Anda di halaman 1dari 46

ANALISIS PEMAKAIAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI (BMHP) DI

GUDANG FARMASI RSUD RANTAU PRAPAT BERDASARKAN


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TAHUN 2020

PROPOSAL

Disusun Oleh:
Rebeka Lauren Tampubolon
190205337

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI


DAN KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2021
BUKTI LEMBARAN KONSULTASI MAHASISWA/I
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

NAMA : REBEKA LAUREN TAMPUBOLON NIM : 190205337 JUDUL


: ANALISIS PEMAKAIAN BAHAN MEDIS
HABIS PAKAI (BMHP) DI GUDANG FARMASI
RSUD RANTAU PRAPAT BERDASARKAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TAHUN 2020 PEMBIMBING : apt. Artha
Yuliana Sianipar, S.Si., M.Si

HASIL PENELITIAN
NO Tanggal Pembahasan Saran Tanda Tangan
Dosen
23 Maret 2021 Judul Ganti Judul
1

29 April 2021 Bab I, Bab II Perbaikan


2 dan Bab III

31 Mei 2021 Bab I, Bab II Perbaikan


3 dan Bab III

1 Juni 2021 Bab I, Bab II Perbaikan


4
dan Bab III

5 14 Juni 2021 Bab I, Bab II, ACC


dan Bab III
Medan, 14 Juni 2021
Diketahui

(apt. Cut Masyithah Thaib, M.Si.)


PENGESAHAN PROPOSAL
ANALISIS PEMAKAIAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI (BMHP) DI
GUDANG FARMASI RSUD RANTAU PRAPAT BERDASARKAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TAHUN 2020

OLEH :
Rebeka Lauren Tampubolon
190205337

Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Diseminarkan :


Medan, 14 Juni 2021
Dosen Pembimbing

(apt. Artha Yuliana Sianipar, S.Si., M.Si)

Diketahui,
Ketua Program Studi Sarjana Farmasi
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

(apt. Cut Masyithah Thaib, S.Farm., M.Si)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang maha Esa, karena atas
berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Proposal yang berjudul “Analisis Pemakaian Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di
Gudang Farmasi RSUD Rantau Prapat Berdasarkan Standar Operasional Prosedur
(SOP) Tahun 2020”. Adapun tujuan dari penyusunan Proposal ini adalah sebagai
salah satu persyaratan dari kurikulum yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan
pendidikan Sarjana Farmasi di Universitas Sari Mutiara Indonesia.

Dalam menyelesaikan Proposal ini, penulis banyak menerima bantuan serta


dukungan dari berbagai pihak dalam bentuk moril dan materil. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Parlindungan Purba., SH., MM., selaku Ketua Yayasan Sari
Mutiara Indonesia Medan.
2. Ibu Dr. Ivan Elisabeth Purba., M.Kes., selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Ibu Taruli Rohana Sinaga., SP., M.KM., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. Ibu Cut Maysitah Thaib, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Ketua Prodi S1-
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
5. Ibu Artha Yuliana Sianipar, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dosen pembimbing
yang telah telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan,
dan saran dengan penuh kesabaran dan membimbing penulis selama
penelitian hingga selesainya tugas akhir ini.
6. Dosen-dosen dan seluruh Staf pengajar S1-Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Universitas Sari Mutiara Idonesia Medan yang telah banyak
membimbing penulis seelama melakukan perkuliahan.
7. Teristimewa rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya buat
keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

i
8. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk keluarga besar yang selalu
memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis dalam
mengerjakan proposal ini.
9. Terimakasih juga kepada teman-teman saya dan semua teman-teman
mahasiswa/i Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan. Terima kasih banyak telah membantu dan memberikan
perhatian, semangat, dukungan, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan
proposal ini.

Atas segala bantuan tersebut, penulis tidak dapat membalasnya dan hanya
dapat memohon kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan Proposal ini terdapat banyak kekurangan, untuk ini penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan penyempurnaan
skripsi ini dimasa mendatang. Akhir kata penulis berharap agar tugas akhir dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2021


Penulis,

Rebeka Lauren Tampubolon

190205337

DAFTAR ISI
HALAMAN

COVER PENGESAHAN PROPOSAL KATA PENGANTAR...............................i


DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................v

ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Hipotesis........................................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian...........................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................................5
1.6 Kerangka Konsep...........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................6
2.1. Logistik Rumah Sakit..................................................................................6
2.2. Manajemen Logistik Rumah Sakit............................................................11
2.3. Manajemen Instalasi Farmasi....................................................................12
2.4. Sistem Distribusi Obat dan Alat Kesehatan...............................................14
2.5. Pengelolaan Perbekalan Farmasi (Permenkes Nomor 58 Tahun 2014)....15
2.6. Penyimpanan Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan...................23
2.7. Penyusunan Stok Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan.............25
2.8. Pencatatan Stok Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan...............26
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................29
3.1. Jenis Penelitian..........................................................................................29
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................29
3.2.1. Tempat Penelitian...................................................................................29
3.2.2. Waktu Penelitian....................................................................................29
3.3. Objek Penelitian........................................................................................29
3.4. Teknik Pengumpulan Data........................................................................30
3.5. Teknik Pengolahan Data............................................................................30
3.6. Defenisi Operasional.................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................31

iii
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian .................................................................. 5

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Undang-undang Republik Indonesia

No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit tertulis bahwa rumah sakit harus

memenuhi persyaratan lokasi bangunan, prasarana, sumber daya manusia,

kefarmasian, dan peralatan. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan

kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Aditama, 2010; Menkes RI,

2016). Instalasi farmasi merupakan revenue center utama mengingat lebih dari 90%

pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi obat-obatan,

bahan kimia, bahan radiologi, Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), alat kedokteran

dan gas medik. Luasnya peran instalasi farmasi dalam kelancaran pelayanan

kesehatan dan juga merupakan instalasi yang memberikan sumber pemasukan

terbesar di rumah sakit. Sudah dapat diprediksi bahwa pendapatan rumah sakit akan

mengalami penurunan jika masalah perbekalan farmasi tidak dikelola secara cermat

serta penuh tanggung jawab (Puspa, 2013).

Pelayanan yang ada di rumah sakit salah satunya yaitu pelayanan

kefarmasian. Pelayanan kefarmasian harus dilakukan sesuai dengan standar

pelayanan kefarmasian rumah sakit. Menurut Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit disebutkan bahwa Standar

Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman

1
2

bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan

pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan

farmasi klinik.

Pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien dibutuhkan suatu

manajemen dalam rumah sakit. Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan

manajemen farmasi yang sistematis. Manajemen farmasi tidak terlepas dari konsep

umum manajemen logistik. Manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit

dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengelolaan secara strategis empat fungsi

dasar terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan

persediaan bahan yang diperlukan sebagai produksi jasa rumah sakit. Pengendalian

persediaan di rumah sakit belum cukup baik berdampak pada timbulnya masalah

kelebihan persediaan (overstock) maupun kekuarangan persediaan (stock out)

(Aditama, 2010; Permadi, 2015). Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah

sakit harus menjaminketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang

aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau. BMHP adalah alat kesehatan dan bahan

medis yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use) (Menkes RI,

2016).

Menurut penelitian Fais et al (2018) tentang gambaran persediaan obat di

gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa, mutu pelayanan yang diberikan rumah

sakit sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan rumah sakit adalah pengelolaan

obat yang dilakukan oleh rumah sakit. Pengelolaan obat perlu untuk dilakukan

untuk mencegah terjadinya kekurangan obat (stock out), kelebihan obat (over

stock), dan pembelian obat secara cito. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
3

pengelolaan persediaan obat di gudang farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa sudah

cukup efektif, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kekosongan

obat. Hal ini terlihat dari beberapa komponen Input (Sarana terutama gudang

penyimpanan yang kurang representatif), proses (ketidak-konsistenan terhadap

penggunaan sediaan, perencanaan yang kurang teliti, suhu ruangan yang

berubahubah mempengaruhi sediaan yang ada, keterlambatan pelaporan sediaan

yang kosong dan kelalaian petugas yang mengakibatkan sediaan menjadi rusak dan

expired) dan output (sudah sesuai dengan kebutuhan).

Untuk mendistribusikan obat, RSUD Rantau Prapat menggunakan metode

sentralisasi dengan menyelenggarakan tiga sistem distribusi yaitu distribusi

perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, distribusi perbekalan farmasi untuk

pasien rawat jalan, dan distribusi perbekalan farmasi untuk unit penunjang/instalasi

lain/ruang rawat. RSUD Rantau Prapat menggunakan dua sistem distribusi yaitu

sistem kombinasi dan sistem unit dose. Sistem distribusi obat di ruangan rawat inap

dengan sistem distribusi obat dosis unit mempunyai kelebihan dibanding sistem

yang lain, karena bertujuan agar pasien mengkonsumsi obat yang tepat, dosis yang

tepat, dan waktu pemberian yang tepat. Diketahui bahwa RSUD Rantau Prapat

Selatan menetapkan Standar Opersional Prosedur (SOP) bagi Instalasi Farmasi,

bahwa salah satu yang sudah di tetapkan di dalam Standar Operasional Prosedur

(SOP) adalah melakukan pengecekan jumlah Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

bersama dengan petugas Gudang Instalasi Farmasi dan petugas atau perawat unit

pelayanan Instalasi Rawat Inap yang meminta, selain itu melakukan penulisan

barang masuk dan keluar pada kartu stok BMHP.

Pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan juga bertujuan untuk

pengamanan dalam artian agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,

pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar
4

lainnya. Selain itu dari sisi pembiayaan pengelolaan perbekalan farmasi dan alat

kesehatan bertujuan agar dalam operasionalisasinya ada efesiensi pembiayaaan.

Oleh karena itu, pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam sistem

kesehatan nasional mesti didukung oleh regulasi yang akuntabel dan operasional

serta sumber daya yang memadai (Suharni,2016). Berdasarkan latar belakang di

atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis

Pemakaian Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Gudang Farmasi RSUD Rantau

Prapat Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Tahun 2020.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas maka perumusan

masalahnya adalah apakah pemakaian Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di

Gudang Farmasi RSUD Rantau Prapat Berdasarkan Standar Operasional Prosedur

(SOP) Tahun 2020?

1.3. Hipotesis

Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas maka hipotesis penelitian ini

adalah pemakaian Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Gudang Farmasi RSUD

Rantau Prapat tahun 2020 sudah berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP).

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemakaian Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di

Gudang Farmasi RSUD Rantau Prapat berdasarkan Standar Operasional

Prosedur (SOP) tahun 2020.


5

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi mengenai Standar Operasional Prosedur Pelayanan

Dan Pengadaan, serta Persentase Pemakaian Bahan Medis Habis

Pakai Pada Perbekalan Gudang Farmasi RSUD Rantau Prapat Tahun 2020.

2. Untuk mengetahui pemakaian bahan medis habis pakai di Gudang Farmasi

RSUD Rantau Prapat Tahun 2020.

3. Untuk meminimalisir biaya pada penyediaan BMHP di RSUD Rantau

Prapat

1.6. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Bahan Medis Habis


Pakai (BMHP): Pemakaian Bahan
Medis Habis Pakai
1. Abbocath
2. Infus Set (BMHP) di Gudang
3. Folley Catheter Farmasi RSUD
4. NGT Rantau Prapat
5. Tranfusi Set Berdasarkan
6. Suction Catheter Standar Operasional
7. Three Way Prosedur (SOP)
8. Spuit Tahun 2020
9. Micro Buret
10. Urine Bag

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Logistik Rumah Sakit

Menurut Tunggal A.W (2010), proses logistik berhubungan erat dengan

aktivitas kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung.

Proses ini tidak hanya berputar di sekitar aktivitas pabrik, juga mempunyai peranan

penting dalam kehidupan bermasyarakat (Febriawati, 2013). Logistik menurut

Aditama, T.Y (2003) merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses

mengenai perencanaan dan penetuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,

penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan matrial atau alat-alat (Febriawati,

2013). Logistik merupakan bagian dari instansi yang tugasnya adalah menyediakan

bahan atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional instansi tersebut

dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga

serendah mungkin. Dalam hal ini perlu dihindari terjadinya over promised inter

delivered.

A. Kegiatan dan Tujuan Logistik Rumah Sakit

Kegiatan logistik adalah pengembangan operasi yang terpadu dari kegiatan

pengadaan atau pengumpulan bahan, pengangkutan atau transportasi

dari pengumpulan bahan tersebut, kemudian penyimpanan bahan yang baru

datang maupun barang yang untuk kebutuhan (Febriawati, 2013)

1.Kegiatan Logistik

a) Pemilihan lokasi, penempatan bahan baku, suku cadang, dan barang jadi.

b) Penggunaan fasilitas yang tersedia dari organisasi yang bersangkutan.

c) Penyiapan transportasi serta alat pengangkutan barang.

d) Masalah pembukuan dan pencatatan.


7
e) Pelaksanaan komunikasi yang bersuasif sebagai penyampaian ide konsep,

gagasan, dan informasi dari individu satu atau bagian-bagian lain dalam

organisasi perusahaan.

f) Kegiatan pengurusan sebagai kegiatan untuk mengelola bahan baku, suku

cadang, dan barang jadi yang disesuaikan dengan jenis pesifikasi.

g) Kegiatan penyimpanan sebagai kegiatan untuk menahan bahan baku suku

cadang, serta barang sampai pada batas waktu tertentu tanpa mengurangi

kualitas barang yang bersangkutan.

Aspek operasional logistik merupakan manajemen pemindahan dan

penyimpanan material dan produk perusahaan. Operasi logistik dapat dipandang

sebagai suatu hal yang berawal dari pengangkutan pertama material atau

komponen-komponen dari sumber perolehannya dan berakhir pada penyerahan

produk yang dibuat atau diolahkepada pelanggan atau konsumen (Febriawati,

2013). Koordinasi logistik adalah identifikasi kebutuhan pergerakan dan penetapan

rencana memadukan seluruh operasi logistik. Fungsi koordinasi lgistik adalah

untuk memastikan bahwa seluruh pergerakan dan penyimpanan dapat

diselesaikan dengan efektif dan efisien (Febriawati, 2013). Koordinasi dapat

dibagi kedalam 4 (empat) bidang manajerial yaitu:

a) Peramalan (forecasting) pasar produk

b) Pengolahan pesanan

c) Perencanaan operasi

d) Procurement atau perencanaan kebutuhan material

B. Bentuk-Bentuk Logistik di Rumah Sakit

1. Dapur atau bahan makanan

2. Farmasi

3. Laboratorium
8
4. Air

5. Alat tulis kantor

6. Barang inventaris

7. Kerumah tanggaan (listrik, sabun, sapu, dan karbol)

8. Suku cadang peralatan medis

9. Alat tenun (linen dan laundry)

10. IPAL Rumah Sakit (Instalasi Pengelolaan Limbah) atau barang habis pakai

tahanlama, dan barang inventaris (bergerak dan tidak bergerak).

C. Peran Logistik di Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu satuan usaha melakukan kegiatan produksi.

Kegiatan produksi rumah sakit adalah produksi jasa, sehingga yang dimaksud

dengan kegiatan logistik adalah manajemen persediaan bahan barang serta

peralatan yang dibutuhkan dalam rangka produksi jasa tersebut(Febriawati,

2013). Pada definisi menurut pendapat lain bahwa bagian logistik adalah

bagian yang menyediakan barang dan jasa dalam jumlah, mutu dan waktu yang

tepat dengan harga yang sesuai. Dari segi manajemen modern maka tanggung

jawab bagian logistik lebih diperluas dengan:

1. Menjaga kegiatan yang dapat memasok material dan jasa secara tidak terputus

(uninterrupted).

2. Mengadakan pembelian investaris secara bersaing (kompetitif).

3. Menjadwal investasi barang pada tingkat serendah mungkin.

4. Mengembangkan sumber pasokan yang dapat dipercaya dan alternatifpasokan

lain.

5. Mengembangakan dan menjaga hubungan baik dengan bagian-bagian lain.

6. Memantapkan integrasi yang maksimal dengan bagian-bagian lain.

7. Melatih dan membina pegawai yang kompeten dan termotivasi dengan baik.
9
Menurut bidang pemanfaatannya barang dan bahan yang harus disediakan

rumah sakit dapat dikelompokan menjadi persediaan farmasi, persediaan

makanan, persedian logistik umum dan teknik. Sedangkan biaya rutin terbesar

untuk logistik di rumah sakit pada umumnya terdapat pada pengadaan

persediaan farmasi meliputi:

1. Persediaan obat, mencakup obat-obatan esensial, non esensial, obat-

obatanyang cepat atau lama terpakai.

2. Persediaan bahan kimia, menyangkut persediaan untuk

kegiatanoperasional laboratorium dan produksi farmasi intern, serta kegiatan

non medis.

3. Persediaan gas medik, kegiatan pelayanan bagi pasien di kamar bedah, ICU,

atau ICCU membutuhkan beberapa janis gas medik.

4. Peralatan kesehatan, berbagai peralatan yang dibutuhkan bagi

kegiatanperawatan maupun kegiatan kedokteran yang dikelompokan sebagai

barang habis pakai serta barang tahan lama atau peralatan elektronik dan non

elektronik (Febriawati, 2013).

Barang atau bahan-bahan yang sudah disediakan bagian logistik rumah sakit

tersebut tentunya perlu dilakukan Inventory Control yang bertujuan untuk

menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Oleh karena

itu hasil Stock Opname harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas

satu kesatuan waktu tertentu, misalnya satu bulan atau dua bulan atau kurang

dari satu bulan (Febriawati, 2013). Pengadaan barang yang dalam sehari-hari

dapat disebut juga dengan pembelian yang merupakan titik awal dari

pengendalian persediaan. Jika titik awal sudah tidap tepat, maka pengendalian

akan sulit untuk dikontrol. Pembelian harus menyesuaikan dengan pemakaian,

sehingga ada keseimbangan anatara pemakaian dan pembelian (Febriawati,

2013). Dalam pengendalian persediaan terdapat dua jenis keseimbangan, yaitu


10
keseimbangan total dan keseimbangan komposisi. Keseimbangan total adalah

keseimbangan antara seluruh persediaan dan seluruh permintaan, dengan kata

lain antara seluruh pembelian dengan seluruh penjualan secara professinal.

D. Penilaian Mutu Logistik Rumah Sakit

Menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) mutu pelayanan logistic sendiri

diukur dari total biaya yang dikeluarkan dan prestasi yang dicapai. Pengukuran

prestasi adalah menyangkut tersedianya (availability) barang, kemampuan

(capability) dilihat dari waktu pengantaran, konsisten dan mutu (quality) dari

usaha. Biaya logistik mempunyai hubungan langsung dengan kebijakan

prestasi. Semakin tinggi prestasi, maka semakin tinggi total biaya logistik

(Febriawati, 2013).

Fungsi utama seorang manajer logistik di rumah sakit adalah menjamin mutu

pelayanan yang baik. Penyediaan barang dalam proses logistik harus dapat

memuaskan konsumen, baik karyawan rumah sakit yang membutuhkan maupun

pasien atau masyarakat yang dilayani. Maka dari itu, diperlukan adanya

kualitas manajemen logistik yang baik. Kunci keberhasilan pelayanan logistik

dengan kualitas yang baik adalah dengan melakukannya secara baik, secara

terus menerus dalam berbagai keadaan dan sedapat mungkin mencapai hasil

yang diharapkan (Febriawati, 2013).

E. Ciri-Ciri Penting Logistik Rumah Sakit

1. Spesifik, berarti terkait dengan pelanggan dan profesi tertentu, sepertiobat,

film rontgen, dan lain-lain.

2. Harga yang variatif dari sangat murah sampai sangat mahal seperti

lampuCT SCAN dan kasa steril.

3. Jumlah item yang sangat banyak, maka sering dikelola secara

departemental sesuai pelayanan dan profesi.


11
2.2. Manajemen Logistik Rumah Sakit

Kata manajemen berasal dari bahasa Italia yaitu manneggiare yang berarti

“mengendalikan”, atau dalam bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan

kuda, dalam bahasa Prancis yang mengadopsi kata dari bahasa Inggris menjadi

management yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Banyak para

ahli yang mendefinisikan istilah manajemen secara umum diantaranya yaitu:

a) Definisi Klasik dari Mery Parker Follet menyebutkan manajemen adalah

suatuseni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

b) George Terry menyatakan bahwa pada dasarnya manajemen terdiri dari

Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC).

c) Stoner mendefinisikan manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi usaha-usaha dari anggota

organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan.

d) Longest menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang

melibatkanhubungan interpersonal dan teknologi, yang akan digunakan untuk

mencapai seluruh atau setidaknya sebagian tujuan organisasi dengan

menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain.

e) Menurut Ordway Tead, mendefinisikan manejemen sebagai sebuah proses

danperangkat yang mengarahkan dan membimbing kegiatan organisasi untuk

mencapai tujuan.

f) Menurut John D. Millet, manajemen adalah proses memimpin dan

melancarkanpekerjaan dari orang yang terorganisir secara formal untuk

mencapai tujuan
12
2.3. Manajemen Instalasi Farmasi

Pelayanan kefarmasian tidak hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai

komoditi, tetapi pada saat ini, pelayanan kefarmasian adalah pelayanan yang

komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.

Dalam memberikan pelayanan, seorang apoteker dituntut untuk meningkatkan

pengetahuan, ketrampilan dan berinteraksi langsung dengan pasien. Tujuan

dilakukannya interaksi adalah untuk memberikan informasi, monitoring

penggunaan obat, mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan (Kepmenkes

No.1027/2007). Menurut Siregar, C.J.P. (2004) Instalasi Farmasi Rumah Sakit

(IFRS) adalah suatu bagian, unit, devisi atau fasilitas dirumah sakit, tempat semua

kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditunjukan untuk keperluan rumah sakit itu

sendiri. Pekerjaan kefarmasian adalah permbuatan, termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Febriawati, 2013).

A. Tujuan

Tujuan pelayanan farmasi sesuai denganStandar Pelayanan Instalasi Farmasi

(Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)

1. Tujuan Pelayanan Instalasi Farmasi

a) Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam

keadaanbiasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan

pasien maupun fasilitas yang tersedia.

b) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan

prosedurkefarmasian dan etik profesi.

c) Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai obat.

d) Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.


13
e) Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah

danevaluasi pelayanan.

2. Tugas Pokok Instalasi Farmasi

a) Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

b) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional dan

optimalberdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.

c) Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

d) Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi.

e) Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

f) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

g) Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

h) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formalarium rumah sakit.

2.4. Sistem Distribusi Obat dan Alat Kesehatan

Sistem distribusi obat adalah tatanan jaringan sarana, personel,

prosedur dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam

kegiatan penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada penderita. Sistem

distribusi obat mencakup penghantaran sediaan obat yangtelah di-dispensing

Instalasi Farmasi RS ke daerah tampat perawatan penderita dengan keamanan dan

ketepatan obat, ketetapan penderita, ketetapan jadwal, tanggal, waktu, dan metode

pemberian, dan ketetapan personel pemberi obat kepada penderita serta

keutuhan mutu obat (Febriawati, 2013). Sistem distribusi dirancang atas dasar

kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan (Kepmenkes

Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004):

1. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada.


14
2. Metode sentralisasi atau desentralisasi.

3. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.

Bentuk-Bentuk Pendistribusian Logistik Farmasi

Rumah Sakit (Febriawati,2013):

1. Sentralisasi

Sentralisasi merupakan penyimpanan dan pendistribusian semua

obat/barang farmasi dipusatkan pada satu tempat. Seluruh kebutuhan

obat/barang farmasi setiap unit perawatan/pelayanan baik untuk kebutuhan

individu maupun kebutuhan dasar ruangan disuplai langsung dari pusat

pelayanan farmasi tersebut.

2. Desentralisasi

Desentralisasi merupakan pelayanan mempunyai cabang di dekat unit

perawatan/pelayanan sehingga penyimpanan dan penditribusian

kebutuhan obat atau barang farmasi unit perawatan/pelayanan tersebut baik

untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan dasar ruangan tidak lagi

dilayani dari pusat pelayanan farmasi.

2.5. Pengelolaan Perbekalan Farmasi (Permenkes Nomor 58 Tahun 2014)

Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu kegiatan dimulai dari

pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta

evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Kemenkes, 2014).

2.5.1. Pemilihan

Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini

berdasarkan (Kemenkes, 2014):

a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi.

b. Standar Farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang

telahditetapkan.
15
c. Pola penyakit, efektifitas dan keamanan. pengobatan berbasis bukti, mutu,

harga yangterjangkau.

d. Ketersediaan di pasaran.

2.5.2. Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan bahan medis habis

pakai dan alat kesehatan dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara

lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan

disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (Yusmainita, 2005).

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

a. Anggaran yang tersedia;

b. Penetapan prioritas;

c. Sisa persediaan;

d. Data pemakaian periode yang lalu;

e. Waktu tunggu pemesanan; dan

f. Rencana pengembangan.

2.5.3. Pengadaan

Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat

dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai antara lain (Yusmainita, 2005; Aditama, 2003):

a. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS);

b. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

harusmempunyai Nomor Izin Edar.

c. Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-

lain).
16
Pengadaan dapat dilakukan melalui (Yusmainita, 2005; Aditama, 2003):

a. Pembelian

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:

1. Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,

yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu bahan medis habis pakai dan

alat kesehatan;

2. Persyaratan pemasok;

3. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, AlatKesehatan

dan Bahan Medis Habis Pakai.

4. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.

b. Sumbangan/Dropping/Hibah

Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai

dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu

pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit.

Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah

Sakit untuk mengembalikan/menolak sumbangan/dropping/hibah Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak

bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit.

2.5.4. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian

jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera

dalam kontrak

18 atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (Yusmainita, 2005;
Aditama,

2003).
17
1. Penyimpanan

Komponen yang harus diperhatikan antara lain:


Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan disusun secara alfabetis

dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First

Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.

Pengelolaan bahan medis habis pakai emergensi harus menjamin:

a. Jumlah dan jenis bahan medis habis pakai sesuai dengan daftar bahan

medishabis pakai emergensi yang telah ditetapkan;

b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan bahan medis habis pakai untuk

kebutuhan lain;

c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;

d. Diicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan

e. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

2.5.5. Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka

menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan

tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit

harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya

pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai di unit pelayanan (Yusmainita, 2005; Aditama, 2003).

A. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:

1) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock).

2) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakaiuntuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi

Farmasi.

3) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disimpandi

ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
19
4) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang

mengelola(diatas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada

penanggung jawab ruangan. Setiap hari dilakukan serah terima kembali

pengelolaan obat floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab

ruangan. B. Sistem Resep Perorangan.

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui

Instalasi

Farmasi.

C. Sistem Unit Dosis.

Pendistribusian sediaan farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda,

untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk

pasien rawat inap. D. Sistem Kombinasi.

Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau

b + c atau a + c.

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien

dengan mempertimbangkan:

1) Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan

2) Metode sentralisasi atau desentralisasi.

2.5.6. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai (BMHP) dan ALKES


20
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara

yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(Yusmainita, 2005; Aditama, 2003).

Pemusnahan dilakukan untuk sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai bila (Yusmainita, 2005; Aditama, 2003):

1) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;

2) Telah kadaluwarsa;

3) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan

ataukepentingan ilmu pengetahuan; dan

4) Dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan terdiri dari

(Yusmainita, 2005; Aditama, 2003):

a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai yang akan dimusnahkan;

b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;

c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak

terkait;

d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan

e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan

sertaperaturan yang berlaku.

Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem

pencatatan terhadap kegiatan penarikan (Yusmainita, 2005; Aditama, 2003).

2.5.7. Pengendalian
21
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan

penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai.Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan

Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit (Yusmainita, 2005; Aditama,
2003).

Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai adalah untuk (Yusmainita, 2005; Aditama, 2003):

a. Penggunaan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan sesuai dengan

Formularium Rumah Sakit;

b. Penggunaan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan sesuai

dengandiagnosis dan terapi;

c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan

dankekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta

pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai.

d. Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat

Kemelakukanevaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving).

2.5.8. Administrasi

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk

memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu (Yusmainita, 2005;

Aditama, 2003).

Kegiatan administrasi terdiri dari:

a. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan,
22
pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian,

jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

Pencatatan dilakukan untuk:

1. Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;

2. Dasar akreditasi Rumah Sakit;

3. Dasar audit Rumah Sakit; dan

4. Dokumentasi farmasi.

Pelaporan dilakukan sebagai:

1. Komunikasi antara level manajemen;

2. Penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di Instalasi

Farmasi; dan 3.

Laporan tahunan.

b. Administrasi Keuangan

Apabila Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mengelola keuangan maka perlu

menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi keuangan merupakan

pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi

keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua

kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode

bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.

c. Administrasi Penghapusan

Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena

kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan

penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.


23
2.6. Penyimpanan Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan

Kegiatan penyimpanan Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan meliputi

(Yusmainita, 2005; Aditama, 2003):

2.6.1. Pengaturan Tata Ruang

Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,

pencarian dan pengawasan obat-obat, maka diperlukan pengaturan tata ruang

gudang dengan baik. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

merancang gudang adalah sebagai berikut:

a. Kemudahan bergerak

Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata sebagai berikut: 1)

gudang menggunakan sistem satu lantai jangan menggunakan sekat-sekat

karena akan membatasi pengaturan ruangan, 2) berdasarkan arah arus

penerimaan dan pengeluaran obat, ruang gudang dapat ditata berdasarkan

sistem : arus garis lurus,arus U,arus L.

b. Sirkulasi udara yang baik

Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkulasi

udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan

memaksimalkan umur hidup dari obat sekaligus bermanfaat dalam

memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya dalam gudang

terdapat AC, namun biayanya akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang

luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas angin. Apabila kipas angin

belum cukup maka perlu ventilasi melalui atap.

c. Rak dan Pallet


24
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan

sirkulasi udara dan gerakan stok Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan

Penggunaan pallet memberikan keuntungan: sirkulasi udara dari bawah dan

perlindungan terhadap banjir; peningkatan efisiensi penanganan stok, dapat

menampung BMHP dan ALKES lebih banyak pallet lebih murah dari pada rak.

d. Kondisi penyimpanan khusus.

Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari

kemungkinan putusnya aliran listrik. Narkotika dan bahan berbahaya harus

disimpan dalam lemari khusus dan selalu terkunci. Bahan-bahan mudah

terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam ruangan khusus,

sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk.

e. Pencegahan kebakaran

Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar

seperti dus, kartun dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada

tempat yang mudah dijangkau.

2.7. Penyusunan Stok Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan

Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan disusun menurut bentuk sediaan

dan alfabetis, apabila tidak memungkinkan bahan medis habis pakai dan alat

kesehatan yang sejenis dapat dikelompokkan menjadi satu. Untuk memudahkan

pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Siregar,

2004):

a. Gunakan prinsip FIFO dalam penyusunan bahan medis dan alat

kesehatanyaitu obat yang pertama diterima harus pertama juga digunakan

sebab umumnya bahan medis dan alat kesehatan yang datang pertama

biasanya juga diproduksi lebih awal dan akan kadaluwarsa lebih awal pula.
25
b. Susun bahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang berjumlah besar

diatas pallet atau diganjal dengan kayu secara rapi dan teratur.

c. Susun bahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang dapat

dipengaruhioleh temperatur, udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada

tempat yang sesuai.

d. Cantumkan nama masing-masing bahan medis habis pakai dan

alatkesehatan pada rak dengan rapi

e. Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas

dapatdimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan.

f. Apabila persediaan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan cukup

banyak, maka biarkan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan tetap

dalam box masing-masing, ambil seperlunya dan susun dalam satu dus

bersama bahan medis habis pakai dan alat kesehatan lainnya. Pada bagian

luar dus dapat dibuat daftar obat yang disimpan dalam dus tersebut.

g. Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang mempunyai batas

waktupemakaian maka perlu dilakukan rotasi stok agar obat tersebut tidak

selalu berada dibelakang yang dapat menyebabkan kadaluwarsa.

2.8. Pencatatan Stok Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan

Pencatatan dan Kartu Stok berfungsi (Siregar, 2004):

a. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi bahan medis habis pakai dan

alatkesehatan (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluwarsa)

b. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu)

jenisbahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang berasal dari 1 (satu)

sumber dana
26
c. Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi

bahanmedis habis pakai dan alat kesehatan

d. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan,

perencanaanpengadaan-distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan

fisik Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan dalam tempat

penyimpanannya.

Pada bagian pencatatan Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan (BMHP

dan ALKES) stok, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan antara lain:

a. Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan bahan medis habis

pakaidan alat kesehatan bersangkutan

b. Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari

c. Setiap terjadi mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/

daluwarsa)langsung dicatat di dalam kartu stok

d. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan.

Dari hasil pencatatan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan stok, maka

diperoleh informasi tentang: 1) Jumlah bahan medis habis pakai dan alat kesehatan

yang tersedia (sisa stok); 2) Jumlah bahan medis habis pakai dan alat kesehatan

yang diterima; 3) Jumlah bahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang keluar,

4) Jumlah bahan medis habis pakai dan alat kesehatan yang hilang/rusak/daluwarsa,

serta 5) Jangka waktu kekosongan bahan medis habis pakai dan alat kesehatan.

Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan disusun menurut ketentuan-ketentuan

berikut:

a. Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan dalam jumlah besar

(bulk)disimpan diatas pallet atau ganjal kayu secara rapi, teratur dengan

memperhatikan tanda-tanda khusus (tidak boleh terbalik, berat, bulat, segi

empat dan lain-lain).


27
b. Penyimpanan antara kelompok/jenis satu dengan yang lain harus jelas

sehinggamemudahkan pengeluaran dan perhitungan.

c. Penyimpanan bersusun dapat dilaksanakan dengan adanya forklift untuk

bahanmedis habis pakai dan alat kesehatan berat.

d. Bahan medis habis pakai dan alat kesehatan dalam jumlah kecil dan

mahalharganya disimpan dalam lemari terkunci dipegang oleh petugas

Penyimpanan.

e. Satu jenis bahan medis habis pakai dan alat kesehatan disimpan dalam

satulokasi (rak, lemari dan lain-lain).

f. Bahan Medis Habis pakai dan alat kesehatan dan alat kesehatan

yangmempunyai sifat khusus disimpan dalam tempat khusus. Contoh: Eter,

Film dan lain-lain.

g. Bahan Medis habis Pakai dan alat esehatan disimpan menurut sistem FIFO

(First In First Out).

h. Kartu stok memuat nama bahan medis habis pakai dan alat kesehatan, satuan,

asal (sumber) dan diletakkan pada lokasi penyimpanan.

i. Bagian judul pada kartu stok diisi dengan: Nama bahan medis habis pakai

danalat kesehatan, kemasan, isi kemasan.

j. Kolom-kolom pada Kartu Stok diisi sebagai berikut: tanggal penerimaan

ataupengeluaran, nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran, sumber asal

bahan medis habis pakai dan alat kesehatan atau kepada siapa obat dikirim,

No. Batch/No. Lot, Tanggal kadaluwarsa, jumlah penerimaan, jumlah

pengeluaran, sisa stok, paraf petugas yang mengerjakan.


BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan instrumen observasi langsung. Menurut Sugiyono (2013) metode

penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanan di Gudang Farmasi RSUD Rantau Prapat.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2021.

3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sistem pengadaan serta persentase pemakaian

Bahan Medis Habis Pakai di Instalasi Farmasi RSUD Rantau Prapat.

29
30
3.4. Teknik Pengumpulan Data

a. Data dikumpulkan dengan cara observasi langsung pelaksana

pengelolaanperbekalan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Rantau Prapat

dan wawancara langsung dengan petugas farmasi serta penanggung

jawab / Kepala Instalasi Farmasi.

b. Observasi dilakukan dengan mencocokkan (check list) proses

pengelolaan perbekalan farmasi dengan standar pelayanan farmasi di

rumah sakit yang tercantum dalam Permenkes Nomor 58 Tahun 2014

(Kemenkes, 2014), serta mengidentifikasi jenis perbekalan farmasi yang

mengalami kekosongan dan kerusakan/kadaluarsa.

c. Wawancara dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya

ketidaksesuaian pengelolaan perbekalan farmasi dengan Permenkes

Nomor 58 Tahun 2014 (Kemenkes, 2014).

3.5. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan, diberikan skor,

dipresentasekan dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

3.6. Defenisi Operasional

Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) adalah alat kesehatan yang ditujukan

untuk sekali pakai (Single Use) dan digunakan untuk menunjang proses

tindakan pengobatan.

31

DAFTAR PUSTAKA
Aditama, TjandraY. (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi
2.Jakarta: UI-Press.
Aditama,T.Y., Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi Kedua, Universitas
Indonesia Press, Jakarta. 2003
Aditama. (2010). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2.
Jakarta:Universitas Indonesia Press. Halaman 101-107.
Febriawati, Henni. (2013). Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit.Jakarta:
Gosyen Publishing. Hal. 38, 66.
Kementerian Kesehatan, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Permadi, A. (2015). Analisis Perencanaan dan Pengendalian Bahan dan
AlatKesehatan Habis Pakai (BAHP) Pada Instalasi Farmasi di Rumah
Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Teknik Mesin Universitas Gajah Mada. Halaman
Puspa, M. (2013). Evaluasi Efisiensi Manajemen Penyimpanan dan
Distribusi Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah Cilacap. Tesis.
Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Halaman 7.
Siregar, Charles J.P., Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.EGC, Jakarta.
2004.
Siregar, Charles J.P., Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.EGC, Jakarta.
2004.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Yusmainita, (2005), Pemberdayaan Instalasi Rumah Sakit Pemerintah
Yusmainita, (2005), Pemberdayaan Instalasi Rumah Sakit Pemerintah (10 Agustus
2005, http ://www.tempo.co.id/medika/arsip/012003/top-1.htm)
Lampiran 1. Tabel Penggunaan serta Persentase Pemakaian Bahan Medis Habis Pakai pada Perbekalan RSUD Rantau
Prapat periode Januari s/d Desember 2020.

Bulan Total
Nama Januari Februari Maret Pemakaian
No
BMHP Januari-
Pemakaian Persentase Pemakaian Persentase Pemakaian Persentase
Desember

32
33
Lampiran 2. Pengisian Format Form Permintaan Barang ke Instalasi Farmasi RSUD Rantau Prapat

Hasil
No Format
Ya Tidak
1 Yang menerima dari bagian (depo terkait)

2 Nomor faktur
3 Nama dan Kode Barang

Satuan
4 Jumlah (angka)
5
6 Tanggal pemberian form

7 Tanda tangan, Nama, NIP, Pangkat/Gol yang meminta

Tanda tangan, Nama, NIP, Pangkat/Gol yang menyerahkan petugas


8 farmasi.

Nb : Pengisian form dalam bentuk ceklis ( )

34

Lampiran 3. Pengisian Format Kartu Stok Barang di Instalasi Farmasi RSUD Rantau Prapat

Hasil
No Format Ket
Ya Tidak
1 Nama barang
2 Satuan
3 Tanggal masuk atau keluar barang

4 Jumlah barang masuk

5 Jumlah barang keluar

6 Jumlah barang sisa

Keterangan (Tanggal Expire Date dan Paraf petugas yang


7
mengambil)

Nb : Pengisian form dalam bentuk ceklis ( )


Lampiran 4. SOP Pencatatan dan Pelaporan Penggunaan Perbekalan Farmasi

35
36
Lampiran 5. Kebijakan Pendistribusian Sediaan Farmasi di RSUD Rantau Prapat

Lampiran 6. Kartu stok BMHP di Gudang farmasi RSUD Rantau Prapat


Lampiran 7. Form permintaan BMHP di Gudang farmasi RSUD Rantau
Prapat

Anda mungkin juga menyukai