Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN

“Evaluasi Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Wilayah Sultan Thaha


Kabupaten Tebo Berdasarkan Permenkes No 74 th 2016”

Dosen Pengampu :

Deny Sutrisno,M.pd

Disusun Oleh

Desri Yanti Safitri (2048201071)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI


PROGRAM STUDI FARMASI
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kita curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat.
Tidak lupa, penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Metode penelitian.

Adapun tujuan dari penulisan dari Proposal ini adalah untuk memenuhi tugas dari Deny
Sutrisno,M.pd pada mata kuliah metode penelitian selaku dosen pengampu yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk proposal ini, supaya proposal ini nantinya dapat menjadi lebih baik
lagi.

Demikianlah apabila terdapat banyak kesalahan pada proposal ini, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami berharap semoga proposal dapat digunakan sebagaimana mestinya, Aminn

Jambi, 5 Januari 2023

2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1.2 Tujuan..........................................................................................................................
1.3 Manfaat penelitian.......................................................................................................

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STANDARISASI .......................................................................................................
2.1.1 Standar pelayanan kesehatan .............................................................................
2.2 EVALUASI ................................................................................................................
2.2.1 Evaluasi kegiatan kesehatan ............................................................................
2.3 PUSKESMAS ............................................................................................................
2.3.1 Definisi ............................................................................................................
2.3.2 Konsep dan tujuan puskesmas .......................................................................
2.3.3 Tugas dan fungsi puskesmas ...........................................................................
2.4 STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN..........................................................
2.4.1 Pengelolan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai ..............................
2.4.2 Pelayanan farmasi klinik ................................................................................
2.4.3 Sarana dan prasarana…………………………………………………
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS DAN RENCANA PENELITIAN...................................................................
3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN.................................................................
3.3 POPULASI PENELITIAN........................................................................................
3.4 SAMPEL PENELITIAN .........................................................................................

3.5 VARIABLE PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL


………………………………………….

3.6 INSTRUMEN PENELITIAN

3.7 ANALISIS DATA

3
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................

4
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016 pusat
kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya
kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya
kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia termasuk puskesmas.Fungsi Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016
puskesmas memiliki tiga fungsi pokok, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan
strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun
2016 pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada
pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi
pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 menyatakan
bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016 pelayanan

5
kefarmasian di puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu
dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat
manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dan kegiatan
pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dan
sarana dan prasarana.

1.1 Rumusan masalah

Bagaimana kesesuaian antara pelayanan kefarmasian di puskesmas sultan thaha


saifudin tebo dengan pemenkes No 74 th 2016?

1.2 Tujuan penelitian

Untuk mengetahui kesesuaian pelayanan kefarmasian di puskesmas berdasarkan


pemenkes No 74 th 2016

1.3 Manfaat penelitian

Memberikan pengetahuan mengenai pelayanan kefarmasian di puskesmas sultan thaha


saifudin tebo berdasarkan permenkes No 74 th 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 STANDARISASI

Standardisasi ialah suatu patokan atau pedoman yang digunakan untuk menjadi
acuan minimal dalam mencapai keselarasan. Standard yang umumnya digunakan sebagai
tolak ukur suatu objek dengan penentuan karakteristik dan spesifikasi tertentu yang
dikenakan pada objek tersebut. Standardisasi disebut sebagai usaha bersama dalam

6
pembentukan sebuah standar. Dengan adanya standar inilah sebuah objek memiliki sebuah
nilai lebih dan diakui oleh seluruh masyarakat.
Standardisasi berawal dari kata standar yang artinya satuan ukur untuk
perbandingan kualitas, kuantitas, nilai, dan hasil karya atau produk. Dengan begitu,
pengertian standardisasi adalah proses pembentukan standar teknis, standar spesifikasi,
standar cara uji, standar definisi, prosedur standar (atau praktik) dan lain-lain.7 Jadi dapat
disimpulkan standardisasi pada suatu produk ialah penetapan mutu yang selanjutnya
menjadi pedoman untuk terpenuhinya keselarasan kuantitas yang bertujuan menjamin
kualitas produk.

2.1.1 Standarisasi pelayanan kesehatan


Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak
diperoleh setiap warga negara secara minimal. Menurut UU 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (PEMDA), kesehatan adalah satu dari enam urusan bersama
yang bersifat wajib dan terkait dengan pelayanan dasar. (Kemenkes RI, 2016).
Peranan pemerintah dalam bidang kesehatan sangatlah vital mengingat kebutuhan
warga negara terhadap barang/jasa kesehatan bersifat unik dan kompleks sehingga
perlu standarisasi yang bermutu dalam pelayanan di bidang kesehatan. Namun
kemampuan sumber daya PEMDA di seluruh Indonesia tidak sama dalam
melaksanakan keenam urusan tersebut, sehingga pelaksanaan urusan tersebut
diatur dengan SPM sebagai sarana pencapaian target-target pencapaian SPM yang
menjadi indikator baik atau tidaknya kinerja dari Pemda (Kemenkes RI, 2019).
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama menjadi unit
terdepan dalam upaya pencapaian target-target SPM. Sehingga dalam rangka
penerapan SPM bidang kesehatan diperlukan petunjuk teknis pelaksanaan SPM
yang menjelaskan langkah operasional pencapaian SPM Bidang Kesehatan di
kabupaten/kota sebagai acuan bagi pemerintah daerah dengan memperhatikan
potensi dan kemampuan daerah (Kemenkes RI, 2016). .

2.2 EVALUASI
Evaluasi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Evaluationadalah suatu proses yang

7
sistematis untuk menentukan atau membuatkeputusan, sampai sejauh mana tujuan atau program
telah tercapai. Menurut M. Chabib Thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrumen danMenurut Ramayulis evaluasi
bukan sekedar menilai suatu aktivitas secarasepontan dan incidental, melainkan merupakan
kegiatan untuk menilaisesuatu secara terencana, sistematik, dan berdasarkan atas tujuan
yangjelas.Dari penjelasan di atas, yang dimaksud dengan evaluasi dalam penelitian ini adalah
evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam secara terencana,
sistematis, menggunakan instrumen penilaian yang tepat dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.

2.2.1 Evaluasi kegiatan kesehatan


Program kesehatan adalah sebuah design/framework yang digunakan seseorang untuk
menjalani sebuah perubahan dalam hal ini dibidang kesehatan. Sebuah program kesehatan yang
baik tidaklah hanya berasal dari seberapa baik program tersebut dilakukan atau seberapa baik
program tersebut dirancang, namun seberapa baik program tersebut benar-benar dilakukan dan
berdampak pada hasil akhirnya. Maka dari itu, sebuah program kesehatan yang baik tidaklah
luput dari metode Monitoring dan Evaluasi.
Manfaat dari monitoring dan evaluasi program kesehatan juga bisa memberikan data yang
akurat yang dapat digunakan sebagai dasar Analisa untuk perbaikan pelaksanaan program.
Contoh monitoring sendiri dalam program kesehatan dapat dilihat dengan cara memonitor setiap
perkembangan yang terjadi pada seseorang yang sedang menjalani program kesehatan. Kegiatan
monitoring berfokus pada pengawasan, serta mendapatkan informasi yang bersifat regular
berdasarkan indicator tertentu. Monitoring yang baik, bisa berguna unntuk memastikan program
yang dijalankan ini tetap berada pada jalurnya, serta kegiatan ini juga bisa menjadi sarana untuk
pengelola program kesehatan untuk mengetahui hambatan apa saja yang terjadi dan dialami oleh
yang menjalankan program, sehingga hambatan-hambatan tersebut bisa diselesaikan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
Setelah program monitoring bisa berjalan dengan baik, dilanjutkan dengan program evaluasi
di akhir. Evaluasi adalah kegiatan penilaian akan pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah
kinerja program untuk memberikan umpan balik (feedback) sehingga dapat dijadikan sebagai
acuan untuk peningkatan kualitas program kesehatan tertentu. Adapun contoh kegiatan evaluasi
pada program kesehatan bisa dilakukan dengan du acara yaitu dengan cara formative (selagi
program berjalan – evaluasi rutin) atau secara summative (dilakukan setelah program selesai –
dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk program yang akan datang).
Dalam hal contoh monitoring dan evaluasi dalam program kesehatan, penting sekali dalam

8
membuat hal ini menjadi sesuatu yang sederhana, akurat serta objektif sehingga bisa
mendapatkan data yang akurat dan bisa dijadikan acuan. Monitoring dan evaluasi pada program
kesehatan itu penting sekali mengacu pada action-oriented, sehingga hal ini jelas sangat penting
untuk dilakukan untuk mendukung sebuah program kesehatan yang berhasil. Sebagai contoh
dalam program penurunan berat badan, contoh monitoring dan evaluasinya bisa berupa dengan
menanyakan berat badan day to day atau week to week, memastikan pola hidup dan gaya hidup
yang dilakukan sudah benar-benar tepat dan tidak melenceng, serta memastikan apakah itu
benar-benar dilakukan. Hal itu bisa didapati dengan beberapa metode seperti metode food recall,
penimbangan berat badan, food history dan food weighing.

2.3 PUSKESMAS
2.3.1 Definisi puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak upaya kesehatan (baik upaya
kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan)1. Upaya puskesmas seperti kegiatan
pelayanan yang ditujukan untuk pencegahan, menyembuhkan penyakit, mengurangi penderitaan akibat
penyakit serta pemulihan kesehatan, semua itu merupakan kegiatan memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,
kolompok dan masyarakat2. Semuanya merupakan prinsip penyelenggaraan pelayanan kesehatan
puskesmas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari para pengguna jasa pelayanan
kesehatan dimana pasien mengharapkan suatu penyelesaian dari masalah kesehatannya3.

2.3.2 konsep dan tujuan puskesmas


1 Visi Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang di selenggarakan oleh puskesmas ialah
tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya indonesia sehat. Kecamatan sehat merupakan gambaran
masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dimana
masyarakatnya hidup dalam lingkungan serta prilaku sehat juga memiliki kemampuan untuk menjangkau
pusat kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.Indikator pencapaian visi puskesmas yang berhasil
yakni : (a) perilaku sehat (b) lingkungan sehat (c) Derajat kesehatan penduduk kecamatan (d) Cakupan
pelayanan kesehatan yang bermutu, dan semuanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat

9
wilayah kecamatan.

2.MisiPuskesmas
Dalam buku Trihono Manajemen Puskesmas mengungkapkan 4 yang
diselenggarakan oleh Puskesmas dalam misi pembangunan Kesehatan Nasional, yakni 1 :
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya,
puskesmas akan menggerakkan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan
aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan,
setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan prilaku masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas
akan selalu barupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya
makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju
kemandirian untuk hidup sehat.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengolaan dana, sehingga dapat di jangkau oleh kalangan masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat serta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan dan mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang
berkunjung, bertempat tinggal di wilayah kerjanya tanpa diskriminasi dan dengan penerapan kemajuan ilmu
dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan puskesmas
mencakup juga aspek lingkungan.

2.3.3 Tugas dan Fungsi puskesmas


1 Fungsi Puskesmas
a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan kinerja masyarakat dan memantau penyelenggaraan
pembangunan di wilayah kerjanya sehingga berwawasan dan mendukung pembangunan kesehatan,
puskesmas juga aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan diwilayah kerjanya, khusus untuk pebangunan puskesmas mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan1.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas berupaya agar pemuka masyarakat dan tiap keluarga memiliki kesadaran, kemauan,

10
kemampuan untuk melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan serta memantau pelaksanaan program kesehatan dengan cara
memperhatikan kondisi dan situasi seperti sosial budaya
masyarakat setempat1.
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas betanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan baik pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat.
1) Pelayanan kesehatan Perorangan : yaitu pelayanan yang bersifat
pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah
rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap 1.
2) Pelayanan Kesehatan Masyarakat : yaitu pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tampa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat seperti promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa masyarakat 1

2.4 STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN


2.4.1 Pengelolaan sediaan Farmasi dan bahan medis habis pakai
A. Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai untuk
menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
1. perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang mendekati kebutuhan
2.meningkatkan penggunaan Obat secara rasional
3.meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.

Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas setiap periode
dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas.
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola
penyakit, pola konsumsi Sediaan Farmasi periode sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana
pengembangan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga
kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program

11
yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up).
Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan
Sediaan Farmasi Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.

B. Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah memenuhi kebutuhan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang
telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat

C. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan
Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Sediaan
Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas,
dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.
Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan,
pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan
catatan yang menyertainya.
Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan
Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh
Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan
keberatan.Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode
pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.

D. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

12
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan
terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1.bentuk dan jenis sediaan;
2.kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan Farmasi, seperti suhu
3.penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;
4.mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dantempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi.

E. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan
penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.

Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:


Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
1.Puskesmas Pembantu;
2.Puskesmas Keliling;
3.Posyandu; dan
4.Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan dengan cara pemberian Obat
sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan Obat
sesuai dengan kebutuhan (floor stock).

F. Pemusnahan dan penarikan


Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat

13
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
1.produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
2.telah kadaluwarsa;
3.tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu
pengetahuan
5.dicabut izin edarnya.

G. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga
tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
1.Pengendalian persediaan;
2.Pengendalian penggunaan; dan
3.Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.

H. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
1.Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan;
2.Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
3.Sumber data untuk pembuatan laporan.

I. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan

14
secara periodik dengan tujuan untuk:
a)mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan;
b).memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
c).memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

2.4.2 Pelayanan farmasi klinik


A. Pengkajian dan pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1.Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2.Nama, dan paraf dokter.
3.Tanggal resep.
4.Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1.Bentuk dan kekuatan sediaan.
2.Dosis dan jumlah Obat.
3.Stabilitas dan ketersediaan.
4/Aturan dan cara penggunaan.
5.Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
1.Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
2.Duplikasi pengobatan.
3.Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4.Kontra indikasi.
5.Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan
yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan
farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian.
Tujuan:
1.Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
2.Pasien memahami tujuan 3.pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan

15
B. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara
akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
1.Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di lingkungan Puskesmas,
pasien dan masyarakat.
2.Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat (contoh:
kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat
penyimpanan yang memadai).
3.Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Kegiatan:
1.Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan pasif.
2.Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap
muka.
3.Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
4.Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta masyarakat.
5.Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
6.Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan Kefarmasian.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:


1.Sumber informasi Obat.
2.Tempat.
3.Tenaga.
4.Perlengkapan.

C. Konseling

Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang
berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.

Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai Obat
kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama
penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.

16
Kegiatan:

1.Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.

2,Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien
dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya apa yang dikatakan dokter
mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan
lain-lain.

3.Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat

Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Faktor yang perlu diperhatikan:

Kriteria pasien:

1.Pasien rujukan dokter.

2.Pasien dengan penyakit kronis.

3.Pasien dengan Obat yang 4.berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.

5.Pasien geriatrik.

6.Pasien pediatrik.

7.Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.

Sarana dan prasarana:

1.Ruangan khusus.

2.Kartu pasien/catatan konseling.

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat risiko masalah
terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik Obat, kompleksitas
pengobatan, kompleksitas penggunaan Obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan
terapi Obat.

17
D. Ronde/Visite Pasien Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-
lain.

Tujuan:

1.Memeriksa Obat pasien.

2.Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan


mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.

3.Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan Obat.

4.Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi pasien.

5.Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan dokumentasi dan


rekomendasi.

Kegiatan visite mandiri:

-Untuk Pasien Baru:

1Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari unjungan.

2.Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal pemberian Obat.

3.Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah, mencatat jenisnya dan
melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan pasien.

5.Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait Obat yang
mungkin terjadi.

-Untuk pasien lama dengan instruksi baru:

1.Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.

2.Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian Obat.

-Untuk semua pasien:

1.Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.

2.Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu buku

18
yang akan digunakan dalam setiap kunjungan.

-Kegiatan visite bersama tim:

1.Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan pasien dan
menyiapkan pustaka penunjang.

2.Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga pasien
terutama tentang Obat.

3.Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.

4.Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat yang
dihentikan, Obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1.Memahami cara berkomunikasi yang efektif.

2.Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.

3.Memahami teknik edukasi.

4.Mencatat perkembangan pasien.

Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan terputusnya kelanjutan
terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan pelayanan
kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan
kemandirian pasien dalam penggunaan Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.

E. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.Tujuan:

1.Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan
frekuensinya jarang.

2.Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat dikenal atau yang
baru saja ditemukan.

Kegiatan:

19
1.Menganalisis laporan efek samping Obat.

2.Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping Obat.

3.Mengisi formulir Monitoring Efek 3.Samping Obat (MESO).

4.Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

Faktor yang perlu diperhatikan:

1.Kerja sama dengan tim kesehatan lain.

2.Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

F. Pemantauan Terapi Obat (PTO)Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.

Tujuan:

1.Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.

2.Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.

Kriteria pasien:

1.Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

2.Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.

3.Adanya multidiagnosis.

Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

4.Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.

5.Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.

Kegiatan:

1.Memilih pasien yang memenuhi kriteria.

2.Membuat catatan awal.

3.Memperkenalkan diri pada pasien.

20
4.Memberikan penjelasan pada pasien.

5.Mengambil data yang dibutuhkan.

6.Melakukan evaluasi.

7.Memberikan rekomendasi.

G. Evaluasi Penggunaan Obat

Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara terstruktur dan


berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan
terjangkau (rasional).

Tujuan:

1.Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.

2.Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.

Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional.
Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di
tempat yang mudah dilihat. Contoh standar prosedur operasional sebagaimana terlampir.

2.4.3 Sarana dan prasarana

Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi sarana
yang memiliki fungsi:

1:Ruang penerimaan resep


Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta
1 (satu) set komputer, jika memungkinkan.
2.Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas meliputi rak Obat
sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan disediakan peralatan peracikan,
timbangan Obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat,
lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label Obat, buku catatan

21
pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya.
Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika memungkinkan
disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.
Ruang penyerahan Obat
3.Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, buku pencatatan
penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat dapat digabungkan dengan ruang
penerimaan resep.
4.Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi
sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal
konsumsi Obat (lampiran), formulir catatan pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip (filling
cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan.
5.Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban, ventilasi,
pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan
masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari Obat,
pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika,
lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.
6.Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang
arsip memerlukan ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan
dokumen dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan
teknik manajemen yang baik.

BAB IV

22
MERODE PENELITIAN

3.1 JENIS DAN RENCANA PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan studi kasus,metode
yang digunakan metode deskriptif dengan menggunakan lembar pertanyaan wawancara dan
lembar checklist.Data yang diperoleh di analisis secara deskriptif dan di jabarkan dalam bentuk
narasi.Metode deskriptif merupakan metode yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan
variabel mandiri,baik hanya pada satu variabel atau lbeih(variabel yang yang berdiri sendiri atau
variabel bebas)tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungan dengan
variabel lain.(Sugiono,2013)

3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Penelitian ini di lakukan di instalasi farmasi puskesmas sultan thaha saifudin pada bulan
Desember-Februari 2023

3.3 POPULASI PENELITIAN


Populasi penelitian ini adalah 5 puskemas di wilayah sultan thaha kabupaten tebo,yang
terdiri dari,puskemas saifudin,puskemas pasir Mayang,puskesmas pulau temiang,Puskemas
sekutur jaya,puskesmas teluk kembang jambu.

3.4 SAMPEL PENELITIAN


Sampel adalah sebagian atau sekumpulan data yang di ambil atau diseleksi dari suatu
populasi,Teknik pengambilan sampel adalah berbagai cara yang di tempuh unutk pengambilan
sampel agar mendapatkan sampel yang benar-benar sesuai dengan seluruh objek penelitian
tersebut(Nursalam,2013)
Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh.sampling
jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua anggota populasi dijadikan.Alasan
mengambil Samplingneuh di karenakan anggota populasi kecil,kurang dari 30
orang(Sugiono,2013).Sampel dalam penelitian ini yaitu 5 apoteker di puskesmas wilayah sultan
thaha kab tebo yang be tugas sebagai penanggung jawab di instalasi farmasi di Puskemas,yang
terdiri dari Puskemas saifudin,Puskemas pasir Mayang,puskesmas sekutur jaya,Puskemas teluk
kembang Jambu dan puskesmas pulau temiang.

3.5 VARIABEL PENELTIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

23
Variabel penelitian adalah suatu yang ditetapkan oleh peneliti unutk diteliti lebih
lanjut,sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut dan kemudian di tarik suatu
kesimpulan.variabel pada penelitian ini yaitu pelayanan kefarmasian,yaitu pelayanan yang
dilakukan secara langsung kepada pasien terkait sediaan farmasi di Puskemas wilayah sultan thaha
kabupaten tebo untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.Sub variabel yaitu pengolahan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai,pelayanan farmasi klinik dan sarana prasarana.

3.6 INSTRUMEN PENELITIAN


Instrumen penelitian menyiapkan salah satu penentu utama keberhasilan suatu
penelitian,instrumen penelitian ini berupa checklist yang di tanyakan kepada apoteker yang
bertugas sebagai penanggung jawab di instalasi farmasi Puskemas wilayah sultan thaha kabupaten
tebo,lembar checklist berstruktur terdiri dari 2 aspek,aspek pertama yaitu pengolahan sediaa
farmasi dan bahan medis habis pakai yang terdiri dari 8 kelompok pernyataan berstruktur meliputi
perencanaan,permintaan,penerimaan,penyimpanan,pendistribusian,pengendalian,pencatatan,dan
pemantauan tang digunakan sebagai manajemen Dalam pengolahan obat.aspek kedua yaitu
pelayanan farmasi klinik yaitu terdiri dari 7 kelompok pernyataan berstruktur meliputi pengkajian
resep,pelayanan informasi obat,konseling,visite pasien,pemantauan efek samping
obat,pemantauan terapi obat dan evaluasi penggunaan obat yang guna meningkatkan kehidupan
pasien.

3.7 ANALISIS DATA


Penelitian ini mengunakan analisi deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian dengan menghitung distribusi frekuensi
proporsinya.penyajian data ditampilkan skala bentuk tabel menggunakan Microsoft exel 2010 yang
akan menjelaskan setiap Indikatator pelayanan kefarmasian.Metode untuk mengetahui kesesuaian
menggunakan indikator yang ada pada permenkes no 74 tahun 2016.
Pengolahan data dilakukan dengan komputer kemudian data dimasukkan.kemudian
dilakukan perhitungan indeks dengan program komputer dalam hal ini yaitu Microsoft word
2010.langkah langkahnya sebagai berikut :
1.data dari lembar checklist dihitubg(scorsing)menggunakan skala guttman,penilaian yang
diberikan dengan skor 1 unutk jawaban yang benar(ya) dan yang skor 0 untuk jawaban yang
salah(tidak).
2.Data di hitung menggunakan persentase(%) dari jawaban pertanyaan,untuk mengetahui
kesesuaian dari responden maka menggunakan kriteria absolute.

24
DAFTAR PUSTAKA

Permenkes No.74 tahun 2016, Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.Jakarta

Trihono. 2010. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: CV Sagung Seto

Effendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika

Herlambang, S. 2016. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Jakarta: Gosyen Publishing

Departemen Kesehatan RI. 2004. Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional. Depkes, RI: Jakarta

Kemenkes RI. 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Pukesmas.

25

Anda mungkin juga menyukai