Dosen Pengampu :
Deny Sutrisno,M.pd
Disusun Oleh
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kita curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat.
Tidak lupa, penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Metode penelitian.
Adapun tujuan dari penulisan dari Proposal ini adalah untuk memenuhi tugas dari Deny
Sutrisno,M.pd pada mata kuliah metode penelitian selaku dosen pengampu yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk proposal ini, supaya proposal ini nantinya dapat menjadi lebih baik
lagi.
Demikianlah apabila terdapat banyak kesalahan pada proposal ini, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami berharap semoga proposal dapat digunakan sebagaimana mestinya, Aminn
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1.2 Tujuan..........................................................................................................................
1.3 Manfaat penelitian.......................................................................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STANDARISASI .......................................................................................................
2.1.1 Standar pelayanan kesehatan .............................................................................
2.2 EVALUASI ................................................................................................................
2.2.1 Evaluasi kegiatan kesehatan ............................................................................
2.3 PUSKESMAS ............................................................................................................
2.3.1 Definisi ............................................................................................................
2.3.2 Konsep dan tujuan puskesmas .......................................................................
2.3.3 Tugas dan fungsi puskesmas ...........................................................................
2.4 STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN..........................................................
2.4.1 Pengelolan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai ..............................
2.4.2 Pelayanan farmasi klinik ................................................................................
2.4.3 Sarana dan prasarana…………………………………………………
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS DAN RENCANA PENELITIAN...................................................................
3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN.................................................................
3.3 POPULASI PENELITIAN........................................................................................
3.4 SAMPEL PENELITIAN .........................................................................................
3
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016 pusat
kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya
kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya
kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia termasuk puskesmas.Fungsi Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016
puskesmas memiliki tiga fungsi pokok, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan
strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun
2016 pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada
pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi
pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 menyatakan
bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016 pelayanan
5
kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu
dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat
manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dan kegiatan
pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dan
sarana dan prasarana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STANDARISASI
Standardisasi ialah suatu patokan atau pedoman yang digunakan untuk menjadi
acuan minimal dalam mencapai keselarasan. Standard yang umumnya digunakan sebagai
tolak ukur suatu objek dengan penentuan karakteristik dan spesifikasi tertentu yang
dikenakan pada objek tersebut. Standardisasi disebut sebagai usaha bersama dalam
6
pembentukan sebuah standar. Dengan adanya standar inilah sebuah objek memiliki sebuah
nilai lebih dan diakui oleh seluruh masyarakat.
Standardisasi berawal dari kata standar yang artinya satuan ukur untuk
perbandingan kualitas, kuantitas, nilai, dan hasil karya atau produk. Dengan begitu,
pengertian standardisasi adalah proses pembentukan standar teknis, standar spesifikasi,
standar cara uji, standar definisi, prosedur standar (atau praktik) dan lain-lain.7 Jadi dapat
disimpulkan standardisasi pada suatu produk ialah penetapan mutu yang selanjutnya
menjadi pedoman untuk terpenuhinya keselarasan kuantitas yang bertujuan menjamin
kualitas produk.
2.2 EVALUASI
Evaluasi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Evaluationadalah suatu proses yang
7
sistematis untuk menentukan atau membuatkeputusan, sampai sejauh mana tujuan atau program
telah tercapai. Menurut M. Chabib Thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrumen danMenurut Ramayulis evaluasi
bukan sekedar menilai suatu aktivitas secarasepontan dan incidental, melainkan merupakan
kegiatan untuk menilaisesuatu secara terencana, sistematik, dan berdasarkan atas tujuan
yangjelas.Dari penjelasan di atas, yang dimaksud dengan evaluasi dalam penelitian ini adalah
evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam secara terencana,
sistematis, menggunakan instrumen penilaian yang tepat dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.
8
membuat hal ini menjadi sesuatu yang sederhana, akurat serta objektif sehingga bisa
mendapatkan data yang akurat dan bisa dijadikan acuan. Monitoring dan evaluasi pada program
kesehatan itu penting sekali mengacu pada action-oriented, sehingga hal ini jelas sangat penting
untuk dilakukan untuk mendukung sebuah program kesehatan yang berhasil. Sebagai contoh
dalam program penurunan berat badan, contoh monitoring dan evaluasinya bisa berupa dengan
menanyakan berat badan day to day atau week to week, memastikan pola hidup dan gaya hidup
yang dilakukan sudah benar-benar tepat dan tidak melenceng, serta memastikan apakah itu
benar-benar dilakukan. Hal itu bisa didapati dengan beberapa metode seperti metode food recall,
penimbangan berat badan, food history dan food weighing.
2.3 PUSKESMAS
2.3.1 Definisi puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak upaya kesehatan (baik upaya
kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan)1. Upaya puskesmas seperti kegiatan
pelayanan yang ditujukan untuk pencegahan, menyembuhkan penyakit, mengurangi penderitaan akibat
penyakit serta pemulihan kesehatan, semua itu merupakan kegiatan memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,
kolompok dan masyarakat2. Semuanya merupakan prinsip penyelenggaraan pelayanan kesehatan
puskesmas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari para pengguna jasa pelayanan
kesehatan dimana pasien mengharapkan suatu penyelesaian dari masalah kesehatannya3.
9
wilayah kecamatan.
2.MisiPuskesmas
Dalam buku Trihono Manajemen Puskesmas mengungkapkan 4 yang
diselenggarakan oleh Puskesmas dalam misi pembangunan Kesehatan Nasional, yakni 1 :
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya,
puskesmas akan menggerakkan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan
aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan,
setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan prilaku masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas
akan selalu barupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya
makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju
kemandirian untuk hidup sehat.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengolaan dana, sehingga dapat di jangkau oleh kalangan masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat serta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan dan mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang
berkunjung, bertempat tinggal di wilayah kerjanya tanpa diskriminasi dan dengan penerapan kemajuan ilmu
dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan puskesmas
mencakup juga aspek lingkungan.
10
kemampuan untuk melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan serta memantau pelaksanaan program kesehatan dengan cara
memperhatikan kondisi dan situasi seperti sosial budaya
masyarakat setempat1.
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas betanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan baik pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat.
1) Pelayanan kesehatan Perorangan : yaitu pelayanan yang bersifat
pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah
rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap 1.
2) Pelayanan Kesehatan Masyarakat : yaitu pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tampa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat seperti promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa masyarakat 1
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas setiap periode
dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas.
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola
penyakit, pola konsumsi Sediaan Farmasi periode sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana
pengembangan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga
kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program
11
yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up).
Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan
Sediaan Farmasi Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
12
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan
terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1.bentuk dan jenis sediaan;
2.kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan Farmasi, seperti suhu
3.penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;
4.mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dantempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi.
13
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
1.produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
2.telah kadaluwarsa;
3.tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu
pengetahuan
5.dicabut izin edarnya.
H. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
1.Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan;
2.Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
3.Sumber data untuk pembuatan laporan.
I. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
14
secara periodik dengan tujuan untuk:
a)mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan;
b).memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
c).memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
15
B. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara
akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
1.Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di lingkungan Puskesmas,
pasien dan masyarakat.
2.Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat (contoh:
kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat
penyimpanan yang memadai).
3.Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan:
1.Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan pasif.
2.Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap
muka.
3.Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
4.Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta masyarakat.
5.Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
6.Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
C. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang
berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai Obat
kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
16
Kegiatan:
2,Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien
dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya apa yang dikatakan dokter
mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan
lain-lain.
Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Kriteria pasien:
3.Pasien dengan Obat yang 4.berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
5.Pasien geriatrik.
6.Pasien pediatrik.
1.Ruangan khusus.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat risiko masalah
terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik Obat, kompleksitas
pengobatan, kompleksitas penggunaan Obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan
terapi Obat.
17
D. Ronde/Visite Pasien Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-
lain.
Tujuan:
4.Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi pasien.
2.Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal pemberian Obat.
3.Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah, mencatat jenisnya dan
melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan pasien.
5.Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait Obat yang
mungkin terjadi.
2.Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu buku
18
yang akan digunakan dalam setiap kunjungan.
1.Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan pasien dan
menyiapkan pustaka penunjang.
2.Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga pasien
terutama tentang Obat.
4.Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat yang
dihentikan, Obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.
Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan terputusnya kelanjutan
terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan pelayanan
kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan
kemandirian pasien dalam penggunaan Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.
E. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.Tujuan:
1.Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan
frekuensinya jarang.
2.Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat dikenal atau yang
baru saja ditemukan.
Kegiatan:
19
1.Menganalisis laporan efek samping Obat.
2.Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping Obat.
F. Pemantauan Terapi Obat (PTO)Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Tujuan:
Kriteria pasien:
3.Adanya multidiagnosis.
5.Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
Kegiatan:
20
4.Memberikan penjelasan pada pasien.
6.Melakukan evaluasi.
7.Memberikan rekomendasi.
Tujuan:
Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional.
Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di
tempat yang mudah dilihat. Contoh standar prosedur operasional sebagaimana terlampir.
Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi sarana
yang memiliki fungsi:
21
pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya.
Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika memungkinkan
disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.
Ruang penyerahan Obat
3.Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, buku pencatatan
penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat dapat digabungkan dengan ruang
penerimaan resep.
4.Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi
sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal
konsumsi Obat (lampiran), formulir catatan pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip (filling
cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan.
5.Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban, ventilasi,
pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan
masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari Obat,
pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika,
lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.
6.Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang
arsip memerlukan ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan
dokumen dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan
teknik manajemen yang baik.
BAB IV
22
MERODE PENELITIAN
23
Variabel penelitian adalah suatu yang ditetapkan oleh peneliti unutk diteliti lebih
lanjut,sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut dan kemudian di tarik suatu
kesimpulan.variabel pada penelitian ini yaitu pelayanan kefarmasian,yaitu pelayanan yang
dilakukan secara langsung kepada pasien terkait sediaan farmasi di Puskemas wilayah sultan thaha
kabupaten tebo untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.Sub variabel yaitu pengolahan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai,pelayanan farmasi klinik dan sarana prasarana.
24
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.Jakarta
Trihono. 2010. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: CV Sagung Seto
Effendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Herlambang, S. 2016. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Jakarta: Gosyen Publishing
Departemen Kesehatan RI. 2004. Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional. Depkes, RI: Jakarta
25