Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KEGIATAN PKPA BRSU TABANAN

PANDUAN PELAYANAN RESEP

OLEH:
KELOMPOK 1
I GUSTI AYU NYOMAN SUASTINI (1608611041)
NI MADE CHINTYA ADE WIPUTRI (1608611044)
GDE DIPA PRANAWA (1608611045)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
karunia yang dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Panduan Pelayanan
Resep di Instalasi Farmasi BRSU Tabanan. Panduan ini dibuat sebagai bahan latihan
bagi mahasiswa peserta PKPA Program Studi Apoteker Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana untuk dapat
memahami secara praktikal mengenai cara pelayanan resep yang baik dan benar.
Penyusunan panduan ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung, khususnya kepala dan seluruh staf Instalasi Farmasi BRSU
Tabanan yang telah meluangkan waktu untuk membagi ilmu kepada peserta PKPA
dalam memahami secara detail mengenai kegiatan pelayanan dan manajemen yang
ada di Instalasi Farmasi BRSU Tabanan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan panduan ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sehingga akan menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Harapan
penulis semoga panduan ini memberikan manfaat kepada semua pihak yang
membutuhkannya.
Tabanan, April 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul............................................................................................... 1
Kata Pengantar............................................................................................... 2
Daftar Isi........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang............................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah........................................................................ 5
1.3 Tujuan........................................................................................... 6
1.4 Manfaat........................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 7
2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah sakit......................... 7
2.2 Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB)........................ 12
2.3 Pelayanan Farmasi Klinik............................................................ 13
2.4 Peran Apoteker dalam Pelayanan Farmasi Klinik........................ 22
BAB III METODELOGI PENELITIAN....................................................... 32
3.1 Rancangan Penelitian................................................................... 32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 32
3.3 Alat dan Bahan............................................................................. 32
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian................................................... 32
3.5 Prosedur Kerja.............................................................................. 33
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 34
4.1 Alur Pelayanan Resep Rawat Jalan.............................................. 34
4.2 Alur Pelayanan Resep Rawat Inap............................................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 43
LAMPIRAN................................................................................................... 44

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes,
2014). Pelayanan kefarmasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
bermutu dan termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat. Perkembangan pelayanan kefarmasian kini orientasinya telah bergeser
dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Hal tersebut terjadi seiring
dengan peningkatan konsumsi masyarakat terhadap obat.
Badan Rumah Sakit Umum Daerah Tabanan (BRSU) merupakan salah satu
rumah sakit milik pemerintah selaku penyedia jasa kesehatan yang dituntut untuk
dapat memberikan pelayanan yang baik. Pelayanan di bidang farmasi oleh Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan
oleh BRSU Tabanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, disebutkan bahwa IFRS merupakan fasilitas pelayanan kefarmasian
tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker dalam
menjalankan praktek kefarmasian harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian
yang diatur dalam peraturan menteri kesehatan. Pengaturan standar pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit tersebut dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan
mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Salah satu lingkup pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit yaitu pelayanan
farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang

4
diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan
pasien sehingga kualitas hidup pasien terjamin. Pelayanan resep salah satu kegiatan
utama dalam pelayanan farmasi klinik. Pelayanan resep meliputi kegiatan mulai dari
penerimaan resep, pemeriksaan ketersediaan obat, pengkajian resep, compounding
dan dispensing dan penyerahan obat disertai pemberian informasi (Menkes, 2014).
Pelayanan resep ini penting dilakukan oleh seorang apoteker karena dalam alur
pelayanan resep, upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat harus
sedapat mungkin dicegah. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan
terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan.
Medication error merupakan kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat
selama dalam penaganan tenaga kesehatan yang sebenarnya dapat dicegah. Oleh
karena itu, apoteker dalam menjalankan prakteknya harus sesuai standar yang ada
untuk menghindari terjadinya hal tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, maka penting halnya apoteker memahami alur
pelayanan resep yang baik sehingga mampu menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik serta dapat meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan
juga melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana alur pelayanan resep pasien rawat jalan di BRSU Tabanan?
2. Bagaimana alur pelayanan resep pasien rawat inap di BRSU Tabanan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui alur pelayanan resep pasien rawat jalan di BRSU Tabanan
2. Untuk mengetahui alur pelayanan resep pasien rawat inap di BRSU Tabanan

1.4 Manfaat

5
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai alur
pelayanan resep yang baik berdasarkan standar pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit


Menurut Permenkes RI Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan

6
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat. Salah satu wujud
peningkatan kesehatan di rumah sakit adalah melalui pelayanan kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien dan masyarakat
akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari
paradigm lama yang berorientasi kepada produk (product oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit meliputi standar pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai; dan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik
sebagaimana dimaksud meliputi: a. pengkajian dan pelayanan Resep; b. penelusuran
riwayat penggunaan Obat; c. rekonsiliasi Obat; d. Pelayanan Informasi Obat (PIO); e.
konseling; f. visite; g. Pemantauan Terapi Obat (PTO); h. Monitoring Efek Samping
Obat (MESO); i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO); j. dispensing sediaan steril; dan
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
2.1.1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
pengkajian Resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan
terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error). Kegiatan ini untuk
menganalisa adanya masalah terkait Obat, bila ditemukan masalah terkait Obat harus
dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian
Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis
baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi:
a. nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien; b. nama, nomor
ijin, alamat dan paraf dokter; c. tanggal Resep; dan ruangan/unit asal Resep.
Persyaratan farmasetik meliputi: a. nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan; b. dosis

7
dan Jumlah Obat; c. stabilitas; dan d. aturan dan cara penggunaan. Persyaratan klinis
meliputi: a. ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat; b. duplikasi
pengobatan; c. alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD); d.
kontraindikasi; dan e. interaksi Obat.

2.2. Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB)


Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) atau Good Pharmacy
Practice adalah cara untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian yang baik secara
komprehensif, berupa panduan yang berisi sejumlah standar bagi para Apoteker
dalam menjalankan praktik profesinya di sarana pelayanan kefarmasian.
Adapun cara pelayanan kefarmasian yang baik (CPFB) hendaknya memenuhi
persyaratan.
a. Apoteker mengutamakan seluruh aktifitasnya ditujukan bagi kesejahteraan
pasien.
b. Inti aktivitas apoteker adalah penyediaan obat dan produk kesehatan lainnya
untuk menjamin khasiat, kualitas dan keamanannya, penyediaan dan
pemberian informasi yang memadai dan saran untuk pasien dan pemantauan
terapi obat
c. Seluruh aktifitas merupakan kesatuan bagian dari kontribusi apoteker yang
berupa promosi peresepan rasional dan ekonomis serta penggunaan obat yang
tepat
d. Sasaran setiap unsur pelayanan terdefinisi dengan jelas, cocok bagi pasien,
kerkomunikasi dengan efektif bagi pihak yang terlibat
Untuk memenuhi persyaratan ini, diperlukan kondisi sebagai berikut:
a. Profesionalisme harus menjadi filosofi utama yang mendasari praktek,
meskipun juga disadari pentingnya faktor ekonomi
b. Apoteker harus memiliki masukan cukup dan tepat dalam membuat keputusan
tentan penggunaan obat. Suatu sistem haruslah memungkinkan apoteker
melaporkan kejadian reaksi obat yang tidak diinginkan, kesalahan medikasi
dan cacat dalam kualitas produk atau pendeteksian produk palsu. Laporan ini

8
juga termasuk informasi tentang obat yang digunakan dan disiapkan untuk
pasien, tenaga kesehatan professional, baik langsung maupun melalui
apoteker.
c. Menjalin hubungan professional terus menerus dengan tenaga kesehatan
lainnya, yang harus dapat dilihat sebagai kerjasama terapeutik yang saling
percaya dan mempercayai sebagai kolega dalam semua hal yang berkaitan
dengan terapi yang menggunakan obat (Farmakoterapeutik)
d. Hubungan professional diantara apoteker harus berupa hubungan kotegial
untuk menyempurnakan pelayanan farmasi dan bukan sebagai
pesaing/kompetitor
e. Organisasi praktek kelompok dan manager apotek harus ikut bertanggung
jawab untuk pendefinisian, pengkajian, dan penyempurnaan kualitas.
f. Apoteker harushati-hati terhadap penyediaan dan pemberian informasi medis
esensial dan famaseutik bagi setiap pasien. Perolehan informasi ini akan lebih
mudah jika pasien memilih menggunakan hanya satu apotek atau jika tersedia
profil pengobatan pasien
g. Apoteker harus tidak memihak, komprehensif, obyektif dan dapat
memberikan informasi terkini tentang erapi dan penggunaan obat.
h. Apoteker dalam setiap prakteknya harus bertanggung jawab secara pribadi
untuk menjaga dan mengukur kompetnsi pribadinya melalui praktek
profesionalnya
i. Program pendidikan profesi harus membekali calon apoteker agar dapat
melaksanakan praktik maupun mengantisipasi perubahan praktik farmasi di
masa yang akan datang.
j. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) harus ditetapkan
dan dipatuhi oleh praktisi.

2.3 Peran Apoteker dalam Pelayanan Farmasi Klinik


Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua
kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di
rumah sakit ditentukan dalam panitia ini, agar dapat mengemban tugasnya secara baik

9
dan benar, para apoteker harus secara mendasar dan mendalam dibekali dengan ilmu-
ilmu farmakologi, farmakologi klinik, farmakoepidemologi, dan farmakoekonomi
disamping ilmu-ilmu lain yang sangat dibutuhkan untuk memperlancar hubungan
profesionalnya dengan para petugas kesehatan lain di rumah sakit (Kepmenkes,
2004). Apoteker dalam pelayanan kefarmasian memiliki peran yang penting dalam
mencegah adanya medication error.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian mengenai kegiatan pelayanan farmasi pasien rawat jalan dan rawat inap
di BRSU Tabanan termasuk dalam penelitian observasional (survey) dengan
wawancara kepada petugas farmasi dan melalui pendekatan secara deskriptif. Dalam
pendekatan deskriptif, peneliti bertujuan mendeskripsikan secara sistematik, faktual
dan akurat terhadap suatu populasi daerah tertentu mengenai sifat atau faktor-faktor
tertentu (Sugiyono, 2012).

10
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sarana kefarmasian BRSU Tabanan yang berlokasi di
wilayah kabupaten Tabanan. Penelitian ini dilakukan selama kegiatan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) yang dimulai dari 11 April 2017 hingga 18 April 2017.

3.3 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan pelayanan farmasi pasien
diantaranya resep yang dibawa oleh pasien (pasien rawat jalan), catatan penggunaan
obat (pasien rawat inap), obat yang dibutuhkan pasien, etiket, plastik klip,
perlengkapan untuk membuat obat racikan seperti mortir, stamper, kertas perkamen,
cangkang kapsul.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelayanan yang dilakukan oleh
tenaga farmasi di BRSU Tabanan. Sampel dalam penelitian ini adalah pelayanan
farmasi rawat jalan dan rawat inap yang dilakukan oleh tenaga farmasi di BRSU
Tabanan.

3.5 Prosedur Kerja


Prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mengamati pelaksanaan pelayanan farmasi pasien rawat jalan dan rawat inap
oleh apoteker dan asisten apoteker di sarana kefarmasian di BRSU Tabanan.
2. Membandingkan pelaksanaan pelayanan farmasi pasien rawat jalan dan rawat
inap oleh apoteker dan asisten apoteker di sarana kefarmasian di BRSU
Tabanan dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan standar
operasional prosedur yang berlaku di rumah sakit.

11
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Alur Pelayanan Resep Rawat Jalan


Pelayanan farmasi rawat jalan dilaksanakan baik untuk pasien umum maupun
JKN yang bertempat di Instalasi Farmasi Barat (loket timur) selama 24 jam. Resep
berasal dari beberapa poliklinik yang ada di BRSU Tabanan dan pasien rawat inap
yang sudah diperbolehkan pulang. Selain itu, unit pelayanan Instalasi Farmasi Barat
juga melayani resep untuk pasien hemodialisa yang umumnya berisi alat kesehatan.
Dalam melakukan pelayanan kefarmasian, Instalasi Farmasi Barat dilengkapi

12

Pasien membawa resep ke loket pasien rawat jalan di instalasi farmasi


berbagai fasilitas pendukung, yaitu loket penerimaan resep, loket penyerahan resep,
beberapa rak obat disertai meja penyiapan obat, lemari narkotika dan psikotropika,
lemari obat high alert, meja racik dilengkapi segala alat dan bahan peracikan (mortir,
stamper, kertas perkamen, kapsul kosong, laktosa, sealing machine, pot salep, dll),
plastik klip, etiket, lemari es untuk penempatan insulin dan suppositoria serta sediaan
injeksi tertentu, AC, serta fasilitas pendukung lainnya.

Petugas farmasi (1) menerima resep, memberikan nomor antrian kepada pasien,
dan melakukan entry obat ke dalam komputer
Pasien membayar total harga obat (khusus pasien umum)

Petugas farmasi (2) melakukan verifikasi resep (telaah resep) dan penyiapan
obat
Petugas farmasi (3) melakukan pengecekan kembali terhadap obat yang telah
disiapkan dan penyerahan obat kepada pasien disertai dengan KIE
Gambar 4.1 Alur Pelayanan Farmasi Rawat Jalan BRSU Tabanan
Dalam melaksanakan pelayanan farmasi pasien rawat jalan, petugas yang
bekerja di instalasi farmasi berpedoman pada standar operasional prosedur (SOP)
yang berlaku di rumah sakit. SOP pelayanan farmasi pasien rawat jalan di BRSU
Tabanan dapat dilihat pada lampiran 1. Pelayanan resep rawat jalan diawali dari
kedatangan pasien dengan membawa resep dan menyerahkan ke bagian penerimaan
resep. Khusus untuk pasien JKN, pasien datang membawa resep beserta lampiran
Surat Elegibilitas Peserta (SEP) yang sebelumnya telah diurus di loket 1 yaitu loket
yang mengurus mengenai jaminan kesehatan yang dimiliki pasien. Contoh SEP
pasien dapat diliat pada gambar 4.2. Selanjutnya pasien diberikan nomor antrian
sesuai nomor yang tertulis pada resep. Petugas kemudian melakukan entry obat ke
dalam komputer sesuai dengan yang tertulis pada resep atau sesuai dengan obat yang
ditanggung apabila menggunakan jaminan dan bagi pasien tanpa menggunakan
jaminan obat pada resep akan diberi harga serta melakukan tagihan total harga obat

13
yang diberikan. Selanjutnya, resep diletakkan di kotak resep untuk disiapkan oleh
petugas lain.

Gambar 4.2 Contoh Surat Elegibilitas Peserta


Petugas yang bertugas menyiapkan resep akan mengambil resep dari kotak
resep dan menyiapkan obat sesuai resep. Sebelum dilakukan penyiapan obat, menurut
standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan SOP yang berlaku perlu dilakukan
verifikasi resep melalui pengisian formulir telaah obat dan telaah resep yang telah
disiapkan. Formulir telaah obat dan telaah resep dapat dilihat berturut-turut pada
gambar 4.3 dan 4.4.

14
Gambar 4.3 Formulir Telaah Obat BRSU Tabanan

Gambar 4.4 Formulir Telaah Resep BRSU Tabanan


Telaah resep merupakan suatu kegiatan menilai keabsahan resep secara
administrasi hingga deteksi adanya potensi masalah terkait obat dan tindak lanjut
untuk mengatasinya sehingga resep dapat dilayani. Namun, karena keterbatasan
waktu telaah resep tidak dilakukan sebelum penyiapan obat. Untuk pasien JKN,
apabila terdapat obat di luar tanggungan, maka pasien ditanyakan kesediaannya
membeli obat sesuai resep atau pihak IFRS akan memberikan alternatif penggunaan
obat generik yang masuk tanggungan. Untuk resep yang mengandung obat racikan,
umumnya petugas di bagian penerimaan resep telah melakukan perhitungan jumlah
obat yang harus diambil dalam peracikan. Namun, petugas yang menyiapkan obat
akan menghitung kembali sebagai salah satu fungsi kontrol. Apabila terdapat
permasalahan terkait obat petugas dapat langsung berkomunikasi dengan dokter
penulis resep melalui telepon yang telah disiapkan. Obat yang telah disiapkan,

15
selanjutnya diberi etiket dan diletakkan di tempat penyerahan obat. Apabila terdapat
obat yang tidak tersedia, maka petugas akan membuatkan copy resep.
Petugas penyerahan obat akan mengambil kotak yang berisi resep dan obat
yang telah disiapkan petugas sebelumnya. Petugas penyerahan akan memeriksa satu
persatu obat yang telah disiapkan. Jika sudah sesuai dengan resep, petugas
memanggil nama dan nomor antrian pasien, selanjutnya obat diserahkan kepada
pasien disertai dengan KIE terkait aturan pakai obat-obat tersebut. Penyerahan obat
kepada pasien tidak selalu dilakukan apoteker, melainkan juga dilakukan oleh asisten
apoteker yang bertugas untuk menyerahkan obat. Selain konseling mengenai aturan
pakai, pada pelayanan farmasi rawat jalan juga dilakukan konseling terhadap
penggunaan obat dengan cara yang tidak umum, yang memerlukan perhatian khusus
dalam penggunaannya, seperti inhaler, injeksi insulin, dan lain-lain. IFRS
menyiapkan ruang khusus untuk konseling berupa ruangan kecil yang merangkap
sebagai ruang kantor kepala IFRS dan dilakukan oleh seorang apoteker. Tujuannya
untuk menjaga privasi dan memberikan kenyamanan kepada pasien.
Dalam keseluruhan proses pelayanan resep di IFRS BRSU Tabanan, dapat
dilihat bahwa dilakukan pengendalian mutu dengan cara melibatkan beberapa orang
petugas dalam pelayanan satu resep yaitu petugas penerima resep, menyiapkan obat
sesuai dengan resep dan yang menyerahkan obat kepada pasien adalah orang yang
berbeda. Keterlibatan beberapa petugas dalam proses pelayanan resep ini sebagai
kontrol untuk meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi, baik dari pembacaan
resep, penyiapan obat, maupun penulisan aturan pakai obat.

4.2 Alur Pelayanan Resep Rawat Inap


Pelayanan resep pasien rawat inap di BRSU Tabanan secara umum sama
dengan alur pelayanan resep pasien rawat jalan, hanya saja lembar permintaan obat
pada pasien rawat inap menggunakan catatan penggunaan obat (CPO). Pelayanan
resep pasien rawat inap dilakukan di Depo Farmasi dan Ruangan Pagi di Instalasi
Farmasi Barat. Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersedian

16
obat, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Dalam melakukan pelayanan resep, apoteker harus melakukan pengkajian
resep sesuai dengan persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan
klinis. Berikut merupakan alur pelayanan resep rawat inap yang terdapat di BRSU
Tabanan:

17
Gambar 4.2. Alur Pelayanan Resep Pasien Rawat Inap
Pada alur diatas dapat dilihat bahwa CPO dibawa oleh petugas
farmasi/perawat/pasien. CPO yang dibawa oleh petugas farmasi yaitu CPO pasien
yang dirawat di ruangan Griyatama dan Cempaka Pratama. Selain ruangan rawat inap
tersebut, CPO dibawa oleh pasien ke instalasi farmasi untuk memperoleh obat. CPO
merupakan lembar yang berisi identitas pasein dan permintaan obat untuk pasien
yang bersangkutan selama perawatan di Rumah Sakit. Kelengkapan identitas pasien
dalam CPO dilengkapi dengan nomor registrasi, nomor rekam medis serta jaminan
kesehatan yang digunakan oleh pasien. Pada lembar CPO juga dilengkapi dengan
nama dokter penulis resep dan jenis dan jumlah obat yang diberikan oleh petugas
farmasi. Adapun tujuan dari penggunaan CPO dalam pelayanan resep pasien rawat
inap yaitu:
1. Penggunaan CPO dapat memudahkan penelusuran resep yang sebelumnya
untuk pasien sehingga dapat mencegah terjadinya duplikasi obat.
2. Mencegah terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional.
3. Mempermudah pengecekan riwayat penggunaan obat yang tidak rasional.
4. Mempermudah pengecekan riwayat pengobatan pasien dan bila tujuan terapi
yang diinginkan belum tercapai maka dokter dapat meresepkan dan

18
menentukan optimalisasi dosis ataupun kombinasi obat yang lebih poten
dibandingkan isi CPO sebelumnya.
Permintaan obat atau sediaan farmasi yang terdapat dalam lembar CPO
selanjutnya akan disiapkan oleh petugas farmasi dan dilakukan pemeriksaan terhadap
ketersedian obat-obatan yang diresepkan. Dalam SOP disebutkan bahwa ketentuan
pemberian obat oral diberikan untuk waktu 3 hari, sedangkan obat injeksi diberikan
untuk waktu 1 hari. Dalam penyiapan obat tersebut, sebaiknya dilakukan pengkajian
kembali oleh petugas farmasi terhadap obat-obatan yang diperoleh oleh pasien.
Pengkajian tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) dalam proses pelayanan kefarmasian.
Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan ketersediaan obat, kasir akan
melakukan entry obat pada komputer dan melakukan penyiapan/peracikan obat yang
dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian. Obat yang tidak memenuhi persyaratan
dalam hal pengkajian atau obat tidak tersedia, maka akan dilakukan konfirmasi
kembali kepada dokter penulis resep. Untuk obat yang tidak tersedia akan dilakukan
penggantian dengan obat yang sama di formularium. Apabila dokter menyetujui
dilakukannya penggantian obat, maka obat selanjutnya akan di entry pada komputer
dan dilakukan penyiapan obat.
Obat atau sediaan farmasi yang telah disiapkan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan kesesuaian permintaan obat dengan fisik barang yang telah disiapkan.
Obat yang telah siap selanjutnya akan dibawa ke nurse station oleh petugas
farmasi/perawat/pasien. Selanjutnya perawat akan melakukan pemeriksaan terhadap
obat-obatan yang telah disiapkan oleh petugas farmasi dan meletakkan obat di loker
obat pasien. Pemberian obat oral pada pasien oleh perawat di ruangan diberikan per
hari sesuai dengan aturan pakai yang dituliskan oleh petugas farmasi. Obat-obatan
yang telah diterima oleh perawat/pasien selanjutnya diberi tanda terima pada kolom
paraf dalam CPO. Apoteker selanjutnya akan melakukan pemeriksaan secara berkala
untuk mengetahui apakah obat telah diberikan sesuai dengan permintaan tertulis
dalam CPO.

19
Bagi pasien yang menggunakan jaminan kesehatan tertentu dan terdapat obat-
obatan yang tidak tertanggung atau diluar jaminan, maka keluarga pasien diwajibkan
untuk mengisi surat persetujuan pembelian obat diluar jaminan dan melakukan
pembayaran obat. Pasien harus diberikan informasi sebelum diwajibkan untuk
mengisi surat persetujuan.

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pelayanan farmasi pasien rawat jalan dilakukan di Instalasi Farmasi yang mana
pasien membawa resep baik dari poliklinik maupun pasien rawat inap yang
telah diperbolehkan pulang. Alur pelayanan pasien rawat jalan dimulai dari
penerimaan resep, penyiapan obat dan penyerahan obat disertai dengan KIE ke
pasien.
5.1.2 Alur pelayanan resep pasien rawat inap dilakukan di Depo Farmasi dan Instalasi
Farmasi Barat dengan menggunakan CPO yang dibawa oleh petugas
farmasi/perawat/pasien. Obat yang telah siap akan dibawa menuju nurse station
dan diberi tanda terima oleh perawat/pasien yang menerima obat-obatan.

5.2 Saran
Pelayanan farmasi baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap telah
berjalan dengan baik, namun perlu dilakukan pengkajian resep terlebih dahulu

20
sebelum dilakukan penyiapan obat agar mencegah terjadinya kesalahan terkait
pengobatan yang diberikan kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit. Jakarta.
Depkes RI. 2010. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Obat Generik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta.
Menkes. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
Presiden RI. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Presiden Republik Indonesia.
Quick, D.J. 1997. Managing Drug Supply. 2nd edition. Management Sciences for
Health. USA: Kumarin Press.
Siregar, J.P.C dan Amalia, L. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Jakarta: EGC.

21
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai