FARMASI
A. Latar Belakang
Pelayanan farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan di Rumah
Sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi Rumah Sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan
farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Tuntutan pasien
dan masyarakat akan pelayanan mutu farmasi, mengharuskan adanya perubahan
pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru (patient
oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek
pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Pelayanan Farmasi
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan
biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaaan
pasien maupn fasilitas yang tersedia
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan
f. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.
D. Batasan Operasional
1. Bagan Organisasi
Pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi, tujuan, dan bagan
organisasi yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan filosofi
pelayanan kefarmasian.
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas,
koordinasi dan kewenangan serta fungsi. Kerangka organisasi minimal
mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi
klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu dinamis sesuai perubahan yang
dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan.
1. Kompetensi Apoteker
Sebagai Pimpinan:
a. Mempunyai kemampuan untuk memimpin
b. Mempunyai kemampuan dan kemauan mengelola dan mengembangkan
pelayanan farmasi
c. Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri
d. Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak lain
e. Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah, menganalisa dan
memecahkan masalah
B. Distribusi Ketenagaan
1. Jenis Ketenagaan
a. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga:
1) Apoteker
2) Sarjana Farmasi
3) Aisten Apoteker (AMF)
b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga:
1) Operator komputer/teknisi yang memahami kefarmasian
2) Tenaga administrasi
c. Pembantu pelaksana
2. Beban kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:
a. Kapasitas tempat tidur dan BOR
b. Jumlah resep atau formulir pesanan per hari
c. Volume perbekalan farmasi
d. Idealnya 30 tempat tidur = 1 apoteker (untuk pelayanan kefarmasian)
3. Pendidikan
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik, dalam penentuan
kebutuhan tenaga harus dipertimbangkan:
a. Kulifikasi pendidikan disesuaikan dengan jenis pelayanan/tugas fungsi
b. Penambahan pengetahuan disesuaikan dengan tanggung jawab
c. Peningkatan keterampilan disesuaikan dengan tugas
4. Waktu pelayanan
Pelayanan 3 shift (24 jam)
5. Jenis pelayanan
a. Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)
b. Pelayanan rawat inap
c. Pelayanan rawat jalan
d. Penyimpanan dan pendistribusian
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan
perundang-undangan kefarmasian yang berlaku:
1. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah Sakit
2. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di
Rumah Sakit
3. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan
langsung pada pasien, dispensing serta ada penanganan limbah
4. Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih, daerah abu-abu, bebas kontaminasi
5. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan
keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat
6. Fasilitas peralatan memenuhi pesyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair
untuk obat luar atau dalam.
B. Standar Fasilitas
1. Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur,
sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk
dan keamanan petugas yang terdiri dari:
Kondisi umum untuk ruang penyimpanan:
a. Obat jadi
b. Bahan baku obat
c. Alat kesehatan dan lain-lain
Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan:
a. Obat termolabil
b. Alat kesehatan dengan suhu rendah
c. Obat mudah terbakar
d. Obat/bahan obat berbahaya
e. Barang karantina
2. Ruang distribusi/pelayanan
Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegiatan farmasi Rumah Sakit:
a. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (Apotek), ada ruang
khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan persiapan obat
b. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap
c. Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
3. Ruang konsultasi
Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker memberikan konsultasi pada
pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien
a. Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat jalan (apotek)
b. Ruang konsultasi untuk pelayanan rawat inap
Macam-macam peralatan:
1. Peralatan kantor
a. Furniture (meja, kursi, lemari buku/rak, filling cabinet dll)
b. Komputer
c. Alat tulis kantor
d. Telpon dan faximile
2. Peralatan Produksi
a. Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan dan pembuatan obat, baik
nonsteril maupun steril/aseptik
b. Peralatan harus dapat menunjang persyaratan keamanan cara pembuatan
obat yang baik
3. Peralatan penyimpanan
a. Peralatan penyimpanan kondisi umum
1) Lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya
yang berlebihan
2) Lantai dilengkapi dengan palet
b. Peralatan penyimpanan kondisi khusus
1) Lemaari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil. Fasilitas
peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala
2) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat psikotropika
3) Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan pembuangan
limbah sitostatik dan obat berbahaya harus dibuat secara khusus untuk
menjamin kamanan petugas, pasien, dan pengunjung
4. Peralatan pendistribusian/pelayanan
a. Pelayanan rawat jalan (Apotik rawat jalan)
b. Pelayanan rawat inap/IGD
c. Kebutuhan ruang perawatan/unit lain
5. Peralatan konsultasi
a. Buku kepustakaan, bahan-bahan leaflet, brosur dan lain-lain
b. Komputer
c. Telpon
d. Lemari arsip
e. Kartu arsip
6. Peralatan ruang informasi obat
a. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat
b. Peralatan meja dan kursi
c. Komputer
d. Telepon
e. Lemari arsip
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN
a. Pemilihan/seleksi
Merupakan suatu kegiatan sejak dari meninjau kesehatan yang terjadi di
Rumah Sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria
pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan
memperbaharui standar obat.
Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam panitia farmasi
dan terapi untuk menetapkan kualitas dan efektivitas, serta jaminan purna transaksi
pembelian.
b. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, dan menghindari
kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara
lain konsumsi atau epidemiologi.
Pedoman perencanaan:
1) DOEN, formularium Rumah Sakit, standar terapi Rumah Sakit, ketentuan
setempat yang berlaku
2) Data catatan medik
3) Penetapan prioritas
4) Siklus penyakit
5) Sisa persediaan
6) Data pemakaian periode lalu
7) Rencana pengembangan
c. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan
dan disetujui melalui pembelian secara langsung dari distributor/pedagang besar
farmasi.
d. Pengemasan/produksi
Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali
sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit.
Kriteria obat yang diproduksi:
1) Sediaan farmasi dengan formula khusus
2) Sediaan farmasi dengan harga murah
3) Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
4) Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran
e. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian melalui pembelian langsung. Pedoman
dalam penerimaan perbekalan farmasi:
1) Pabrik harus mempunyai sertifikat analisa
2) Barang harus bersumber dari distributor utama
3) Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin
4) Harus mempunyai Material Safety Data Sheet
5) Expire date minimal 2 tahun
f. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan
yang ditetapkan:
1) Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
2) Dibedakan menurut suhunya dan kestabilannya
3) Mudah tidaknya meledak/terbakar
4) Tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
g. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di Rumah Sakit
untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh
pasien dengan mempertimbangkan:
1) Efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada
2) Metode sentralisasi atau desentralisasi
3) Sistem floor stock dan resep individu
1. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat inap di Rumah Sakit, yang diselenggarakan secara
sentralisasi dan dengan sistem persediaan life saving di ruangan dan sistem
resep perorangan
2. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat jalan di Rumah Sakit, yang diselenggarakan secara
sentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh Instalasi Farmasi Rumah
Sakit
3. Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja
Merupakan kegiatan penditribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh:
a. Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang dibuka 24 jam
b. Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi
b. Dispensing
Merupakan kegiatan pelayanaan yang dimulai dari tahap validasi,
interprestasi, menyiapkan/meracik obat,memberikan lebel/etiket, penyerahan obat
dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.
Tujuan
1) Mendapatkan dosis yang tepat dan aman
2) Menyediakan nutrisi bagi penderitayang tidak dapat menerima makanan
secara oral atau emperal
3) Menurunkan total biaya obat
Dispensing dibedakan berdasarkan ata sifat sediaannya :
a) Dispensing sediaan farmasi khusus
- Dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi,merupakan kegiatan
pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih
secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas
sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang
menyertai.
- Dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril, melakukan
pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin
kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis
yang ditetapkan
b) Dispensing sediaan farmasi berbahaya
Merupakan penangan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai
sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan
pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun
sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan
alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi,
maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya.
e. Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan
obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Tujuan konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai
obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping
obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunana obat-obat
lain.
Kegiatan:
1) Membuka komunikasi antara apoteker dan pasien
2) Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien dengan metode open-ended question
3) Apa yang dikatakan dokter mengenai obat
4) Bagaimana cara pemakaian obat
5) Efek yang diharapkan dari obat tersebut
6) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
7) Verifikasi akhir: mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat,
untuk mengoptimalkan tujuan terapi
Faktor yang perlu diperhatikan:
1) Kriteria pasien:
a) Pasien rujukan dokter
b) Pasien dengan penyakit kronis
c) Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi
d) Pasien geriatrik
e) Pasien pediatrik
f) Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas
2) Sarana dan prasarana:
a) Ruangan khusus
b) Kartu pasien/catatan konseling
f. Pemantauan
Melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari
dokter yang merawat karena indeksi terapi yang sempit.
Tujuan:
1) Mengatur kadar obat dalam darah
2) Memberikan rekomendasi pada dokter yang merawat
Kegiatan:
1) Memisahkan serum dan plasma
2) Memeriksa kadar obat yang terkandung dalam plasma dengan menggunakan
alat TDM
3) Membuat rekomendasi kepad dokter berdasarkan hasil pemeriksaan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
1) Alat therapeutic drug monitor
2) Reagen sesuai obat yang diperiksa
g. Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan
tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan:
1) Pemilihan obat
2) Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik
3) Menilai kemajuan pasien
4) Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
Kegiatan:
1) Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan
tersebut kepada pasien
2) Untuk pasien baru dirawat Apoteker harus menanyakan terapi obat terdahulu
dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi
3) Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin
penggunaan obat yang benar
4) Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna untuk
memberikan obat
5) Setelah kunjungan membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian
masalah dalam satu buku dan buku ini digunakan oleh setiap apoteker yang
berkunjung untuk menghindari pengulangan kunjungan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
1) Pengetahuan cara berkomunikasi
2) Memahami teknik edukasi
3) Mencatat perkembangan pasien
A. PENGERTIAN
Bagian ini mengemukakan sasaran keselamatan pasien, sebagai syarat untuk
diterapkan di semua Rumah Sakit yang sedang diakreditasi oleh Komite Akreditasi
Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life Saving Patient
Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang juga digunakan oleh Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission (JCI).
Maksud dari sasaran keselamatan pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus para ahli atas
permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin
sasaran secara umum, difokuskan pada solusi-solusi sistem yang menyeluruh. Dalam
pelayanan farmasi sasaran keselamatan pasien adalah peningkatan keamanan obat
yang perlu diwaspadai (High Alert).
B. TUJUAN
Untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert
medication).
Ruang lingkup:
1. Obat-obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
2. Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert medications) merupakan obta-obat
yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel
event), obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
(adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya
mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM) atau (Look Alike Sound
Alike/LASA).
3. Obat-obat yang sering digunakan dalam keadaan darurat karena berkaitan
dengan keselamatan pasien
Tanggung jawab:
1. Tanggung jawab tahapan di atas dipegang oleh kepala instalasi farmasi dan
setiap unit yang terkait
2. Apabila yang tersebut di atas tidak ada maka tanggung jawab dialihkan ke
wakil kepala masing-masing instalasi atau staff pengganti yang telah ditunjuk
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi farmasi agar
tercapai pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja yang optimal
2. Tujuan khusus
a. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien dan pengunjung
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan berbahaya, kebakaran dan
pencemaran lingkungan
c. Mengamankan peralatan kerja dan sediaan farmasi
d. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar
2. Pengendalian
a. Legislatif kontrol
b. Administrasi kontrol
c. Medikal kontrol
d. Enginering kontrol
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan
dan dapat memuaskan pelanggan.
2. Tujuan Khusus
a. Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandar
b. Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan keamanan
pasien
c. Meningkatkan efisiensi pelayanan
d. Meningkatkan mutu obat yang diproduksi di Rumah Sakit sesuai CPOB (Cara
Pembuatan Obat yang Baik)
e. Meningkatkan kepuasan pelanggan
f. Menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait
B. EVALUASI
1. Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program evaluasi:
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan
Contoh : pembuatan standar, perijinan
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan
Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan resep oleh asisten
apoteker
c. Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan
dilaksanakan
Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang
2. Metoda Evaluasi
a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar
b. Review (penilaian)
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya, penulisan
resep
c. Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau wawancara
langsung
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan obat
C. PENGENDALIAN MUTU
Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap perbekalan
farmasi untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa, rusak dan
mencegah ditari dari peredaran serta keamanannya sesuai dengan kesehatan,
keselamatan kerja Rumah Sakit (K3RS), yang meliputi:
a. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan
b. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim pengendalian infeksi Rumah
Sakit