reaktor
Umpan Stripper
Minyak
Heater Steam
211
8. Proses Hydropretreating Houdry 18. Proses Hydrotreating Texaco
9. Proses Autofining 19. Proses Gulfining
10. Proses Hydrofingin BP 20. Proses Ferrofining
1. Proses Unifining
Proses ini dilisensi bersama-sama oleh Union Oil of California dan UOP Co
adalah suatu proses katalis unggun tetap yang regeneratif untuk menarik sulfur dan
hidrogenat dari minyak-minyak distilat dengan jarak didih tertentu. Kontaminasi
logam-logam, senyawa-senyawa nitrogen, dan senyawa-senyawa oksigen
dihilangkan bersama dengan sulfur. Katalis yang digunakan adalah kobal-molibdat-
alumina yang dapat diregenerasi secara in-situ dengan steam dan udara. Kondisi
operasi 500 - 800 oF dan 300 - 800 psig. Unit pertama telah dipasang pada kilang
United Refining Co di Pennsylvania (Lisensi Union) dan pada kilang Standard Oil Co
di Ohio (lisensi UOP) pada tahun 1954.
2. Proses Hydrofining
Proses ini dilisensi oleh Esso Research and Engineering Co merupakan
suatu proses katalis unggun tetap yang regeneratif, untuk menarik sulfur dan
hidrogenat, serta memperbaiki katalis umum produk-produk kilang dari gas sampai
lilin. Katalis yang dipakai adalah kobal dan molidenum oksida dalam alumina
sebagai support yang dapat diregenerasi in-situ dengan campuran udara dan steam
atau flue-gas pada 650 - 750 oF. Regenerasi memerlukan waktu sekitar 1 - 4 hari.
Umur katalis sekitar 2 tahun. Kondisi operasi 400 - 800 oF dan 50 - 800 psig.
Konsentrasi hidrogen dijaga di atas 50 % dan bebas CO untuk menjaga aktifitas
katalis. Unit pertama hydrofiner dioperasikan pada kilang Esso Standard Oil Co di
New Jersey pada tahun 1950 untuk mengolah lilin.
3. Proses Ultrafining
Proses ini dilisensi oleh Standard Oil Co merupakan suatu proses katalis
unggun tetap yang regeneratif untuk menarik sulfur dan hidrogenat dalam produk
kilang dari nafta sampai ke minyak pelumas. Katalis yang digunakan adalah kobal-
molibdat dalam alumina yang dapat diregenerasi in-situ menggunakan campuran
udara dan steam. Regenerasi memerlukan waktu 10 - 20 hari dan dapat diulangi
212
lagi sebanyak 50 - 100 kali untuk satu batch katalis. Umur katalis 2 - 5 tahun
tergantung dengan umpan minyak. Kondisi operasi sekitar 600 - 800 oF dan 200 -
1500 psig. Proses ini menggunakan umpan gas buang reformer mengandung 70 %
mol H2 pada kecepatan 500 - 4000 scf/bbl. Proses ini pertama kali dilisensi untuk
perusahaan Great Northern Oil Co untuk dipakai pada kilangnya yaitu Pine Bend
Refinery di St. Paul–Minnesota pada tahun 1955.
213
mencapai aktifitas semula memerlukan waktu 24 - 72 jam dengan campuran udara
dan steam. Kondisi operasinya 580 - 750 oF dan tekanan 200 - 800 psig. Kecepatan
minimum untuk recycle hidrogen adalah 500 - 5000 scf per barel umpan. Proses ini
menggunakan gas buang dari reformer yang mengandung hidrogen 65 %. Unit
pertama beroperasi pada kilang Sinclair Refining Co di Marcus Hook-Pennsylvania
pada tahun 1955.
7. Proses Diesulforming
Proses ini adalah proses katalis unggun tetap yang regeneratif untuk
menarik sulfur dan meningkatkan kualitas produk kilang nafta, distilat menengah
dan gas-oil. Katalis yang digunakan adalah molibdenum berbentuk pelet yang dapat
diregenrasi in-situ dengan campuran udara dan steam. Aktifitas dipulihkan kembali
dalam waktu 2 - 3 hari. Kondisi operasinya 650 – 800 oF dan tekanan 450 -
550 psig. Kecepatan minimum daur ulang hidrogen adalah 5000 scf per barel
umpan. Untuk proses yang efektif maka konsentrasi hidrogen dalam aliran gas
adalah 50 % mol, apabila lebih rendah akan menyebabkan turunnya aktifitas
desulfurisasi. Proses ini pertama kali dipakai dalam operasi pada kilang Husky Oil Co
di Wyoming pada tahun 1953.
8. Proses Hydropreating
Proses ini dilisensi oleh Houdry Process and Chemical Co dimana proses ini
disebut juga sebagai proses Houdry Guard Case (biasanya bergabung dengan
unit Houdriformer). Proses ini adalah proses katalis unggun tetap yang tidak
regeneratif untuk menarik sulfur dan hidrogenat dari stok minyak yang berasal dari
reforming katalis. Katalis yang dipakai semuanya buatan Houdry, apakah katalis
Houdriforming yang mengandung platina atau kobal molibdenum dalam alumina.
Kondisi operasinya 700 – 755 oF dengan space velocity tinggi 5 - 10 v/hr/v.
Hidrogen yang diproduksi dalam Houdriforming (600 - 1000 cuft/bbl) cukup
memuaskan untuk proses ini. Unit pertama Hydropretreating untuk membersihkan
umpan Hydroformer telah diinstalasi pada kilang The Crown Central Petroleum Corp
di Houston–Texas pada tahun 1955.
214
9. Proses Autofining
Proses ini dilisensi oleh British Petroleum Co Ltd merupakan suatu proses
desulfurisasi katalis unggun tetap untuk mengolah stok minyak yang mengandung
sulfur tinggi dari gasolin sampai gas-oil. Katalis yang digunakan adalah kobal-oksida
molibdat dalam alumina yang dapat diregenerasi in-situ pada 800 oF dengan steam-
udara atau campuran gas inert dan udara. Lamanya katalis beroperasi tergantung
pada jenis umpan yaitu bervariasi dari 200 sampai 1000 jam. Umur katalis
diperkirakan sampai 4 tahun. Suhu operasi 700 – 800 oF dan tekanan 50 - 200 psig
dikontrol untuk memberikan hidrogen yang cukup dengan cara dehidrogenasi
umpan naften untuk meng-konversi sulfur menjadi H2S. Proses ini tidak
memerlukan hidrogen dari luar. Hidrogen berlebih dalam gas (mengandung H2
80 %) didaur ulang ke dalam zona desulfurisasi. Unit Autofining komersil yang
pertama diinstalasi pada kilang Llandarcy Refinery of National Oil Refineries Ltd di
Wales-Inggris pada tahun 1952 dan pada kilang BP yang lain di Aden (Jazirah Arab)
pada tahun 1954.
215
velocity 2 - 8 v/hr/v. Gas buang dari reformer merupakan sumber gas hidrogen.
Proses ini dilisensi oleh Shell Development Co tetapi belum diaktifkan. Unit pertama
beroperasi pada kilang Shell Refining & Marketing Co di Stanlaw-Inggris pada tahun
1949.
216
Hydrobon adalah untuk kilang Standard Oil Co of Ohio di Lima-Ohio yang
beroperasi pada tahun 1954.
217
20. Proses Ferrofining
Proses ini dikembangkan oleh British Petroleum Co Ltd merupakan suatu
proses pengolahan hidrogen menengah untuk mengolah minyak-minyak distilat dan
pelumas. Katalisnya terdiri dari 3 komponen berbasis alumina dengan umur
diharapkan lebih dari 2 tahun. Konsumsi hidrogen rendah rata-rata 25 scf per barel
umpan. Proses ini tidak memerlukan recycle gas karena hidrogen dari reformer
cukup memuaskan. Unit komersil pertama beroperasi pada kilang SFBP di Dunkirk
Perancis pada tahun 1961.
218
5. Proses Hypro.
219
sebagai umpan. Berbagai macam nafta dalam gasolin berjarak didih lebar telah
berhasil digunakan, termasuk umpan yang mengandung aromatik 35 %. Diagram
alir sederhana dapat dilihat pada Gambar 13.4.
Dapur
Desulfurisasi H2 Reforming
Fasa Cair
ke Unit
Converter dan
Vaporizer Steam Absorber
Umpan Desulfurisasi
Nafta Fasa Uap
220
pada oksidan yang dipakai (udara atau oksigen) dan produk gas yang diingini.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 13.6.
Saturator/
Preheater Air Scrubber
Gas Alam/
Fuel-Oil
te te
xt Shift
xt
Converter
Oksigen
text Ke Unit
Pemurnian
Steam Steam
Generator
Steam
Penangkap
Steam Karbon Gas Sintesis
Umpan
WHB
Gas Cooler
Scrubber
Udara
atau O2 Reaktor te Karbon
xt
Air Slurry
Air
Separator Karbon
221
5. Proses Hypro
Proses ini merupakan proses kontinyu menggunakan katalis untuk
memproduksi hidrogen dari gas buang kilang atau gas alam. Proses ini dilisensi oleh
UOP Co. Proses ini dirancang baik untuk me-recovery hidrogen dalam gas buang
kilang maupun untuk meng-konversi gas alam menjadi hidrogen mengikuti reaksi
dekomposisi sebagai berikut :
CH4 C + 2H2
Hidrogen dilepaskan dari karbon padat dengan pemisahan fasa pada kemurnian
sekitar 93 % vol atau lebih. Diagram alir proses ini secara sederhana dapat dilihat
pada Gambar 13.7. Kebutuhan panas pada proses ini sangat rendah hanya untuk
konversi, karena karbon yang terbakar hasil dari reaksi akan memasok energi
masuk yang diperlukan, sehingga steam tidak diperlukan untuk mengontrol reaksi.
Hidrogen
Udara
Katalis Regenerator
222
olefin. Kondisi operasi berjarak dari 1400 - 2200 oF dan 5 - 50 psig. Dehidrogenasi
katalis telah berkembang pada akhir-akhir ini dalam memproduksi bahan dasar
(dalam hal ini butadien) untuk karet sintetis, resin, dan produk petrokimia lainnya.
Proses ini adalah selektif dengan katalis yang terdiri dari oksida logam dengan
support keramik atau basis alumina. Suhu operasi berjarak antara 932 – 1380 oF
dengan tekanan sekitar 1 atm. Siklus operasinya singkat dan katalis harus seringkali
diregenerasi dengan udara pada suhu 1100 – 1400 oF.
Aplikasi utama proses ini selama perang dunia kedua adalah untuk
memproduksi tambahan umpan olefin bagi proses alkilasi. Disebabkan karena
pembaharuan interes terhadap alkilasi bensin motor maka perhatian ditujukan
kembali kepada proses dehidrogenasi untuk menyiapkan umpan olefin dari gas-gas
jenuh. Kenyataan lain yang penting adalah hidrogen dapat diperoleh sebagai
produk samping pada kemurnian sekitar 80 %.
Macam-macam proses dehidrogenasi yang penting adalah :
1. Proses Catadiene.
2. Proses Dehidrogenasi UOP.
1. Proses Catadiene
Proses ini dilisensi oleh Houdry Process Corp, merupakan suatu proses
katalis yang kontinyu untuk dehidrogenasi hidrokarbon ringan menjadi mono olefin
atau di-olefin. Untuk memproduksi mono-olefin digunakan suhu operasi sekitar
1050 – 1100 o
F pada tekanan 1 atm, sedangkan untuk membuat di-olefin
digunakan suhu yang lebih tinggi dan tekanan yang lebih rendah dari atmosfir.
Katalis yang digunakan tipe khrom oksida–alumina (Cr2O3 - Al2O3). Proses bersifat
endotermis dan perpindahan panas dihapuskan dalam reaktor. Kapasitas panas
pada unggun katalis dikontrol dengan menggunakan material inert berbentuk
granular yang menyertai katalis aktif. Apabila proses beroperasi untuk memproduksi
butadien maka butadien diekstrak dari efluen reaktor, sedangkan yang tinggal
dalam potongan butan-butadien di-recycle. Diagram alir proses dapat dilihat pada
Gambar 13.8. Pabrik komersil pertama dioperasikan selama perang dunia kedua
oleh Sun Oil Co pada kilang Toledo & Standard Oil Co of California di El Segundo.
223
Gambar 13.8 Diagram Alir Proses Catadiene
224
Gas Regenerator
C1-C3
& H2
Reaktor &
Regenerator
Umpan Separator
Cooler Produk
Gas Regenerator
Kompresor
225
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
226
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
227
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
1. Anonim, April 1970. 90 lbs Gas Compression Plant. PTSI Flow Plant. Sei Gerong.
Sumatera Selatan.
2. Bland, W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook. Mc-
Graw Hill Book Co. New York.
3. Kirk, RE. and Othmer, DF. 2000. Encyclopedia of Chemical Technology. John-
Wiley and Sons Corp. New York.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc Graw Hill Book
Co. Singapore.
228
KEGIATAN BELAJAR XIV Jurusan
Teknik Kimia
GAS ALAM
229
KEGIATAN BELAJAR XIV Jurusan
Teknik Kimia
14.1 PENDAHULUAN
Tujuan pokok dari perusahaan penambangan minyak adalah mencari dan
memproduksi minyak bumi, sedangkan gas alam yang didapat bersama dengan
minyak ataupun yang terdapat sendiri-sendiri pada awalnya belum mendapatkan
perhatian. Kemajuan teknologi dan meningkatnya kebutuhan akan penggunaan gas
untuk keperluan yang beragam, maka gas alam menjadi barang tambang yang
diminati untuk diolah, apalagi setelah makin menipisnya persediaan minyak bumi
dan harganya yang makin tinggi. Karena semakin pesatnya kebutuhan dan usaha
untuk mengatasi krisis energi maka pengadaan gas alam tidak hanya melalui hasil
tambang, tetapi juga pemanfaatan gas gas kilang maupun fraksi-fraksi nafta dan
minyak mentah yang diolah menjadi gas-gas yang menyerupai gas alam disebut
sebagai SNG (Substitute Natural Gas atau Synthetic Natural Gas)
Pemanfaatan gas alam dapat dikelompokkan berdasarkan produk akhirnya
adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan energi
2. Sebagai bahan baku, bagi keperluan industri petrokimia
3. Sebagai bahan pembantu, pada industri semen dan baja
4. sebagai sarana produksi pada lapangan penambangan minyak dan gas bumi,
untuk gas pengangkat (Gas Lift) dan untuk pembangkit tenaga listrik.
230
3. Gas dalam bentuk non-associated gas, yaitu gas yang berasal dari reservoir gas
yang tidak mengandung minyak
Dari ketiga gas tersebut, non-associated gas merupakan konstituen utama dan bisa
terdapat dalam jumlah yang besar sekali.
Gas alam adalah merupakan campuran dari fraksi-fraksi hidrokarbon dan
komposisinya berbeda-beda. Analisis dua jenis gas alam tersebut dapat dilihat pada
Tabel 14.1 yang menunjukkan perbedaan kadar C3 (propan komponen berat)
231
Tabel 14.3 Komposisi Gas Alam Sumatera Selatan eks PTSI
Gas alam yang biasa disebut LNG adalah gas alam yang berasal dari
reservoir gas yang tidak mengandung minyak (non-associated gas) setelah
dipisahkan dari fraksi berat dan kotorannya dicairkan pada suhu di bawah titik cair
gas metan. Fraksi berat yang dipisahkan dari gas, setelah dimantapkan/distabilkan
(sesuai dengan persyaratan fasilitas penampungan dan pengangkutan) dapat
ditampung sebagai kondensat atau dicampur ke dalam minyak bumi. Instalasi LNG
di Indonesia antara lain adalah LNG Bontang (Kaltim) dan LNG Arun (Aceh).
Gas alam yang lazim disebut NGL adalah gas alam ikutan (associated gas)
yang berasal dari reservoir minyak lalu dicairkan. Cairan gas alam ini (NGL) banyak
mengandung C3+, setelah diolah akan menghasilkan :
1. Pentan dan fraksi berat
2. Propan, butan (campuran atau sendiri–sendiri) dan
3. Gas buang (tail gas)
Instalasi NGL di Indonesia adalah NGL Arjuna di Laut Jawa dan NGL Lex di Tanjung
Santan (Kaltim).
232
bersih, tidak berwarna dan tidak berbau, dapat disimpan di bawah tanah ataupun
pada tanki di atas permukaan tanah.
Tujuan dari pencairan ini adalah untuk meningkatkan efisiensi
pengangkutan dan penyimpanan, karena volume gas sebelum dan sesudah
dicairkan berbanding 600 : 1, artinya sebanyak 600 m3 gas alam pada tekanan
1 atm akan menjadi 1 m3 jika dikondensasikan menjadi cairan.
Gas akan mengalir dari reservoir pada tekanan 499 kg/cm2 dan suhu 177 oC
ke kepala sumur melalui chrismast tree pada tekanan turun menjadi 254 kg/cm2
suhu 150 oC. Setelah melalui Xmast tree tekanan turun menjadi 240 kg/cm2 dan
143 oC, lalu turun lagi setelah melalui keran pengatur menjadi 141 kg/cm2 dan
132 oC. Selanjutnya setelah melalui pendinginan suhu 54 oC terjadi pemisahan
antara gas dan kondensat.
Mekanisme pemisahan gas alam dan kondensat dapat dilihat pada Gambar 14.1.
Umpan berupa gas yang belum stabil dialirkan dari stasiun pengumpul ke
unit pemrosesan sepanjang 30 km yang dilengkapi dengan scraper laucher dan
scraper receiver untuk menghindari penumpukan cairan dalam pipa gas. Sebagian
233
dari gas tersebut dialirkan ke unit pengolah LPG, sedangkan umpan berupa
kondensat yang belum stabil berbentuk cair dialirkan dari stasiun pengumpul
melalui pipa sepanjang 30 km ke unit pemrosesan. Untuk menghindari penumpukan
air dan lumpur maka dipasang scraper laucher dan scraper receiver pada awal
aliran bersama dengan strainer (saringan) untuk menghindari benda-benda padat
yang agak besar.
83 kg/cm2
Gas
132o C
141 kg/cm2
141 kg/cm2 54o C
Cooler 27o C
23o C 83 kg/cm2
LE
Reijection
Compresor
Gas Section
2
240 kg/cm Separator
143o C Condensare Section
Xmas-tree
Kondensor
2O Section
500 kg/cm2
254 kg/cm2
170o C Air
138o C
Reservoir
Gas Alam
Selanjutnya aliran gas dan kondensat disatukan kembali dalam satu pipa
untuk seterusnya masuk ke puncak drum pemisah (flash drum), dimana gas keluar
dari puncak drum untuk selanjutnya diolah di dalam unit pencairan gas, sedangkan
kondensat dialirkan ke flash drum kedua pada tekanan 29 kg/cm2 untuk
memisahkan kandungan gas yang masih terikut. Kondensat selanjutnya dikirim ke
menara stabilizer untuk memisahkan propan dan menstabilkannya sehingga
memenuhi spesifikasi yaitu RPV maksimum 8 psi pada 100 oF, lalu dijual/dikapalkan.
Gas-gas yang keluar dari flash drum kedua dan menara stabilizer lalu
dikompresi dan digabungkan dengan gas yang keluar flash drum pertama untuk
selanjutnya dipisahkan dari senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki dalam proses
pencairan gas. Setelah pembersihan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki
seperti minyak berat, merkuri, CO2 dan H2S, air dan gas-gas berat maka gas siap
dicairkan.
234
Pada unit pencairan, gas mula-mula dikeringkan dan didinginkan sampai
20 oC. Selanjutnya gas dimasukkan ke dalam menara scrubbing untuk memisahkan
fraksi ringan dan fraksi berat secara distilasi. Produk atas yang sebagian besar
berupa metan dimasukkan ke dalam separator untuk memisahkan cairannya. Gas
keluar dari puncak separator selanjutnya dibagi menjadi a) aliran untuk LNG (LNG
mode), dan b) aliran untuk LPG (LPG mode). Gas ini bersama-sama dengan gas
residu dari LPG plant dimasukkan ke dalam main HE (cryogenic exchanger) untuk
didinginkan menjadi –145 oC dimana pada suhu tersebut gas mulai mencair.
Setelah keluar dari main exchanger pada suhu –145 o
C, gas ini
dimasukkan ke dalam drum-drum produk yang tekanannya diatur sedikit di atas
1 atm. Akibat penurunan tekanan maka terjadi juga penurunan suhu sehingga gas
alam tersebut mempunyai suhu –160 oC lalu dialirkan ke tanki penyimpanan.
Komposisi LNG yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 14.5, sedangkan diagram
alir keseluruhan proses dapat dilihat pada Gambar 14.2.
235
Mekanisme proses gasifikasi untuk pembuatan SNG adalah reaksi 14 langkah
seperti terlihat pada Tabel 14.6.
Dari Tabel 14.6 terlihat bahwa reaksi berlangsung dalam beberapa proses seperti
hidrolisis atau steam reforming, oksidasi, hidrogenasi, pirolisis, dan metanasi dan
perengkahan (cracking).
236
14.3.1 Gasifikasi Nafta
Proses pembuatan SNG menggunakan nafta sebagai umpan dengan steam,
mempunyai dua metoda yang tergantung pada suhu pengolahan yaitu :
1. Mencampurkan CO dan H2 pada suhu tinggi (high temperature reforming)
2. Melarutkan CO2 dan H2 pada suhu rendah kira-kira 470 0C (low temperature
reforming)
Proses suhu tinggi menggunakan banyak langkah metanasi yang kompleks
(enrichment step) dimana gas-gas yang dihasilkan mempunyai nilai kalor yang
rendah sehingga tidak sesuai untuk menggantikan gas alam, dengan demikian
proses ini sudah lama ditinggalkan.
Pada proses suhu rendah yang komersil terhadap tiga tipe yang beroperasi yaitu:
1. Proses CRG (Catalytic Rich Gas) dari British Gas Corp
2. Proses Gasynthan dari German-Lurgi Co
3. Proses MRG (Methane Rich Gas) dari Japan Gasoline Co
237
Recycle H2
350 0C
Umpan nafta
Steam
475 0C
Hydrofiner Reformer Metanator 1
238
nisbah steam/nafta yang minimum yaitu 2 : 1. Langkah desulfurisasi proses
Gasynthan identik dengan proses CRG yang dipertahankan pada suhu 330 - 360 oC.
Diagram alir proses Gasynthan Lurgi dapat dilihat pada Gbr 14.4. Analisis gas SNG
proses Gasynthan Lurgi dapat dilihat pada Tabel 14.8.
Steam
SNG
Metanator
MEA
Reaktor Reaktor
Absorber O2
V V V
Air
3. Proses MRG
Proses ini dikembangkan oleh Japan gasoline Co melalui empat tahapan
proses yaitu hidrodesulfurisasi, gasifikasi, pengkayaan (enrichment), dan
penyerapan CO2. Katalis yang digunakan tipe N-185 merupakan campuran nikel,
tembaga, dan khrom yang sensitif terhadap sulfur.
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 14.5. Analisis produk SNG hasil
proses MRG dapat dilihat pada Tabel 14.9.
239
fuel gas H2
Metanator
H2
sulfur
steam
Reaktor
clasifier
nafta
CO2
SNG
kondensat
240
oksidasi parsial
pembentukan kokas (coking )
Untuk merubah seluruh minyak mentah menjadi gas SNG maka gabungan
proses proses hydrocracking dan oksida parsial akan membuat pabrik menjadi lebih
efisien, karena hydrocracking sendiri merupakan proses yang sulit dikendalikan
karena katalis cepat menjadi tidak aktif yang disebabkan karena dekomposisi metal
pada permukaannya. Katalis yang digunakan biasanya tipe platina dan paladium
dengan zeolit sebagai support. Katalis tersebut harus tahan terhadap sulfur,
nitrogen dan kontaminan-kontaminan lain dalam minyak. Selain itu dapat juga
digunakan wolfram, kobal dan molibdenum oksida sebagai katalis.
Perencanaan yang kompleks dari pengolahan ini meliputi daur ulang
internal dan eksternal, selain masalah perpindahan panas yang intensif antara aliran
masuk dan aliran keluar dari reaktor hydrocracking. Kemurnian hasil gas SNG dan
sifat-sifatnya tergantung pada kondisi operasi pengolahan. Proses gasifikasi yang
lengkap berdasarkan proses hydrocracking dan oksidasi parsial dapat dilihat pada
Gambar 14.6 dan Gambar 14.7. Kedua proses tersebut melalui proses oksidasi
parsial yang membutuhkan oksigen, sehingga menyebabkan proses-proses tersebut
menjadi mahal.
Proses gasifikasi yang lain adalah flexicoking yang dikembangkan oleh Exxon
Research and Engineering. Proses ini mengolah minyak berat (residu) tanpa
menggunakan oksigen. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 14.8.
SNG
Hidrode-
sulfurisasi Reforming Metanator
Nafta
Vac. Dist
H2 Plant
Sulfur
Oksidasi
Residu Parsial Syngas
241
Fraksionasi Hidrogasifikasi
Di Distilat
Hydrocracking
Crude Pemisah
Residu Minyak & H2S
H2 Plant
Oksidasi
Parsial Metanasi
SNG
Sulfur
242
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
243
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
244
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
1. Aagaard, V. and Ladegaard, B.H., 1983. Liquefied Natural Gas Storage. Bulletin
t-39. Preload. Barcelona.
2. Bland, W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook. Mc-
Graw Hill Book Co. New York.
3. Hertanto, Ir., 25 – 26 Oktober 1987. Pemanfaatan Gas Bumi bagi Industri dan
Energi di Indonesia. Makalah Konvensi Pertama BKK-PII. Jakarta.
4. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc Graw Hill Book
Co. Singapore.
5. Tedjo Widjojo, Ir., 16 – 17 Juni 1991. Merintis kearah Pendayagunaan Gas Alam
untuk Industri Kimia. Prosiding Konvensi Kedua BKK-PII. Jakarta.
245