Anda di halaman 1dari 35

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH JAWA TIMUR


RESOR MADIUN
KLINIK POLRES MADIUN
Jl. Soekarno Hatta No. 66 Madiun Kode Pos 63136
email: kesehatanpolresmadiun@ymail.com
Telp 0351 459725

PANDUAN PELAYANAN
FARMASI

Nomor :

Revisi Ke :

Berlaku Tgl: ..... Oktober 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan farmasi Klinik merupakan salah satu kegiatan di Klinik yang


menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahub 2014 tentang Standar Pelayanan
klinik, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi Klinik adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Klinik yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yangbermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan
farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented)
ke paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan
kefarmasian). Praktik pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan
tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan.

1. TUJUAN PELAYANAN FARMASI


a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun
dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengankeadaan pasien maupun fasilitas yang
tersedia;
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi;
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat;
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi
pelayanan;
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi
pelayanan;
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.

2
2. Fungsi Pelayanan Farmasi
1) Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan Klinik ;
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal;
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku;
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di Klinik ;
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku;
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian;
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di Klinik .

2) Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan


a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien;
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan;
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obatdan alat
kesehatan;
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan;
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga;
f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga;
g. Melaporkan setiap kegiatan.

B. RUANG LINGKUP

1. Administrasi dan Pengelolaan


Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi
yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar pelayanan
keprofesian yang universal.

3
1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi,wewenang dan
tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan
farmasi yang ditetapkan oleh Kepala Klinik .
2. Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali dan diubah bila
terdapat hal :
a. Perubahan pola kepegawaian
b. Perubahan standar pelayanan farmasi
c. Perubahan peran Klinik
d. Penambahan atau pengurangan pelayanan
3. Penanggungjawab Instalasi Farmasi terlibat dalam perencanaan manajemen dan
penentuan penyediaan dan penggunaan obat serta penggunaan sumber daya.
4. Instalasi Farmasi menyelenggarakan rapat pertemuan untuk membicarakan
masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi. Hasil pertemuan tersebut
disebarluaskan, dicatat dan disimpan.
5. Adanya komunikasi yang tetap dengan Dokter dan paramedis, serta selalu
berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat antar
bagian atau konferensi dengan pihak lainyang mempunyai relevansi dengan
farmasi.
6. Hasil penilaian/pencatatan komite terhadap staf didokumentasikan secara rahasia
dan hanya digunakan oleh atasan yang mempunyai wewenang untuk itu.
7. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan evaluasi
terhadap pelayanan farmasi setiap tahun.
8. Penanggungjawab Instalasi Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan
segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan
obat.

2. Staf dan Pimpinan


Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan pelayanan
a. Instalasi Farmasi Klinik dipimpin oleh Apoteker.
b. Apoteker telah terdaftar di Dinas Kesehatan dan mempunyai surat ijin
praktik.

4
c. Penanggungjawab Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap aspek
hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi
maupun administrasi barang farmasi.
d. Setiap saat harus ada Apoteker yang bertanggungjawab dan mengawasi
pelayanan farmasi dan ada pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
bila Penanggungjawab Instalasi Farmasi berhalangan kepada kepala ruangan.
e. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
f. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan
kebutuhan.
g. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait
dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja
yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.

3.Fasilitas dan Peralatan


Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung
administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga menjamin
terselenggaranya pelayanan farmasi yangfungsional, profesional dan etis.
a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua
barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masingbarang farmasi dan sesuai
dengan peraturan.
b. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.
c. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.
d. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
e. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik sesuai
dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.
f. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin keamanan
setiap staf.

4. Kebijakan dan Prosedur


Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal
dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan

5
standar pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari pada
pelayanan farmasi itu sendiri.
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh Penanggungjawab instalasi.
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari Dokter dan Apoteker
menganalisa secara kefarmasian. Obat adalah bahan berkhasiat dengan nama
generik atau nama dagang.
3. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan beberapahal berikut :
a. Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah Dokter
b. Label obat yang memadai
c. Daftar obat yang tersedia
d. Gabungan obat parenteral dan labelnya
e. Pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis obat yang diberikan
f. Pengadaan dan penggunaan obat di Klinik
g. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan, karyawan dan
pasien tidak mampu
h. Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan,pengadaan,
penerimaan, pembuatan/produksi, penyimpanan,pendistribusian dan
penyerahan
i. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaianobat dan efek
samping obat bagi pasien rawat jalan serta pencatatan penggunaan obat
yang salah dan atau dikeluhkan pasien
j. Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi
k. Pemberian konseling/informasi oleh Apoteker kepada pasien maupun
keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta
berbagai aspek pengetahuan tentang obat demi meningkatkan derajat
kepatuhan dalam penggunaan obat
l. Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instalasi maka secara
organisasi dibawah koordinasi instalasi farmasi
m. Prosedur penarikan/penghapusan obat
n. Pengaturan persediaan dan pesanan
o. Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf
p. Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan peraturan/undang-undang

6
q. Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus terjamin
r. Prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi terhadap staf

4. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang x salah dan atau
mengatasi masalah obat.
5. Kebijakan dan prosedur harus konsisten terhadap sistem pelayanan Klinik lainnya.

5. Pengembangan Staff dan Program Pendidikan


Setiap staf di Klinik harus mempunyai kesempatan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya.
1. Apoteker harus memberikan masukan kepada pimpinan dalam menyusun
program pengembangan staf.
2. Staf yang baru mengikuti program orientasi sehingga mengetahui tugas dan
tanggung jawab.
3. Adanya mekanisme untuk mengetahui kebutuhan pendidikan bagi staf.
4. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan dan
program pendidikan berkelanjutan.
5. Staf harus secara aktif dibantu untuk mengikuti program yang diadakan oleh
organisasi profesi, perkumpulan dan institusi terkait.
6. Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi :
a. penggunaan obat dan penerapannya
b. pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi
c. praktikum farmasi bagi siswa farmasi dan pasca sarjana farmasi

6. Evaluasi dan Pengendalian Mutu


Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang
bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi Klinik yangbaik.
1. Pelayanan farmasi dilibatkan dalam program pengendalian mutu pelayanan
Klinik .
2. Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara periodik terhadap konsep,
kebutuhan, proses, dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan
mutu pelayanan.

7
3. Apoteker dilibatkan dalam merencanakan program pengendalian mutu.
4. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal berikut :
a. Pemantauan : pengumpulan semua informasi yang penting yang
berhubungan dengan pelayanan farmasi.
b. Penilaian : penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalah
pelayanan dan berupaya untuk memperbaiki.
c. Tindakan : bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus
diambil tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi.
d. Evaluasi : efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan
dalam program jangka panjang.
e. Umpan balik : hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan kepada
staf.

C. BATASAN OPERASIONAL

1. Bagan Organisasi
Pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi, tujuan, dan bagan organisasi
yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan filosofi pelayanan kefarmasian.
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas, koordinasi
dan kewenangan serta fungsi. Kerangka organisasi minimal mengakomodasi
penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu,
dan harus selalu dinamissesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai
harapan pelanggan.

2. Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi


a. Panitia Farmasi dan Terapi
Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari Dokter
yang mewakili spesialisasi-spesialisasiyang ada di Klinik dan Apoteker wakil dari
Farmasi Klinik , serta tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan :
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan
obat serta evaluasinya

8
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat danpenggunaan obat sesuai dengan
kebutuhan. (merujuk pada SK Dirjen Yanmed nomor YM.00.03.2.3.951)

b. Fungsi dan Ruang Lingkup


1) Mengembangkan formularium di Klinik dan merevisinya. Pemilihan obat
untuk dimasukan dalamformularium harus didasarkan pada evaluasi
secarasubjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat
yang sama.
2) Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf
medis.
3) Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di Klinik dan yang termasuk
dalam kategori khusus.
4) Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan – peraturan mengenai penggunaan obat
di Klinik sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
5) Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di Klinik dengan mengkaji
medical record dibandingkandengan standar diagnosa dan terapi. Tinjauan
ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus meneruspenggunaan obat
secara rasional.
6) Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efeksamping obat.
7) Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkutobat kepada staf
medis dan perawat.

c. Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi


1) Memberikan rekomendasi pada Pimpinan Klinik untuk mencapai budaya
pengelolaan dan penggunaanobat secara rasional
2) Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium
Klinik , pedoman penggunaanantibiotika dan lain-lain

9
3) Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak-pihak yang terkait
4) Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan
umpan balik atas hasil pengkajian tersebut

d. Tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi


1) Menjadi salah seorang anggota panitia (WakilKetua/Sekretaris)
2) Menetapkan jadwal pertemuan
3) Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
4) Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan
5) Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada
pimpinan Klinik
6) Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada
seluruh pihak yang terkait
7) Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan
8) Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan
antibiotika dan pedomanpenggunaan obat dalam kelas terapi lain
9) Membuat formularium Klinik berdasarkan hasil kesepakatan Panitia Farmasi
dan Terapi
10) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan
11) Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat
12) Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaandan penggunaan
obat pada pihak terkait

e. Formularium Klinik
Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujuioleh Panitia Farmasi
dan Terapi untuk digunakan di Klinik dan dapat direvisi pada setiap batas waktu
yangditentukan.
Komposisi Formularium :
1) Halaman judul
2) Daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi

10
3) Daftar Isi
4) Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidangobat
5) Produk obat yang diterima untuk digunakan
6) Lampiran
Sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap berjalan terus,
dalam arti kata bahwa sementara Formularium itu digunakan oleh staf medis, di
lain pihakPanitia Farmasi dan Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan
terhadap produk obat yang ada dipasaran, dengan lebih mempertimbangkan
kesejahteraan pasien.

f. Pedoman Penggunaan Formularium


Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan petunjuk kepada Dokter,
Apoteker perawat serta petugas administrasi di Klinik dalam menerapkan sistem
formularium.
Meliputi :
1) Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan
Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka mengenai tujuan,
organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung. Sistem
Formularium yang diusulkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
2) Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan
kebutuhan tiap-tiap institusi.
3) Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditulis
oleh Panitia Farmasi dan Terapiuntuk menguasai sistem Formularium
yangdikembangkan oleh Panitia Farmasi dan terapi.
4) Nama obat yang tercantum dalam Formularium adalah nama generik.
5) Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di Instalasi
Farmasi.
6) Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efek
terapinya sama, seperti :
a) Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik yang
sama untuk disalurkan kepada Dokter sesuai produk asli yang diminta.

11
b) Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus
didasarkan pada pertimbangan farmakologi dan terapi.
c) Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas,kuantitas, dan sumber
obat dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan
oleh Dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien.

3. Administrasi dan Pelaporan


Administrasi Perbekalan Farmasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
pencatatan manajemen perbekalan farmasi serta penyusunan laporan yang berkaitan
dengan perbekalan farmasi secara rutin atautidak rutin dalam periode bulanan,
triwulanan, semesteran atau tahunan.
rutin atau tidak rutindalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.
Administrasi Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadapperbekalan
farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mututidak memenuhi standar
dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatanyang disajikan kepada pihak
yang berkepentingan.
Tujuan pelaporan adalah :
a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi
b. Tersedianya informasi yang akurat
c. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan
d. Mendapat data/laporan yang lengkap untuk membuat perencanaan
e. Agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi dapat
dikelola secara efisien dan efektif.

Proses pendataan dan pelaporan dapat dilakukan secara :


a. Tulis tangan, mesin tik
b. Otomatisasi dengan menggunakan komputer (soft ware)

12
D. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum yang digunakan dalam pelayanan Farmasi di Klinik antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;
2. Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 ;
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Klinik ;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Klinik
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/068 Tahun 2010 tentang Kewajiban
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 899 Tahun 2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

13
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Personalia Pelayanan Farmasi Klinik adalah sumber daya manusia yang


melakukan pekerjaan kefarmasian di Klinik yangtermasuk dalam bagan organisasi Klinik
dengan persyaratan :
- Terdaftar di Departeman Kesehatan
- Terdaftar di Asosiasi Profesi
- Mempunyai izin kerja.
- Mempunyai SK penempatan
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenagafarmasi
profesional yang berwewenang berdasarkan undang-undang,memenuhi persyaratan baik
dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan jaminan
kepastian adanyapeningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus
menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan.
Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dankeluasan
cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi Klinik .

1. Kompetensi Apoteker :
Sebagai Pimpinan :
a. Mempunyai kemampuan untuk memimpin
b. Mempunyai kemampuan dan kemauan mengelola dan mengembangkan
pelayanan farmasi
c. Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri
d. Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama denganpihak lain
e. Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah, menganalisa dan memecahkan
masalah
Sebagai Tenaga Fungsional :
a. Mampu memberikan pelayanan kefarmasian
b. Mampu melakukan akuntabilitas Praktik kefarmasian

14
c. Mampu mengelola manajemen praktis farmasi
d. Mampu berkomunikasi tentang kefarmasian
e. Mampu melaksanakan pendidikan, penelitian danpengembangan
f. Dapat mengoperasionalkan komputer
g. Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang farmasi klinik.

Setiap posisi yang tercantum dalam bagan organisasi harus dijabarkan secara jelas
fungsi ruang lingkup, wewenang, tanggungjawab, hubungan koordinasi, fungsional, dan
uraian tugas serta persyaratan / kualifikasi sumber daya manusia untuk dapat menduduki
posisi.

2. Beban Kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor- faktoryang berpengaruh
pada kegiatan yang dilakukan, yaitu
a. Jumlah resep atau formulir pesanan per hari
b. Volume perbekalan farmasi

3. Pendidikan
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik, dalam penentuan kebutuhan tenaga
harus dipertimbangkan :
a. Kualifikasi pendidikan disesuaikan dengan jenispelayanan/tugas fungsi
b. Penambahan pengetahuan disesuaikan dengantanggung jawab
c. Peningkatan keterampilan disesuaikan dengan tugas

15
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan


perundangan-undangan kefarmasian yang berlaku:
1. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Klinik .
2. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di
Klinik .
3. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung
pada pasien, dispensing serta ada penanganan limbah.
4. Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu, bebaskontaminasi.
5. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan keamanan
baik dari pencuri maupun binatang pengerat.
6. Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutamauntuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair untuk
obat luar atau dalam.

B. STANDAR FASILITAS
1. Ruang Obat / administrasi
2. Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur
sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas yang terdiri dari :
Kondisi Umum untuk Ruang Penyimpanan :
a. Obat jadi
b. Bahan baku obat
c. Alat kesehatan dan lain-lain.

16
3. Ruang Distribusi/Pelayanan
Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegiatan farmasi Klinik :
a. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (Apotik) Ada ruang
khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan persiapan obat
b. Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan barang dan penyimpanan
barang
4. Ruang Konsultasi
Sebaiknya ada ruang khusus untuk Apoteker memberikan konsultasi pada pasien
dalam rangka meningkatkanpengetahuan dan kepatuhan pasien
5. Ruang Arsip Dokumen
Harus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
menyimpan dokumen dalam rangkamenjamin agar penyimpanan sesuai hukum,
aturan,persyaratan, dan tehnik manajemen yang baik

C. PERALATAN
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril,maupun cair untuk obat luar
atau dalam. Fasilitas peralatan harusdijamin sensitif pada pengukuran dan memenuhi
persyaratan, peneraandan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap tahun.
Peralatan minimal yang harus tersedia :
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik non steril
maupun aseptik
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat
d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika
e. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbahyang baik
g. Alarm

17
Macam-macam Peralatan
1. Peralatan Kantor
a. Furniture ( meja, kursi, lemari buku/rak, filing cabinet dan lainlain)
b. Komputer/mesin tik
c. Alat tulis kantor
d. Telpon dan Faximile (Disesuaikan dengan kondisi Klinik )
2. Peralatan Produksi
1. Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan dan pembuatan obat, baik non steril
maupun steril/aseptik
2. Peralatan harus dapat menunjang persyaratan keamanan carapembuatan obat yang
baik
3. Peralatan Penyimpanan
a. Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum
1) lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu,kelembaban dan cahaya yang
berlebihan
2) Lantai dilengkapi dengan palet

b. Peralatan Penyimpanan Kondisi Khusus :


1) Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil Fasilitas peralatan
penyimpanan dingin harus divalidasisecara berkala
2) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat
3) psikotropika
4) Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan danpembuangan limbah
sitotoksik dan obat berbahaya harusdibuat secara khusus untuk menjamin
keamananpetugas, pasien dan pengunjung

4. Peralatan Konsultasi
a. Buku kepustakaan bahan-bahan leaflet dan brosur dan lain-lain
b. Meja, kursi untuk Apoteker dan 2 orang pelanggan, rak untuk menyimpan medical
record
c. Buku arsip

18
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI

Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan,dimulai dari


pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan,administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi
kegiatanpelayanan.
Tujuan :
1. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien
2. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
3. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
4. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepatguna
5. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan

a. Pemilihan / seleksi
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di
Klinik , identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, standarisasi sampai menjaga
dan memperbaharui standar obat.

b. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, danharga perbekalan
farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dananggaran, untuk menghindari kekosongan
obat denganmenggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dandasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lainKonsumsi, Epidemiologi, Kombinasi
metode konsumsi danepidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman Perencanaan :
1) DOEN, Formularium Klinik , Standar Terapi Klinik ,Ketentuan setempat yang
berlaku.
2) Data catatan medik
3) Anggaran yang tersedia

19
4) Penetapan prioritas
5) Siklus penyakit
6) Sisa persediaan
7) Data pemakaian periode yang lalu
8) Rencana pengembangan

a. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telahdirencanakan dan
disetujui, melalui :
1. Pembelian :
a) Secara tender (oleh Panitia / Unit Layanan Pengadaan)
b) Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besarfarmasi/rekanan
2. Produksi/pembuatan sediaan farmasi

b. Pengemasan / Produksi
Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasankembali sediaan
farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhikebutuhan pelayanan kesehatan di Klinik .
Kriteria obat yang diproduksi :
1. Sediaan farmasi dengan formula khusus
2. Sediaan farmasi dengan harga murah
3. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
4. Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran

c. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung.
Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi:
1. Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa
2. Barang harus bersumber dari distributor utama
3. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)
4. Khusus untuk alat kesehatan/keDokteran harus mempunyaicertificate of origin
5. Expire date minimal 2 tahun

20
d. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurutpersyaratan yang
ditetapkan:
1. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
2. Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
3. Mudah tidaknya meledak/terbakar
4. Tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi yang selalu
menjaminketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan

e. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di Klinik untuk
pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat jalan serta untuk menunjang
pelayanan medis.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien
dengan mempertimbangkan :
a) Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
b) Metode sentralisasi atau desentralisasi
c) Sistem floor stock dan resep individu.

1. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien RawatInap


Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasiuntuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat inap di Klinik , yang diselenggarakan secara sentralisasi
dan dengan sistem persediaanlife saving diruangan dan sistem resep perorangan.

2. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan


Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasiuntuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat jalan di Klinik , yang diselenggarakan secara sentralisasi
dengan sistem resep perorangan oleh ApotikKlinik .

3. Pendistribusian Perbekalan Farmasi di luar Jam Kerja


Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasiuntuk memenuhi
kebutuhan pasien di luar jam kerja yangdiselenggarakan oleh:
Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi

21
Sistem pelayanan distribusi :
Sistem resep perorangan
Pendistribusian perbekalan farmasi resep perorangan/pasien rawat jalan melalui
Instalasi Farmasi.

h. Penghapusan Perbekalan Farmasi


Penghapusan perbekalan farmasi dilakukan terhadap obat yang sudah tidak
memenuhi standar farmasi Klinik antara lain :
1. Obat sudah Kadaluwarsa
2. Obat yang sudah ditarik izin edarnya dari BPOM RI
3. Obat yang sudah Rusak
Metode yang digunakan dalam penghapusan obat adalah dengan menggunakan
incenerator Klinik . Penghapusan obat dilakukan disaksikan Penanggungjawab
Instalasi dengan membuat berita acara yang isinya memuat keterangan :
1. Hari, tanggal dan lokasi pemusnahan
2. Petugas yang melakukan pemusnahan
3. Saksi – saksi
4. Nama obat
5. Bentuk sediaan
6. Jumlah Obat
7. Nomor Bets obat
8. Cara pemusnahan
9. Nama dan tanda tangan pihak yang memusnahkan dan saksi – saksi
Kepala Instalasi farmasi melaporkan acara penghapusan obat kepada direktur
Klinik setelah dilakukam pemusnahan obat.

22
B. PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM PENGGUNAAN OBAT DAN ALAT
KESEHATAN
Adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin
penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif,aman dan terjangkau oleh
pasien melalui penerapan pengetahuan,keahlian, keterampilan dan perilaku Apoteker serta
bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.
Tujuan :
a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di Klinik
b. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan
dan efisiensi penggunaan obat
c. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang
terkait dalam pelayanan farmasi
d. Melaksanakan kebijakan obat di Klinik dalam rangka meningkatkan
penggunaan obat secara rasional

Kegiatan :
a. Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi :
1) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
2) Nama, nomor ijin, alamat dan paraf Dokter
3) Tanggal resep
4) Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasi meliputi :
1) Bentuk dan kekuatan sediaan
2) Dosis dan Jumlah obat
3) Stabilitas dan ketersediaan
4) Aturan, cara dan tehnik penggunaan
Persyaratan klinis meliputi :
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2) Duplikasi pengobatan

23
3) Alergi, interaksi dan efek samping obat
4) Kontra indikasi
5) Efek aditif

b. Dispensing
Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi,
menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian
informasi obat yang memadaidisertai sistem dokumentasi.
Tujuan
1) Mendapatkan dosis yang tepat dan aman
2) Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerimamakanan secara
oral atau emperal
3) Menurunkan total biaya obat
Dispensing sediaan farmasi berbahaya
Merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasah siap pakai
sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian
pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari
efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri,
mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian
kepada pasien sampai pembuangan limbahnya.

c. Pemantauan Dan Pelaporan Efek Samping Obat


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau
tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis,diagnosis dan terapi.
Tujuan :
1) Menemukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkin terutama yang berat,
tidak dikenal, frekuensinya jarang.
2) Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah dikenal
sekali, yang baru saja ditemukan.
3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
timbulnya Efek Samping Obat atau mempengaruhi angka kejadian dan
hebatnya Efek Samping Obat.

24
Kegiatan :
1) Menganalisa laporan Efek Samping Obat
2) Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami Efek Samping Obat
3) Mengisi formulir Efek Samping Obat
4) Melaporkan ke Panitia Efek Samping Obat Nasional
Faktor yang perlu diperhatikan :
1) Kerjasama dengan Panitia Farmasi dan Terapi dan ruang rawat
2) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat

d. Pelayanan Informasi Obat


Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan
informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada Dokter, Apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya danpasien.
Tujuan
1) Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dantenaga kesehatan
dilingkungan Klinik .
2) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/KomiteFarmasi dan Terapi.
3) Meningkatkan profesionalisme Apoteker.
4) Menunjang terapi obat yang rasional.
Kegiatan :
1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumensecara aktif dan
pasif.
2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatanmelalui telepon,
surat atau tatap muka.
3) Membuat buletin, leaflet, label obat.
4) Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

25
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
1) Sumber informasi obat
2) Tempat
3) Tenaga
4) Perlengkapan

e. Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikas dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan denganpengambilan dan penggunaan obat pasien rawat
jalan.
Tujuan konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat
kepadapasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal
pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat,
tanda-tanda toksisitas, carapenyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain.
Kegiatan :
1) Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
2) Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakanoleh Dokter kepada
pasien dengan metode open-endedquestion
3) Apa yang dikatakan Dokter mengenai obat
4) Bagaimana cara pemakaian
5) Efek yang diharapkan dari obat tersebut.
6) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
7) Verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat, untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.

26
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik


dalam keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus para ahli atas
permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran
secaramum, difokuskan pada solusi-solusi sistem yang menyeluruh. Dalam pelayanan
farmasi sasaran keselamatan pasien adalah Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu
Diwaspadai (high-alert)

B. Tujuan
1. Untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert
medications)
Ruang Lingkup
1. Obat-obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan seperti
obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
2. Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert medications) merupakan obat-obat
yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan / kesalahan serius (sentinel event),
obat yang beresiko tinggi menyebankan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama
Obat Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM), atau Look Alike Sound Alike / LASA).
3. Obat-obat yang sering digunakan dalam keadaan darurat karena berkaitan dengan
keselamatan pasien.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang harus diwaspadai
2. Memberi label yang jelas pada obat-obat yang harus diwaspadai

27
3. Membatasi akses masuk dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke dalam
tempat penyimpanan obat yang perlu diwaspadai untuk mencegah pemberian yang
tidak disengaja / kurang hati-hati (restricted area).
4. Obat/konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang pelayanan
5. Tempat pelayanan obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip tidak
boleh diletakkan di dalam 1 rak / disandingkan

Tanggung Jawab
1) Tanggung jawab tahapan proses diatas dipegang oleh kepala instalasi farmasi
dan setiap unit yang terkait
2) Apabila yang tersebut diatas tidak ada maka tanggung jawab dialihkan ke wakil
kepala masing-masing instalasi atau staff pengganti yang telah ditunjuk.

28
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Farmasi Klinik merupakan unit pelaksana fungsional yang bertanggungjawab


dalam meningkatkan mutu pelayanan kefarmsian secara menyeluruh di Klinik dengan
ruang lingkup pengelolan perbekalan farmasi.

A. Tujuan

1. Tujuan Umum
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi farmasi agar tercapai
pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja yang optimal.

2. Tujuan Khusus
a. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien dan pengunjung
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan / pajanan bahan berbahay, kebakaran dan
pencemaran lingkungan,
c. Mengamankan peralatan kerja, sedian farmasi,
d. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar.

B. Tahapan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Untuk terlaksananya K3 IFRS secara optimal maka perlu dilakukan tahapan


sebagai berikut :
1. Identifikasi, Pengukuran dan Analisis :
Identifikasi, pengukuran dan analisis sumber-sumber yang dapat menimbulkan rsiko
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja seperti :
a. Kondisi fisik pekerja :
Hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan sebagai berikut:
1) Sebelum dipekerjakan,
2) Secara berkala, paling sedikit setahun sekali,

29
3) Secara khusus, yaitu sesudah pulih dari penyakit infeksi pada saluran
pernafasan ( TBC ) dan penyakit menular lain, terhadap pekerja terpapar di
suatu lingkungan dimana terjadi wabah, dan apabila dicurigai terkena
penyakit akibat kerja.
b. Sifat dan Beban Kerja
Beban kerja adalah beban fidik dan mental yang harus dipikul oleh pekerja
dalam melakukan pekerjaannya. Sedangkan lingkungan kerja yang tak
mendukung merupakan beban tambahan bagi pekerja tersebut.

c. Kondisi Lingkungan Kerja


Lingkungan kegiatan IFRS dapat mempengaruhi kesehatan kerja dalam 2 bentuk
:
d. Kecelakaan kerja di lingkungan IFRS seperti terpeleset, tersengat listrik, terjepit
pintu,
1) di tangga : terpeleset, tersandung,terjatuh
2) di gudang : terpeleset, tersandung,terjatuh, kejatuhan barang
3) di ruang pelayanan : terpeleset,tersandung, terjatuh, tersengat listrik
4) di ruang obat : luka bakar, ledakan,kebakaran
e. Penyakit akibat kerja di Klinik
1) tertular pasien
2) alergi obat
3) keracunan obat
4) resistensi obat
2. Pengendalian :
a. Legislatif Kontrol,
b. Administratif Kontrol,
c. Medikal Kontrol,
d. Engineering Kontrol.

30
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

A. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkandan
dapat memuaskan pelanggan.

2. Tujuan Khusus
a. Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandar
b. Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obatdan keamanan
pasien
c. Meningkatkan efesiensi pelayanan
d. Meningkatkan mutu obat yang diproduksi di Klinik sesuai CPOB (Cara
Pembuatan Obat yang Baik)
e. Meningkatkan kepuasan pelanggan
f. Menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait

B. EVALUASI
1. Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program evaluasi:
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan
Contoh : pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan
Contoh : memantau kegiatan konseling Apoteker, peracikan resep oleh Asisten
Apoteker
c. Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelahpelayanan
dilaksanakan
Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang.

31
2. Metoda Evaluasi
a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar
b. Review (penilaian)
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya, penulisan
resep.
c. Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angketatau wawancara
langsung.
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan obat.

C. PENGENDALIAN MUTU
Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap perbekalan
farmasi untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan,kadaluarsa, rusak dan mencegah
ditarik dari peredaran sertakeamanannya sesuai dengan Kesehatan, Keselamatan Kerja
Klinik (K3 RS) .yang meliputi :
a. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan.
b. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim Pengendalian Infeksi Klinik .

1. Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan


a. Unsur masukan (input) : tenaga/sumber daya manusia, saranadan prasarana,
ketersediaan dana
b. Unsur proses : tindakan yang dilakukan oleh seluruh staffarmasi
c. Unsur lingkungan : Kebijakan-kebijakan, organisasi, manajemen
d. Standar – standar yang digunakan
e. Standar yang digunakan adalah standar pelayanan farmasi minimal yang ditetapkan
oleh lembaga yang berwenang dan standar lain yang relevan dan dikeluarkan oleh
lembaga yang dapat dipertanggungjawabkan .

32
2. Tahapan Program Pengendalian Mutu
a. Mendefinisikan kualitas pelayanan farmasi yang diinginkan dalam bentuk kriteria.
b. Penilaian kulitas pelayanan farmasi yang sedang berjalan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan.
c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan.
d. Penilaian ulang kualitas pelayanan farmasi.
e. Up date kriteria.

3. Aplikasi Program Pengendalian Mutu


Langkah – langkah dalam aplikasi program pengendalian mutu :
a. Memilih subyek dari program
b. Karena banyaknya fungsi pelayanan yang dilakukan secara simultan, maka
tentukan jenis pelayanan farmasi yang akan dipilih berdasarkan prioritas
c. Mendefinisikan kriteria suatu pelayanan farmasi sesuai dengankualitas
pelayanan yang diiginkan
d. Mensosialisasikan Kriteria Pelayanan farmasi yang dikehendaki
e. Dilakukan sebelum program dimulai dan disosialisasikan pada semua
personil serta menjalin konsensus dan komitmenbersama untuk
mencapainya
f. Melakukan evaluasi terhadap mutu pelayanan yang sedang berjalan
menggunakan kriteria
g. Bila ditemukan kekurangan memastikan penyebab dari kekurangan tersebut
h. Merencanakan formula untuk menghilangkan kekurangan
i. Mengimplementasikan formula yang telah direncanakan
j. Reevaluasi dari mutu pelayanan Pelayanan

4 Indikator dan Kriteria


Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan indikator,
suatu alat/tolok ukur yang hasil menunjuk padaukuran kepatuhan terhadap standar yang
telah ditetapkan. Makin sesuai yang diukur dengan indikatornya, makin sesuai pula hasil
suatu pekerjaan dengan standarnya. Indikator dibedakan menjadi :

33
a. Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang digunakan untuk mengukur
terpenuhi tidaknya standar masukan, proses,dan lingkungan.
b. Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk mengukur
tercapai tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang diselenggarakan.

Indikator atau kriteria yang baik sebagai berikut :


a. Sesuai dengan tujuan
b. Informasinya mudah didapat
c. Singkat, jelas, lengkap dan tak menimbulkan berbagaiinterpretasi
d. Rasional

34
BAB VIII
PENUTUP

Dengan ditetapkannya Pedoman Pelayanan Farmasi di Klinik , diharapkan dapat


menjawab permasalahan tentang pelayanan kefarmasian di Klinik . Dalam pelaksanaannya
di lapangan, Pedoman Pelayanan Farmasi di Klinik ini sudah barang tentu akan
menghadapi bebagai kendala, antara lain sumber daya manusia / tenaga farmasi dan
keterbatasan jenis dan kuantiti perbekalan obat ataupun bahan habis pakai yang menunjang
kesembuhan pasien di Klinik , kebijakan manajeman Klinik .
Untuk keberhasilan pelaksanaan Pedoman Pelayanan Farmasi di perlukan
komitmen dan kerjasama yang lebih baik antara pihak-pihak yang terkait dengan
pelayanan farmasi, sehingga pelayanan Klinik pada umumnya akan semakin optimal, dan
khususnya pelayanan farmasi di Klinik akan dirasakan oleh pasien/masyarakat.

35

Anda mungkin juga menyukai