Periode 1 :
DISUSUN OLEH:
PADANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
DISUSUN OLEH :
Menyetujui, Menyetujui ,
Pembimbing I Pembimbing II
(Dwi Dinni Aulia Bakhtra., M.Farm, Apt) (Defri Yanto., S.Farm, Apt)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktek Kerja Farmasi
(PKF) di Puskesmas Lapai Kota Padang yang telah dilaksanakan pada tanggal 13-24 April 2021.
Laporan PKF ini merupakan salah satu syarat yang diwajibkan bagi mahasiswa tingkat
Strata-1 dalam menyelesaikan studi di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang. Tujuannya agar
kefarmasian di puskesmas.
Pelaksanaan Praktek Kerja Farmasi (PKF) ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. rer.nat. H. Auzal Halim, Apt selaku KETUA di Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi Padang.
2. Bapak Prof. Dr. Harrizul Rivai, MS selaku penanggung jawab Praktek Kerja Farmasi di
3. Ibu Henni Rosaini, S.Si, M.farm selaku Ketua Program Studi Farmasi di Sekolah Tinggi
4. Ibu Dwi Dinni Aulia Bakhtra, M.Farm, Apt selaku Pembimbing I yang telah
5. Bapak Defri Yanto, S.Farm, Apt selaku Pembimbing II dan juga Apoteker Penanggung
Jawab di Puskesmas Lapai Kota Padang yang telah memberikan fasilitas dan bimbingan
Padang atas segala bantuan, ilmu dan bimbingan selama kegiatan PKF di puskesmas.
7. Kedua orang tua dan keluarga atas dukungan serta semangat luar biasa yang diberikan
8. Seluruh dosen pengajar dan tata usaha Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang.
10. Semua pihak yang telah membantu sehingga laporan praktek kerja farmasi terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan tidak terlepas dari
kekurangan baik dari segi isi maupun dalam penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan
saran dan masukan yang bersifat membangun guna untuk menyempurnakan laporan ini. Semoga
laporan Praktek Kerja Farmasi ini dapat memberi manfaat bagi penulis maupun pembaca, Amin
Ya Rabbal'alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
2.2.1 Kegiatan dan pengelolaan sedian farmasi dan bahan medis habis pakai......5
3.1 Puskesmas.................................................................................................................46
3.2.1 Visi................................................................................................................48
3.2.2 Misi...............................................................................................................48
3.2.3 Motto.............................................................................................................48
BAB V PEMBAHASAN.....................................................................................................72
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................80
6.1 Kesimpulan...............................................................................................................80
6.2 Saran.........................................................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................82
LAMPIRAN........................................................................................................................83
DAFTAR TABEL
2. Kegiatan Pelaksanaan...............................................................................................66
DAFTAR GAMBAR
(IDL)........................................................................................................................92
PENDAHULUAN
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.
Puskesmas lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Salah satu upaya peningkatan kesehatan masyarakat adalah melalui pendirian fasilitas
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/ atau masyarakat
pelayanan kefarmasian.
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
1
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
2
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah terkait obat dan berhubungan
dengan kesehatan.
Pelayanan kefarmasian dibawah tanggung jawab Apoteker, oleh karena itu, untuk
memberikan gambaran nyata mengenai peran dan fungsi apoteker dalam melaksankan
pelayanan kefarmasian di puskesmas, Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Adapun tujuan dilakukannya Praktek Kerja Farmasi (PKF) di Puskesmas antara lain:
1. Meningkatkan pemahaman calon Sarjana Farmasi tentang peran, fungsi, posisi, dan
puskesmas.
3. Mempersiapkan calon Sarjana Farmasi dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
Adapun manfaat dari Praktek Kerja Farmasi (PKF) di puskesmas antara lain:
apotek di puskesmas.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kerja.
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
pelayanan kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan yang diselenggarakan terdiri dari empat
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam
yaitu :
2.2.1 Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:
A. Perencanaan
Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi
1. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
1. Pemilihan
dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Proses pemilihan
informasi kepada dokter, dokter gigi, apoteker dan tenaga kesehatan lain
menguntungkan penderita.
g. Obat yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
based medicines).
Tahapan penyusunan formularium puskesmas :
2. Pengumpulan Data
yang sesuai.
5. Data pemakaian, sisa stok dan permintaan kebutuhan obat puskesmas
(LPLPO) puskesmas.
6. Laporan pemakaian berisi jumlah pemakaian obat dalam satu periode dan
periode.
Kesehatan Kabupaten/Kota.
B. Pengadaan
mandiri (pembelian).
1. Permintaan
Kebutuhan meningkat.
berikut ini:
Sisa Stok.
2. Pengadaan mandiri
dibutuhkan.
C. Penerimaan
Kabupaten/Kota (IFK) dan sumber lainnya merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK) penanggung jawab
ruang farmasi di puskesmas. Apoteker dan TTK penanggung jawab ruang farmasi
bertanggung jawab untuk memeriksa kesesuaian jenis, jumlah dan mutu obat pada
dan jika diperlukan bentuk fisik obat. Setiap obat yang diterima harus dicatat
jenis, jumlah dan tanggal kadaluarsanya dalam buku penerimaan dan kartu stok
obat.
puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya. Tujuan penerimaan obat yaitu
tersedianya obat dalam jumlah yang tepat dengan mutu yang terjamin serta dapat
diperoleh pada waktu yang tepat. Oleh karena itu puskesmas dan unit pelayanan
Tujuannnya untuk dapat memperoleh obat dengan jenis dan jumlah yang
tepat serta dalam waktu yang ditetapkan pula, maka dalam pengajuan
permintaan puskesmas perlu menentukan jenis dan jumlah obat yang akan
- Sisa stok.
menggunakan LPLPO.
dihindari.
fisiknya.
D. Penyimpanan
c) Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet, teratur
Expired First Out (FEFO), high alert dan life saving (obat emergency).
dikuasakan.
khusus dan terpisah dari obat lain. Contoh : alkohol, chlor etil dan lain-
lain.
dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi setiap harinya.
h) Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan pengamanan terhadap
cadangan (genset).
dan diletakkan ditempat yang mudah terlihat agar bisa digunakan terlebih
Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai karena dapat
1) Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error)
alike) biasa disebut LASA, atau disebut juga Nama Obat dan Rupa
prekusor farmasi memiliki 2 (dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci
lain.
suntik, poli gigi, ruang imunisasi, ruang bersalin dan di Instalasi Gawat
Darurat/IGD.
secara berkala. Obat yang kadaluarsa dan rusak harus diganti tepat waktu.
disegel dengan segel yang memiliki nomor seri tertentu atau sering kita
segel tersebut menjadi rusak sehingga tidak bisa dipakai lagi. Ini
indikator apakah obat emergency tersebut dalam keadaan utuh atau tidak.
E. Pendistribusian
kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,
- Puskesmas Pembantu.
- Puskesmas Keliling.
- Posyandu.
- Polindes.
dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock),
pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi,
Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
Pakai bila:
b. Telah kadaluwarsa.
terdiri dari:
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan.
pihak terkait.
2. Pemusnahan Resep
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
Kabupaten/Kota.
G. Pengendalian
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat diunit
- Pengendalian persediaan.
- Pengendalian penggunaan.
H. Administrasi
kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan,
- Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan.
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga
terlampir.
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
puskesmas.
- Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
- Tanggal resep.
- Kontra Indikasi.
- Efek adiktif.
Tujuan:
pengobatan.
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
Tujuan:
memadai).
C. Konseling
tatap muka atau wawancara dengan pasien dan/atau keluarganya yang bertujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping,
Kegiatan:
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain-lain.
- Pasien geriatrik.
- Pasien pediatrik.
- Ruangan khusus.
risiko masalah terkait obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial,
obat.
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD).
Tujuan:
- Memeriksa obat pasien.
obat.
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
Tujuan:
Kegiatan:
Tujuan:
obat.
Kriteria pasien:
3) Adanya multidiagnosis.
merugikan.
Tujuan:
manusia puskesmas.
psikologi, sosial, dan budaya dengan membina hubungan dokter -pasien yang erat
dan setara.
b) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif.
Pelayanan Kesehatan.
manusia puskesmas.
rujukan.
b. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu)
Puskesmas.
- Geografis.
- Kontur tanah.
- Fasilitas parkir.
- Fasilitas keamanan.
- Tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Saluran
perundang-undangan.
- Sistem pencahayaan.
- Sistem kelistrikan.
- Sistem komunikasi.
- Sarana evakuasi.
a. Dokter gigi.
- Perawat.
- Bidan.
- Nutrisionis.
oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh
pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta memperhatikan pengembangan
Semua tenaga kefarmasian harus memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin
Setiap tahun dapat dilakukan penilaian kinerja tenaga kefarmasian yang disampaikan
kepada yang bersangkutan dan didokumentasikan secara rahasia. Hasil penilaian kinerja ini
akan digunakan sebagai pertimbangan untuk memberikan penghargaan dan sanksi (reward
and punishment).
Tujuan Umum:
Tujuan Khusus:
kefarmasian.
berkelanjutan terkait.
meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. Ruang
penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh
pasien.
terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Diruang
peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air minum (air mineral)
termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan
secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang
kebutuhan.
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
pasien, dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 set komputer (jika
memungkinkan).
petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu, dan kartu
suhu.
6) Ruang Arsip
pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Kefarmasian
dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang
memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan
sebagai berikut:
- Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh per seratus) penduduknya pada
- Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar
radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km atau hotel.
- Lebih dari 90% (sembilan puluh per seratus) rumah tangga memiliki
listrik.
sebagai berikut:
- Puskesmas kawasan terpencil aktivitas lebih dari 50% (lima puluh per
- Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan
perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km,
- Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (sembilan puluh per
seratus).
tenaga kesehatan.
aksesibilitas.
b. Kemampuan Pelayanan
inap pada pelayanan persalinan normal dan pelayanan rawat inap pelayanan
kesehatan lainnya
Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas Kepala Puskesmas, Kepala Tata
Usaha, dan penanggung jawab upaya/kegiatan Puskesmas. Dalam melaksanakan tugas dan
serta uraian tugas dan tanggung jawabnya di Puskesmas, berdasarkan uraian tugas dan
tanggung jawab serta kriteria yang ditetapkan dinas kesehatan daerah kabupaten/kota dan
hasil kredensial tenaga kesehatan oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota. Dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota dalam menetapkan uraian tugas dan tanggung jawab serta
kriteria mengacu pada Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) program terkait,
a) Kepala Puskesmas
Kriteria Kepala Tata Usaha yaitu tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan
membawahi:
kegiatan, seperti:
- Pelayanan pemeriksaan umum.
- Pelayanan persalinan.
- Pelayanan kefarmasian.
- Pelayanan laboratorium.
yang membawahi:
- Puskesmas pembantu.
- Puskesmas keliling.
- Jejaring Puskesmas.
a) Kepala Puskesmas
b) Kriteria Kepala Tata Usaha yaitu tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan
membawahi:
kegiatan, seperti:
- Pelayanan persalinan.
rawat inap.
- Pelayanan kefarmasian.
- Pelayanan laboratorium.
yang membawahi:
- Puskesmas pembantu.
- Puskesmas keliling.
- Jejaring puskesmas.
a) Kepala Puskesmas
b) Kriteria Kepala Tata Usaha yaitu tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan
kegiatan, seperti:
- Pelayanan persalinan.
rawat inap.
- Pelayanan kefarmasian.
- Pelayanan laboratorium.
membawahi:
- Puskesmas pembantu.
- Puskesmas keliling.
- Jejaring puskesmas.
TINJAUAN KHUSUS
Puskesmas Lapai berawal dari tahun 1985 sebagai puskesmas pembantu yang
merupakan bagian dari puskesmas Nanggalo. Pada tahun 1988 Pustu (puskesmas
Apoteker bertempat di Jalan Pulau Talena Lapai. Pada tahun 2012 Puskesmas Lapai
pindah ke Jl. Jhoni Anwar Komplek Griya Mawar Sembada Indah RT.07/01,
Kecamatan Nanggalo, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 2014
Kelurahan yaitu :
Luas Wilayah kerjanya ini (3 Kelurahan) lebih kurang 2.000 km 2, dengan batas
batasnya:
Pada umumnya wilayah kerja Puskesmas Lapai telah dapat dijangkau oleh
transportasi kendaraan roda dua maupun roda empat, kecuali ada beberapa daerah
dikelurahan Tabing Banda Gadang yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua
Bangunan dan Ruangan yang ada di Puskesmas Lapai yaitu terdiri dari Ruang
Kepala Puskesmas, Ruang Bendahara, Ruang TU, Ruang Apotek, Ruang Gudang
Obat, Ruang Rekam Medik, Ruang IGD, Ruang Perawatan, Ruang Promkes, Klinik
Gizi, Poli Umum, Poli Gigi, Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Ruang Keluarga
Berencana (KB), Poli Anak, Ruang Laboratorium, Ruang Konsultasi Gizi, Ruang
3.2.1 Visi
3.2.2 Misi
3. Menciptakan kondisi yang baik, nyaman, aman dan sejahtera bagi staf sebagai
3.2.3 Motto
2. Kesehatan lingkungan.
6. Pengobatan.
9. Kesehatan olahraga.
Apotek
Laboratorium
Obat
Pasien pulang
3.5 Manajemen Sumber Daya Puskesmas Lapai
PELAYANAN
- Rujukan
- Pemeriksaan pasien
- Penetapan diagnose
- Rujukan
BP Gigi - Pemeriksaan Pasien
program (LAB)
- Rujukan
- Pelayanan KB (pemasangan/pengangkatan
- Imunisasi
- Konseling
- Rujukan
- Imunisasi
- Konseling
- Rujukan
TBC - Penimbangan BB
- Pengukuran TB
- Rujukan
- Melayani persalinan
- Melayani rujukan
- Konsultasi obat
dan feses
- Rujukan
konseling
dan poskeskel
ambulance
(pustu) kesehatan.
- Puskesmas
keliling
- Poskesdes
- Posyandu
- Posbindu
- UKS
- UKK
Apotek Puskesmas Lapai merupakan suatu unit atau bagian dari suatu
dengan sabtu terdiri dari satu shift, Senin-Kamis mulai pukul 08.00 - 14.00 WIB,
Jumat mulai Pukul 08.00-12.00 WIB, Sabtu mulai pukul 08.00-13.00 WIB. Resep di
Sarana merupakan tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait
peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan Puskesmas secara umum
harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk meningkatkan kualitas
pelayanan di puskesmas.
Salah satu ruangan yang ada di Puskesmas selain apotek adalah ruangan
gudang obat. Di dalam gudang Obat terdapat AC, rak dan pallet penyimpanan obat,
sesuai ketentuan parameter dan persyaratan untuk mencapai indeks efisiensi dan
efektifitas yang optimum, terjamin mutu dan jumlah obat untuk pelayanan distribusi.
A. Perencanaan
Perencanaan obat rutin dilakukan setiap bulan tergantung kebutuhan dan kondisi
Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas Lapai ditentukan dengan dua pola, yakni
pola konsumsi dengan mempertimbangkan jumlah pemakaian dan sisa stok pada bulan
Data rencana kebutuhan obat (RKO) ini didapatkan berdasarkan laporan registrasi
harian masing-masing sub unit seperti Apotek, UGD, Pustu, dll yang diakumulasi dan
dibuat rekapan pemakaian bulanan, tahunan yang direkapitulasi laludiberikan ke sistem
pencatatan dan pelaporan tingkat puskesmas (SP2TP), setelah itu SP2TP membawa
surat yang sudah ditandatangani oleh kepala puskesmas ke Gudang farmasi kota/
Instalasi farmasi kota. Hasil pemakaian perbulannya dikalikan buffer stock (3 bulan-6
bulan) dan diperoleh hasil (15-18). Hasil akhir yang diperoleh dilebihkan 15 % - 20%.
Farmasi Kota.
B. Permintaan Obat
obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di puskesmas. Tujuan
Sumber penyediaan obat di puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan Kota melalui
Instalasi Farmasi Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di puskesmas adalah
obat essensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun oleh Menteri Kesehatan
dengan merujuk kepada Daftar Obat Essensial Nasional dan Formularium Nasional,
Untuk perencanaan permintaan obat, dibuat surat pesanan oleh apoteker berupa
rangkap, 1 lembar untuk Dinas Kesehatan Kota setempat, 1 lembar untuk Instalasi
Farmasi Kota dan 1 lembar sebagai arsip puskesmas. LPLPO dikirimkan pada setiap
akhir bulan dan permintaan barang akan diterima pada setiap awal bulan.
Adapun macam-macam perencanaan permintaan obat di puskesmas adalah
sebagai berikut:
a. Permintaan rutin, dilakukan setiap 1 kali tiap bulan dan diajukan ke Dinas
(KLB) dan adanya obat rusak dan kadaluarsa. Permintaan khusus ini dilakukan
setiap 1 kali 6 bulan dan diajukan ke BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).
data pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep, data penyakit,
C. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan dalam menerima Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
dari Instalasi Farmasi Kota sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya
adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas Lapai, dan memenuhi persyaratan keamanan
LPLPO yang telah kita serahkan dikembalikan lagi oleh petugas IFK dengan
perbekalan farmasi yang kita rencanakan atau obat/sediaan yang kita lakukan
permintaan dan diisi pada kolom yang telah kita sediakan jumlah obat yang dikirim ke
puskesmas.
- Nama obat.
- Jumlah.
- Bentuk sediaan.
Setelah diperiksa dan sesuai dengan isi dokumen LPLPO. Kemudian SBBK
tidak memenuhi syarat (tidak sesuai dengan isi dokumen LPLPO), maka apoteker atau
D. Penyimpanan
gudang obat yaitu di lemari obat yang disusun berdasarkan susunan abjad. Rotasi obat
atau pengeluaran obat dari dalam gudang obat Puskesmas menggunakan sistem FIFO,
FEFO, dan LASA serta disusun dengan rapi di rak dan di atas pallet agar tidak langsung
bersentuhan dengan lantai, penyimpanan obat sesuai dengan jenis obat. Untuk sistem
FIFO (First In First Out) yaitu obat yang masuknya lebih awal keluarnya pun di awal,
sedangkan obat yang terakhir masuk keluarnya pun terakhir juga. Untuk sistem FEFO
(First Expired First Out) yaitu obat yang memiliki masa expired date yang pendek yang
terlebih dahulu dikeluarkan dari dalam gudang dan diserahkan kepada pasien.
Sedangkan sistem LASA (Look ALike Sound ALike) yaitu obat yang memiliki kemasan
atau nama yang mirip, jadi penyimpanannya harus dipisahkan. Penggunaan ketiga
sistem ini bertujuan untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan menghindari
Penyimpanan obat-obat High Alert harus diberi label khusus High Alert dan
disimpan dilemari khusus High Alert agar tidak terjadi kesalahan dalam
di lemari obat biasa, sedangkan obat injeksi/ suppositoria/vaksin itu disimpan dilemari
pendingin (kulkas), untuk vaksin polio harus disimpan di suhu beku, sedangkan vaksin
seperti campak, BCG dan vaksin lainnya bisa disimpan di suhu dingin (bukan di
freezer).
E. Pendistribusian
bulan berdasarkan permintaan obat. Tujuan dari pendistribusian adalah untuk memenuhi
kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas
dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat sehingga obat-obat yang dibutuhkan
F. Pengendalian
Pengendalian obat dilakukan untuk memonitor ketersediaan stok obat dan kondisi
obat di gudang serta kecocokan dengan kartu stok obat. Barang yang sudah mendekati
expired date langsung dicatat, jika ada permintaan obat maka didahului obat yang
expired date dalam waktu dekat agar tidak terjadi kerugian dikarenakan barang expired.
G. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan untuk obat narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker yang
kemudian akan dilaporkan Dinas Kesehatan setiap satu bulan sekali dan untuk
mengetahui pemakaian obat perbulan dapat dilihat dari buku laporan pemakaian obat
harian. Pencatatan pemakaian obat narkotika dan psikotropika dilakukan setiap hari.
Format pencatatanya sama seperti obat golongan lainnya, hanya saja dicatat dalam buku
manual (pembukuan tulis tangan) dan sistem online (E-puskesmas). Ada beberapa jenis
Pelaporan ini dibuat 4 rangkap (Dinas Kesehatan Kota, Instalasi Farmasi Kota,
Arsip Puskesmas dan Arsip Apotek) dan dilaporkan setiap bulan oleh apoteker dan
diketahui oleh pimpinan puskemas lalu diserahkan data (laporan) ke Dinas Kesehatan
Kota Padang.
Semua pelaporan baik dari pelaporan apotek dan pelaporan seluruh kegiatan
puskesmas akan diserahkan ke bagian SP2TP (sistem pencatatan dan pelaporan tingkat
puskesmas), setiap tanggal 30 semua laporan harus berada di meja SP2TP, lalu bagian
SP2TP akan meminta tanda tangan pimpinan dan setelah itu, data /laporan tersebut akan
puskesmas.
puskesmas.
4) Petugas mencatat jumlah, dan tanggal kadaluwarsa/rusak yang ada di sub unit
puskesmas.
6) Setiap 1 tahun sekali petugas membuat laporan dan berita acara obat
kadaluwarsa/rusak.
7) Laporan dan berita acara obat kadaluawarsa/rusak dengan lampiran jenis dan
Penghapusan obat perlu dilakukan apabila ada obat yang sudah tidak dapat
- Mengirimkan obat yang akan dihapuskan dan obat yang berlebihan ke GFK
1) Pelayanan Resep
Puskesmas Lapai melayani pasien rawat jalan. Sarana dan prasarana di Puskesmas
Lapai belum mencukupi untuk mendukung adanya pelayanan rawat inap dalam jumlah
besar.
2) Penerimaan Resep
Resep yang dilayani di apotek Puskesmas Lapai merupakan resep yang berasal
dari kunjungan pasien umum dan JKN. Pasien umum terdiri dari pasien umum tidak
bayar. Pasien JKN adalah pasien yang terdaftar sebagai anggota BPJS, kebanyakan dari
Penyiapan obat yang sudah jadi dilakukan dengan mengambil obat sesuai dengan
resep yang tertulis. Saat pengambilan obat perlu diperhatikan nama obat, dosis dan
menyiapkan obat yang ditulis diresep, baik berupa resep racikan obat maupun
pengambilan obat yang sudah jadi. Apabila ada obat yang tidak sesuai dengan resep/
Jika obat telah siap, dilakukan pemberian etiket obat yang terdiri dari nama pasien
dan aturan pakai obat pada etiket, kemudian dikemas dalam plastik klip. Sebelum obat
diserahkan kepada pasien, Apoteker akan memeriksa kembali jenis dan jumlah obat.
4) Pelayanan Obat
Apotek Puskesmas Lapai melayani obat dari pasien JKN/BPJS dan pasien umum.
Pelayanannya tidak ada yang dibedakan karena di apotek Puskesmas Lapai obat yang
diberikan untuk semua pasien sama yaitu pasien yang sudah berobat akan mendapakan
resep dari dokter dan resep tersebut diserahkan ke apotek untuk disiapkan obatnya.
yang akan diberikan dan memastikan nama serta umur pasien agar tidak terjadi
kesalahan dalam pemberian obat. Pada saat penyerahan obat, apoteker/asisten apoteker
akan memberikan informasi mengenai obat, dosis obat, cara penggunaan dan aturan
Konseling ini dilakukan oleh apoteker untuk pasien-pasien tertentu yaitu untuk
pasien yang menderita penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes, kolestrol dan penyakit
(seperti teofilin, aminofilin, digoksin dan lain-lain), pasien penderita gangguan fungsi
organ (hati, ginjal dan jantung) dan pasien dengan tingkat kepatuhan yang rendah.
Konseling ini dilakukan berdasarkan 3 hal yaitu: atas permintaan dokter, atas
kebijakan apoteker dan atas permintaan pasien Konseling ini di dokumentasikan dalam
bentuk form konseling yang akan ditanda tangani oleh pasien dan apoteker.
Pelayanan home pharmacy care adalah salah satu kegiatan rutin yang dilakukan
oleh puskesmas Lapai. Pelayanan home pharmacy care ini dilakukan oleh apoteker
yang dibantu dengan asisten apoteker. Pasien yang mendapatkan pelayanan home care
adalah pasien yang secara resmi terdaftar dan berobat di puskesmas Lapai dan pasien
yang menderita penyakit kronis dan penyakit degeneratif khususnya untuk pasien lansia.
pharmacy care, kita juga perlu PMO (pendamping minum obat) untuk membantu
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dana APBD
digunakan untuk keperluan pengobatan pasien di Puskesmas. Dana APBD ini dipegang
oleh Dinas Kesehatan Kota untuk semua puskesmas yang berada dibawah naungannya.
Dana ini digunakan untuk pembelian obat atau sediaan farmasi yang dibutuhkan
diperlukan puskesmas untuk pengobatan pasien. Obat-obat yang masuk kedalam dana
fokuskan pada penurunan angka kematian ibu, bayi dan anak, penanggulangan masalah
gizi, serta pencegahan penyakit dan kesehatan lingkungan terutama untuk pelayanan
BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) adalah satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) atau Unit Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk
jasa yang dijual tanpa mengutamakan keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya
kesehatan sesuai standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan menuju Millenium
Development Goals (MDGs) bidang kesehatan tahun 2015 melalui peningkatan kinerja
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Dana BOK ini tidak untuk
dana pembelian obat, melainkan dana yang digunakan untuk membantu atau
preventif.
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
Praktek Kerja Farmasi (PKF) ini dilaksanakan selama 10 hari mulai tanggal 13 April - 24
April 2021 di Apotek Puskesmas Lapai Kota Padang yang berlokasi di Jl. Komp. Griya
Mawar Sembada Indah, Jl. Jhoni Anwar No. Kel, Kp. Lapai, Kec. Nanggalo, Kota Padang,
Praktek ini dijadwalkan setiap hari dari Senin sampai Sabtu terdiri dari satu shift yaitu
Senin sampai Kamis mulai pukul 08.00 sampai dengan 14.00 WIB, Jumat mulai pukul
08.00 sampai dengan 12.00 WIB, Sabtu mulai pukul 08.00 sampai dengan 13.00 WIB.
Lapai.
(menyiapkan obat-obatan).
Lapai.
Lapai.
(menyiapkan obat-obatan).
Lapai.
(menyiapkan obat-obatan).
Puskesmas Lapai.
Lapai.
- Berkunjung ke Instalasi Farmasi Kota Padang
BMHP.
COVID-19 (Sinovac).
M.Farm.
S.Farm, Apt.
(menyiapkan obat-obatan).
Puskesmas Lapai.
Lapai.
(menyiapkan obat-obatan).
Puskesmas Lapai.
Lapai.
(menyiapkan obat-obatan).
Lapai.
(menyiapkan obat-obatan).
Lapai.
(menyiapkan obat-obatan).
Lapai.
PIO).
PEMBAHASAN
Praktek Kerja Farmasi (PKF) Periode I di Puskesmas Lapai Kota Padang dimulai pada
tanggal 12 April 2021 sampai dengan 23 April 2021. Praktek Kerja Farmasi (PKF) bertujuan
untuk memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa di Puskesmas dimana dapat menambah
kefarmasian di puskesmas. Kegiatan Praktek Kerja Farmasi (PKF) diawali dengan pembekalan
materi yang diberikan oleh kampus selama lebih kurang 2 minggu yang terdiri dari pembekalan
materi dari dosen Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang, pembekalan materi dari
berasal dari berbagai bidang (industri, apotek, puskesmas dan Rumah Sakit).
adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kab/Kota yang bertanggung jawab
Puskesmas Lapai Kota Padang terletak di jalan Jhoni Anwar Komplek Griya Mawar Sembada
Indah RT.01/07, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Puskesmas Lapai
membawahi 3 sub unit pelayanan, yaitu Puskeskel Kampung Lapai, Puskeskel Kampung Olo dan
Pustu Tabing Banda Gadang. Puskesmas Lapai melayani resep umum, resep BPJS dan resep
PRB (Program Rujuk Balik). Pelayanan resep tersebut setiap harinya bisa mencapai 70 resep saat
sebelum pandemi COVID-19, namun setelah pandemi COVID-19 kunjungan pasien menurun
sebanyak 3 kelurahan yaitu : Kelurahan Kampung Lapai, Kelurahan Kampung Olo dan
Kelurahan Tabing Banda Gadang. Luas wilayah kerja 3 kelurahan ini lebih kurang 2.000 km2,
dengan batas-batasnya yaitu batas utara dengan Keluraha Kurao Pagang dan Kelurahan Surau
Gadang Kecamatan Nanggalo, batas selatan dengan Kecamatan Padang Utara, di batas timur
dengan Kelurahan Gurun Lawas dan Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo dan batas
barat dengan Kecamatan Padang Utara. Pada umumnya wilayah kerja Puskesmas Lapai dapat
dijangkau oleh transportasi roda dua maupun roda empat, kecuali Pustu Tabing Banda Gadang
Praktek Kerja Farmasi (PKF) dilaksanakan sesuai dengan jam kerja Puskesmas Lapai
yaitu setiap senin sampai sabtu. Jam kerja senin-kamis yaitu 08.00 s/d 14.00, jumat 08.00 s/d
11.30 dan sabtu 08.00 s/d 13.00 WIB. Puskesmas Lapai memiliki ruang pemeriksaan kesehatan
meliputi ruang pemeriksaan umum, ruang pemeriksaan gigi, pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA)/Keluarga Berencana (KB), ruang pemeriksaan laboratorium, ruang konsultasi gizi dan
ruang pelayanan kefarmasian. Pelayanan pasien di Puskesmas lapai terdiri dari pelayanan pasien
umum yaitu pasien yang membayar sendiri biaya pengobatan dan perawatan sesuai ketentuan
yang berlaku, pelayanan pasien BPJS (Badan penyelenggara Jaminan kesehatan) yaitu pelayanan
yang semua biayanya dimulai dari pemeriksaan sampai pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS
dan pelayanan pasien PRB (Program Rujuk Balik) yaitu pelayanan yang diberikan kepada
peserta BPJS penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil/terkontrol, namun masih
Tingkat Pertama. Jumlah pasien PRB yang terdaftar di Puskesmas Lapai sejumlah 155 orang,
namun yang rutin mengambil obat hanya 55 orang. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya
pasien yang mengambil obatnya langsung di Faskes lanjutan namun data pasien tersebut tetap
ada di Puskesmas. Untuk penyedia obat-obatan PRB di Puskesmas Lapai, BPJS menunjuk
Apotek Permata menjadi apotek PRB sehingga kebutuhan obat-obatan pasien PRB dapat
dipenuhi.
melakukan permintaan kepada Instalasi Farmasi Kota Padang yang beralamatkan di Bypass Aia
Pacah. Puskesmas harus membuat Rencana Kebutuhan Obat (RKO) untuk 2 tahun ke depan dan
diserahkan ke Instalasi Farmasi Kota Padang. Setelah itu, Instalasi Farmasi Kota akan
menyesuaikan semua permintaan tersebut dengan anggaran dana daerah. Alurnya adalah
puskesmas harus menyerahkan Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
kepada Instalasi Farmasi Kota (IFK), lalu IFK akan menyiapkan sediaan farmasi sesuai dengan
permintaan puskesmas sesuai ketersediaan stok yang ada di IFK. Hal tersebut dikarenakan IFK
merupakan penyedia kebutuhan sediaan farmasi seluruh Puskesmas yang ada di kota Padang.
LPLPO yang diajukan didasarkan kepada data penggunaan sediaan farmasi dalam periode
tertentu. Untuk puskesmas Lapai Apoteker Penanggung Jawab menggunakan metode gabungan
yakni gabungan antara metode ABC, VEN, morbiditas berdasarkan urgensi dan jumlah
kunjungan pasien.
Untuk sediaan farmasi, obat-obatan dan BMHP yang tidak disediakan oleh Instalasi
Farmasi kota, puskesmas dapat melakukan pengadaan mandiri dengan cara penunjukan langsung
ke distributor atau sistem justifikasi dimana dokter di puskesmas membuat permintaan obat
distributor melalui sistem pemesanan e-catalog, dimana sistem tersebut dilakukan secara online,
namun waktu pemesanannya cukup lama karena harus menelaah 3-5 surat penawaran dari
distributor dan harus disesuaikan dengan kualitas barang dan tentu saja anggaran dana yang
tersedia di Puskesmas. Rencana Bisnis Anggaran (RBA) dibuat oleh Apoteker Penanggung
Jawab yang seterusnya setelah RBA yang dibuat sesuai dengan anggaran puskesmas, akan dibuat
Surat Pesanan (SP) yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Penandatangan
Surat Pesanan (SP) untuk puskesmas Lapai dilakukan oleh Kepala Puskesmas.
Setelah semua kebutuhan sediaan farmasi, alkes dan BMHP baik dari Instalasi Farmasi
Kota datang, maka Apoteker Penanggung Jawab atau Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
menandatangani Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan 1 lembar SBBK untuk jadi pertinggal di
puskesmas. Untuk pencatatan sendiri dibuatlah berita acara penerimaan dalam catatan Bukti
Barang Masuk (BBM), kemudian catatan Bukti Barang Masuk (BBM) disimpan dalam arsip
barang masuk. Selanjutnya juga dilakukan pencatatan kartu stok. Gudang farmasi puskesmas
Lapai terletak di lantai II gedung Puskesmas. Penyimpanan obat di Gudang Farmasi puskesmas
berdasarkan urutan abjad, dengan posisi letak lemari yang letter U atau letter L. Lantai gudang
dialasi dengan pallet sehingga kardus yang berisi obat tidak kontak langsung dengan lantai.
Gudang farmasi juga dilengkapi dengan pendingin ruangan dan dilengkapi dengan form
pengecekan suhu harian yang diisi secara manual. Penyimpanan vaksin terpisah dari gudang
farmasi, dimana vaksin (IDL dan COVID-19) disimpan di dalam cold box biru besar dengan seri
kl76TW-3000 yang terletak di luar gudang farmasi. Suhu cold box adalah 2-8’C yang tercatat
secara digital dan dapat terlihat. Cold box juga dilengkapi dengan form pengecekan suhu.
Pendistribusian sediaan farmasi, alkes dan BMHP dari gudang farmasi puskesmas
dilakukan ke puskesmas jaringan seperti puskesmas pembantu Tabing Banda Gadang, Puskeskel
Kampung Olo dan Puskeskel Kampung Lapai berdasarkan LPLPO yang diberikan oleh masing-
masing puskesmas jaringan tersebut ke puskesmas Lapai. Selain itu untuk internal puskesmas
Lapai sendiri beberapa BMHP dan alkes ditempatkan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) seperti
obat-obatan life saving dan poli-poli yang ada di puskesmas sesuai dengan kebutuhan masing-
masing.
Pemusnahan resep yang ada di puskesmas Lapai dilakukan setelah 5 tahun penyimpanan.
Dilaksanakan oleh Apoteker Penanggung Jawab dengan disaksikan oleh petugas kesehatan lain
dengan cara dibakar atau cara lain yang cocok. Setelah itu harus dibuat Berita Acara
Pemusnahan dan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota. Sementara, untuk pemusnahan
sediaan farmasi, alkes dan BMHP dapat dilakukan apabila memiliki alat insenerator sendiri atau
juga dapat melakukan Ikatan Kerja Sama (IKS) dengan pihak ketiga dimana biaya pemusnahan
ditanggung sendiri oleh puskesmas. Untuk pemusnahan sediaan farmasi, alkes dan BMPH di
puskesmas Lapai dilakukan pada tahun 2020, dengan biaya ditanggung oleh Dinas Kesehatan
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atau inisiasi
sukarela oleh pemilik izim edar. Contoh obat yang ditarik dari puskesmas Lapai adalah tablet
ranitidine pada tahun 2019. Penarikan tersebut disebabkan karena tablet ranitidine telah terbukti
Pengendalian sediaan farmasi, alkes dan BMHP di puskesmas Lapai dengan cara
pencocokan stok fisik obat dengan stok online di komputer. Berdasarkan alur pelayanan resep
setelah penyerahan obat, Apoteker atau TTK langsung melakukan penginputan resep pasien
secara online, hal tersebut dapat meminimalisir selisih stok karena data yang diinput sesuai
dengan obat riil yang diberikan kepada pasien. Untuk obat-obatan yang mendekati Expired Date
Lapai. Pencatatan dilakukan dengan cara manual (pembukuan tertulis) dan online. Pencatatan
manual dilakukan untuk memperkuat data dari pencatatan online. Disamping itu apabila terjadi
kerusakan sistem atau kehilangan data di komputer, data manual dapat digunakan. Untuk laporan
di puskesmas Lapai ada beberapa laporan yang wajib disiapkan oleh Apoteker dan TTK
diantaranya : Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), laporan penggunaan
sediaan jadi psikotropika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, laporan pemantauan
(jenis pelayanan BPJS dan Umum), laporan monitoring penggunaan obat generik di sarana
obat dan vaksin, laporan persentase puskesmas dengan ketersediaan vaksin Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) dll. Laporan tersebut dibuat dengan rangkap 4 dan diserahkan ke SP2TP untuk
No.74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang terdiri dari 3
aspek, yaitu : melakukan pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta
kefarmasian di puskesmas Lapai dilakukan oleh Apoteker dan dibantu oleh satu orang Tenaga
Di puskesmas Lapai, Apoteker berperan dalam pelayanan farmasi klinik yaitu dimulai
dari penerimaan resep. Resep tersebut lalu diskrining baik secara administrasi, farmasetik
maupun klinik. Setelah diskrining apabila ada ketidaksesuaian seperti ketidaksesuaian dosis
dengan umur pasien atau adanya kekosongan sediaan, maka Apoteker akan langsung
memberikan konfirmasi ke dokter pembuat resep. Setelah obat selesai disiapkan, lalu dilakukan
penyerahan obat kepada pasien disertai dengan pemberian informasi obat. Jika pasien yang
berobat merupakan pasien hipertensi, maka Apoteker akan menanyakan apakah sudah mengukur
tekanan darah atau belum, lalu diberikan edukasi bahwa obat hipertensi harus dikonsumsi
seumur hidup dan harus menjaga pola makan. Begitu juga dengan pasien dengan penyakit
lainnya, Apoteker puskesmas Lapai sebisa mungkin melakukan edukasi kepada semua pasien
yang mengambil obat dan menyesuaikan dengan waktu tunggu layanan pasien. Setelah
penyerahan obat dilakukan pengisian form PIO yang berisi data pasien berdasarkan resep.
Kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
dilakukan saat pemberian informasi obat kepada pasien. Apoteker atau TTK menanyakan
langsung kepada pasien yang berkunjung ulang bagaimana yang dirasakan pasien setelah
meminum obat, apakah ada angsuran/tidak dan apakah ada efek samping yang dirasakan pasien
saat meminum obat sebelumnya. Untuk pasien PRB, kegiatan PTO dan MESO dilakukan 1x
dalam sebulan saat pengambilan obat. Mayoritas pasien PRB di puskesmas Lapai adalah pasien
lansia, pasien yang mendapatkan obat polifarmasi dan pasien yang mendapat obat dengan indeks
terapi sempit seperti digoksin dan warfarin tablet sehingga perlu dilakukan Pemantauan Terapi
Obat (PTO) dan Monitoring Efek Samping Obat untuk melihat keefektifan terapi dan
menghindari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC).
Kegiatan Home Pharmacy Care saat ini tidak dilakukan di puskesmas Lapai maupun
kegiatan lain seperti penyuluhan ke sekolah-sekolah maupun senam prolanis karena pandemi
COVID-19. Hal tersebut dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19,
namun di puskesmas Lapai dapat dilakukan Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
yang diadakan setiap senin dan rabu. Saat ini puskesmas Lapai juga melakukan vaksinasi
6.1 Kesimpulan
Dari hasil bimbingan Praktek Kerja Farmasi (PKF) di Puskesmas Lapai pada tanggal 12
upaya kesehatan masyarakat dan kesehatan perorangan tingkat pertama yang lebih
mengutamakan upaya promotif dan kuratif agar dapat meningkatkan derajat kesehatan
Permenkes No.74 tahun 2016 terdiri dari pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) dan pelayanan farmasi klinik serta upaya pemberdayaan masyarakat
penggunaan obat.
tambah darah kepada siswa SMP dan pemberian obat cacing kepada siswa SD
namun masih diperlukan perbaikan seperti perluasan gudang sehingga sediaan farmasi
2.Disarankan untuk perluasan ruangan apotek, yang disertai dengan ruang racik dan
ruang konseling karena salah satu persyaratan suatu Apotek adalah memiliki ruangan
khusus untuk meracik dan ruang konseling diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
komposisi petugas yang ada saat ini kurang memadai untuk menangani seluruh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009
Republik Indonesia.
Republik Indonesia.
Indonesia No. 26/2020 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan No.74 tahun
Republik Indonesia.
.
Lampiran 1. Puskesmas Lapai Kota Padang & Peta Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Lapai
Gambar 13. Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO) Sub unit Pelayanan
Poskeskel Lapai
Lampiran 6. Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO) Sub Unit Pelayanan
Pustu Tabing Banda Gadang & Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika
Gambar 14. Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO) Sub Unit
Gambar 18. Laporan Bulanan Pelayanan Kefarmasian BPJS dan Umum di Puskesmas
Gambar 23. Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Vaksin Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)
Lampiran 11. Persentase Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin & Data Resep
Pasien
Gambar 27. (a) Lemari Narkotika & Psikotropika, (b) Lemari Pendingin dan (c) Rak Obat PRB
Lampiran 13. Surat Permohonan Pengadaan Barang/Jasa & Surat Pesanan
Puskesmas Lapai
Gambar 37. Lemari Vaksin Di Gudang Farmasi Kota Padang (Cold Room)
Lampiran 18. Gudang Obat di Dinas Kesehatan Kota