Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah
diberikan kepada penyusun, sehingga buku Pedoman Penggunaan Obat Narkotika dan
Psikotropika Klinik Pratama Asy-Syifa dapat selesai disusun.
Buku pedoman ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dengan
peresepan dan penggunaan obat narkotika dan psikotropika di Klinik Pratama Asy-Syifa.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah
membantu dan menyelesaikan pedoman penggunaan obat narkotika dan psikotropika di
Klinik Pratama Asy-Syifa Mataram.
Mataram, 2018
Mengetahui /Menyetujiu
Ka Unit Pelayanan Farmasi
Klinik Pratama Asy-Syifa
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………..
B. TUJUAN PEDOMAN………………………………………………….
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN ………………………………………
D. BATASAN OPERASIONAL…………………………………………..
E.LANDASAN HUKUM
A. DENAH RUANG………………………………………………………..
B. STANDAR FASILITAS………………………………………………..
A. LINGKUP KEGIATAN………………………………………………
B. METODE……………………………………………………………..
C. LANGKAH KEGIATAN……………………………………………….
BAB V LOGISTIK……………………………………………………………….
BAB IX PENUTUP……………………………………………………………..
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah Indonesia yang saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan
pembangunan di segala bidang,baik pembangunan fisik maupun pembangunan non
fisik memberikan harapan yang baik bagi masyarakat namun disis lain masih ada
masalah yang memprihatinkan khususnya pada perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi,dewasa ini berkembang pengaruh pemakaian obat-obatan dikalangan
masyarakat yang disalah gunakan.keprihatinan tersebut menyangkut perilaku sebagian
generasi muda (masyarakat ) kita yang terperangkap pada penyalahgunaan narkoba /
NAPZA ( Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya ) baik mengkonsumsi
maupun mengedarkannya.hal tersebut mengisyaratkan kepada kita untuk peduli dan
memperhatikannya, karena bahaya yang ditimbulkan dapat mengancam generasi muda
harapan bangsa yang notabene sebagai pewaris dan penerus perjuangan bangsa di
masa yang akan datang.
Pada dasarnya narkoba merupakan obat yang bermanfaat di bidang medis dan
pengembangan ilmu pegetahuan,namun disatu sisi lain dapat pula menimbulkan
addication ( ketagihan dan ketergantungan ) tanpa adanya pembatasan pengendalian
dan pengawasan yang ketat dan seksama dari pihak yang berwenang.untuk itulah
disusun buku pedoman penggunaan obat narkotika dan psikotropika Klinik Pratama
Asy-Syifa dengan harapan dapat membantu dalam proses pengendalian dan
pengawasan penggunaan obat narkotika dan psikotropika di Klinik Pratama Asy-Syifa.
1.2 Tujuan
Tujuan umum : terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di Klinik
Pratama Asy-Syifa tentang penggunaan obat narkotika dan psikotropika.
Tujuan khusus :
- Sebagai acuan bagi tenaga kefarmasian untuk melaksanakan pelayanan
kefarmasian di Klinik Pratama Asy-Syifa tentang penggunaan obat narkotika
dan obat psikotropika
- Melindungi masyarakat/pasien dari penggunaan obat narkotika dan obat
psikotropika yang tidak rasional
- Meningkatkan mutu hidup
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan
tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada
harus mencerminkan standart pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan
peraturan dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri.
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala unit pelayanan farmasi.
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat kesepakatan dari
dokter,paramedis,bidan dan apoteker .Kebijakan dan prosedur yang tertulis
harus mencantumkan beberapa hal berikut :
a. macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah dokter
b. label obat yang memadai
c. daftar obat yang tersedia
d. pencatatan dalam rekam medik pasien beserta dosis obat yang
diberikan
e. pengadaan dan penggunaan obat di puskesmas
f. pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap dan rawat jalan.
g. pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan,pendistribusian dan p
enyerahan.
h. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan
efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta
pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau dikeluhkan pasien
i. pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi.
j. Pemberian informasi oleh apoteker kepada pasien maupun keluarga
pasien dalam hal penyimpanan obat serta berbagai aspek pengetahuan
tentang obat demi meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan
obat.
k. prosedur penarikan/penghapusan obat.
l. pengaturan persediaan dan pesanan
m. penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf
n. masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan peraturan/undang-
undang
o. pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus terjamin.
p. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang
salah dan atau mengatasi masalah obat.
q. Kebijakan dan prosedur harus dilakukan secara konsisten.
B. Distribusi Ketenagaan
Keterangan :
A : Sub Gudang Farmasi II
I : Rak Obat
15
A.2. Denah Unit Pelayanan Farmasi Dalam Gedung Lantai 1
Keterangan :
B : Sub Unit Farmasi lt. I
I: Rak Obat
II : Lemari Narkotika-Psikotropika
III : Dispenser
IV : Komputer
V : Maja Administrasi Pelayanan Resep
VI : Etalase Obat
VII : Lemari Pendingin
16
A.3. Denah Unit Pelayanan Farmasi Dalam Gedung Lantai 2
Keterangan :
C : Ruangan Kantor Gudang farmasi
C 1 : Gudang farmasi
I: Meja Komputer Administrasi Gudang Farmasi
II: Meja Administrasi Gudang Farmasi
III: Lemari Dokumen
IV : Meja Administrasi Gudang Farmasi
V : Rak Obat
VI : Lemari Sirup
VII : Lemari Obat Tablet A
VIII : Lemari Obat Tablet B
IX : Lemari Obat Tablet C
X : Lemari Obat Tablet D
XI : Lemari Obat narkotika-psikotropika
XII : Lemari Obat Injeksi
XIII : Lemari Obat Paten
17
A. Standart Fasilitas
BAB IV
4.1 Pengadaan
Narkotika dan psikotropika untuk kebutuhan Klinik Pratama Asy-
Syifadiperoleh dari permintaan melalui LPLPO kepada Dinas
kesehatan.bukti pengadaan ditelusuri melalui SBBK obat narkotika
dan psikotropika
18
b. mencantumkan nama jelas dokteryang menulis resep
c. di tulis tersendiri ( terpisah )
d. tidak boleh ada iterasi
e. mencantumkan nama jelas dan alamat lengkap pasien
f. signa ( aturan pakai/dosis pemakaian ) ditulis dengan jelas
g. di tandatangani oleh dokter yang menulis resep ( bukan paraf )
h. apabila penulisan tidak sesuaidengan ketentuan tersebutmaka obat tidak
dapat dilayani
4.4 penyerahan
i. penyerahan obat narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan oleh
apoteker dan tenaga tekhnis kefarmasian di bawah pengawasan
apoteker
j. apoteker hanya dapat menyerahkan obat narkotika dan psikotropika
kepada pasien berdasarkan resep dokter
k. penyerahan obat narkotika dan psikotropika oleh dokter hanya dapat
dilaksanakan untuk menolong orang sakit dalam keadaan darurat
dengan memberikan obat narkotika dan psikotropika melalui suntikan
l. sebagai penandaan khusus,resep yang berisi obat narkotika harus di beri
garis berwarna merah dan untuk obat psikotropika di beri garis biru
m. sub unit farmasi hanya boleh melayani resep narkotika dan psikotropika
dari resep asli dan resep narkotika dan psikotropika di pisahkan dari
resep lainnya
n. pasien yang menerima obat narkotika dan psikotropika harus
ditanyakan nomor telefon dan alamat lengkap
4.5 pelaporan
pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika dilakukan
setiap bulan ke dinas kesehatan
4.6 pemantauan
pemantauan terhadap obat narkotika dan psikotropika yang
dilakukan meliputi pemantauan stok harian,pasien yang
mendapatkan resep obat narkotika dan psikotropika berulang kali
dan masa kadaluwarsa obat
4.7 pemusnahan
obat narkotika dan psikotropika yang telah kadaluwarsa/rusak tidak
dimusnahkan di Klinik Pratama Asy-Syifatetapi dikembalikan ke
dinas kesehatan dengan berita acara pengembalian
METODE
19
obat narkotika dan psikotropika penggunaan dan
pendistribusiannya menggunakan system peresepan sehingga
pengawasan dan pengendaliannya dapat lebih efektif
LANGKAH KEGIATAN
a. penggunaan obat narkotika dan obat psikotropika
1. Peresepan obat narkotika psikotropika hanya boleh ditulis oleh dokter/dokter
gigi atau petugas yang diberi kewenangan.
2. petugas penulis resep mencantumkan TANDA TANGAN penulis resep tiap R/ obat
narkotika dan psikotropika dan menuliskan nama dan alamat pasien yang
LENGKAP
3. Petugas penulis resep memastikan resep yang ditulis jelas baik jenis, jumlah dan
cara penggunaannya
4. petugas penulis resep memastikan resep narkotika dan psikotropika yang ditulis
tidak di ulang tanpa resep dokter
5. petugas memastikan resep narkotika dan psikotropika yang ditulis tidak bersigna
m.i(mihipsi) artinya untuk di pakai sendiri dan bersigna u.c (usus cognitus ) yang
berarti pemakaian diketahui.
20
BAB V
LOGISTIK
obat narkotika dan psikotropika yang tersedia di Klinik Pratama Asy-Syifa adalah
sebagai berikut:
a. obat narkotika : codein tab 10 mg,codein tab 15 mg ,codein tab 20 mg
- codein tab 10 mg
- codein tab 15 mg
- codein tab 20 mg
b. obat psikotropika :
- diazepam injeksi
- diazepam tab 2 mg
- diazepam tab 2 mg
- Phenobarbital injeksi
- Phenobarbital tab 30 mg
- Phenobarbital tab 100 mg
21
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
1.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) Klinik Pratama Asy-Syifaadalah suatu
sistem dimana Klinik Pratama Asy-Syifamembuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi : assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.
1.2 Tujuan
1) Untuk memperbaiki keamanan obat yang perlu diwaspadai
22
1. Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang harus
diwaspadai
2. Memberi label yang jelas pada obat-obat yang harus diwaspadai
3. Membatasi akses masuk dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke
dalam tempat penyimpanan obat yang perlu diwaspadai untuk mencegah
pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati (restricted area)
4. Obat/konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang pelayanan
5. Tempat pelayanan obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
tidak boleh diletakkan di dalam 1 rak/disandingkan
Tanggung Jawab :
1) Tanggung jawab tahapan proses diatas dipegang oleh kepala instalasi
farmasi dansetiap unit yang terkait
2) Apabila yang tersebut diatas tidak ada maka tanggung jawab dialihkan
ke wakil kepala masing-masing instalasi atau staff pengganti yang
telah ditunjuk.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.2 Tujuan
7.2.1 Tujuan Umum
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di unit pelayanan farmasi
agar tercapai pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja yang
optimal.
23
a. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien dan
pengunjung
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahay,
kebakaran dan pencemaran lingkungan
c. Mengamankan peralatan kerja, sedian farmasi
d. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar
24
d. Penyakit akibat kerja di unit pelayanan farmasi puskesmas
1) tertular pasien
2) alergi obat
3) keracunan obat
4) resistensi obat2
Pengendalian :
1. Legislatif Kontrol
2. Administratif Kontrol
3. Medikal Kontrol
4. Engineering Kontrol
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Agar upaya peningkatan mutu di unit pelayanan farmasi Klinik Pratama Asy-
Syifadapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan
bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu pelayanan.pengendalian mutu
dilaksanakan dengan melakukan kegiatan pengawasan,pemeliharaan dan audit
terhadap obat narkotika dan psikotropika untuk menjamin mutu,mencegah
kehilangan,kadaluwarsa,rusak dan mencegah ditarik dari peredaran serta
keamanannya sesuai dengan kesehatan dan keselamatan kerja ,dengan tahapan:
25
4. Penilaian ulang kualitas pelayanan obat
5. Up date kriteria
8.1 Mutu Pelayanan
1) Pengertian mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adlah expertise, atau keahlian dan keterikatan ( komitmen ) yang
selalu dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi
dimensional.
3) Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan,
bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain – lain. Pelayanan
kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu
pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah
perencanaan dan peggerakan pelayanan kesehatan.
26
b. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan
konsumen ( Pasien / Masyarakat ). Proses ini merupakan variable
penilaian mutu yang penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang
terjadi pada konsumen ( pasien / masyarakat ), termasuk kepuasan dari
konsumen tersebut.
8.3 EVALUAS1
1. Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program evaluasi:
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan Contoh :
pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan
dilaksanakan Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan
resep oleh Asisten Apoteker.
c. Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan
dilaksanakan Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang.
2. Metoda Evaluasi
a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar
b. Review (penilaian)
27
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya,
penulisan resep.
c. Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau
wawancara langsung.
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan obat
BAB IX
PENUTUP
28