Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN PRAKTIK KERJA PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK


INDONESIA

di

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN


KOTA MEDAN

Disusun Oleh:

Bella Shafira, S.Farm.


212133057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


APOTEKER FAKULTAS FARMASI DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA
INDONESIA
MEDAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK
INDONESIA
di

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN


KOTA MEDAN

Laporan ini disusun unruk melengkapi salah satu syarat untuk mempeoleh
gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

Disusun Oleh:
Bella Shafira, S.Farm.
212133057

Pembimbing,

apt. Raissa Fitri, S.Farm., M.Farm.


NIDN 0114029501 apt. Drs. Martin Suhendri, M.Farm.
Staf Pengajar Fakultas Farmasi dan NIP 196602141996031001
Ilmu Kesehatan Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Makanan (BBPOM)
Medan
Medan

Medan, 20 Mei 2023 Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Universitas Sari Mutiara Indonesia
Dekan, Ketua,

Taruli Rohana Sinaga, SP., M.KM., Ph.D. apt. Dra. Modesta Harmoni Tarigan, M.Si.
NIDN. 0116107103 NIDN. 0119036801

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja
Pendidikan Profesi Apoteker di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
(BBPOM) Medan.
Praktik Kerja Pendidikan Profesi Apoteker ini merupakan salah satu syarat
dalam mengikuti Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia untuk memperoleh gelar
Apoteker. Terlaksananya Praktik Kerja Pendidikan Profesi Apoteker ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Parlindungan Purba, S.H., M.M., selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Indonesia Medan.
2. Ibu Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes., selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Ibu Taruli Rohana Sinaga, SP., M.KM., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ibu apt. Dra. Modesta Harmoni Tarigan, M.Si., sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. apt. Raissa Fitri, S.Farm., M.Farm., sebagai pembimbing yang telah berkenan
memberikan arahan, bimbingan dan berbagi pengalamannya kepada Penulis
selama melaksanakan Praktik Kerja Pendidikan Profesi Apoteker hingga
selesainya penulisan laporan ini.
6. Bapak apt. Drs. Martin Suhendri, M.Farm., selaku Kepala Balai Besar
POM di Medan yang telah memberikan izin bagi mahasiwa untuk
melaksanakan Praktik Kerja Pendidikan Profesi Apoteker di Balai Besar
POM Medan.
7. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara yang telah
memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada Penulis.
iii
8. Seluruh pegawai di Balai Besar POM di Medan atas kerja sama dan bantuan
yang telah diberikan selama penulis melaksanakan Praktik Kerja Profesi
Apoteker di Balai Besar POM Medan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 20 Mei 2023


Penulis,

Bella Shafira, S.Farm.


212133057

iv
v
RINGKASAN

Praktik Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) di Balai Besar POM

di Medan, telah dilaksanakan pada tanggal 8 Mei sampai dengan 24 Mei 2023.

Praktik Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) ini dilaksanakan dalam

upaya untuk memahami kedudukan, struktur organisasi, tugas dan fungsi serta

kewenangan BPOM RI. Memperoleh pengetahuan dan wawasan, serta

meningkatkan pemahaman peran Apoteker di bidang pemerintahan serta

mengetahui tugas pokok dan fungsi masing-masing bagian yang terdapat di Balai

Besar POM di Medan.

Kegiatan Praktik Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) di Balai Besar

POM di Medan yang dilakukan yaitu berupa kegiatan kunjungan dan diskusi pada

setiap Bagian dan Sub-Bagian serta fasilitas laboratorium yang tersedia.

vi
DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
RINGKASAN ............................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................... 3
1.3. Manfaat ................................................................................. 3
1.4. Pelaksanaan Kegiatan PKPPA................................................ 3
BAB II TINJAUAN UMUM BADAN POM RI ..................................... 4
2.1. Sejarah Badan POM RI .......................................................... 4
2.2. Filosofi Badan POM RI ......................................................... 5
2.3. Visi dan Misi Badan POM RI................................................. 7
2.4. Tugas dan Fungsi Badan POM RI ......................................... 8
2.5. Kewenangan Badan POM RI ................................................. 10
2.6. Budaya Organisasi Badan POM RI ........................................ 11
2.7. Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM)
Badan POM RI ...................................................................... 12
2.8. Kebijakan dan Strategis Badan POM RI ................................ 14
2.9. Target Kinerja ....................................................................... 18
2.10. Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Tiap Unit di BPOM RI 18

BAB III TINJAUAN KHUSUS BALAI BESAR POM MEDAN..................37


3.1. Tugas Pokok..................................................................................37
3.1.1. Tugas..................................................................................37
3.1.2. Fungsi.................................................................................37
3.2. Visi dan Misi..................................................................................38
3.3. Struktur Organisasi........................................................................39

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................41


4.1. Kesimpulan....................................................................................41
4.2. Saran..............................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................43

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Badan POM RI.................................................................44


Lampiran 2. Struktur Balai Besar POM di Medan.............................................45

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan


signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat
kesehatan. Dengan menggunakan teknologi modern, industri-industri tersebut kini
mampu memproduksi dalam skala yang sangat besar mencakup berbagai produk
dengan range yang sangat luas. Dengan dukungan kemajuan teknologi
transportasi dan entry barrier yang makin tipis dalam perdagangan internasional,
maka produk-produk tersebut dalam waktu yang amat singkat dapat menyebar ke
berbagai negara dengan jaringan distribusi yang sangat luas dan mampu
menjangkau seluruh strata masyarakat.

Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk termaksud cenderung terus


meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola
konsumsinya. Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai
untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Di
lain pihak iklan dan promosi secara gencar mendorong konsumen untuk
mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak rasional. Perubahan
teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup konsumen
tersebut pada realitasnya meningkatkan risiko dengan implikasi yang luas pada
kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub standar, rusak
atau terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala
besar dan luas serta berlangsung secara amat cepat.

Untuk itu telah dibentuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
yang memiliki jaringan nasional dan internasional serta kewenangan penegakan
hukum dan memiliki kredibilitas profesional yang tinggi. Badan POM adalah
sebuah lembaga di Indonesia yang bertanggung jawab kepada Presiden melalui
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Fungsi
dan tugas badan ini menyerupai fungsi dan tugas Food and Drug Administration
(FDA) di Amerika Serikat.

1
Untuk menjamin terpenuhnya tugas dan fungsi badan pengawas obat dan

makanan (BPOM), Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Undang-Undang

No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang- undang No. 35 tahun

2009 tentang Narkotika, Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,

dan Undang-undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan. Undang-undang ini

mewajibkan penyelenggara pengawas obat dan makanan (BPOM) untuk bekerja

secara optimal dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat. Serta

mewujudkan sistem jaringann pengawasan yang berdaya guna dan bermanfaat

guna untuk mendukungnya terselenggaranya sistem pengawasan yang terpadu dan

efesien. Adapun strategi pengawasan semakin diperkuat terutama dalam

penegakan hukum bidang obat dan makanan sebagai upaya melawan kejahatan

kemanusiaan.

1.2. Tujuan

Pelaksanaan Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) di Badan

POM RI bertujuan:

a. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Badan Pengawasan

Obat dan Makanan RI.

b. Memahamai dan mampu menjelaskan tugas pokok, fungsi, dan

kegiatan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya.

c. Mengetahui dan memahami peran apoteker dalam pengawasan obat

dan makanan khususnya pada Direktorat Pengawasan Produk dan

Bahan Berbahaya.

2
1.3. Manfaat

Manfaat Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) bagi mahasiswa

adalah:

1. Peserta dapat mengetahui dan memahami sistem pengawasan obat dan

makanan yang dilakukan oleh Badan POM RI melalui tugas pokok dan

fungsinya.

2. Peserta dapat mengetahui, memahami, dan terjun langsung terhadap tugas dan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan

Berbahaya dalam pengawasan bahan berbahaya pada pangan dan kemasan

produk pangan.

3. Peserta dapat mempelajari, menganalisa, dan mampu menjelaskan peran yang

dilakukan apoteker dalam pengawasan obat dan makanan khususnya pada

Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya.

4. Mendapatkan pengetahuan dan wawasan baru terkait makanan yakni

mengenai kemasan pangan dan bahan berbahaya dalam makanan.

5. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang professional.

1.4. Pelaksanaan Kegiatan PKPPA

Pelaksanaan Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) di Balai

Besar POM di Medan yang dilakukan pada tanggal 8 Mei 2023 - 24 Mei 2023,

pukul 08.00 WIB s/d 16.300 WIB. Adapun uraian kegiatan yang dilakukan, yaitu

berupa kegiatan kunjungan pada setiap Bagian dan Sub-Bagian serta fasilitas

laboratorium yang tersedia.

3
BAB II

TINJAUAN UMUM BADAN POM RI

2.1. Sejarah Badan POM RI

Pengaturan di bidang farmasi dimulai sejak didirikannya Dv.G (De Dienst

van De Valk Gezondheid) pada masa kolonial Belanda yang dalam organisasi

tersebut ditangani oleh Inspektorat Farmasi hingga tahun 1964. Dilanjutkan oleh

Inspektorat Urusan Farmasi sampai tahun 1967 dan oleh Direktorat Jenderal

(Ditjen) Farmasi hingga tahun 1975, dengan tugas pokok mencukupi kebutuhan

rakyat akan perbekalan farmasi. Ditjen Farmasi menjalankan tugasnya dengan

dukungan dari beberapa pihak, yaitu:

a) Lembaga Farmasi Nasional, yang bertugas untuk melakukan pengujian

dan penelitian di bidang kefarmasian.

b) Pabrik Farmasi Departemen Kesehatan.

c) Depo Farmasi Pusat.

d) Sekolah Menengah Farmasi Departemen Kesehatan, yang bertugas

melakukan fungsi pendidikan kefarmasian.

Pada tahun 1975, pemerintah mengubah Ditjen Farmasi menjadi Ditjen

Pengawas Obat dan Makanan, yang memiliki tugas pokok dalam bidang

pengaturan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika, alat kesehatan, narkotika

dan bahan berbahaya. Pemerintah juga membentuk unit pelaksana teknis, yaitu

Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan di Pusat dan Balai Pengawas Obat dan

Makanan di seluruh provinsi. Terbitnya undang-undang otonomi daerah

mengakibatkan adanya beberapa fungsi pemerintahan yang mengalami proses

4
desentralisasi. Namun hal ini tidak dapat diterapkan pada fungsi pengawasan obat

dan makanan. Walaupun pemerintah telah membentuk unit pelaksana teknis di

beberapa provinsi, dibutuhkan suatu lembaga pusat untuk menjamin standarisasi

serta sebagai pusat koordinasi antar daerah. Oleh karena itu, berdasarkan

Keputusan Presiden No. 166 Tahun 2000 yang kemudian diganti dengan

Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintahan Non

Departemen (LPND) (BPOM RI, 2007).

Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) selanjutnya ditetapkan

sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) berdasarkan Keputusan

Presiden No. 3 tahun 2013 tentang perubahan ketujuh atas Keputusan Presiden

nomor 103 tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan

organisasi dan tata kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (BPOM RI,

2007).

2.2. Filosofi Badan POM RI

LOGO FILOSOFI

Unsur Pertama, bentuk “tameng” yang

melambangkan perlindungan terhadap

masyarakat dari penggunaan obat dan makanan

yang tidak memenuhi persyaratan keamanan,

khasiat, manfaat, dan mutu.

5
Unsur Kedua, bentuk “Checklist” yang

merepresentasikan trust atau rasa kepercayaan.

Unsur Ketiga, bentuk “mata elang” yang

mempunyai makna memiliki pandangan yang

tajam sesuai dengan fungsi Badan Pengawas

Obat dan Makanan yang bertanggung jawab

melindungi masyarakat dengan melakukan

pengawasan obat dan makanan di Indonesia.

Unsur Keempat, “garis yang bergerak dari tipis

menjadi semakin tebal” yang melambangkan

langkah kedepan, yaitu perubahan kelembagaan

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan menjadi Badan Pengawas Obat dan

Makanan, selain itu dapat juga dilihat bahwa

Badan Pengawas Obat dan Makanan

memberikan perlindungan (dilambangkan

dengan garis hijau) kepada masyarakat (garis

biru tebal) dari Obat dan Makanan yang tidak

6
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat,

manfaat dan Mutu.

Unsur Kelima, warna biru pekat (dark blue)

yang menggambarkan perlindungan dan warna

hijau (green) menggambarkan Scientific base.

2.3. Visi dan Misi Badan POM RI

a) Visi Badan POM RI

obat dan makanan aman, bermutu, dan berdaya saing untuk

mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian

berlandaskan gotong royong.

b) Misi Badan POM RI

Untuk mewujudkan visi tersebut, Badan POM RI menyusun beberapa

langkah atau tindakan yang dituangkan dalam misi Badan POM, yaitu:

1. Membangun SDM unggul terkait obat dan makanan dengan

mengembangkan kemitraan bersama seluruh komponen bangsa dalam

rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia.

2. Memfasilitasi percepatan pengembangan dunia usaha obat dan makanan

dengan keberpihakan terhadap UMKM dalam rangka membangun

7
struktur ekonomi yang produktif dan berdaya saing untuk kemandirian

bangsa.

3. Meningkatkan efektivitas pengawasan obat dan makanan serta

penindakan kejahatan obat dan makanan melalui sinergi pemerintah pusat

dan daerah dalam kerangka negara kesatuan guna perlindungan bagi

segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga.

4. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya untuk

memberikan pelayanan publik yang prima di bidang obat dan makanan.

2.4. Tugas dan Fungsi Badan POM RI

a. Tugas Badan POM RI

Berdasarkan pasal 2 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017

tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan:

1. BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang

pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2. Obat dan makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas obat,

bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional,

suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan.

b. Tugas Unit Pelaksana Teknis

Berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2020, Unit Pelaksana

Teknis BPOM mempunyai tugas melaksanakan tugas teknis operasional di

8
bidang pengawasan obat dan makanan pada wilayah kerja masing-masing

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Fungsi Badan POM RI

Berdasarkan pasal 3 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017

tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan, BPOM mempunyai fungsi:

1. Dalam melaksanakan tugas pengawasan Obat dan Makanan, BPOM

menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan

Makanan;

2. Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan

Makanan;

3. Penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama

Beredar;

4. Pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama

Beredar;

5. Koordinasi pelaksanaan pengawasan obat dan makanan dengan instansi

pemerintah pusat dan daerah;

6. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat

dan Makanan;

7. Pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;

8. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM;

9
9. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawab BPOM;

10. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan

11. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur

organisasi di lingkungan BPOM.

2. Pengawasan Sebelum Beredar (Pre-Market) sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah pengawasan obat dan makanan sebelum beredar sebagai

tindakan pencegahan untuk menjamin obat dan makanan yang beredar

memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu

produk yang ditetapkan.

3. Pengawasan Selama Beredar (Post Market) sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah pengawasan obat dan makanan selama beredar untuk

memastikan obat dan makanan yang beredar memenuhi standar dan

persyaratan keamanan, khasiat/ manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan

serta tindakan penegakan hukum.

2.5. Kewenangan Badan POM RI

Berdasarkan pasal 4 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017

tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan. Dalam melaksanakan tugas

pengawasan Obat dan Makanan, BPOM mempunyai kewenangan :

1. Menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan

persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu, serta pengujian obat dan

makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

10
2. Melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan obat dan

makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

3. Pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2.6. Budaya Organisasi Badan POM RI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus

dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan

tugas. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi

menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.

Adapun budaya organisasi Badan POM RI adalah (BPOM RI, 2011) :

a. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan

komitmen yang tinggi.

b. Integritas

Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung

tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.

c. Kredibilitas

Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.

d. Kerjasama Tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.

e. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.

f. Responsif / Cepat Tanggap

Antisipatif dan respontif dalam mengatasi masalah.

11
2.7. Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) Badan POM RI

Badan POM RI dalam melakukan pengawasan baik secara pre market

maupun post market memiliki sistem pengawasan tersendiri, yaitu Sistem

Pengawasan Obat dan Makanan yang disingkat dengan SisPOM.

a. Prinsip Dasar SisPOM

1) Tindakan pengamatan cepat, tepat, akurat dan profesional.

2) Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko dan berbasis bukti-

bukti ilmiah.

3) Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh lingkup

proses.

4) Berskala nasional/ lintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional.

5) Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum.

6) Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang

berkolaborasi dengan jaringan global.

7) Memiliki jaringan sistem informasi keamanan dan mutu produk.

b. Kerangka Konsep SisPOM

Pengawasan obat dan makanan memiliki aspek permasalahan

berdimensi luas dan kompleks. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengawasan

yang komprehensif, semenjak awal proses suatu produk hingga produk

tersebut beredar ditengah masyarakat. Untuk menekan sekecil mungkin risiko

yang bisa terjadi, dilakukan SisPOM tiga lapis, yakni:

1) Sub-sistem Pengawasan Produsen

Sistem pengawasan internal oleh produsen melalui pelaksanaan cara-

cara produksi yang baik atau Good Manufacturing Practice agar setiap

12
bentuk penyimpangan dari standar mutu dapat dideteksi sejak awal. Secara

hukum produsen bertanggungjawab atas mutu dan keamanan produk yang

dihasilkannya. Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran terhadap

standar yang telah ditetapkan maka produsen dikenakan sanksi, baik

administratif maupun projustisia.

2) Sub-sistem Pengawasan Konsumen

Sistem pengawasan oleh mayarakat konsumen sendiri melalui

peningkatan kesadaran dan peningkatan pengetahuan mengenai kualitas

produk yang digunakannya dan cara-cara penggunaan produk yang

rasional. Pengawasan oleh masyarakat sendiri sangat penting dilakukan

karena pada akhirnya masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk

membeli dan menggunakan suatu produk. Konsumen dengan kesadaran

dan tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap mutu dan kegunaan suatu

produk, di satu sisi dapat membentengi dirinya sendiri terhadap

penggunaan produk-produk yang tidak memenuhi syarat dan tidak

dibutuhkan, sedang pada sisi yang lain akan mendorong produsen untuk

ekstra hati-hati dalam menjaga kualitasnya.

3) Sub-sistem Pengawasan Pemerintah/ Badan POM

Sistem pengawasan oleh pemerintah melalui pengaturan dan

standarisasi, penilaian keamanan, khasiat dan mutu produk sebelum

diijinkan beredar di Indonesia, inspeksi, pengambilan sampel dan

pengujian laboratorium produk yang beredar serta peringatan kepada

publik yang didukung penegakan hukum. Untuk meningkatkan kesadaran

dan pengetahuan masyarakat konsumen terhadap mutu, khasiat dan

13
keamanan produk maka pemerintah juga melaksanakan kegiatan

komunikasi, informasi dan edukasi (BPOM RI, 2015).

2.8. Kebijakan dan Strategis Badan POM RI

a. Sasaran Strategis Badan POM RI

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai

BPOM, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta

infrastruktur yang dimiliki BPOM. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan

diharapkan BPOM akan dapat mencapai sasaran strategis sebagai berikut:

1) Menguatnya sistem Pengawasan Obat dan Makanan.

2) Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan

pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat.

3) Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM.

b. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan

dan Gizi Masyarakat, ditetapkan satu arah kebijakan pembangunan di bidang

Kesehatan dan Gizi Masyarakat yang terkait dengan BPOM adalah

"Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan", melalui strategi:

1) Penguatan sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;

2) Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;

3) Penguatan kemitraan Pengawasan Obat dan Makanan dengan

pemangku kepentingan;

4) Peningkatan kemandirian Pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;

14
5) Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka

mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan; dan

6) Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian obat dan makanan

c. Arah Kebijakan dan Strategi BPOM

Arah Kebijakan BPOM (BPOM RI, 2011):

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

untuk melindungi masyarakat

Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko dimulai dari perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek

teknis, ekonomi, sosial dan spasial. Aspek-aspek tersebut dilakukan

dengan pendekatan analisis risiko yaitu dengan memprioritaskan

pengawasan kepada hal-hal yang berdampak risiko lebih besar agar

pengawasan yang dilakukan lebih optimal. Selain itu, penguatan

Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Juga didorong untuk

meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi balita,

anak usia sekolah, dan penduduk miskin.

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan

daya saing produk obat dan makanan

Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan BPOM dapat

meningkatkan kemandirian ekonomi utamanya daya saing Obat dan

Makanan. Pendekatan dalam kebijakan ini meliputi antara lain

penerapan Risk Management Program secara mandiri dan terus

menerus oleh produsen Obat dan Makanan. Ketersediaan tenaga

15
pengawas merupakan tanggung jawab produsen. Namun BPOM perlu

memfasilitasi pemenuhan kualitas sumber daya pengawas tersebut

melalui pembinaan dan bimbingan, pelatihan, maupun media

informasi, serta verifikasi kemandirian tersebut.

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik

Melalui Kemitraan Pemangku Kepentingan dan Partisipasi

Masyarakat dalam Pengawasan Obat dan Makanan

Menyadari keterbatasan BPOM, baik dari sisi kelembagaan

maupun sumber daya yang tersedia (SDM maupun pembiayaan),

maka kerjasama kemitraan dan partisipasi masyarakat adalah elemen

kunci yang harus dipastikan oleh BPOM dalam pelaksanaan tugas dan

fungsi pengawasan Obat dan Makanan. Pemerintah daerah dan

masyarakat juga dituntut untuk ikut andil dan terlibat aktif dalam

pelaksanaan pengawasan tersebut. Dalam hal ini BPOM mestinya jeli

dan proaktif dalam mendorong kerjasama dan kemitraan dengan

melibatkan berbagai kelompok kepentingan dalam dan luar negeri,

baik dari unsur pemerintah, pelaku usaha (khususnya Obat dan

Makanan), asosiasi pihak universitas/akademisi, media dan organisasi

masyarakat sipil terkait lainnya, dalam upaya memastikan bahwa obat

dan makanan yang beredar di masyarakat itu aman untuk dikonsumsi.

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan obat dan makanan

melalui penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis

yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai

organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.

16
Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya

internal secara efektif dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area

reformasi birokrasi untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang

bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Pengelolaan persediaan,

penataan aset, penguatan kapasitas laboratorium, penguatan sistem

informasi teknologi untuk mendukung pelayanan publik,

pengembangan SIPT sebagai aplikasi knowledge base dalam

mendukung risk based control, penguatan sistem perencanaan dan

penganggaran, serta implementasi keuangan berbasis akrual perlu

menjadi penekanan/agenda prioritas

d. Strategi Badan

POM Eksternal:

 Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan

Obat dan Makanan;

 Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi,

informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di

bidang Obat dan Makanan;

Internal:

 Penguatan Regulatory System Pengawasan Obat dan

Makanan berbasis risiko;

 Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga

hingga kinerja individu/pegawai;

17
 Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel

serta diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan

pegawai;

 Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat

dan daerah secara lebih proporsional dan akuntabel;

 Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung

maupun utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan

Makanan.

2.9. Target Kinerja

a. Indikator Kinerja Utama (IKU)

Indikator Kinerja Utama (IKU) adalah ukuran keberhasilan yang

digunakan untuk menilai/mengevaluasi ketercapaian sasaran strategis

BPOM. Indikator Kinerja Utama BPOM selama 5 (lima) tahun ke depan

(2020 - 2024) digunakan sebagaiacuan untuk menyusun rencana kinerja

jangka menengah, rencana kinerja dan anggaran, perjanjian kinerja,

laporan kinerja, serta melakukan evaluasi kinerja sesuai dengan dokumen

Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan.

2.10. Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Tiap Unit di BPOM RI

Organisasi dan tata kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan diatur dalam

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.02001/SK/KBPOM.

Penyesuaian organisasi dan tata kerja Badan POM RI dilakukan berdasarkan

Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004 tentang

Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan POM Nomor: 02001/SK/KBPOM

18
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan. Struktur

organisasi Badan POM RI dapat dilihat pada Lampiran 1.

a. Kepala Badan POM RI

Organisasi Badan POM RI dipimpin oleh seorang kepala yang mempunyai

tugas, sebagai berikut:

1) Memimpin Badan POM sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

2) Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan

tugas Badan POM.

3) Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas Badan POM yang

menjadi tanggung jawabnya.

4) Membina dan melaksanakan kerjasama instansi dan organisasi lain.

b. Sekretariat Utama Badan POM RI

Sekretariat Utama yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Utama yang

mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian

terhadap program, administrasi, dan sumber daya di lingkungan Badan POM.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Sekretariat Utama menyelenggarakan

fungsi, sebagai berikut:

1) Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi perencanaan, penganggaran,

penyusunan pelaporan, pengembangan pegawai termasuk pendidikan dan

pelatihan serta perumusan kebijakan teknis di lingkungan Badan POM.

19
2) Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi penyusunan peraturan

perundang-undangan, kerjasama luar negeri, hubungan antar lembaga

kemasyarakatan dan bantuan hukum, terkait dengan tugas Badan POM.

3) Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan

tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah

tangga.

4) Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan pusat-pusat dan

unit-unit pelaksana teknis di lingkungan Badan POM.

5) Pengkoordinasian administrasi pelaksanaan tugas Deputi di lingkungan

Badan POM.

6) Pelaksana tugas lain yang ditetapkan oleh kepala, sesuai dengan bidang

tugasnya.

Sekretariat Utama Badan POM terdiri dari:

1) Biro Perencanaan dan Keuangan

Melaksanakan koordinasi, perumusan rencana strategis dan

pengembangan organisasi, penyusunan program dan anggaran, keuangan

serta evaluasi dan pelaporan.

2) Biro Kerjasama Luar Negeri

Melaksanakan koordinasi kegiatan kerjasama internasional yang

berkaitan dengan tugas Badan POM RI.

3) Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat

Melaksanakan koordinasi kegiatan penyusunan rancangan peraturan

perundang-undangan, bantuan hukum, layanan pengaduan konsumen dan

hubungan masyarakat.

20
4) Biro Umum

Melaksanakan koordinasi urusan ketatausahaan pimpinan,

administrasi pegawai, pengembangan pegawai, keuangan serta

perlengkapan dan kerumahtanggaan.

Sekretariat Utama Badan POM RI secara administrasi membina

pelaksanaan tugas sehari-hari dari Pusat Pengujian Obat dan Makanan

Nasional, Pusat Penyidikan Obat dan Makanan, Pusat Riset Obat dan

Makanan, serta Pusat Informasi Obat dan Makanan.

c. Kedeputian I Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika,

Psikotropika dan Zat Adiktif

Kedeputian Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika,

Psikotropika dan Zat Adiktif yang dikepalai oleh seorang Deputi mempunyai

tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan produk

terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif.

Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA melaksanakan

penilaian dan evaluasi khasiat, keamanan dan mutu obat, produk biologi dan

alat kesehatan sebelum beredar di Indonesia dan juga produk uji klinik.

Selanjutnya melakukan pengawasan peredaran produk terapetik, narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lainnya. Disamping itu melakukan sertifikasi

produk terapetik, inspeksi penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik dan

inspeksi penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, inspeksi sarana produksi

dan distribusi, sampling, penarikan produk, public warning sampai pro justicia.

Didukung oleh antara lain Komite Nasional Penilai Obat Jadi, Komite

Nasional

21
Penilai Alat Kesehatan dan Tim Penilai Periklanan Obat Bebas, Obat Bebas

Terbatas, Obat Tradisional dan Suplemen Makanan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kedeputian ini

menyelenggarkan fungsi:

1) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang

pengawasan produk terapetik dan narkotika, psikotropika dan zat adiktif.

2) Penyusunan rencana pengawasan produk terapetik dan narkotika, psikotropika

dan zat adiktif.

3) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian, pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

bimbingan di bidang penilaian obat dan produk biologi.

4) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

bimbingan di bidang penilaian alat kesehtan, produk diagnostic dan perbekalan

kesehatan rumah tangga.

5) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

bimbingan di bidang standardisasi produk terapetik.

6) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasi produk terapetik.

22
7) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

bimbingan di bidang pengawasan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain.

8) Pengawasan produk terapetik dan narkotika, psikotropika dan zat adiktif.

9) Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan

produk terapetik dan narkotik, psikotropika dan zat adiktif. Evaluasi

pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan produk terapetik dan narkotika,

psikotropika dan zat adiktif. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh

Kepala, sesuai dengan bidang tugasnya.

Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik, Narkotika, Psikotropika dan

Zat Adiktif terdiri dari beberapa direktorat, yaitu:

1) Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi

Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang penilaian obat dan produk biologi.

2) Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan Perbekalan Kesehatan

Rumah Tangga

Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengawasan distribusi produk terapetik dan

perbekalan kesehatan rumah tangga.

23
3) Direktorat Standarisasi Produk Terapetik dan Perbekalan Kesehatan Rumah

Tangga

Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengaturan dan standarisasi produk terapetik dan

perbekalan kesehatan rumah tangga.

4) Direktorat Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan Perbekalan Kesehatan

Rumah Tangga

Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengawasan produksi produk terapetik dan

perbekalan kesehatan rumah tangga.

5) Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengawasan narkotika, psikotropika dan zat

adiktif.

6) Kelompok Jabatan Fungsional

d. Kedeputian II Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan

Produk Komplemen

Kedeputian Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Komplemen yang dikepalai oleh seorang Deputi mempunyai tugas menyiapkan

perumusan kebijakan penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur serta

24
pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang inspeksi

sarana produksi dan distribusi serta sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan

produk komplemen, fasilitas produksi dan proses produksi obat tradisional,

kosmetika dan produk komplemen.

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Komplemen melaksanakan penilaian dan registrasi obat tradisional, kosmetik

dan suplemen makanan sebelum beredar di Indonesia. Selanjutnya melakukan

pengawasan peredaran obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen,

termasuk penandaan dan periklanan. Penegakan hukum dilakukan dengan

inspeksi Cara Produksi yang Baik, sampling, penarikan produk, public warning

sampai pro justicia. Didukung oleh antara lain Tim Penilai Obat Tradisional

dan Tim Penilai Kosmetik.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kedeputian ini

menyelenggarakan fungsi:

1) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan kebijakan umum di

bidang pengawasan obat tradisional, kosmetika, dan produk komplemen.

2) Penyusunan rencana pengawasan obat tradisional, kosmetika dan produk

komplemen.

3) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan,

pemberian bimbingan di bidang penilaian obat tradisional, kosmetika dan

suplemen makanan.

25
4) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan,

pemberian bimbingan di bidang pengaturan dan standardisasi obat

tradisional, kosmetika dan produk komplemen.

5) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan,

pemberian bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasi obat tradisional,

kosmetik dan produk komplemen.

6) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan,

pemberian bimbingan di bidang Obat Asli Indonesia.

7) Pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen.

8) Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang

pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen.

9) Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan obat tradisional,

kosmetik dan produk komplemen.

10) Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai dengan bidang

tugasnya.

Deputi II Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Komplemen terdiri dari beberapa direktorat, yaitu:

1) Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Supleman Makanan dan Kosmetik

26
Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang penilaian obat tradisional, suplemen

makanan dan kosmetik.

2) Direktorat Standarisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Komplemen

Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengendalian dan standarisasi obat

tradisional, kosmetik dan produk komplemen.

3) Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Komplemen

Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang inspeksi sarana produksi dan distribusi serta

sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, fasilitas

produksi dan proses produksi obat tradisional, kosmetik dan produk

komplemen.

4) Direktorat Obat Asli Indonesia (OAI)

Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengembangan obat asli Indonesia.

5) Kelompok Jabatan Fungsional.

27
e. Kedeputian III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Berbahaya

Kedeputian Bidang Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya yang

dikepalai oleh seorang Deputi mempunyai tugas penyiapan perumusan

kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta

pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi dibidang

pengawasan produk dan bahan berbahaya.

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

melaksanakan penilaian dan evaluasi keamanan pangan sebelum beredar di

Indonesia dan selama peredaran seperti pengawasan terhadap sarana produksi

dan distribusi maupun komoditinya, termasuk penandaan dan periklanan, dan

pengamanan produk dan bahan berbahaya. Disamping itu melakukan sertifikasi

produk pangan.

Produsen dan distributor dibina untuk menerapkan Sistem Jaminan Mutu,

terutama penerapan Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB), Hazard

Analysis Critical Control Points (HACCP), Cara Distribusi Makanan yang

Baik (CDMB) serta Total Quality Management (TQM). Disamping itu

diselenggarakan surveilan, penyuluhan dan informasi keamanan pangan dan

bahan berbahaya. Didukung antara lain Tim Penilai Keamanan Pangan.

Kedeputian Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

menyelenggarakan fungsi:

1) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan kebijakan umum di

bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya.

2) Penyusunan rencana pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya

28
3) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan,

pemberian bimbingan di bidang penilaian keamanan pangan.

4) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan,

pemberian bimbingan di bidang standardisasi produk pangan.

5) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan,

pemberian bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasi produk pangan.

6) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan,

pemberian bimbingan di bidang surveilan dan penyuluhan keamanan

pangan.

7) Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan

prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan,

pemberian bimbingan di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya.

8) Pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya.

9) Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang

pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya.

10) Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan keamanan pangan dan

bahan berbahaya.

11) Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai dengan bidang

tugasnya.

29
Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

terdiri dari beberapa direktorat, yaitu:

1) Direktorat Penilaian Keamanan Pangan

Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang penilaian keamanan pangan.

2) Direktorat Standardisasi Produk Pangan

Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengaturan dan standardisasi produk pangan.

3) Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang inspeksi dan sertifikasi pangan.

4) Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan

Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang surveilan dan penyuluhan keamanan pangan.

5) Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

Bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman,

standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan

teknis dan evaluasi di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya.

30
f. Inspektorat Badan POM RI

Inspektorat dipimpin oleh Inspektur yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Badan POM RI. Dalam pelaksanaan tugas

sehari-hari, Inspektorat dibina oleh Sekreteris Utama. Inspektorat mempunyai

tugas melaksanakan pengawasan fungsional di lingkungan Badan POM.

Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat menyelenggarakan fungsi:

1) Persiapan rumusan kebijakan, rencana dan program pengawasan fungsional.

2) Pelaksanaan pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

3) Pengusutan mengenai kebenaran laporan dan pengaduan tentang hambatan,

penyimpangan atau penyalahgunaan dalam pelaksanaan tugas yang

dilakukan oleh unsur atau unit di lingkungan Badan POM RI.

4) Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat.

Inspektorat terdiri dari:

a) Kelompok Jabatan Fungsional

b) Sub-bagian Tata Usaha.

g. Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional

Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) dipimpin oleh

seorang Kepala dan mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan secara

laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, obat tradisional, kosmetik,

produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya sesuai dengan peraturan

31
perundang-undangan yang berlaku, serta melaksanakan pembinaan mutu

Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan.

Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional terdiri dari beberapa bidang,

yaitu:

a) Bidang Produk Terapetik dan Bahan Berbahaya;

b) Bidang Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen;

c) Bidang Pangan;

d) Bidang Produk Biologi;

e) Bidang Mikrobiologi;

f) Kelompok Jabatan Fungsional;

g) Sub Bagian Tata Usaha.

Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana dan program pengujian obat dan makanan

b) Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian

mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat

kesehatan, obat tradisional, kosmetika, produk komplimen, pangan dan

bahan berbahaya

c) Pembinaan mutu laboratorium Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional

d) Pelaksanaan sistem rujukan pengawasan obat dan makanan

e) Penyediaan baku pembanding dan pengembangan metode analisa pengujian

f) Pelatihan tenaga ahli di bidang pengujian obat dan makanan

g) Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan

h) Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan Pusat.

32
h. Pusat Penyidikan Obat dan Makanan

Pusat Penyidikan Obat dan Makanan (PPOM) dipimpin oleh seorang

Kepala. Tugas Pusat Penyidikan Obat dan Makanan yaitu melaksanakan

kegiatan investigasi awal dan penyidikan terhadap perbuatan melawan hukum

di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif, obat

tradisional, kosmetik dan produk komplemen, makanan serta produk sejenis

lainnya.

Pusat Penyidikan Obat dan Makanan terdiri dari beberapa bidang, yaitu:

a) Bidang Penyidikan Produk Terapetik dan Obat Tradisional;

b) Bidang Penyidikan Makanan;

c) Bidang Penyidikan Narkotika dan Psikotropika;

d) Kelompok Jabatan Fungsional;

e) Sub Bagian Tata Usaha.

Pusat Penyidikan Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana dan program investigasi awal dan penyidikan obat

dan makanan.

b) Pelaksanaan investigasi dan penyidikan obat dan makanan.

c) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan investigasi awal dan

penyidikan obat dan makanan.

i. Pusat Riset Obat dan Makanan

Pusat Riset Obat dan Makanan (PROM) merupakan salah satu unit

penunjang Badan POM RI yang dipimpin oleh seorang Kepala Pusat (Eselon

2) dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan POM. Pusat Riset Obat dan

33
Makanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang riset toksikologi,

keamanan pangan dan produk terapetik.

Pusat Riset Obat dan Makanan terdiri dari beberapa bidang, yaitu:

a) Bidang Produk Terapetik;

b) Bidang Keamanan Pangan;

c) Bidang Toksikologi;

d) Kelompok Jabatan Fungsional;

e) Sub Bagian Tata Usaha.

Pusat Riset Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana dan program riset obat dan makanan

b) Pelaksanaan riset obat dan makanan

c) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan riset obat dan makanan.

j. Pusat Informasi Obat dan Makanan

Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) adalah unsur pelaksana tugas

Badan POM RI yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Badan POM RI. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari secara teknis dibina oleh

Deputi dan secara administrasi dibina oleh Sekretariat Utama. Pusat Informasi

Obat dan Makanan dipimpin oleh seorang Kepala. Pusat Informasi Obat dan

Makanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang pelayanan

informasi obat, informasi keamanan pangan, informasi keracunan dan

teknologi informasi.

Pusat Informasi Obat dan Makanan terdiri dari beberapa bidang, yaitu:

a) Bidang Informasi Obat;

34
b) Bidang Informasi Keracunan;

c) Bidang Teknologi Informasi;

d) Kelompok Jabatan Fungsional;

e) Sub Bagian Tata Usaha.

Pusat Informasi Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana dan program pelayanan informasi obat dan makanan.

b) Pelaksanaan pelayanan informasi obat.

c) Pelaksanaan pelayanan informasi keracunan.

d) Pelaksanaan kegiatan di bidang teknologi informasi.

e) Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pelayanan informasi obat

dan makanan.

f) Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan pusat.

k. Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM RI

Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan

mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan obat dan

makanan, yang meliputi pengawasan atas produk terapetik, narkotika,

psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen serta

pengawasan atas keamanan pangan dan bahan berbahaya. Unit Pelaksana

Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan terdiri atas dua

klasifikasi, yaitu:

 Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan

 Balai Pengawas Obat dan Makanan.

35
Dalam melaksanakan tugas, Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan

Pengawas Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan;

b) Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian

mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika zat adiktif, obat tradisional,

kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya;

c) Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

produk secara mikrobiologi;

d) Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi;

e) Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum;

f) Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu

yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan;

g) Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen;

h) Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan;

i) Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan; dan

j) Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan, sesuai dengan bidang tugasnya (BPOM RI, 2015).

36
BAB III

TINJAUAN KHUSUS BALAI BESAR POM MEDAN

3.1. Tugas Pokok

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor

14 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014, Balai Besar POM di Medan mempunyai

tugas dan fungsi sebagai berikut:

3.1.1. Tugas

Melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik,

narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik,

produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya (BPOM RI, 2014).

3.1.2. Fungsi

1) Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan

2) Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian

mutu produk terapeutik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat

tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

3) Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

produk secara mikrobiologi.

4) Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh, dan

pemeriksaan sarana produksi dan distribusi.

5) Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum.

6) Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.

7) Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.

8) Melaksanakan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan

37
9) Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan sesuai dengan bidang tugasnya.

3.2. Visi dan Misi

a. Visi

Obat dan Makanan aman, bermutu, dan berdaya saing untuk mewujudkan

Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, danberkepribadian berlandaskan

gotong royong.

b. Misi

Misi Balai Besar POM di Medan ditetapkan sebagai berikut:

1. Membangun SDM unggul terkait obat dan makanan dengan

mengembangkan kemitraan bersama seluruh komponen bangsa dalam

rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia.

2. Memfasilitasi percepatan pengembangan dunia usaha obat dan makanan

dengan keberpihakan terhadap UMKM dalam rangka membangun struktur

ekonomi yang produktif dan berdaya saing untuk kemandirian bangsa.

3. Meningkatkan efektivitas pengawasan obat dan makanan serta penindakan

kejahatan obat dan makanan melalui sinergi pemerintah pusat dan daerah

dalam kerangka Negara Kesatuan guna perlindungan bagi segenap bangsa

dan memberikan rasa aman pada seluruh warga.

4. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya untuk

memberikan pelayanan publik yang prima di bidang obat dan makanan

(BPOM RI, 2015).

38
3.3. Struktur Organisasi

Sebagai perpanjangan tangan di daerah, Badan POM memiliki 33 ( tiga

puluh tiga) Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) yang merupakan Satuan Kerja

Mandiri setingkat Balai Besar dan Balai POM. Penetapan Balai Besar/Balai POM

tersebut berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Nomor 05018/SK/K Badan POM Tahun 2001 tentang organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2014.

UPT di lingkungan Badan POM ini dipimpin oleh seorang Kepala Balai

Besar POM yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan

POM. Dalam pelaksanaan Tugasnya, secara teknis Balai Besar/Balai POM dibina

oleh para Deputi dan secara administrasi dibina oleh Sekretaris Utama. Balai

Besar POM di Medan termasuk pada Tipe Balai Besar POM Tipe A dengan

wilayah kerja Seluruh Wilayah Administratif Provinsi Sumatera Utara. (BPOM

RI, 2015)

39
 Struktur Balai Besar POM Tipe A (Balai Besar POM di Medan)

1. Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan

Bertugas sebagai pemimpin di Balai Besar POM dan bertanggung jawab

langsung kepada Kepala Badan POM RI.

2. Bagian Tata Usaha

Bertugas sebagai adminstratif Balai Besar POM dan bertanggung jawab

kepada Kepala Balai Besar POM.

3. Bagian Pemeriksaan

Bertugas melakukan pemeriksaan dan bertanggung jawab kepada Kepala

Balai Besar POM, membawahi Sub-Bagian Sertifikasi dan Sub-Bagian Inspeksi.

4. Bagian Pengujian (Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan

Produk Komplimen).

Bertugas melakukan pengujian terhadap jenis di atas dan membawahi Sub-

Bagian Pengujian Kimia serta Sub-Bagian Pengujian Mikrobiologi, dan

bertanggung jawab kepada Kepala Balai Besar POM.

5. Bagian Penindakan

Bertugas menindaklanjutkan pelaporan atau temuan yang tidak sesuai.

Bertanggung jawab kepada Kepala Balai Besar POM.

6. Bagian Informasi dan Komunikasi

Bertugas memberikan pelayanan informasi dan komunikasi kepada

masyarakat, dan bertanggung jawab kepada Kepala Balai Besar POM.

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Bertanggung jawab kepada setiap Bagian dan Sub-Bagian Bidang.

40
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

a. Badan POM adalah Lembaga Pemerintah Non Kemetrian yang

bertanggung jawab secara langsung kepada Presiden yang berwenang

dalam sistem pengawasan obat dan makanan di Indonesia.

b. Badan POM dipimpin oleh seorang kepala yang membawahi sekretariat

utama, empat pusat, tiga deputi, sertai Balai/Balai Besar POM sebagai unit

pelaksanaan teknis didaerah. Sekretariat utama terdiri dari empat biro yaitu

Biro Perencanaan dan Keuangan, Biro Umum, empat pusat yang ada di

Badan POM yaitu Pusat Pengujian Obat Dan Makanan (PPOM), Pusat

Riset Obat dan Makanan (PROM), dan Pusat Informasi Obat dan Makanan

(PIOM). Tiga deputi tersebut meliputi Deputi Bidang Pengawasan Produk

Terapetik dan NAPZA (Deputi I), Deputi Bidang Pengawasan Obat

Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen (Deputi II), dan Deputi

Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya (Deputi III).

c. Penetapan Balai Besar/Balai POM tersebut berdasarkan Keputusan Kepala

Badan Pengawasan Obat dan Maknanan Nomor 05018/SK/K Badan POM

Tahun 2001.

d. Balai Besar POM (BBPOM) Di Medan merupakan BBPOM dengan Tipe

A dengan wilayah kerja Seluruh Wilayah Administratif Provinsi Sumatera

Utara. BBPOM di Medan dipimpin oleh seorang Kepala BBPOM yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan POM,

dengan membawahi 5 Bagian Bidang (Bagian Tata Usaha, Bagian

41
Pemeriksaan, Bagian Pengujian, Bagian Penindakan, Bagian Informasi

dan Komunikasi) yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala

BBPOM, serta setiap bagian bagian tersebut dibantu oleh Sub-Bagian

Bidang dan Kelompok Jabatan Fungsional.

4.2. Saran

Diharapkan Praktik Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) Universitas

Sari Mutiara Indonesia di BBPOM selanjutnya agar dapat dilaksanakan lebih lama

dengan harapan mahasiswa calon apoteker dapat jauh lebih memahami tugas

apoteker dan dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan di

BBPOM Medan.

42
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. (2007). Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK 00.05.55.6497
tentang Bahan Kemasan Pangan. Jakarta: Badan POM RI.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2015 tentang Logo
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta: 2015.

Badan POM RI. 2001. Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/KBPOM
Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat
dan Makanan. Jakarta: Badan POM RI.

Badan POM RI. (2011). Peraturan Kepala Badan POM RI


No.HK.03.1.23.07.11.6664/2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan.
Jakarta: Badan POM RI.

Badan POM RI. (2015). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan
Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019. Jakarta: Badan POM RI

Badan POM RI. (2015). Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Produk dan
Bahan Berbahaya 2015-2019. Jakarta: Badan POM RI.

Badan POM RI.(2014). Perubahan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan No 05018/SK/K Badan POM Tahun 2001 : Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badab Pengawas
Obat dan Makanan. Jakarta : Badan POM RI

Badan POM RI.(2015). Materi Ujian Dinas dan Ujian Penyesuaian Kenaikan
Pangkat (UPKP) Aparatur Sipil Negara (ASN) Badan POM. Jakarta :
Badan POM RI

43
Lampiran 1. Struktur Badan POM RI

44
Lampiran 2. Struktur Balai Besar POM di Medan

45
LAPORAN PRAKTIK KERJA PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK
INDONESIA

di

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN


KOTA MEDAN

TUGAS KHUSUS

"PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH"

Disusun Oleh:
Bella Shafira, S.Farm.
212133057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


APOTEKER FAKULTAS FARMASI DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA
INDONESIA
MEDAN
2023
RINGKASAN

Telah selesai dilakukan Praktik Kerja Pendidikan Profesi Apoteker

(PKPPA) di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Medan. PKPA

ini bertujuan agar mahasiswa calon apoteker memahami peran apoteker di

BBPOM Medan. PKPA dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2023 sampai dengan 24

Mei 2023. Kegiatan PKPPA di BBPOM Medan yaitu kunjungan dan diskusi pada

setiap substansi yang ada di BBPOM Medan. Pada tanggal 16 Mei 2023

dilaksanakan Sosialisasi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Balai Besar

POM Medan di Kabanjahe oleh substansi Infokom BBPOM Medan.

i
DAFTAR ISI

RINGKASAN..........................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................3
1.3 Manfaat.......................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)..............................................................4
2.2 Tahapan Kegiatan PJAS....................................................................................4
2.2.1 Advokasi Lintas Sektor PJAS..................................................................4
2.2.2 Sosialisasi Keamanan Pagan kepada Komunitas Sekolah.......................4
2.2.3 Bimbingan Teknis Keamanan Pagan untuk Kader Keamanan Pangan di
Sekolah....................................................................................................5
2.2.4 Monitoring Pemberdayaan Kader Keamanan Pangan Sekolah...............5
2.2.5 Pemberian Paket Edukasi / Produk Informal Keamanan Pangan............6

BAB III METODE.................................................................................................8


3.1 Metode Pelaksanaan..........................................................................................8
3.2 Waktu dan Tempat............................................................................................9
3.3 Lokasi..............................................................................................................10
3.4 Peserta.............................................................................................................10

BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................8
4.1 Kecukupan Gizi Anak Sekolah.........................................................................8
4.2 Konsep dan Definisi Gizi Seimbang.................................................................9
4.3 Empat Pilar Gizi Seimbang.............................................................................10
4.4 Gizi Seimbang untuk Anak Sekolah...............................................................10
4.5 Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah Yang Sesuai.....................................11
4.6 Jenis-jenis PJAS..............................................................................................11
4.7 PJAS yang Sesuai............................................................................................12

ii
BAB V PENUTUP...............................................................................................13
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................13
5.2 Saran.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Substansi Informasi dan Komunikasi (Infokom) mempunyai tugas

melakukan Pengelolaan Komunikasi, Informasi, dan Pengaduan Masyarakat, serta

penyiapan koordinasi pelaksanaan kerjasama di bidang pengawasan obat dan

makanan. Dalam upaya melaksanakan tugas dan fungsinya, maka Balai Besar

POM di Medan berkoordinasi dengan pihak lain untuk meningkatkan

pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap obat dan makanan. Penyebaran

Informasi, Komunikasi, dan Edukasi tentang obat dan makanan sebagai

implementasi misi Badan POM yaitu untuk memberdayakan masyarakat agar

mampu melindungi dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan dan

juga meningkatkan kemandirian pelaku usaha untuk mampu berdaya saing. Untuk

tercapainya misi Badan POM tersebut Balai Besar POM di Medan melaksanakan

kegiatan Penyebaran Informasi dan Aksi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi

Pemberdayaan Masyarakat tentang obat dan makanan yang melibatkan pemuka

masyarakat, masyarakat umum, ibu rumah tangga, pedagang, murid sekolah, guru

dan instansi terkait.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah

mengamanatkan upaya perbaikan gizi untuk meningkatkan mutu gizi perorangan

dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan; perbaikan

perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan; serta peningkatan akses dan

mutu pelayanan gizi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Disamping itu berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan

1
dinyatakan bahwa penyelenggaraan pangan bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pangan yang aman, bermutu, dan

bergizi bagi konsumsi masyarakat. Kondisi saat ini di Indonesia, khususnya pada

anak-anak, masih mengalami masalah gizi ganda (double burden), yaitu

kekurangan gizi dan kelebihan gizi.

Untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein anak sekolah, Pangan

Jajanan Anak Sekolah (PJAS) dibutuhkan bagi anak yang tidak atau kurang

sarapan dan tidak membawa bekal. Kontribusi asupan zat gizi pada sarapan yang

sehat sebaiknya dapat memenuhi 15-30% kebutuhan gizi harian. Dengan

demikian kedudukan PJAS menjadi strategis serta keberadaannya merupakan

suatu yang diharapkan. Tinggi proporsi anak sekolah yang tidak sarapan dapat

disebabkan antara lain telat bangun dan ketidaktersediaan makanan sarapan

dirumah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

gizi PJAS anak sekolah tergolong dalam kategori tinggi namun dalam prakteknya

hal ini tidak mendasari pemilihan PJAS yang sesuai oleh anak sekolah. Salah satu

penyebabnya adalah keterbatasan ketersediaan PJAS yang sesuai dilingkungan

sekolah (Tanziha, dkk, 2012).

Untuk mendukung rencana aksi tersebut, pemerintah dalam hal ini BPOM,

telah melakukan Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah Yang Aman,

Bermutu dan Bergizi. Adapun kegiatan ataupun program yang dilaksanakan oleh

substansi Informasi dan Komunikasi (Infokom) salah satunya yaitu: Intervensi

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang dilaksanakan pada tanggal

16 Mei 2023 di SMA Negeri 1 Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera

Utara.

2
1.2. Tujuan

Untuk meningkatkan pengetahuan bagi komunitas untuk memberikan

informasi dan edukasi tentang pangan jajanan anak sekolah yang bergizi dalam

rangka pencapaian gizi seimbang.

1.3. Manfaat

Manfaat Sosialisasi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah bagi mahasiswa

adalah:

1. Peserta dapat mengetahui dan memahami peranan pangan jajanan dalam

memberikan asupan energi dan gizi bagi anak sekolah.

2. Peserta dapat memahami dan terjun langsung dalam membina kantin yang

dapat menyediakan pangan jajanan yang aman, bermutu, dan bergizi.

3. Peserta mengetahui dan memahami jajanan yang aman, bermutu, dan bergizi

sehingga dapat dengan cerdas memilih pangan yang dikonsumsi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Sumber daya manusia yang berkualitas di lingkungan sekolah dapat

diwujudkan dengan menyediakan pangan yang akan dikonsumsi komunitas

sekolah dalam kondisi aman, bermutu dan bergizi. Pangan yang dikonsumsi

komunitas sekolah dapat berupa pangan jajanan yang tersedia di lingkungan

sekolah maupun pangan jajanan yang berada di luar lingkungan sekolah. Pangan

yang beredar saat ini, termasuk pagan yang dijajakan di kantin sekolah dan atau di

lingkungan sekolah, merupakan pangan yang dihasilkan oleh industri pangan,

termasuk industri rumah tangga pangan (IRTP) dan pangan yang dihasilkan oleh

jasa boga yang disebut pangan siap saji. Keamanan dan mutu produk pangan yang

beredar di lingkungan sekolah ditentukan oleh kebijakan sekolah, tingkat

pengetahuan dan kepedulian pengelola kantin sekolah dan penjaja pangan yang

ada di sekitar lingkungan sekolah (BBPOM RI, 2021).

2.2. Tahapan Kegiatan PJAS

2.2.1. Advokasi Lintas Sektor PJAS

Advokasi dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan Desa Pangan

Aman dan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Melalui pertemuan ini

dihasilkan kesepakatan dari para pemangku kepentingan untuk melakukan

kegiatan secara terpadu dan berkesinambungan (BBPOM RI, 2021).

2.2.2. Sosialisasi Keamanan Pagan kepada Komunitas Sekolah

Melalui kegiatan ini diharapkan komunitas sekolah dapat memperoleh

akses informasi keamanan pangan yang valid sehingga dapat meningkatkan

4
pengetahuan dan pemahaman komunitas sekolah terhadap keamanan pangan,

dan pada akhirnya diharapkan dapat membentuk perilaku keamanan pangan

yang baik (BBPOM RI, 2021).

2.2.3. Bimbingan Teknis Keamanan Pagan untuk Kader Keamanan

Pangan di Sekolah

Bimtek dilaksanakan agar komunitas sekolah terpapar mengenai

keamanan pangan dalam menjaga keamanan pangan di sekolah serta

penyediaan PJAS yang aman di kantin sekolah dan pedagang PJAS di sekitar

Sekolah. Adapun yang menjadi Narasumber dalam Bimtek yaitu Kepala

BBPOM di Medan. Koordinator Kelompok Substansi Informasi dan

Komunikasi BBPOM di Medan, Dinas Kesehatan (Seksi Kesehatan

Lingkungan), Dinas Pendidikan dan Peserta Bimtek terdiri dari Kepala

Sekolah, Guru/Penanggung Jawab UKS, Orangtua/Komite Sekolah dan

Pengelola Kantin Sekolah (BBPOM RI, 2021).

2.2.4. Monitoring Pemberdayaan Kader Keamanan Pangan Sekolah

Pemberdayaan Kepala Sekolah, Guru, dan Orangtua/Komite Sekolah

sebagai Kader Keamanan Pangan Sekolah diharapkan dapat meningkatkan

kemandirian sekolah dalam penjaminan keamanan pangan di sekolah, sesuai

dengan perannya masing-masing. Sehubungan hal tersebut, untuk memantau

kiprah Kader Keamanan Pangan Sekolah tersebut perlu dilakukan monitoring

pemberdayaan kader keamanan pangan sekolah. Hal ini dimonitoring dengan

terbentuknya SK Tim Keamanan Pangan Sekolah, adanya dokumentasi

kegiatan intervensi keamanan pangan sekolah secara mandiri, dan

tersusunnya rencana aksi keamanan pangan sekolah (BBPOM RI, 2021).

5
2.2.5. Pemberian Paket Edukasi / Produk Informal Keamanan Pangan

Dalam rangka mewujudkan kemandirian komunitas sekolah dalam

melindungi diri dari peredaran PJAS yang tidak aman dan bermutu, maka

perlu dilakukan Pemberian Paket Edukasi Keamanan Pangan yang dapat

digunakan oleh Komunitas sekolah sebagai referensi dalam melakukan

kegiatan sosialisasi keamanan pangan di lingkungan sekolah. Paket Edukasi

yang diberikan berupa 5 (lima) buah poster yang berkaitan dengan Keamanan

Pangan dan Cek KLIK. Pemberian Paket Edukasi ini dilakukan pada saat

Sosialisasi Keamanan Pagan kepada Komunitas Sekolah (BBPOM RI, 2021).

2.2.6. Sertiflkasi Sekolah dengan PJAS Aman

Program PJAS pada tahun 2021 disesuaikan dengan kondisi pandemi

COVID 19. Aktifitas tatap muka dibatasi dengan penutupan sekolah, terutama

pada Zona Kuning, Zona Merah dan Zona Hitam sesuai Keputusan Bersama

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian

Kesehatan, dan Kementerian Dalam Negeri terkait Panduan Penelenggaraan

Pembelajaran pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa

Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19). Namun demikian, penjaminan

terhadap pangan yang aman, bermutu dan bergizi bagi komunitas sekolah.

terutama siswa, harus tetap menjadi prioritas.

Sehubungan hal tersebut, diakukan pentahapan kegiatan dalam rangka

mencapai predikat Sekolah dengan PJAS aman melalui Sertifikasi. Sertifikasi

Sekolah dengan PJAS Aman merupakan proses pemberian sertifikar

penghargaan kepada sekolah yang memiliki komitmen baik untur

mengimplementasikan program keamanan pangan melalui rencana aksi

program keamanan PJAS dan memberdayakan kader keamanan pangan.

6
Tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut adalah untuk mendorong pihak

sekolah memenuhi persyaratan keamanan pangan setelah sebelumnya sekolah

melakukan evaluasi mandiri (self assessment) pemenuhan kriteria Sekolah

dengan PJAS Aman. Output dari self assessment dapat digunakan oleh Balai

Besar POM di Medan sebagai gambaran kesiapan sekolah dalam pelaksanaan

Sertifikasi Sekolah dengan PJAS Aman.

Kegiatan ini dilakukan dengan pengisian Formulir Sertifikasi Sekolah

dengan PJAS Aman oleh sekolah dan verifikasi ole BBPOM di Medan serta

pemeriksaan keamanan PJAS melalui sampling dan pengujian. Sertifikat

diberikan pada sat acara Monitoring dan Evaluasi Program Intervensi

Keamanan Pangan di masing-masing Kabupaten/Kota yang dintervensi.

2.2.7. Pengawalan

Pelaksanaan program keamanan pangan harus dilakukan secara

berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pengawalan terhadap

sekolah yang sudah dintervensi untuk memastikan keberlanjutan program ini

di sekolah yang sudah dintervensi.

7
BAB III
METODE

3.1 Metode Pelaksanaan Kegiatan

Adapun pelaksanaan kegiatan Pangan Jajanan Anak Sekolah ini adalah

dengan melakukan sosialisasi pemaparan materi, pre-test, post-test, dan sesi tanya

jawab.

3.2 Waktu, Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan Sosialisasi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

dilakukan pada hari Selasa, 16 Mei 2023 di SMA Negeri 1 Kabanjahe, Kabupaten

Karo, Provinsi Sumatera Utara.

3.3 Peserta Kegiatan

Peserta yang mengikuti promosi kesehatan berasal dari perwakilan seluruh

sekolah yang ada di Kabupaten Karo. Peserta merupakan perwakilan siswa dan

guru dari masing-masing sekolah.

8
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kecukupan Gizi Anak Sekolah

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak salah satunya dipengaruhi

oleh zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Awal usia 7 (tujuh) tahun anak mulai

masuk sekolah, mulai berkenalan dengan suasana, lingkungan dan kebiasaan baru

dalam kehidupannya sehingga mempengaruhi kebiasaan makan anak. Aktivitas

yang tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan

mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya, membuat stamina anak cepat

menurun kalau tidak ditunjang dengan asupan pangan dan gizi yang cukup dan

seimbang. Agar stamina anak sekolah tetap bugar selama mengikuti kegiatan di

sekolah, maka diharuskan sarapan pagi yang memenuhi kecukupan gizi. Energi

dari sarapan untuk anak-anak dianjurkan berkisar 1/3 (satu per tiga) dari

kebutuhan energi per hari (BPOM RI, 2021).

Pentingnya mengonsumsi makanan selingan selama di sekolah adalah agar

kadar gula darah tetap terkontrol baik, sehingga anak tetap konsentrasi terhadap

pelajaran dan dapat melaksanakan aktivitas lainnya. Kecukupan zat gizi seseorang

diantaranya dipengaruhi oleh umur. Golongan umur 10-12 tahun kecukupan zat

gizinya relatif lebih besar daripada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan

relatif cepat, terutama penambahan berat dan tinggi badan. Selain umur, jenis

kelamin juga mempengaruhi kecukupan zat gizi (BPOM RI, 2021).

9
4.2 Konsep dan Definisi Gizi Seimbang

Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung

zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan

memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup

bersih dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan

berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. Untuk itu perlu diperkenalkan

slogan “Gizi Seimbang Bangsa Sehat Berprestasi”. Makna slogan ini merupakan

syarat mutlak untuk mewujudkan generasi atau bangsa yang sehat, cerdas,

berprestasi, unggul, bersaing sehingga menjadi perhatian dan disegani bangsa-

bangsa lain dalam persahabatan global (BPOM RI, 2021).

Secara umum komposisi makanan yang seimbang adalah bila komposisi

energi dari karbohidrat 50-65%, protein 10-20%, dan lemak 20-30%. Konsumsi

gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3-4

sendok makan setiap hari. Selain gizi seimbang, pada anak-anak, pola asuh yang

baik akan memberikan pengaruh yang baik pula terhadap status gizinya. Pola asuh

yang baik akan memperhatikan kecukupan asupan zat gizi dan pencegahan

terjadinya penyakit, atau apabila seorang anak menderita penyakit, pelayanan

kesehatan yang memadai akan dicari sehingga penyakit segera tertangani sebelum

mengganggu status gizinya lebih jauh. Selanjutnya pola asuh, asupan gizi dan

kejadian penyakit infeksi sangat dipengaruhi oleh akar masalah, yang meliputi

faktor sosial, ekonomi dan budaya (BPOM RI, 2021).

10
4.3 Empat Pilar Gizi Seimbang

Prinsip gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya

merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar

dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara teratur. Empat pilar

tersebut terdiri dari (BPOM RI, 2021):

 Mengonsumsi aneka ragam pangan.

 Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

 Melakukan aktivitas fisik.

 Memantau berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat badan

normal.

4.4 Gizi Seimbang untuk Anak Sekolah

Keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola konsumsi

pangan dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Dengan

memperhatikan masih ditemukannya anak sekolah dengan status gizi kurang dan

pendek, bahkan mulai meningkatnya prevalensi status gizi lebih pada anak

sekolah, maka pemenuhan gizi seimbang menjadi penting untuk dilaksanakan

guna menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan

berdaya saing.

Dalam pemenuhan gizi seimbang, setiap sumber zat gizi mempunyai peran

dan porsi yang berbeda. Sebagai contoh makanan pokok dengan potongan yang

lebih besar dibandingkan lainnya menunjukkan porsi yang dibutuhkan lebih

banyak dibandingkan sayuran dan buah atau makanan sumber protein baik protein

hewani maupun nabati (BPOM RI, 2021).

11
4.5 Memilih Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Sesuai

Pada anak sekolah, sarapan tetap menjadi prioritas dalam asupan gizi anak

sekolah. Jika kebutuhan gizi anak sekolah belum tercukupi dari sarapan maka

PJAS menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut.

Sarapan merupakan bagian dari perilaku untuk mewujudkan gizi seimbang yang

penting bagi hidup sehat, aktif, dan cerdas. Berbagai kajian membuktikan bahwa

gizi yang cukup dari sarapan membekali tubuh untuk berpikir, beraktivitas fisik

secara optimal setelah bangun pagi. Bagi anak sekolah, sarapan terbukti dapat

meningkatkan kemampuan belajar dan stamina anak. Sarapan atau makan pagi

yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktifitas, yang terdiri dari

makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Energi dari sarapan untuk

anak-anak dianjurkan berkisar 20-25% yaitu 200-300 kalori (BPOM RI, 2021).

4.6 Jenis-Jenis PJAS

Makanan selingan dapat berfungsi sebagai asupan gizi anak sekolah,

menjaga kadar gula darah agar anak sekolah tetap berkonsentrasi, untuk

mempertahankan aktivitas fisik anak sekolah. Makanan selingan dapat berupa

bekal dari rumah atau berupa Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS). Jenis pangan

jajanan anak sekolah dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu (BPOM RI, 2021):

a. Makanan utama

b. Camilan/snack

c. Minuman

d. Jajanan Buah

12
4.7 PJAS yang Sesuai

PJAS yang sesuai adalah PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi serta

disukai oleh anak. Berikut beberapa tips memilih PJAS yang sesuai (BPOM RI,

2021) :

 Kenali dan pilih pangan yang aman.

 Jaga kebersihan.

 Cek KLIK (Kemasan, Label, Izin edar dan Kedaluwarsa).

 Ketahui kandungan gizinya.

 Konsumsi air yang cukup.

 Perhatikan warna, rasa dan aroma.

 Batasi minuman yang berwarna dan beraroma.

 Batasi konsumsi pangan cepat saji (fast food).

 Batasi makanan ringan.

 Perbanyak konsumsi makanan berserat.

 Bagi anak gemuk/obesitas batasi konsumsi pangan yang mengandung

gula, garam dan lemak.

13
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

 Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak salah satunya dipengaruhi

oleh zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari.

 Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat

gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan

memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku

hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka

mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.

 Prinsip gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya

merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang

keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara teratur.

 Keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola konsumsi

pangan dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif dan produktif.

 Pada anak sekolah, sarapan tetap menjadi prioritas dalam asupan gizi anak

sekolah. Jika kebutuhan gizi anak sekolah belum tercukupi dari sarapan maka

PJAS menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut.

 Makanan selingan dapat berfungsi sebagai asupan gizi anak sekolah, menjaga

kadar gula darah agar anak sekolah tetap berkonsentrasi, untuk

mempertahankan aktivitas fisik anak sekolah.

 PJAS yang sesuai adalah PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi serta disukai

oleh anak.

14
5.2 Saran

Disarankan kepada para stakeholder agar dapat terus mensosialisasikan

pentingnya memerhatikan keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah pada setiap

sekolah yang ada di wilayah kerja Balai Besar POM Medan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Tanziha, I dan Prasojo G. 2012. Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah


dalam Upaya Perbaikan Gizi dan Kesehatan. Kerjasama Nurani Dunia dan
Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Bogor.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2021. Pedoman Pangan Jajanan Anak
Sekolah Untuk Pencapaian Gizi Seimbang. BPOM RI. Jakarta.

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan RI. 2021. Laporan Tahunan 2021.
BBPOM RI. Medan.

16

Anda mungkin juga menyukai