Rancangan Acak Lengkap (RAL) karena hanya terdapat satu keragaman yaitu
jantan, umur 8-10 minggu, berat badan 150-250 gram dan tidak ada
sehat.
t (n-1) 15
Keterangan : n = Jumlah pengulangan atau besar sampel dalam
kelompok.
t = Jumlah perlakuan atau banyaknya kelompok (Lima
kelompok).
12
t(n-1) 15
5(n-1) 15
5n 15 + 5
n 20/5
n 4
Dari rumus diatas, didapatkan jumlah ulangan minimal empat ekor tikus
NaCl 0,9%).
NaCl 0,9%).
13
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah serum katak muda berekor
(Rana catesbeina).
tikus putih yang berkaitan dengan : jenis kelamin, pakan, minuman, berat
badan, umur, suhu, kandang, litter atau alas kandang, pemberin induksi
kanker pada K-, P1, P2, dan P3, serta minyak jagung sebagai pelarut DMBA
disposable syringe 1ml with tuberculin needle secara intra cardia pada katak
3.4.2 Eritrosit
Eritrosit adalah sel darah merah yang paling banyak dan mengandung
seluruh tubuh.
3.4.3 Leukosit
3.4.4 Hematokrit
sel darah merah, selain itu nilai hematokrit dipengaruhi oleh jumlah dan
gram.
badan tikus, kandang tikus, tempat minum, tempat pakan, litter atau alas
16
kandang dari serbuk kayu, disposable syringe 1ml with tuberculin needle,
gelas beaker 100ml, gelas ukur 100 ml, timbangan analitik, kertas saring,
dan kamera.
dengan melakukan uji kode etik hewan coba yang dilaksanakan di Fakultas
dari budidaya tikus penelitian di UD. Tiput Abadi Jaya Peternakan Hewan
kelamin jantan, sehat dan tidak cacat. Tikus putih (Rattus norvegicus)
Peralatan yang digunakan seperti kandang, litter atau alas kandang, tempat
pakan, tempat minum, pakan, serta air minum di perlakukan sama setiap
kelompok perlakuan.
3.7.3 Induksi Kanker
Pengenceran DMBA (7,12-Dimethylbenz--anthrance) dilakukan
minyak jagung. Minyak jagung berfungsi sebagai pelarut dari DMBA (7,12-
17
Induksi dilakukan selama 2,5 minggu dengan durasi pemberian dua kali
seminggu. Induksi kanker dilakukan secara sub cutan pada bagian tengkuk
dan kulit bagian lain dari tikus putih (Rattus norvegicus). Pengamatan
kanker dilakukan juga pengukuran diameter dan jumlah nodul yang timbul.
Nodul yang timbul diharapkan adalah nodul kanker bukan merupakan nodul
tabung EDTA tanpa antikoagulan yang ditutup dengan aluminium foil agar
secara sub cutan pada perlakuan satu (P1), perlakuan dua (P2) dan
selama tujuh hari atau satu minggu. Dosis terapi tiroksin menurut
adalah 9,4 ng/ml (Mondau dan Kaltenbach, 1979). Sesuai dosis terapi, maka
pemberian terapi serum untuk hewan coba pada perlakuan satu (P1)
kontrol negatif (K-) hanya diberikan PZ atau NaCL fisiologi 0,9% sebanyak
1,06 ml/ekor/hari. Pada kontrol positif (K+) tidak diberi serum ataupun PZ
dihari ke-25 dan ke-39. Darah kemudian ditampung di dalam tabung reaksi
yang telah diberi antikoagulan EDTA agar tidak mempengaruhi besar dan
19
bentuk dari eritrosit maupun bentuk dari leukosit (Bijanti dkk 2010). Darah
dihisap secara otomatis oleh pipet dari Hematology Analyzer, dan data akan
Data yang diperoleh dalam bentuk nilai jumlah eritrosi, leukosit, trombosit,
kadar hematokrit, dan hemoglobin hewan coba disusun dalam bentuk tabel atau
dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf signifikansi sebesar
UJI ETIK
ADAPTASI
HEWAN
COBA
K+ K- K- K-
Tanpa Induksi Induksi Kanker P1 Induksi Kanker Induksi Kanker
Kanker Induksi Kanker