PROPOSAL
Disusun Oleh:
Rebeka Lauren Tampubolon
190205337
HASIL PENELITIAN
NO Tanggal Pembahasan Saran Tanda Tangan
Dosen
23 Maret 2021 Judul Ganti Judul
1
OLEH :
Rebeka Lauren Tampubolon
190205337
Diketahui,
Ketua Program Studi Sarjana Farmasi
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang maha Esa, karena atas
berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Proposal yang berjudul “Analisis Pemakaian Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di
Gudang Farmasi RSUD Rantau Prapat Berdasarkan Standar Operasional Prosedur
(SOP) Tahun 2020”. Adapun tujuan dari penyusunan Proposal ini adalah sebagai
salah satu persyaratan dari kurikulum yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan
pendidikan Sarjana Farmasi di Universitas Sari Mutiara Indonesia.
1. Bapak Dr. Parlindungan Purba., SH., MM., selaku Ketua Yayasan Sari
Mutiara Indonesia Medan.
2. Ibu Dr. Ivan Elisabeth Purba., M.Kes., selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Ibu Taruli Rohana Sinaga., SP., M.KM., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. Ibu Cut Maysitah Thaib, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Ketua Prodi S1-
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
5. Ibu Artha Yuliana Sianipar, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dosen pembimbing
yang telah telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan,
dan saran dengan penuh kesabaran dan membimbing penulis selama
penelitian hingga selesainya tugas akhir ini.
6. Dosen-dosen dan seluruh Staf pengajar S1-Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Universitas Sari Mutiara Idonesia Medan yang telah banyak
membimbing penulis seelama melakukan perkuliahan.
7. Teristimewa rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya buat
keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
i
8. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk keluarga besar yang selalu
memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis dalam
mengerjakan proposal ini.
9. Terimakasih juga kepada teman-teman saya dan semua teman-teman
mahasiswa/i Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan. Terima kasih banyak telah membantu dan memberikan
perhatian, semangat, dukungan, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan
proposal ini.
Atas segala bantuan tersebut, penulis tidak dapat membalasnya dan hanya
dapat memohon kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan Proposal ini terdapat banyak kekurangan, untuk ini penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan penyempurnaan
skripsi ini dimasa mendatang. Akhir kata penulis berharap agar tugas akhir dapat
bermanfaat bagi kita semua.
190205337
DAFTAR ISI
HALAMAN
ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Hipotesis........................................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian...........................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................................5
1.6 Kerangka Konsep...........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................6
2.1. Logistik Rumah Sakit..................................................................................6
2.2. Manajemen Logistik Rumah Sakit............................................................11
2.3. Manajemen Instalasi Farmasi....................................................................12
2.4. Sistem Distribusi Obat dan Alat Kesehatan...............................................14
2.5. Pengelolaan Perbekalan Farmasi (Permenkes Nomor 58 Tahun 2014)....15
2.6. Penyimpanan Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan...................23
2.7. Penyusunan Stok Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan.............25
2.8. Pencatatan Stok Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan...............26
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................29
3.1. Jenis Penelitian..........................................................................................29
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................29
3.2.1. Tempat Penelitian...................................................................................29
3.2.2. Waktu Penelitian....................................................................................29
3.3. Objek Penelitian........................................................................................29
3.4. Teknik Pengumpulan Data........................................................................30
3.5. Teknik Pengolahan Data............................................................................30
3.6. Defenisi Operasional.................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................31
iii
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
iv
BAB I PENDAHULUAN
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Undang-undang Republik Indonesia
No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit tertulis bahwa rumah sakit harus
kefarmasian, dan peralatan. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
2016). Instalasi farmasi merupakan revenue center utama mengingat lebih dari 90%
bahan kimia, bahan radiologi, Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), alat kedokteran
dan gas medik. Luasnya peran instalasi farmasi dalam kelancaran pelayanan
terbesar di rumah sakit. Sudah dapat diprediksi bahwa pendapatan rumah sakit akan
mengalami penurunan jika masalah perbekalan farmasi tidak dikelola secara cermat
1
2
dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan
farmasi klinik.
manajemen dalam rumah sakit. Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan
manajemen farmasi yang sistematis. Manajemen farmasi tidak terlepas dari konsep
dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengelolaan secara strategis empat fungsi
persediaan bahan yang diperlukan sebagai produksi jasa rumah sakit. Pengendalian
persediaan di rumah sakit belum cukup baik berdampak pada timbulnya masalah
sakit harus menjaminketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang
aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau. BMHP adalah alat kesehatan dan bahan
medis yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use) (Menkes RI,
2016).
gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa, mutu pelayanan yang diberikan rumah
sakit sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan rumah sakit adalah pengelolaan
obat yang dilakukan oleh rumah sakit. Pengelolaan obat perlu untuk dilakukan
untuk mencegah terjadinya kekurangan obat (stock out), kelebihan obat (over
stock), dan pembelian obat secara cito. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
3
pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa sudah
cukup efektif, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kekosongan
obat. Hal ini terlihat dari beberapa komponen Input (Sarana terutama gudang
yang kosong dan kelalaian petugas yang mengakibatkan sediaan menjadi rusak dan
perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, distribusi perbekalan farmasi untuk
pasien rawat jalan, dan distribusi perbekalan farmasi untuk unit penunjang/instalasi
lain/ruang rawat. RSUD Rantau Prapat menggunakan dua sistem distribusi yaitu
sistem kombinasi dan sistem unit dose. Sistem distribusi obat di ruangan rawat inap
dengan sistem distribusi obat dosis unit mempunyai kelebihan dibanding sistem
yang lain, karena bertujuan agar pasien mengkonsumsi obat yang tepat, dosis yang
tepat, dan waktu pemberian yang tepat. Diketahui bahwa RSUD Rantau Prapat
bahwa salah satu yang sudah di tetapkan di dalam Standar Operasional Prosedur
(SOP) adalah melakukan pengecekan jumlah Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
bersama dengan petugas Gudang Instalasi Farmasi dan petugas atau perawat unit
pelayanan Instalasi Rawat Inap yang meminta, selain itu melakukan penulisan
pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar
4
lainnya. Selain itu dari sisi pembiayaan pengelolaan perbekalan farmasi dan alat
Oleh karena itu, pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam sistem
kesehatan nasional mesti didukung oleh regulasi yang akuntabel dan operasional
atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis
Pemakaian Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Gudang Farmasi RSUD Rantau
1.3. Hipotesis
Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas maka hipotesis penelitian ini
adalah pemakaian Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Gudang Farmasi RSUD
Rantau Prapat tahun 2020 sudah berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Pakai Pada Perbekalan Gudang Farmasi RSUD Rantau Prapat Tahun 2020.
Prapat
Proses ini tidak hanya berputar di sekitar aktivitas pabrik, juga mempunyai peranan
Aditama, T.Y (2003) merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses
2013). Logistik merupakan bagian dari instansi yang tugasnya adalah menyediakan
bahan atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional instansi tersebut
dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga
serendah mungkin. Dalam hal ini perlu dihindari terjadinya over promised inter
delivered.
1.Kegiatan Logistik
a) Pemilihan lokasi, penempatan bahan baku, suku cadang, dan barang jadi.
gagasan, dan informasi dari individu satu atau bagian-bagian lain dalam
organisasi perusahaan.
cadang, serta barang sampai pada batas waktu tertentu tanpa mengurangi
sebagai suatu hal yang berawal dari pengangkutan pertama material atau
b) Pengolahan pesanan
c) Perencanaan operasi
2. Farmasi
3. Laboratorium
8
4. Air
6. Barang inventaris
10. IPAL Rumah Sakit (Instalasi Pengelolaan Limbah) atau barang habis pakai
Kegiatan produksi rumah sakit adalah produksi jasa, sehingga yang dimaksud
2013). Pada definisi menurut pendapat lain bahwa bagian logistik adalah
bagian yang menyediakan barang dan jasa dalam jumlah, mutu dan waktu yang
tepat dengan harga yang sesuai. Dari segi manajemen modern maka tanggung
1. Menjaga kegiatan yang dapat memasok material dan jasa secara tidak terputus
(uninterrupted).
lain.
7. Melatih dan membina pegawai yang kompeten dan termotivasi dengan baik.
9
Menurut bidang pemanfaatannya barang dan bahan yang harus disediakan
makanan, persedian logistik umum dan teknik. Sedangkan biaya rutin terbesar
non medis.
3. Persediaan gas medik, kegiatan pelayanan bagi pasien di kamar bedah, ICU,
barang habis pakai serta barang tahan lama atau peralatan elektronik dan non
Barang atau bahan-bahan yang sudah disediakan bagian logistik rumah sakit
itu hasil Stock Opname harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas
satu kesatuan waktu tertentu, misalnya satu bulan atau dua bulan atau kurang
dari satu bulan (Febriawati, 2013). Pengadaan barang yang dalam sehari-hari
dapat disebut juga dengan pembelian yang merupakan titik awal dari
pengendalian persediaan. Jika titik awal sudah tidap tepat, maka pengendalian
diukur dari total biaya yang dikeluarkan dan prestasi yang dicapai. Pengukuran
(capability) dilihat dari waktu pengantaran, konsisten dan mutu (quality) dari
prestasi. Semakin tinggi prestasi, maka semakin tinggi total biaya logistik
(Febriawati, 2013).
Fungsi utama seorang manajer logistik di rumah sakit adalah menjamin mutu
pelayanan yang baik. Penyediaan barang dalam proses logistik harus dapat
pasien atau masyarakat yang dilayani. Maka dari itu, diperlukan adanya
dengan kualitas yang baik adalah dengan melakukannya secara baik, secara
terus menerus dalam berbagai keadaan dan sedapat mungkin mencapai hasil
2. Harga yang variatif dari sangat murah sampai sangat mahal seperti
Kata manajemen berasal dari bahasa Italia yaitu manneggiare yang berarti
kuda, dalam bahasa Prancis yang mengadopsi kata dari bahasa Inggris menjadi
management yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Banyak para
organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi
mencapai tujuan.
mencapai tujuan
12
2.3. Manajemen Instalasi Farmasi
komoditi, tetapi pada saat ini, pelayanan kefarmasian adalah pelayanan yang
(IFRS) adalah suatu bagian, unit, devisi atau fasilitas dirumah sakit, tempat semua
kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditunjukan untuk keperluan rumah sakit itu
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
A. Tujuan
danevaluasi pelayanan.
prosedur dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam
ketepatan obat, ketetapan penderita, ketetapan jadwal, tanggal, waktu, dan metode
keutuhan mutu obat (Febriawati, 2013). Sistem distribusi dirancang atas dasar
Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004):
3. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.
1. Sentralisasi
2. Desentralisasi
2.5.1. Pemilihan
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini
b. Standar Farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
telahditetapkan.
15
c. Pola penyakit, efektifitas dan keamanan. pengobatan berbasis bukti, mutu,
harga yangterjangkau.
d. Ketersediaan di pasaran.
b. Penetapan prioritas;
c. Sisa persediaan;
f. Rencana pengembangan.
2.5.3. Pengadaan
Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat
dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
c. Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-
lain).
16
Pengadaan dapat dilakukan melalui (Yusmainita, 2005; Aditama, 2003):
a. Pembelian
1. Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu bahan medis habis pakai dan
alat kesehatan;
2. Persyaratan pemasok;
b. Sumbangan/Dropping/Hibah
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu
pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit.
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
2.5.4. Penerimaan
jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam kontrak
18 atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (Yusmainita, 2005;
Aditama,
2003).
17
1. Penyimpanan
dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First
a. Jumlah dan jenis bahan medis habis pakai sesuai dengan daftar bahan
b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan bahan medis habis pakai untuk
kebutuhan lain;
2.5.5. Pendistribusian
Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan
tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit
pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Farmasi.
3) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disimpandi
ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
19
4) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
pengelolaan obat floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Instalasi
Farmasi.
Pendistribusian sediaan farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda,
untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk
Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau
b + c atau a + c.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien
dengan mempertimbangkan:
2.5.6. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
2) Telah kadaluwarsa;
Tahapan pemusnahan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan terdiri dari
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
terkait;
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem
2.5.7. Pengendalian
21
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit (Yusmainita, 2005; Aditama,
2003).
a. Penggunaan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan sesuai dengan
Habis Pakai.
2.5.8. Administrasi
Aditama, 2003).
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan,
22
pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian,
4. Dokumentasi farmasi.
Farmasi; dan 3.
Laporan tahunan.
b. Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mengelola keuangan maka perlu
kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode
c. Administrasi Penghapusan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena
kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan
penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Kegiatan penyimpanan Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan meliputi
a. Kemudahan bergerak
Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkulasi
udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan
terdapat AC, namun biayanya akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang
luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas angin. Apabila kipas angin
sirkulasi udara dan gerakan stok Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan
menampung BMHP dan ALKES lebih banyak pallet lebih murah dari pada rak.
terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam ruangan khusus,
e. Pencegahan kebakaran
seperti dus, kartun dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada
2.7. Penyusunan Stok Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan
Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan disusun menurut bentuk sediaan
dan alfabetis, apabila tidak memungkinkan bahan medis habis pakai dan alat
2004):
sebab umumnya bahan medis dan alat kesehatan yang datang pertama
biasanya juga diproduksi lebih awal dan akan kadaluwarsa lebih awal pula.
25
b. Susun bahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang berjumlah besar
diatas pallet atau diganjal dengan kayu secara rapi dan teratur.
c. Susun bahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang dapat
f. Apabila persediaan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan cukup
banyak, maka biarkan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan tetap
dalam box masing-masing, ambil seperlunya dan susun dalam satu dus
bersama bahan medis habis pakai dan alat kesehatan lainnya. Pada bagian
luar dus dapat dibuat daftar obat yang disimpan dalam dus tersebut.
g. Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang mempunyai batas
waktupemakaian maka perlu dilakukan rotasi stok agar obat tersebut tidak
2.8. Pencatatan Stok Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan
a. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi bahan medis habis pakai dan
b. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu)
jenisbahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang berasal dari 1 (satu)
sumber dana
26
c. Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi
fisik Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan dalam tempat
penyimpanannya.
Pada bagian pencatatan Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan (BMHP
dan ALKES) stok, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan antara lain:
Dari hasil pencatatan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan stok, maka
diperoleh informasi tentang: 1) Jumlah bahan medis habis pakai dan alat kesehatan
yang tersedia (sisa stok); 2) Jumlah bahan medis habis pakai dan alat kesehatan
yang diterima; 3) Jumlah bahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang keluar,
4) Jumlah bahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang hilang/rusak/daluwarsa,
serta 5) Jangka waktu kekosongan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan.
Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan disusun menurut ketentuan-ketentuan
berikut:
a. Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan dalam jumlah besar
(bulk)disimpan diatas pallet atau ganjal kayu secara rapi, teratur dengan
d. Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan dalam jumlah kecil dan
Penyimpanan.
e. Satu jenis bahan medis habis pakai dan alat kesehatan disimpan dalam
f. Bahan Medis Habis pakai dan alat kesehatan dan alat kesehatan
g. Bahan Medis habis Pakai dan alat esehatan disimpan menurut sistem FIFO
h. Kartu stok memuat nama bahan medis habis pakai dan alat kesehatan, satuan,
i. Bagian judul pada kartu stok diisi dengan: Nama bahan medis habis pakai
bahan medis habis pakai dan alat kesehatan atau kepada siapa obat dikirim,
pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
29
30
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) adalah alat kesehatan yang ditujukan
untuk sekali pakai (Single Use) dan digunakan untuk menunjang proses
tindakan pengobatan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, TjandraY. (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi
2.Jakarta: UI-Press.
Aditama,T.Y., Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi Kedua, Universitas
Indonesia Press, Jakarta. 2003
Aditama. (2010). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2.
Jakarta:Universitas Indonesia Press. Halaman 101-107.
Febriawati, Henni. (2013). Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit.Jakarta:
Gosyen Publishing. Hal. 38, 66.
Kementerian Kesehatan, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Permadi, A. (2015). Analisis Perencanaan dan Pengendalian Bahan dan
AlatKesehatan Habis Pakai (BAHP) Pada Instalasi Farmasi di Rumah
Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Teknik Mesin Universitas Gajah Mada. Halaman
Puspa, M. (2013). Evaluasi Efisiensi Manajemen Penyimpanan dan
Distribusi Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah Cilacap. Tesis.
Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Halaman 7.
Siregar, Charles J.P., Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.EGC, Jakarta.
2004.
Siregar, Charles J.P., Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.EGC, Jakarta.
2004.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Yusmainita, (2005), Pemberdayaan Instalasi Rumah Sakit Pemerintah
Yusmainita, (2005), Pemberdayaan Instalasi Rumah Sakit Pemerintah (10 Agustus
2005, http ://www.tempo.co.id/medika/arsip/012003/top-1.htm)
Lampiran 1. Tabel Penggunaan serta Persentase Pemakaian Bahan Medis Habis Pakai pada Perbekalan RSUD Rantau
Prapat periode Januari s/d Desember 2020.
Bulan Total
Nama Januari Februari Maret Pemakaian
No
BMHP Januari-
Pemakaian Persentase Pemakaian Persentase Pemakaian Persentase
Desember
32
33
Lampiran 2. Pengisian Format Form Permintaan Barang ke Instalasi Farmasi RSUD Rantau Prapat
Hasil
No Format
Ya Tidak
1 Yang menerima dari bagian (depo terkait)
2 Nomor faktur
3 Nama dan Kode Barang
Satuan
4 Jumlah (angka)
5
6 Tanggal pemberian form
34
Lampiran 3. Pengisian Format Kartu Stok Barang di Instalasi Farmasi RSUD Rantau Prapat
Hasil
No Format Ket
Ya Tidak
1 Nama barang
2 Satuan
3 Tanggal masuk atau keluar barang
35
36
Lampiran 5. Kebijakan Pendistribusian Sediaan Farmasi di RSUD Rantau Prapat