Anda di halaman 1dari 20

ANTIBIOTIK CIPROFLOXACIN

DISUSUN OLEH:

Lusi Elpina 15/377700/KG/10196

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas

limpah dan rahmat-Nya sehingga makalah ANTIBIOTIK CIPROFLOXACIN ini

dapat terselesaikan. Makalah ANTIBIOTIK CIPROFLOXACIN ini dibuat

sebagai tugas kepaniteraan umum.

Makalah ini disusun berdasarkan beberapa literatur yang saya pilih, Besar

harapan saya, makalah ini mampu menambah wawasan bagi khalayak secara

umumnya dan mahasiswa FKG secara khususnya. Oleh karena itu saya

mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini

Yogyakarta, 20 Agustus 2019

(Penyusun)

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................... 4

B. Rumusan masalah............................................................................... 5

C. Manfaat............................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6

A. Farmako kinetik.................................................................................. 6

B. Farmako dinamik................................................................................ 7

III. PEMBAHASA…………………………………………………………… 8

IV. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….. 18

A. Kesimpulan…………………………………………………………… 18

B. Saran………………………………………………………………….. 18

V. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Antibiotik merupakan salah satu kelompok obat yang cukup banyak

diresepkan di kedokteran gigi untuk mengatasi infeksi bakteri. Menurut Febrianto

(2013) 30-80% pasien yang dirawat di rumah sakit menggunakan antibiotik, dan

20-65% dari penggunaan antibiotik dianggap tidak tepat. Penggunaan antibiotik

yang tidak tepat akan menimbulkan resistensi pada bakteri, dan efek obat yang

tidak dikehendaki.

Penggunaan antibiotik yang tepat diartikan sebagai tepat diagnosis

penyakit, tepat pasien ,indikasi, dosis yang adekuat untuk durasi yang cukup

dengan rute dan lama pemberian yang sesuai, dengan harga paling rendah, dan

informasi yang tepat serta waspada efek samping (Ambwani dkk., 2006)

Ciprofloxacin adalah antibiotik spektrum luas yang dapat bekerja pada

bakteri gram-positif dan gram-negatif. Ciprofloxacin merupakan antibiotik kelas

fluorokuinolon generasi kedua yang bersifat bakterisida atau membunuh bakteri.

Ciprofloxacin bekerja dengan cara menghambat enzim topoisomerase tipe II dan

IV yang berperan dalam pembentukan DNA sel bakteri. kerusakan DNA sel

bakteri tersebut akan menyebabkan kematian sel bakteri (Ahmed, dkk, 2009)

ciprofloxacin mempunyai efek lain selain antibiotik yaitu efek anti

inflamasi dan juga dapat digunakan untuk mengatasi bakteri yang resisten

4
terhadap antibiotik lain seperti aminoglikosida, penisilin, sefalosporin dan

tetrasiklin (Sachse dkk, 2008).

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana pemasaran antibiotik ciprofloxacin di lingkungan

masyarakat

2. Apa indikasi dan kontraindikasi antibiotik ciprofloxacin

3. Bagaimanan dosis dan petunjuk penggunaan antibiotik ciprofloxcasin

4. Bagaimana pengaruh antibiotik ciprofloxacin pada kehamilan

C. Manfaat

1. Mengetahui pemasaran antibiotik ciprofloxacin di lingkungan

masyarakat

2. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi antibiotik ciprofloxacin

3. Mengetahui dosis dan petunjuk penggunaan antibiotik ciprofloxcasin

4. Mengetahui pengaruh antibiotik ciprofloxacin pada kehamilan

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. FARMAKOKINETIK

A. Absorpsi

Ciprofloxacin oral diserap dengan baik melalui saluran cerna.

Bioavailabilitas absolut adalah Sekitar 70%, tanpa kehilangan yang

bermakna dari metabolisme fase pertama.

B. Distribusi

Setelah administrasi oral, ciprofloxacin didistribusikan ke seluruh

tubuh. Konsentrasi jaringan seringkali melebihi konsentrasi serum,

terutama di jaringan genital , termasuk prostat. Ciprofloxacin ditemukan

dalam bentuk aktif di saliva, sekret nasal dan bronkus, mukosa sinus,

sputum cairan gelembung kulit, limfe, cairan peritoneal, empedu dan

jaringan prostat. Ciprofloxacin juga dideteksi di paru-paru, kulit, jaringan

lemak, otot, kartilago dan tulang. Obat ini berdifusi ke cairan serebro

spinal, namun konsentrasi di CSS adalah kurang dari 10% konsentrasi

serum puncak ciprofloxacin juga ditemukan pada konsentrasi rendah di

aqueous humor dan vitreus humor.

C. Metabolisme

Empat metabolit ciprofloxacin yang memiliki aktivitas

antimikrobial yang lebih rendah dari ciprofloxacin bentuk asli telah

diidentifikasi di urin manusia sebesar 15% dari dosis oral.

6
D. ekskresi

Waktu paruh eliminasi serum pada subjek dengan fungsi ginjal

normal adalah sekitar 4 jam. Sebesar 40-50% dari dosis yang diminum

akan diekskresikan melalui urin dalam bentuk awal sebagai obat belum

diubah. Ekskresi ciprofloxacin melalui urin akan lengkap setelah 24

jam. Klirens ginjal dari ciprofloxacin, yaitu Sekitar 300 mL / menit,

melebihi laju filtrasi glomerulus yang sebesar 120 mL / menit. Oleh karena

itu, sekresi tubular aktif memainkan peran penting dalam eliminasi obat

ini. Pemberian ciprofloxacin bersama probenesid berakibat pada

penurunan 50% klirens renal ciprofloxacin dan peningkatan 50% pada

konsentrasi sistemik.

B.Farmakodinamik

Ciprofloxacin menghambat sintesis DNA bakteri dengan cara menghambat

enzim girase DNA. Obat ini mempunyai distribusi jaringan yang tinggi, jika

dimungkinkan obat ini dipakai sebelum makan karena makanan dapat

memperlambat laju absorbs. Jika menggunakan probensid bersama

ciprofloxacin maka kerja obat ciprofloxacin meningkat, selain itu ciprofloxacin

juga memperpanjang kerja obat dari teofilin. Ciprofloxacin mulai bekerja

sekitar 0,5-1 jam dan akan mencapai waktu paruh dalam 1-2 jam .

(Dorr dkk, 2010)

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. pemasaran antibiotik ciprofloxacin di lingkungan masyarakat

 nama dagang

Bacquinor, Baycip, Bernoflox, Ciflox, Cifloxin, Ciloxan, Ciprinol, Cipro,

Cipro I.V., Cipro XL, Cipro XR, Ciprobay, Ciprocinol, Ciprodar,

Cipromycin, Ciproquinol, Ciproxan, Ciproxin, Flociprin, Floxin, Ocuflox,

Proquin XR, Septicide, Velomonit

8
B. indikasi dan kontraindikasi antibiotik ciprofloxacin

Indikasi

Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif

terhadap Ciprofloxacin seperti :

 lnfeksi saluran Kemih termasuk prostatitis

 Uretritis dan servisitis gonore

 Infeksi saluran cerna, termasuk demam tifoid yang disebabkan oleh S.

typhi

 lnfeksi saluran nafas, kecuali pneumonia akibat streptococcus.

 Infeksi kulit dan jaringan lunak.

 Infeksi tulang dan sendi.

Kontra Indikasi

 Penderita yang hipersensitivitas terhadap siprofloksasin dan derivat

quinolone lainnya

 Tidak dianjurkan pada wanita hamil atau menyusui,anak-anak pada masa

pertumbuhan,karena pemberian dalam waktu yang lama dapat

menghambat pertumbuhan tulang rawan.

 Hati-hati bila digunakan pada penderita usia lanjut

 Pada penderita epilepsi dan penderita yang pernah mendapat gangguan

SSP hanya digunakan bila manfaatnya lebih besar dibandingkan denag

risiko efek sampingnya.

9
Efek samping

o Hipersensitivitas

Gejala alergi seperti ruam, urtikaria, eritema, pruritus atau demam, maka

pemberian cefixime harus dihentikan dan diberikan penanganan reaksi

alerginya. Ciprofloxacin dapat diganti dengan antibiotik lain yang

ekuivalen

o Gastrointestinal

o Kolitis pseudomembran dapat terjadi selama atau setelah pengobatan

dengan cefixime. Efek samping gastrointestinal termasuk mual, muntah,

diare, nyeri perut, dispepsia, dan kolitis pseudomembran

o DermatologiFotosensitivitas paling sering terlihat saat pasien terpapar

sinar matahari. Erythema nodosum, sindrom Stevens-Johnson (berpotensi

mengancam jiwa), dan TEN (berpotensi mengancam jiwa) juga telah

dilaporkan terjadi

o Saraf

Kejang, sakit kepala, pusing, mengantuk, dan kejang

o Psikiatri

Gelisah, kebingungan dan halusinasi

o Renal

Efek samping ginjal termasuk peningkatan sementara pada serum BUN

dan kreatinin, dan gagal ginjal akut

o Hematologi

10
o Pansitopenia (komplikasi yang mengancam jiwa atau fatal) dan depresi

sumsum tulang (mengancam nyawa) jarang dilaporkan. INR yang

meningkat dilaporkan pada pasien yang diobati dengan antagonis vitamin

o Metabolik

Efek samping metabolik termasuk hiperbilirubinemia. Antibiotik kelas

fluorokuinolon dikaitkan dengan peningkatan LDH. Antibiotik kelas

fluorokuinolon telah dikaitkan dengan hipoglikemia simtomatik

(Davis dkk,1996)

C. dosis dan petunjuk penggunaan antibiotik ciprofloxcasin

DOSIS DEWASA Oral:

 Untuk infeksi saluran kemih :

Ringan sampai sedang : 2 x 250 mg sehari

Berat : 2 x 500 mg sehari

Untuk gonore akut cukup pemberian dosis tunggal 250 mg sehari

 Untuk infeksi saluran cerna :

Ringan / sedang / berat : 2 x 250 mg sehari

 Untuk infeksi saluran nafas, tulang dan sendi kulit dan jaringan lunak :

Ringan sampai sedang : 2 x 500 mg sehari

Berat : 2 x 750 mg sehari

Untuk mendapatkan kadar yang adekuat pada osteomielitis maka

pemberian tidak boleh kurang dari2 x 750 mg sehari

11
Dosis untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal : Bila bersihan kreatinin

kurang dari 20 ml/menit maka dosis normal yang dianjurkan harus

diberikan sehari sekali atau dikurangi separuh bila diberikan 2 x sehari.

Lamanya pengobatan tergantung dari beratnya penyakit.

Untuk infeksi akut selama 5-10 hari biasanya pengobatan selanjutnya

paling sedikit 3 hari sesudah gejala klinik hilang.

ANAK-ANAK:

Oral:

o Infeksi saluran urin atau pyelofritis: anak 1-17 tahun: 20-30 mg/kg/hari

terbagi dalam 2 dosis terpisah (setiap 12 jam) untuk 10-21 hari. Maksimal

1.5 g/hari.

o Cistitis fibrosis: anak 5-17 tahun; 40 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap

12 jam, pemberian selama 1 minggu

Injeksi:

o infeksi saluran urin komplikasi pada anak 5-17 tahun: 6-10 mg/kg setiap 8

jam untuk 10-21 hari (maksimum 400 mg/dosis)

o Cistitis fibrosis:anak 5-17 tahun; 30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap

8 jam untuk satu minggu.

Petunjuk untuk minum ciprofloxacin

•Dosis ciprofloxacin adalah dosis tunggal 500 mg dalam bentuk tablet.

•Tablet ini harus ditelan secara utuh dengan segelas air.

12
•Jangan minum tablet ini jika Anda telah minum antasid/obat pencernaan

atau obat yang berisi besi atau suplemen mineral lain dalam waktu 4 jam

sebelumnya.

Peringatan

o Ciprofloxacin diekskresi terutama melalui ginjal, dosis harus disesuaikan

pada penderita gangguan fungsi ginjal

o Hati-hati pemberian ciprofloxacin pada gangguan fungsi liver

o Dosis terpantau pada anak, wanita hamil dan menyusui serta

dipertimbangkan jika memang keuntungan lebih besar daripada potensi

efek sampingnya

o Riwayat gejala alergi dengan ciprofloxacin sebelumnya, sehingga

penggalian riwayat alergi menjadi sangat penting

o Untuk menghindari terjadinya kristaluria maka harus diminum dengan air

yang cukup

o Hindari konsumsi susu, kopi dan coklat agar tidak mengurangi

keefektivitasannya[

(Kourbeti, dkk,2010)

D. pengaruh antibiotik ciprofloxacin pada kehamilan

Ciprofloxacin disetujui untuk profilaksis setelah paparan antraks inhalasi.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC),

ciprofloxacin (500 mg, oral, dua kali sehari selama 60 hari) adalah

antibiotik pilihan untuk terapi profilaksis awal di antara wanita hamil

tanpa gejala yang terpapar Bacillus anthracis. Dalam kasus di mana strain

13
B. anthracis spesifik telah terbukti peka penisilin, terapi profilaksis dengan

amoksisilin (500 mg, oral, tiga kali sehari selama 60 hari) dapat

dipertimbangkan. Pedoman CDC untuk pengobatan infeksi antraks pada

wanita hamil merekomendasikan ciprofloxacin atau doksisiklin dengan

satu atau dua antibiotik lain yang ditambahkan untuk antraks inhalasi atau

keterlibatan sistemik. Ciprofloxacin diekskresikan ke dalam ASI tetapi

dianggap aman oleh American Academy of Pediatrics. Data observasional

prospektif terkontrol tentang 200 kehamilan manusia yang terpapar

fluorokuinolon (52,5% terpapar ciprofloxacin dan 68% yang diobati

selama trimester pertama) menunjukkan sejumlah malformasi bayi baru

lahir.

Pengawasan klinis ciprofloxacin

Fluorokuinolon, termasuk ciprofloxacin untuk suspensi oral harus

diperhatikan pada penderita gangguan ginjal atau hati, status gizi buruk,

pasien yang menerima terapi antimikroba yang berlarut-larut, dan pasien

yang sebelumnya rutin mendapat terapi antikoagulan. Waktu protrombin

harus dipantau pada pasien yang berisiko dan vitamin K eksogen diberikan

sesuai dosis yang dianjurkan jika perlu.

Bila overdosis terjadi, tindakan yang biasa dilakukan adalah untuk

menghilangkan bahan yang tidak terserap dari saluran pencernaan,

pemantauan klinis, dan terapi suportif harus digunakan. Gejala overdosis

bisa meliputi pusing, tremor, sakit kepala, lelah, kejang, halusinasi,

kebingungan, ketidaknyamanan perut, gangguan ginjal dan hati.

14
Pengosongan perut dapat dimulai dengan menginduksi emesis. Pemberian

antasida yang mengandung Mg, Al atau Ca dapat mengurangi toksisitas

via penyerapan oral. Kumbah lambung dapat diindikasikan; Jika tidak,

tidak ada obat penawar yang spesifik. Ciprofloxacin tidak bisa dihilangkan

dalam jumlah yang signifikan dari sirkulasi dengan hemodialisis atau

dialisis peritoneal. Pada penggunaan jangka panjang, pantau serum

konsentrasi ALT, ureum, klirens kreatinin, dan waktu protrombin.

Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja antibiotik siprofloksasin dengan menghambat sintesis

asam nukleat dimana antibiotik golongan ini dapat masuk ke dalam sel

dengan cara difusi pasif melalui kanal protein terisi air (porins) pada

membran luar bakteri secara intra seluler, secara unik obat-obat ini

menghambat replikasi DNA bakteri dengan cara mengganggu kerja DNA

girase (topoisomerase II) selama pertumbuhan dan reproduksi bakteri.

Struktur kimia criplofloxacin

15
Resistensi Ciprofloxacin

Resistensi adalah suatu keadaan yaitu pengaruh obat anti infeksi

terhadap bakteri yang mengakibatkan berkurangnya khasiat antibiotik atau

bakteri tersebut tidak sensitif oleh perlakuan obat anti infeksi. Mekanisme

Resistensi terikat pada subunit β enzim DNA girase, dan memblok

aktivitas enzim yang essensial dalam menjaga supercoiling DNA dan

penting dalam proses replikasi DNA. Mutasi pada gen pengkode DNA

girase menyebabkan diproduksinya enzim yang aktif namun, tidak dapat

diikat oleh fluoroquinolones.

Akibat penggunaan yang meluas untuk mengobati infeksi ringan

yang sebenarnya bisa diobati dengan antibiotik yang lebih lama dan

spektrumnya lebih sempit, kini banyak bakteri yang telah mengembangkan

resistensi terhadap obat ini, sehinga ciprofloxacin menjadi lebih tidak

efektif dibanding sebelumnya.

Resistensi antibiotika terhadap siprofloksasin dan jenis

fluorokuinolon bisa berkembang lebih cepat, bahkan dalam masa

pengobatan. Sejumlah patogen seperti enterococci, Streptococcus

pyogenes, dan Klebsiella pneumoniae kini telah memperlihatkan resistensi

terhadap siprofloksasin. Penggunaan fluorokuinolon untuk binatang

peliharaan, terutama di Eropa, juga berperan dalam hal ini. Sementara itu,

beberapa strain Burkholderia cepacia, Clostridium innocuum, dan

Enterococcus faecium mulai mengembangkan resistensi terhadap

siprofloksasin dalam derajat yang berbeda-beda.

16
Ciprofloxacin adalah fluorokuinolon generasi ke-2 yang bekerja menon-

aktifkan produksi enzim DNA girase dan topoisomerase IV, dimana kedua enzim

ini membantu dalam sintesis DNA dan protein bakteri. Obat ini bekerja pada

bakteri Gram negatif dan Gram positif. Suhu penyimpanan2–8°C, di dalam wadah

kedap udara, terlindung dari cahaya. Sifat bakterisida dari ciprofloxacin

menghasilkan penghambatan enzim topoisomerase II (DNAgyrase) dan

topoisomerase IV, yang diperlukan untuk replikasi DNA bakteri,

transkripsi,perbaikan dan rekombinasi . Ciprofloxacin telah digunakan untuk

mengobati berbagai macam infeksi, termasuk infeksi saluran kemih, aliran darah,

usus atau saluran pernafasan

17
KESIMPULAN

1. Ciprofloxacin merupakan antibiotic spectrum luas yang dapat dijumpai dengan

brbagai merek dagang

2. Ciprofloxacin memiliki indikasi dan kontraindikasi yang harus dipahami oleh

setiap tenaga kesehatan

3. Ciprofloxacin memiliki dosis dan petunjuk pemakaian yang sesuai untuk setiap

umur

4. Penggunaan ciprofloxasin perlu diperhatikan dalam kondisi kondisi tertentu

seperti disaat kehamilan

SARAN

Sekiranya tenanga medis lebih memperhatikan dan memahami tentang

penggunaan antibiotic salah satu nya penggunaan ciprofloxacin guna menjaga

efektifitas obat dan mencegah terjadi nya resistensi

18
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, M.G., Harish, N.M., Charyulu, R.N., and Prabhu, P. 2009. Formulation of
Chitosan-based Ciprofloxacin and Diclopenac Film for Periodontitis
Therapy. Tropical Journal of Pharmaceutical Research. February. 8 (1) :
33-41.

Ambwani, S., Mathur, A.K., 2006, Rational Drug Use, Health Administrator XIX

Davis.R. Markham.A.Balfour.J.A.1996. Ciprofloxacin.springer link. 51(6), pp


1019–1074

Dorr T, Vulic M, Lewis K (2010) Ciprofloxacin Causes Persister Formation by


Inducing the TisB toxin in Escherichia coli. PLoS Biol 8(2):13
Febrianto.A.W , Mukaddas.A., Faustine I,2013, Rasionalitas Penggunaan
Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Instalasi Rawat Inap
RSUD Undata Palu Tahun 2012. Online Jurnal of Natural Science Vo.2(3):
20-29

Kourbeti.I.S., Alegakis.D.E, Maraki.S, Samonis.G.,2010. Impact of prolonged


treatment with high-dose ciprofloxacin on human gut flora: a case report.
Journal of Medical Case Reportsvolume 4, Article number: 111 (2010)

R. Baselt,2008. Disposition of Toxic Drugs and Chemicals in Man, 8th edition,


Biomedical Publications, Foster City, CA, pp. 313-315

Sachse F, von Eiff C, Becker K, Rudack C. 2008. Anti-inflammatory effects of


ciprofloxacin in S. aureus Newman induced nasal inflammation in vitro.
Journal of Inflammation.5(11)

19
20

Anda mungkin juga menyukai