Anda di halaman 1dari 23

1.

66Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja memiliki sifat yaitu sasarannya lingkungan kerja dan
bersifat teknik.

Peran keselamatan adalah menciptakan sistem kerja yang aman atau yang mempunyai
potensi risiko yang rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari
kemungkinan loss (Rejeki, 2016).

Beberapa hal yang dapat dajadikan pegangan untuk terciptanya praktikum yang selamat antara
lain :

1. Peralatan kerja ditempatkan sedemikian rupa hingga tidak mengganggu pekerjaan.


Penataan peralatan yang menggangu kerja dapat mengakibatkan kecelakan yang dapat
merusakan peralatan tersebut dan juga membahayakan diri sendiri.
2. Penataan lampu dan sumber cahaya sedemikian rupa sehingga seluruh ruangan berpotensi
mendapat penerangan yang memadai. Jika suatu bagian ruangan terlalu gelap, dapat
mengakibatkan seseorang menabrak atau menyenggol peralatan praktikum.
3. Mesin atau peralatan yang berputar yang mengakibatkan getaran pada meja, jangan
dipasang berdekatan dengan peralatan praktikum. Hal ini supaya peralatan aman dari
getaran yang dapat menyebabkan peralatan goyang ataupun jatuh ke lantai.
4. Jenis lantai dan permukaan meja hendaknya terbuat dari bahan yang tahan kimia.
Permukaan meja dan lantai yang tidak tahan bahan kimia akan cepat rusak dan dapat
menyebabkan peralatan-peralatan praktikum tidak dapat diletakkan dengan baik.
5. Ventilasi atau fasilitas sirkulasi udara harus terjamin dan berfungsi dengan baik. Udara
yang segar adalah udara yang sehat. Jika sirkulasi udara kurang maka uap bahan kimia
tidak dapat segera keluar dari ruangan yang memungkinkan praktikan menghirup bahan
kimia berbahaya.
6. Pada setiap ruangan laboratorium tempat praktikun hendaknya selalu tersedia peralatan
keselamatan kerja. Peralatan keselamatan kerja minimal adalah : alat pemadam api ringan
(APAR), peralatan pencuci muka, dan mata (eye wash), dan peralatan mandi guyur
(shower).
2. MSDS
2.1 Sistem MSDS

Salah satu resiko yang sulit diprediksi dan paling berbahaya di laboratorium adalah kadar
racun beragam bahan kimia. Tidak ada zat yang sepenuhnya aman, dan semua bahan kimia
menghasilkan efek beracun kepada sistem kehidupan, dalam bentuk yang berbeda beda.
Sebagian bahan kimia dapat menyebabkan efek berbahaya setelah paparan pertama, misalnya
asam nitrat korosif. Sebagian bisa menyebabkan efek berbahaya setelah terpapar berulang kali
atau dalam durasi lama, seperti karsinogenik klorometil, metil eter, dikloromethan, n-heksan, dan
lain-lain (Faizal Riza Soeharto. 2013). Berbagai risiko (dampak bahaya) bahan-bahan kimia
terhadap kesehatan tubuh manusia. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis
kontak akibat kerja yang pada umumnya iritasi yang disebabkan oleh bahan bahan iritan
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik
( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat
menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan
mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar (Karimi
Zeverdegani S, Barakat S, Yazdi, M. 2016).

Beberapa kasus kecelakaan laboratorium pernah terjadi seperti mahasiswa (praktikan)


mengalami pingsan karena menghirup uap bahan kimia beracun (eter), praktikan tangannya
melepuh akibat terkena asam sulfat, sejumlah mahasiswa mengeluhkan kepalanya pusing-pusing
seusai praktikum di laboratorium kimia. Ada pula kejadian mahasiswa (praktikan) tangannya
gatal-gatal pada saat bekerja di laboratotrium. Bahkan ada staf jurusan kimia yang mengalami
gangguan kesehatan akibat terpapar bahan kimia berbahaya.

Dalam waktu singkat dampak risiko bahaya pemakaian bahan kimia berbahaya mungkin
belum langsung dirasakan. Namun demikian ada juga bahan kimia yang dalam waktu singkat
sudah menimbulkan gejala gangguan kesehatan. Misalnya, n-heksan merupakan salah satu bahan
kimia yang sering dipakai dalam kegiatan praktikum/penelitian di laboratorium kimia organik.
Belum semua pengguna mengerti bahwa paparan n-hexan dalam jangka waktu singkat saja sudah
dapat mempengaruhi otak dan menyebabkan sakit kepala, pusing, bingung, mual, kikuk,
mengantuk dan pengaruh lain yang menyerupai orang mabuk. Demikian pula pemakaian DCM
(dikloromethan) banyak dan sering dipakai di laboratorium kimia organik. DCM merupakan zat
penyebab kanker dan mampu menyebabkan kerusakan pada janin yang sedang bertumbuh,
sistem reproduksi serta sistem syaraf (Imamkhasani & Soemanto, 1992).

Mengingat besarnya potensi risiko bahaya pemakaian bahan-bahan berbahaya (di lab
organik) terhadap kesehatan pengguna maupun pekerja, maka penting untuk disikapi secara
serius. Baik pengguna maupun pekerja laboratorium kimia organik sangat penting memiliki
pengertian dan pemhaman yang benar tentang karakteristik risiko serta upaya preventif untuk
mencegah kemungkinna terpapar risiko.Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tingkat
bahaya penggunaan bahan kimia di laboratorium kimia organik berdasarkan Material Safety
Data Sheet (MSDS).

Material safety data sheet (MSDS) atau dalam SK Menteri Perindustrian No 87/M-
IND/PER/9/2009 dinamakan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) adalah lembar petunjuk
yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan,
cara penanganan, tindakkan khusus dalam keadaan darurat, pembuangan dan informasi lain yang
diperlukan. MSDS juga berisi informasi tentang penggunaan, penyimpanan, penanganan dan
prosedur darurat semua yang terkait dengan material. MSDS berisi lebih banyak informasi
tentang materi daripada label. MSDS dipersiapkan oleh pemasok atau produsen bahan. Hal ini
dimaksudkan untuk memberi tahu apa bahaya dari produk, cara menggunakan produk dengan
aman, apa yang akan terjadi jika rekomendasi tidak diikuti, apa yang harus dilakukan jika terjadi
kecelakaan, bagaimana mengenali gejala overexposure, dan apa yang harus dilakukan jika
insiden terjadi.

Bahan kimia dalam unsur dan senyawa tertentu memang bukan lah barang mainan. Ada
kalanya senyawa kimia dapat beracun juga bagi kesehatan tubuh manusia. Dalam tingkat
kebahayaannya, setiap senyawa ataupun unsur kimia di tunjukkan dalam MSDS atau disebut
(Material Safety Data Sheet). MSDS ini merupakan hal yang wajib dipelajari sebelum laboran
berkutat dengan senyawa- senyawa di laboratorium.

Secara Umum, MSDS mengandung BAB sebagai berikut, yang kesemuanya menjelaskan
tentang bahan yang bersangkutan.
1. Product and Company Identification / Produk dan Identitas Perusahaan
Menerangkan identitas produk, serta perusahaan yang memproduksi produk.
2. Composition/Information on ingredients / Komposisi /Informasi kandungan bahan
Menjelaskan komposisi bahan yang bersangkutan, konsentrasi, campuran dsb.
3. Hazards Identification / Identifikasi Bahaya
Meliputi Sifat-sifat bahaya :
Bahaya Kesehatan :Menjelaskan berbagai cara bahan kimia bisa memapar tubuh
pengguna dengan beberapa cara misalnya penyerapan melalui kulit, pernafasan
dan lainnya. Informasi tentang gejala dan akibat terhadap kesehatan apabila tubuh
terjadi kontak dengan bahan tersebut seperti kejadian setelah :

a. Efek terkena paparan yang berlebihan


b. Kontak pada mata
c. Kontak pada kulit
d. Terhirup pada pernafasan

Bahaya kebakaran :Informasi ini menentukan bahan tersebut termasuk kategori


bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak dapat dibakar atau membakar bahan lain.
Kemudahan zat untuk terbakar ditentukan oleh :
a. Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.
b. Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat
dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar
disebut LFL (low flammable limit) dan konsentrasi         tertinggi yang
masih dapat dinyalakan disebut UFL (upper flammable limit). Sifat
kemudahan membakar bahan lain ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
c. Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.

 Bahaya reaktivitas :
 Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi
dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik
(menghasilkan panas) sehingga eksplosif atau reaktivitasnya terhadap gas
lain sehingga menghasilkan gas beracun.

Sifat- sifat bahaya tersebut digambarkan dalam skala bahaya seperti berikut :
Sumber : labsmk.com

a. Gambar yang berwarna biru menunjukkan skala bahaya kesehatan


(Toksisitas)
b. Gambar yang berwarna merah menunjukkan skala bahaya
kebakaran
c. Gambar berwarna kuning menunjukkan skala bahaya reaktivitas
d. Gambar berwarna putih menunjukkan skala bahaya khusus
lainnya, tanda W berarti “jangan disiram dengan air”

4. First Aid Measures / Tindakan Pertolongan Pertama


Menjelaskan tentang langkah pertolongan pertama jika terpapar atau keracunan bahan
kimia.
5. Fire fighting measures / Penanganan Penanggulangan Kebakaran
Tindakan Penanggulangan jika terjadi kebakaran yang disebabkan oleh bahan.
6. Accidential Release measures / Penanggulangan kondisi darurat Tumpahan dan
Kebocoran
Menjelaskan langkah- langkah yang dilakukan jika bahan tumpah dari tempat penyimpanan.

7. Handling and storage / Penanganan dan Penyimpanan


Tata cara penyimpanan, serta penanganan bahan.

8. Exposure control / personal protection / Pengendalian Pemaparan / Perlindungan


Diri
Proteksi diri atau, penggunaan APD yang diperlukan jika akan menangani bahan. Meliputi :
a. Perlindungan pernafasan
b. Ventilasi
c. Sarung tangan pelindung
d. Pelindung mata
e. Peralatan pelindung lainnya
f. Pengawasan perlindungan

9. Physical and Chemical Properties / Spesifikasi Fisika dan Kimiawi


Bab ini menjelaskan informasi secara fisika dan kimia. pengaruhnya terhadap kondisi sekitarnya
dan menunjukkan batas atau saat material tersebut bisa berubah bentuk (mencair, menyublim
atau membeku) Penjelasan sifat-sifat fisikan dan kimia antara lain : titik didih, massa jenis,
tekanan uap, kerapatan uap, titik beku atau titik cair, kerapatan cairan, pH, kelarutan,
penampakan fisik dan bau, dan sebagainya.

10. Stability and Reactivity / Stabilitas dan Reaktivitas


Mencantumkan sifat stabilitas dan reaktivitas. Berisi tentang kondisi yang harus dihindari, reaksi
bahan apabila tercampur dengan bahan lain seperti air, minyak, udara, produk dekomposisi yang
berbahaya, produk polimerisasi yang berbahaya atau bahan kimia lain. Selain itu bab ini
menjelaskan situasi dan kondisi yang harus dihindari untuk mencegah resiko reaksi bahan
tersebut.

11. Toxicological Information / Data Toksikologi


Bab ini menjelaskan sifat racun terhadap tubuh berdasarkan analisis kimiawi medis. Sifat-sifat
racun yang mungkin pada tubuh berdasarkan hasil pengujian secara medis dan maupun hasil
laporan yang pernah diterima. Keterangan sifat racun seperti: efek lokal, pemaparan akut, dan
kronik, termasuk efek karsinogen, teratogen, reproduksi, mutagen, dan interaksi bahan dengan
obat, alcohol.

12. Ecological Information and Consideration / Informasi Ekologi Lingkungan


Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan, dampak lingkungan, degradasi, dan bioakumulasi dan
bagaimana menangani limbah atau buangan bahan baik berupa padat, cair maupun gas.
Termasuk di dalamnya cara penanganan.

MSDS didapatkan melalui berbagai cara, antara lain:


1. MSDS biasanya kita dapatkan ketika membeli suatu bahan kimia berbahaya (petunjuk
dari pabrik)
2. Beberapa universitas dan perusahaan menyediakan informasi tentang MSDS dalam
situsnya, termasuk LIPI.
3. MSDS didapatkan dari distributor bahan-bahan kimia atau customer service perusahaan
yang bergerak pada bidang usaha bahan-bahan kimia
4. MSDS didapatkan dari internet, ada berbagai situs yang menyediakan informasi tentang
MSDS termasuk software-nya

Buku daftar bahan-bahan kimia dari Merck atau industri kimia lainnya bukan merupakan MSDS.
Buku-buku tersebut hanya memuat informasi praktis mengenai toksisitas dan sifat fisik bahan.

2.2 Global Harmonized System (GHS)

Sistem Harmonisasi Global yang diberi nama GHS bermula dari pertemuan  METI (Ministry
of Economic Trade and Industry) di Jepang yang kemudian berlanjut ke pertemuan tingkat
Internasional di berbagai tempat seperti Rio de Janeiro dan Jenewa. Hasil pertemuan
Internasional tersebut akhirnya menyepakati untuk membentuk satu sistem global dalam hal
komunikasi bahaya yaitu: Klasifikasi Bahaya, MSDS, dan Label / Penandaannya.  Dalam hal ini,
PBB menunjuk UNITAR (United Nations Institute for Training and Research) dibawah payung
ILO sebagai koordinator proyek GHS di seluruh negara di dunia dimana di tergetkan tahun 2006
untuk perubahan amandemen peraturan lokal yang terkait dengan GHS dan tahun 2008 untuk
pelaksanaan sistem implementasi secara menyeluruh di seluruh negara di dunia.  
  APEC sebagai organisasi regional Asia Pasifik telah menyepakati untuk menerapkan
sistem GHS di seluruh negara anggotanya termasuk salah satunya adalah Indonesia. Indonesia
bahkan dipromosikan menjadi salah satu pilot country project untuk pelaksanaan GHS di Asia
Pasifik khususnya di tingkat ASEAN. Keberadaan GHS di Indonesia tentunya akan membawa
berbagai keuntungan antara lain karena dengan adopsi sistem GHS, maka Indonesia akan
memiliki standar penentuan klasifikasi bahaya bahan kimia yang selama ini ada di Indonesia
namun terdapat beberapa klasifikasi yang berbeda antar Kementerian / Departemen. Selain itu
juga Indonesia akan memiliki standar sistem penandaan / labelling bahan kimia yang seragam,
dimana diharapkan tidak akan ada perbedaan lagi dalam hal penandaan bahan kimia antar
sektoral maupun instansi. Terakhir adalah format MSDS akan diseragamkan di Indonesia yaitu
menggunakan format GHS yang terdiri dari 16 sections / bagian. Diharapkan dengan adanya
sistem ini, seluruh instansi dan sektoral terkait akan menggunakan satu sistem yang sama dan
tidak akan ada lagi perbedaan sistem yang digunakan.
Selain keuntungan diatas, beberapa keuntungan lain dari adopsi GHS di Indonesia adalah
mempermudah arus perdagangan bahan kimia secara global baik impor maupun ekspor, dan juga
akan membantu dan mempermudah dalam menghambat perdagangan bahan kimia terlarang yang
tidak boleh diperjual belikan. Selain itu, tujuan utama GHS adalah juga untuk melindungi
pekerja, lingkungan hidup, dan umat manusia secara umum.

2.3 MSDS dan Implementasi GHS

Implementasi GHS di Indonesia juga akan berdampak bagi perubahan klasifikasi bahaya,
format MSDS beserta simbol bahaya / piktogram yang digunakan dimana Indonesia akan
menggunakan format MSDS GHS dalam Bahasa Indonesia dan menggunakan Simbol Bahaya
berdasarkan adopsi GHS. Sistem klasifikasi bahan kimia dalam MSDS juga akan menggunakan
standar adopsi GHS. Namun sebelum simbol bahaya, MSDS dan label dikeluarkan, tentunya
penentuan klasifikasi bahaya adalah hal pertama yang harus dilakukan yang akhirnya akan
menentukan kriteria bahaya yang sesuai dan simbol yang cocok untuk digunakan.
Perubahan terhadap format MSDS sebenarnya tidak terlalu signifikan dikarenakan Indonesia
sudah menerapkan sistem format MSDS menggunakan 16 sections / bagian yang dimandatkan
melalui Kepmenaker No 187 tahun 1999. Perubahan signifikan akan terjadi pada sistem
klasifikasi bahaya beserta simbol / piktogram yang akan digunakan dimana standar GHS akan
diadopsi secara menyeluruh oleh berbagai instansi terkait.
 
Tabel Perbandingan Format MSDS dan GHS

Section MSDS GHS


1 Identitas Perusahaan Identitas Perusahaan
2 Komposisi Bahan * Identifikasi Bahaya *
3 Identifikasi Bahaya * Komposisi Bahan *
4 Tindakan P3K Tindakan P3K
5 Tindakan Penanggulangan Kebakaran Tindakan Penanggulangan Kebakaran
6 Tindakan Penanggulangan Kebocoran Tindakan Penanggulangan Kebocoran dan
dan Tumpahan Tumpahan
7 Penyimpanan dan Penanganan Bahan Penyimpanan dan Penanganan Bahan
8 Pengendalian Pemaparan dan APD Pengendalian Pemaparan dan APD
9 Sifat Fisika dan Kimia Sifat Fisika dan Kimia

10 Stabilitas dan Reaktifitas Bahan Stabilitas dan Reaktifitas Bahan


11 Informasi Toksikologi Informasi Toksikologi
12 Informasi Ekologi Informasi Ekologi
13 Pembuangan Limbah Pembuangan Limbah
14 Informasi untuk Pengangkutan Bahan Informasi untuk Pengangkutan Bahan
15 Informasi Perundang-undangan Informasi Perundang-undangan
16 Informasi Lain Informasi Lain
Penjelasan implementasi MSDS berdasarkan GHS per sections akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Identitas Bahan dan Perusahaan
Berisikan informasi mengenai nama bahan kimia / nama lain dari bahan. Juga berisi nama
perusahaan / supplier pembuat / penyalur bahan kimia terkait, alamat perusahaan lengkap, nomor
telepon beserta nomor telepon darurat / emergensi yang dapat dihubungi pada saat terjadi
kecelakaan menyangkut bahan kimia terkait.

2. Identifikasi Bahaya
GHS menempatkan Bagian 2 yaitu Informasi mengenai Bahaya dari bahan kimia dan
menempatkan informasi komposisi bahan setelahnya dikarenakan pekerja dan perusahaan lebih
membutuhkan informasi bahaya dibandingkan dengan informasi kandungan / komposisi
bahan, oleh karenanya format MSDS GHS menempatkan informasi Identifikasi Bahaya terlebih
dahulu dibandingkan informasi Komposisi Bahan. Oleh sebab itu untuk aplikasi di Indonesia,
revisi Kepmenaker
No 187/1999 dan peraturan terkait lainnya hanya memerlukan sedikit perubahan
menyangkut perubahan Format MSDS dan Simbol bahaya yang digunakan. Sections 2  juga
berisikan klasifikasi bahaya dari zat atau campuran bahan kimia. Selain itu juga sections ini
menyertakan penampilan label / simbol bahaya termasuk pernyataan kehati-hatian dari bahan
tersebut. Implementasi GHS juga akan memandatkan penggunaan simbol / piktogram sesuai
standar GHS, artinya Indonesia juga akan menggunakan dan memiliki standar dalam hal simbol
bahaya. Adapun simbol yang digunakan di Indonesia umumnya mengadopsi dari beberapa
standar seperti EU. Berikut contoh simbol yang umum digunakan saat ini:
Sedangkan pada saatnya GHS diimplementasikan secara menyeluruh maka  Indonesia
akan mengadopsi simbol / piktogram GHS. Simbol / piktogram GHS sangat mudah difahami dan
memiliki standar pewarnaan yang sangat mudah dikenali. Hal ini akan membantu pekerja /
konsumen dalam mengidentifikasi bahaya yang ada beserta perlindungan apa saja yang harus
digunakan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait.
Penjelasan klasifikasi dari masing-masing simbol bahaya GHS contoh bahannya :

Contoh Bahan Simbol Bahaya Jenis Arti Tindakan


Bahaya
Natrium Irritant Bahan yang dapat Hindari kontak
Hidroksida menyebabkan langsung
(NaOH), iritasi, gatal-gatal dengan kulit.
Heksanol dan dapat
(C6H5OH), menyebabkan luka
Klorin bakar pada kulit.
(Cl2)
Diklorometan; Harmful Bahan yang dapat Jangan dihirup,
Etilen glikol merusak kesehatan jangan ditelan
tubuh bila kontak dan hindari
langsung dengan kontak
tubuh atau melalui langsung
inhalasi. dengan kulit.
Metanol Toxic Bahan yang bersifat Jangan ditelan
(CH3OH), beracun, dapat dan jangan
Benzena menyebabkan sakit dihirup,
(C6H6) serius bahkan hindari
kematian bila kontak
tertelan langsung
atau terhirup. dengan kulit.
Kalium sianida, Very Toxic Bahan yang bersifat Hindari kontak
Hydrogen sangat beracun dan langsung
sulfida, lebih sangat dengan tubuh
Nitrobenzene berbahaya bagi dan sistem
dan kesehatan yang pernapasan.
Atripin. juga
dapat menyebabkan
sakit kronis bahkan
kematian.

Asam Klorida Corrosive Bahan yang bersifat Hindari kontak


(HCl), korosif, dapat langsung
Asam Slfat merusak jaringan dengan kulit
(H2SO4), hidup, dapat dan
Natrium menyebabkan hindari dari
Hidroksida iritasi benda-benda
(NaOH pada kulit, gatal- yang bersifat
(>2%)) gatal logam.
dan dapat membuat
kulit mengelupas.

Minyak Flammable Bahan kimia yang Jauhkan dari


terpentin. mempunyai titik benda-benda
nyala rendah, yang
mudah berpotensi
terbakar dengan api mengeluarkan
bunsen, permukaan api.
metal panas atau
loncatan bunga api.
Aseton dan Very Mudah terbakar di Hindari dari
Logam Flammable bawah kondisi sumber api, api
natrium atmosferik biasa terbuka dan
atau loncatan api,
mempunyai titik serta hindari
nyala rendah (di pengaruh pada
bawah 21°C) dan kelembaban
mudah terbakar di tertentu.
bawah pengaruh
kelembapan.
Dietil eter Extremely Bahan yang amat Jauhkan dari
(cairan), Flammable sangat mudah campuran
Propane (gas). terbakar. Berupa udara
gas dan sumber
dan udara yang api.
membentuk suatu
campuran yang
bersifat mudah
meledak di bawah
kondisi normal.
KClO3, Explosive Bahan kimia yang Hindari
NH4NO3 mudah meledak pukulan/bentur
dengan adanya a
panas atau percikan n, gesekan,
bunga api, gesekan pemanasan, api
atau benturan. dan sumber
nyala
lain bahkan
tanpa oksigen
atmosferik.
Hidrogen Oxidizing Bahan kimia Hindarkan dari
peroksida, bersifat panas dan
Kalium pengoksidasi, dapat reduktor.
perklorat. menyebabkan
kebakaran dengan
menghasilkan
panas
saat kontak dengan
bahan organik dan
bahan pereduksi.
Tetraklorometa Dangerous Bahan kimia yang Hindari kontak
n, for the berbahaya bagi satu atau bercampur
Petroleum environmen atau beberapa dengan
bensin t komponen lingkungan
lingkungan. Dapat yang
menyebabkan dapat
kerusakan membahayaka
ekosistem. n
makhluk
hidup.
Sulfur, Picric Flammable Padatan yang Hindari panas
acid, Solid mudah atau bahan
Magnesium terbakar mudah
terbakar
dan reduktor,
serta hindari
kontak dengan
air apabila
bereaksi
dengan
air dan
menimbulkan
panas serta api.
Acetone, Flammable Cairan yang mudah Hindari kontak
Benzene Liquid terbakar dengan benda
yang
berpotensi
mengeluarkan
panas atau api.
Acetelyne, Flammable Simbol pengaman Jauhkan dari
LPG, Gas yang digunakan panas atau
Hydrogen. pada tempat percikan api.
penyimpanan
material gas yang
mudah terbakar.
Carbon, Spontaneou Material yang dapat Simpan di
Charcoal-non- s secara spontan tempat yang
activated, ly mudah terbakar. jauh dari
Carbon black. Combustibl sumber panas
e atau sumber
Substances api.
Calcium Dangerous Material yang Jauhkan dari
carbide, When Wet bereaksi cukup air
Potassium keras dan simpan di
phosphide dengan air. tempat yang
kering/tidak
lembab.
Calcium Oxidizer Material yang Hindarkan dari
hypochlorite, mudah panas dan
Sodium menimbulkan api reduktor
peroxide, ketika kontak
Ammonium dengan
dichromate material lain yang
mudah terbakar dan
dapat menimbulkan
ledakan.
Benzol Organic Merupakan simbol Hindarkan dari
peroxide, Peroxide keamanan bahan panas dan
Methyl ethyl kimia yang reduktor
ketone digunakan dalam
peroxide. transportasi dan
penyimpanan
peroksida organik.

Oksigen , Non Simbol pengaman Hindari kontak


Nitrogen Flammable yang digunakan dengan benda
Gas pada transportasi yang
dan penyimpanan berpotensi
material gas yang mengeluarkan
tidak mudah panas atau api.
terbakar.
Calcium Poison Simbol yang Hindari kontak
Cyanide, digunakan pada langsung,
Karbon transportasi dan tertelan.
penyimpanan bahan Segera
bahan yang beracun cuci tangan
(belum tentu gas).
Chlorine, Poison Gas Simbol yang Jauhkan dari
Methil digunakan pada pernapasan
bromide, Nitric transportasi dan kita
oxide penyimpanan
material gas yang
beracun.
Acrylamide, Harmful Bahan-bahan yang Jauhkan dari
Amonium berbahaya bagi makanan dan
tubuh. (Contoh: minuman
Akrilamida adalah
zat
neurotoksik, artinya
zat
yang
dapat meracuni
syaraf.
Efek utama
keracunan
akrilamida adalah
gangguan pada
sistem
syaraf Acrylamide
juga
merupakan zat
genotoksisitas
yakni
diduga dapat
merusak
kesuburan;
senyawa
amonium seperti
ammonium nitrat
jiga
terhirup
menyebabkan
iritasi pada
saluran pencernaan
dengan gejala
batuk, sakit
tenggorokan dan
napas
yang pendek.
Menyebabkan
methemoglobinemi
a,
sianosis, konvulsi,
takikardia, dispnea,
dan
kematian.
Gas halogen (Br Inhalation Bahan-bahan yang Jangan Dihirup
Br2, Cl2, uap Hazard dapat merusak
eter, sistem inhalasi atau
uap kloroform pernapasan

3. Komposisi Bahan
Komposisi dari bahan kimia menyertakan nama, CAS number, sinonim, impurities dan
konsentrasi bahan dalam campuran, zat aditif penyetabil bahan kimia beserta identifikasi unik
lainnya harus dimasukkan dan ditempatkan pada sections 3 dari GHS MSDS.

4. Tindakan P3K
Penjelasan mengenai tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) harus dimasukkan
di sections ini, hal ini termasuk efek / gejala apa yang biasanya terjadi pada saat terjadi
kecelakaan, apakah gejalanya akut atau tertunda. Masukkan informasi mengenai tindakan medis
apa yang harus segera dilakukan dan perawatan yang dibutuhkan untuk menolong korban
kecelakaan.

5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran


Kebakaran menyangkut bahan kimia sangat selektif dan memerlukan tindakan khusus dalam
penanganannya. Dalam sections 5 dimasukkan informasi mengenai jenis media pemadam yang
cocok untuk memadamkan kebakaran, bahaya spesifik apa yang ditimbulkan  oleh terbakarnya
bahan kimia tersebut, dan alat pelindung diri apa yang harus dikenakan oleh petugas pemadam
dan peringatan mengenai bahaya yang mungkin terjadi kemudian.

6. Tindakan Mengatasi Kebocoran dan Tumpahan


Informasi mengenai peringatan bagi individu beserta alat pelindung diri dan prosedur tanggap
darurat terkait dengan terjadinya tumpahan dan kebocoran bahan kimia ditempatkan
pada sections 6. Peringatan bahaya terhadap lingkungan hidup sebagai akibat dari tumpahan dan
kebocoran tersebut juga disertakan pada sections ini. Metode dan bahan yang digunakan untuk
menampung serta membersihkan tumpahan dan kebocoran harus dijelaskan pada sections ini.
Jarak evakuasi jika terjadi kebocoran juga dimasukkan kedalam sections ini.

7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan


Berisikan mengenai informasi penanganan dan penyimpanan yang aman dan sesuai dengan
petunjuk peraturan. Informasi mengenai kondisi yang aman dalam hal penyimpanan beserta
petunjuk inkompatabilitas/ketidaksesuaian dari bahan kimia yang ditempatkan harus dimasukkan
dalam sections ini. Petunjuk inkompatabailitas bisa mengacu kepada Tabel Chemical Reactivity
Sheet.

8. Pengendalian Pemaparan dan Alat Pelindung Diri


Pemaparan bahan kimia terhadap manusia dan lingkungan memerlukan pengendalian khusus
dalam hal ini parameter apa saja yang harus dikendalikan harus dimasukkan kedalam sections 8
dari MSDS. Pengendalian engineering yang cocok untuk meminimalisasi pemaparan juga harus
disertakan. Tindakan perlindungan terhadap individu juga harus dimasukkan yang antara lain
berisikan petunjuk Alat Pelindung Diri yang sesuai dan yang paling cocok digunakan untuk
mengontrol dan meminimalisasi resiko terhadap bahaya pemaparan. Sementara untuk Nilai
Ambang Batas (NAB), saat ini masih dibicarakan mengenai NAB Global berdasarkan GHS,
namun negara masih boleh memasukkan standar NAB berdasarkan standar yang ada pada negara
masing-masing.

9. Sifat Fisika dan Kimia


Informasi mengenai sifat fisika dan kimiawi dari bahan kimia sangat esensial sifatnya dan
dibutuhkan untuk mengontrol penanganan dan penyimpanan bahan kimia terkait. Sections 9
menempatkan informasi tersebut yang antara lain berisikan:
 
• Penampakan
• Bau
• Titik Leleh / Beku
• pH
• Titik Nyala
• Laju Penguapan
• Flamabilitas (padatan, gas)
• Batas bawah / atas dari flamabilitas atau ledakan
• Tekanan Uap
• Densitas Relatif
• Viskositas
• dll

10. Stabilitas dan Reaktifitas Bahan


Pada sections ini, MSDS harus berisikan informasi mengenai reaktifitas dan stabilitas dari bahan.
Hal ini termasuk kemungkinan terjadinya reaksi berbahaya yang tidak diinginkan beserta kondisi
yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Petunjuk mengenai bahan apa saja
yang tidak cocok / inkompatibel untuk ditempatkan secara bersamaan dengan bahan tersebut
harus dijelaskan dan dimasukkan dalam sections ini. Bahaya dekomposisi dari produk / bahan
juga harus dimasukkan sebagai sumber informasi esensial tambahan.

1. Informasi Toksikologi
Menyediakan semua data menegenai bahaya kesehatan yang tercakup oleh GHS
termasuk dalam hal ini antara lain:
 Rute Kontak Masuk yang mungkin terjadi
 Gejala menyangkut bahaya fisika, kimiawi dan karakteristik racun.
 Efek kronis, efek tertunda dan efek yang langsung terjadi dari  pemaparan jangka
pendek atau panjang.
 Nilai toksisitas (LD, LC), Iritasi, dll
 Dan data-data informasi lain yang mendukung
Jika data untuk bahaya dimaksud tsb tidak terdapat, sebaiknya dituliskan di SDS dengan
pernyataan bahwa data yang dimaksud tidak terdapat.

2. Informasi Ekologi
Berisikan informasi dan data-data terkait dengan Ekologi / Lingkungan Hidup seperti
Toksisitas, degradabilitas dan persistance, potensi bioakumulasi, pergerakan di dalam
tanah, dan informasi efek samping lainnya.
3. Pembuangan Limbah
Limbah dari produk bahan kimia harus diolah secara baik dan benar. Sections 13 dari
MSDS GHS mewajibkan tersedianya informasi yang cukup mengenai metoda
pengolahan limbah beserta tata caranya.
4. Informasi Untuk Pengangkutan Bahan
Antara lain berisikan UN Number, Nama pengiriman bahan yang sesuai peraturan UN,
Kelas Bahaya Transportasi beserta Label dan Simbol yang diperlukan, Grup Kemasan,
Bahaya Lingkungan Hidup, Petunjuk  peringatan khusus bagi pengguna.
5. Informasi Perundang-undangan
Sections  ini antara lain berisikan peraturan perundangan yang terkait yang tidak
disediakan pada sections lain dari MSDS. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
beserta Lingkungan Hidup spesifik untuk bahan kimia yang masih dipertanyakan.
6. Informasi Lain Yang Diperlukan
Berisikan anatara lain:
 Tanggal pembuatan MSDS
 Indikasi perubahan yang dilakukan dari MSDS sebelumnya
 Legenda atau Akronim / Singkatan yang digunakan di dalam MSDS
 Referensi literatur dan sumber yang diambil untuk membuat MSDS
Selain simbol / piktogram diatas, GHS juga mengembangkan simbol untuk Alat Pelindung Diri
(APD) yang diwajibkan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait, simbol tersebut berbentuk
lingkaran berwarna dasar biru dengan gambar APD yang sesuai untuk mengurangi resiko
terhadap bahaya pemaparan bahan kimia. Berikut adalah beberapa contoh Simbol APD versi
GHS yang digunakan pada label / penandaan bahan kimia:
Gunakan alas Gunakan Gunakan masker Gunakan sarung Gunakan
kaki / sepatu pelindung / Respirator tangan Kacamata
boot wajah / Face
Shield

Implementasi GHS yang akan mempengaruhi MSDS selain hal diatas adalah penerapan
bahasa lokal baik untuk MSDS maupun Label / Penandaan. Penerapan GHS akan mewajibkan
setiap MSDS dan Label terdapat dalam 2 bahasa yaitu bahasa lokal dan bahasa Internasional /
Inggris. Penerapan ini sangat penting karena tujuan GHS adalah untuk melindungi umat manusia
dan lingkungan hidup dari bahaya bahan kimia, sehingga penting untuk memandatkan seluruh
sistem agar terdapat dalam bahasa lokal, hal ini agar memudahkan dalam hal mengerti dan
memahami isi dan kandungan dari MSDS dan Label yang terdapat pada bahan kimia.
Oleh karena itu, penterjemahan guide GHS atau yang kita kenal dengan nama Purple
Book sangatlah penting karena GHS Purple Book akan menjadi acuan dalam penentuan
klasifikasi bahaya beserta kategorinya, pembuatan MSDS, Label, dll. Diharapkan agar
pemerintahan dapat segera merampungkan penterjemahan Purple Book ke GHS ke dalam bahasa
Indonesia secara penuh dan mensosialisasikannya kepada pihak terkait.  Oleh karena itu,
sebaiknya hasil terjemahan purple book GHS dapat tersedia di berbagai situs pemerintahan
seperti Depnaker, Badan POM, dll untuk di download oleh pengguna lokal selain juga
disosialisasikan dalam bentuk hard cover.
  Penting untuk diketahui bahwa penerapan GHS tidak akan mempengaruhi sistem
penandaan transportasi yang sudah terlebih dahulu ada yaitu UN-RTDG, IATA, IMDG, dll.
Sistem penandaan transportasi sudah terlebih dahulu diseragamkan dan distandardisasi sebelum
isu GHS diangkat sehingga GHS hanya akan mempengaruhi sistem penandaan pada produk atau
kemasan dari produk tanpa mempengaruhi penandaan pada kendaraan / alat transportasi yang
akan mengirimkan atau membawa bahan kimia. Kedua sistem ini, baik GHS maupun DG
Transport Standards akan berdiri sendiri-sendiri namun tetap memiliki keterkaitan antar satu
dengan yang lainnya

Contoh MSDS
 Dimas Satya Lesmana, "MSDS dan Implementasinya berdasarkan GHS", Chemwatch /
Chemcare Asia
 Anonymous, (2004) “GHS – Purple Book”, United Nations.
 Anonymous, (2004) “Implementation and Maintenance of GHS” Chapter 29, United
Nations.
 Anonymous, (2004) “How GHS Fits Into Chemical Safety” United Nations.
 Anonymous, (2004) “Survey of Asia-Pacific Countries Regarding GHS Implementation:
Draft Report” Seventh Meeting of the UNITAR/ILO GHS Capacity Building Programme
Advisory Group (PAG)
 Arai, K., (2001) “The Globally Harmonized System (GHS) for Hazards Classification
and Labelling”, www.jcia-net.or.jp
 Santoso, G., (2004) “Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja”, Penerbit: Prestasi
Pustaka
 I Dewa Putu Subamia, I.G.A.N.SriWahyuni, Ni Nyoman Widiasih. 2019. Analisis Resiko
Bahan Kimia Berbahaya di Laboratorium Kimia Organik. Jurnal Matematika,Sains, dan
Pembelajarannya, Vol 13 No 1, April 2019.
 Faizal Riza Soeharto. 2013. Bekerja dengan Bahan Kimia Melalui Manajemen Bahan
Kimia dan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium Kimia.
Jurnal Info Kesehatan, Vol 11, Nomor 2 Desember 2013.
 Imamkhasani, Soemanto.1992. Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium
Kimia.PT.Gramedia, Bandung
 Karimi Zeverdegani S, Barakat S, Yazdi, M. 2016. Chemical Risk Assessment in A
Chemical Laboratory Based on Three Different Techniques. JOHE, Summer 2016
 Rejeki, Sri. 2016. Modul Bahan Ajar Farmasi,: Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Pusdik SDM Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
 Salawati, Liza. 2009. Hubungan Perilaku dan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja di Lab. Patologi. Jurnal Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Vol. 1. Hal. 22-28.

Anda mungkin juga menyukai