Anda di halaman 1dari 15

POLIO

KELOMPOK 1
Mata Kuliah : Farmakoterapi Terapan
Dosen : Romauli Anna Teresia Marbun., S.Farm., M.Si., Apt
Afriani Sartika Manullang
Agus Setio
Angelica Caroline Zebua
Angelina Sari Purba
Arika Sufitri
Deny Afrina
LATAR BELAKANG

Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui
tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family
Picornaviridae. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari
sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.

Virus polio yang ditemukan dapat berupa virus polio vaksin/sabin, Virus polio liar/WPV (Wild Poliovirus ) dan VDPV (Vaccine
Derived Poliovirus ). VDVP merupakan virus polio vaksin/sabin yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
Yang berisiko terkena polio terutama menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun.

Polio dapat menyerang pada usia berapa pun, tetapi polio terutama menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Pada
awal abad ke-20, polio adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti di negara-negara industri, melumpuhkan ratusan ribu
anak setiap tahun. Pada tahun 1950an dan 1960an polio telah terkendali dan praktis dihilangkan sebagai masalah kesehatan
masyarakat di negara-negara industri. Hal ini setelah pengenalan vaksin yang efektif.

Poliomielitis disebabkan oleh virus polio, yang ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini menyebabkan peradangan pada
sumsum tulang belakang dan dapat memiliki berbagai gejala, termasuk kelemahan otot dan kelumpuhan asimetris. Hingga 75
persen kasus bisa berakibat fatal. Pada tahun 2012, terdapat 223 kasus polio - 66 persen lebih sedikit dibandingkan tahun
2011. Polio masih endemik di tiga negara: Afghanistan, Nigeria dan Pakistan.
VDPV • 1). Immunodeficient-related VDPV (iVDPV) berasal dari pasien
imunodefisiensi,
diklasifikasikan • 2). Circulating VDPV (cVDPV) ketika ada bukti transmisi orang ke orang
dalam 3 kategori dalam masyarakat, dan
• 3). Ambiguous VDPV (aVDPV) apabila tidak dapat diklasifikasikan
yaitu sebagai cVDPV atau iVDPV.

Penetapan jenis virus yang dimaksud,


Identifikasi VDPV berdasarkan tingkat
ditentukan berdasarkan pemeriksaan
perbedaan dari strain virus OPV.
laboratorium.

Virus polio dikategorikan sebagai VDPV


apabila terdapat perbedaan lebih dari
1% (>10 perubahan nukleotida) untuk
virus polio tipe 1 dan 3, sedangkan
untuk virus polio tipe 2 apabila ada
perbedaan lebih dari 0,6% (>6
perubahan nukleotida).
Gejala, Tanda dan Masa Inkubasi

Kebanyakan orang terinfeksi


(90%) tidak memiliki gejala atau Polio non-paralisis dapat
Masa inkubasi virus polio gejala yang sangat ringan dan mnyebabkan muntah, lemah otot,
biasanya memakan waktu 3-6 biasanya tidak dikenali. Pada demam, meningitis, letih, sakit
hari, dan kelumpuhan terjadi kondisi lain, gejala awal yaitu tenggorokan, sakit kepala serta
dalam waktu 7-21 hari. demam, kelelahan, sakit kepala, kaki, tangan, leher dan punggung
muntah, kekakuan di leher dan terasa kaku dan sakit
nyeri di tungkai.

Sindrom pasca-polio
menyebabkan sulit bernapas
Polio paralisis menyebabkan
atau menelan, sulit
sakit kepala, demam, lemah otot,
berkonsentrasi, lemah otot,
kaki dan lengan terasa lemah,
depresi, gangguan tidur dengan
dan kehilangan refleks tubuh.
kesulitan bernapas, mudah lelah
dan massa otot tubuh menurun.
Gambar : Gejala Penyakit Polio
Cara Transmisi (Penularan)

Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke
dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus.

Ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan cepat melalui
komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang buruk. Virus tidak akan rentan menginfeksi
dan mati bila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio.

Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti bahwa lalat
dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan.

Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar
bahwa mereka telah terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus mereka dan dapat
“diam-diam” menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain.
Penegakan Diagnosis

Hot case adalah kasus-kasus yang


sangat menyerupai polio yang ditemukan
Kasus AFP : semua anak kurang dari 15 <6 bulan sejak kelumpuhan dan Hot case cluster adalah 2 kasus AFP
tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya spesimennya tidak adekuat perlu atau lebih, berada dalam satu lokasi
flaccid (layuh), proses terjadi dilakukan pengambilan sample kontak. (wilayah epidemologi), beda waktu
kelumpuhan secara akut (<14 hari), Kategori hot case dibuat berdasarkan kelumpuhan satu dengan yang lainnya
serta bukan disebabkan oleh ruda paksa. kondisi specimen yang tidak adekuat tidak lebih dari 1 bulan.
pada kasus yang sangat menyerupai
polio.
Kasus polio pasti (confirmed polio case) : kasus AFP
VDPV (vaccine derived polio virus) adalah kasus polio
yang pada hasil laboratorium tinjanya ditemukan virus
(confirmed polio) yag disebabkan virus polio vaksin
polio liar (VPL), cVDPV, atau hot case dengan salah
yang telah bermutasi
satu specimen kontak VPL/VDPN

Kasus polio kompatibel : kasus polio yang tidak cukup


bukti untuk diklasifikasikan sebagai kasus non polio
secara laboratoris (virologis) yang dikarenakan antara
lain a) specimen tidak adekuat dan terdapat paralisis
residual pada kunjungan ulang 60 hari setelah
terjadinya kelumpuhan, b) specimen tidak adekuat dan
kasus meninggal atau hilang sebelum dilakukan
kunjungan ulang 60 hari. Kasus polio kompatibel hanya
dapat ditetapkan oleh kelompok kerja ahli surveilans
AFP nasional berdasarkan kajian data/dokumen
secara klinis atau epidemologis maupun kunjungan
lapangan.
Cara Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Polio

Imunisasi merupakan tindakan yang


paling efektif dalam mencegah penyakit Pencegahan penularan ke orang lain
polio. Vaksin polio yang diberikan berkali- melalui kontak langsung (droplet) dengan
kali dapat melindungi seorang anak menggunakan masker bagi yang sakit
seumur hidup. Pencegahan penyakit polio maupun yang sehat. Selain itu mencegah
dapat dilakukan dengan meningkatkan pencemaran lingkungan (fecal-oral) dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya pengendalian infeksi dengan menerapkan
pemberian imunisasi polio pada anak- buang air besar di jamban dan
anak. mengalirkannya ke septic tank.

Pencegahan penyakit polio bisa dilakukan


dengan 2 macam vaksin yaitu : Vaksin
Sabin adalah vaksin yang mengandung
virus polio yang masih hidup tapi sudah
dilemahkan. Vaksin Salk adalah vaksin
yang mengandung virus polio yang sudah
mati.
Persamaan Vaksin Sabin Dengan Vaksin
Salk
Bisa monovalen dan polivalen. Monovalen adalah vaksin yang hanya mengandung 1 tipe virus polio.
Polivalen adalah vaksin yang mengandung ketiga tipe virus polio.

Keduanya dibuat dalam biakan jaringan, bisa juga biakan jaringan ginjal kera (harus kera tertentu),
bisa juga biakan jaringan yang berasal dari manusia

Kedua macam vaksin harus mengandung tiap tipe virus polio dalam konsentrasi tertentu : tipe 1 =
106 TCID50 tiap 0,1 ml, tipe 2 = 105 TCID50 tiap 0,1 ml, tipe 3 = 105,5 TCID50 tiap 0,1 ml

Kedua vaksin memberi daya proteksi yang sama terhadap kelumpuhan yaitu 90%.
Vaksin Polio Oral Trivalen (Sabin)

Dosis: 3 tetes dari wadah multidosis; untuk


imunisasi primer diperlukan 3 dosis (lihat
jadwal, seksi 14.2). Dapat diberikan dengan
gula; tidak boleh diberikan dengan makanan
Keterangan: Suatu suspensi dari strain virus
yang mengandung pengawet. Tersedia dari
poliomielitis yang dilemahkan tipe 1, 2 dan 3.
Petugas Kesehatan.Catatan. Vaksin
Tersedia dalam kontainer 10 dosis dan 20
poliomielitis kehilangan potensinya begitu
dosis.
wadah dibuka, oleh karena itu sisa vaksin
setelah masa imunisasi harus dibuang; kalau
mungkin masa imunisasi harus direncanakan
untuk menghindari sisa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai