Di susun Oleh :
PROGRAM SI FARMASI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia –
Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah Dasar – Dasar Rumah Sakit dengan lancar dan sesuai
dengan harapan kami.Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampu Bapak
Apt.Andi Ahriyansyah, M.Farm, yang telah mengajar mata kuliah Dasar – Dasar Rumah Sakit
sehingga tugas makalah ini dapat kami selesaikan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami,
baik dalam segi waktu maupun motivasi. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah supaya
semua dapat mengetahui Penerapan Farmasi Klinik di Rumah Sakit Yang meliputi Konseling,
Visite, dan PTO. Makalah ini telah kami buat sebenar dan sebaiknya, namun kami menyadari
masih banyak kekurangan dan kesalahan yang ditemukan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan.
2
DAFTAR ISI
Cover………………………………………………………………………….........1
Kata Pengantar……………………………………………………………………..2
Daftar Isi……………………………………………………………………............3
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………............4
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………...6
BAB 3 PENUTUP………………………………………………………………….22
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB 5 LAMPIRAN………………………………………………………………..24
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan konseling, kegiatan apa saja yang terdapat dalam
konseling, serta faktor-faktor yang di perhatikan dalam konseling ?
2. Apakah yang dimaksud dengan visite, kegiatan apa saja yang terdapat dalam visite, serta
faktor-faktor yang di perhatikan dalam visite ?
3. Apakah yang dimaksud dengan PTO, kegiatan apa saja yang terdapat dalam PTO, serta
tahapan dalam PTO ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana alur penerapan farmasi klinik di rumah sakit yang meliputi
Konseling, Visite, dan PTO ( Pemantauan Terapi Obat).
5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.2 Pelayanan Farmasi Klinik (dapus : permenkes RI No. 30 tahun 2014 tentang
pelayanan kefarmasian dipuskesmas)
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan dan efisiensi
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien yang terkait
dalam Pelayanan Kefarmasian.
6
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
3. Konseling
1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat Kegiatan pengkajian
resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan
klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
2. Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
b. Nama, dan paraf dokter.
c. Tanggal resep.
d. Ruangan/unit asal resep.
4. Persyaratan klinis meliputi: Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
7
2.3 Definisi Konseling (dapus : Luddin Abu Bakar M, Dasar-Dasar Konseling, CV
Citapustaka Media Perintis, Bandung, 2010. Dewa Ketut Sukardi, 1985. Pengantar Teori
Konseling : Suatu Uraian Ringkas. Penerbit Ghalia Indonesia : Jakarta.)
Konseling adalah suatu proses pembelajaran yang seseorang itu belajar tentang dirinya
serta tentang hubungan dalam dirinya lalu menentukan tingkah laku yang dapat memajukan
perkembangan dirinya.
1. Menurut Frank Parson pada tahun 1908, konseling adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu
masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah
ini pertama kali digunakan saat ia melakukan konseling karir.
2. Sedangkan menurut Carl Rogers konseling adalah proses bantuan oleh konselor kepada
klien yang lebih mengembangkan pendekatan tetapi yang berpusat pada klien (client centered).
6. Menurut Arthur J. Jones dan Buffon Stefflre and Norman R. Stewart, Pengertian
Konseling ialah hubungan profesional antara konseling terlatih dengan klien. Hubungan ini
biasanya antara orang ke orang meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan
dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangannya mengenai ruang
hidupnya sehingga dia dapat mimilih cara untuk membuat pilihan yang bermakna dan informasi
yang tersedia baginya.
8
belajar bagaimana memanfaatkan pemahaman mengenai dirinya untuk memperoleh tujuan-
tujuan hidup yang lebih realistis, sehingga klien dapat menjadi anggota dari masyarakat yang
berbahagia dan lebih produktif.
8. Menurut Wren, Pengertian Konseling adalah suatu relasi antara pribadi yang dinamis,
antara dua orang yang berusaha untuk memecahkan sebuah masalah dengan
mempertimbangkannya secara bersama-sama, sehingga pada akhirnya orang yang lebih muda
atau orang yang mempunyai kesulitan yang lebih banyak diantara keduanya dibantu oleh yang
lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan penentu diri sendiri.
9. Pengertian Konseling menurut Pepensky adalah suatu proses interaksi yang terjadi
antara dua orang individu yang disebut konselor dan klien, terjadi dalam situasi yang berisifat
pribadi, diciptakan dan dibina sebagai suatu cara untuk memudahkan terjadinya perubahan-
perubahan tingkah laku klien, sehingga ia memperoleh keputusan yang memuaskan
kebutuhannya.
11. Menurut F. P. Robinson, Pengertian Konseling ialah hubungan antara dua orang di
mana yang seorang klien merupakan klien, dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara
efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Suasana hubungan di dalam konseling
ini meliputi penggunaan wawancara untuk mendapatkan dan memberikan berbagai informasi,
mengajar dan juga melatih.
A. Tujuan konseling
Tujuan dilaksanakanya konseling, yaitu:
1. Meningkatkan keberhasilan terapi yang dijalani.
2. Memaksimalkan efek terapi.
3. Mengurangi resiko efek samping.
4. Meningkatkan cost effectiveness.
5. Menghormati pilihan penderita dalam menjalankan terapinya
9
Dalam melakukan konseling dijumpai beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain
adalah:
2. Efektivitas Konseling
Hal-hal yang mempengaruhi efektivitas konseling antara lain adalah durasi konseling,
tingkat keparahan penyakit yang diderita pasien, motivasi apoteker dan pasien selama konseling
berlangsung, pengetahuan apoteker terhadap materi yang akan diberikan kepada pasien,
kemampuan apoteker dalam menimbulkan rasa nyaman atau suasana yang kondusif selama
proses konseling berlangsung, sehingga pasien bisa dengan mudah memahami materi yang
disampaikan.
3. Kompetensi Apoteker
Kompetensi tersebut meliputi pengetahuan profesi, kemampuan berkomunikasi.
Kompetensi apoteker mampu memberikan kepercayaan pasien terhadap informasi yang
diberikan, sehingga apoteker dapat memberikan pelayanan konseling secara efektif.
10
2. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obatmelalui
Three Prime Questions.
3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasienuntuk
mengeksplorasi masalah penggunaan Obat.
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalahpengunaan
Obat.
5. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien dan
Dokumentasi.
a. Kriteria Pasien-Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu
hamildan menyusui).
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (tb, dm, epilepsi, danlain-lain).
c. Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus(penggunaan
kortiksteroid dengan tappering down/off)
d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,phenytoin).
e. Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi).
f. Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
Definisi Visite
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan Apoteker secara
mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang
Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan informasi Obat
kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik atas
permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang biasa disebut dengan
Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care). Sebelum melakukan kegiatan visite
Apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien
dan memeriksa terapi Obat dari rekam medik atau sumber lain.
Kegiatan visite dapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain sesuai dengan situasi dan kondisi. Keduanya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing- masing (lihat tabel) yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan
visite dan menetapkan rekomendasi.
Kelebihan Kekurangan
11
Waktu viside disesuaikan Rekomendasi yang dibuat
dengan jadwal kegiatan lain terkait dengan peresepan tidak
dapat segera diimplementasikan
sebelum bertemu dengan dokter
pelulis resep
Kelebihan Kekurangan
Dapat langsung
mengkomunikasikan masalah
terkait penggunaan obat dan
mengimplementasikan
rekomendasi yang dibuat
12
Pada kegiatan visite mandiri, apoteker harus memperkenalkan diri kepada pasien dan
keluarganya agar timbul kepercayaan mereka terhadap profesi apoteker sehingga mereka
dapat bersikap terbuka dan kooperatif. Contoh cara memperkenalkan diri, “Selamat pagi Bu
Siti, saya Retno, apoteker di ruang rawat ini. Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Membaik?
Atau ada keluhan lain?”. Pada tahap ini, apoteker dapat menilai adanya hambatan pasien
dalam berkomunikasi dan status klinis pasien (misalnya: kesadaran, kesulitan berbicara,
dll).
Pada visite mandiri, rekomendasi lebih ditujukan kepada pasien dengan tujuan untuk
meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dalam hal aturan pakai, cara pakai, dan hal-hal
yang harus diperhatikan selama menggunakan obat. Rekomendasi kepada pasien yang
dilakukan oleh apoteker dapat berupa konseling, edukasi, dan pendampingan cara
penggunaan obat.
13
Setelah pelaksanaan visite mandiri, apoteker dapat menyampaikan rekomendasi kepada
perawat tentang jadwal dan cara pemberian obat, misalnya: obat diberikan pada waktu yang
telah ditentukan (interval waktu pemberian yang sama), pemberian obat sebelum/sesudah
makan, selang waktu pemberian obat untuk mencegah terjadinya interaksi, kecepatan infus,
jenis pelarut yang digunakan, stabilitas dan ketercampuran obat suntik. Rekomendasi
kepada perawat yang dilakukan oleh apoteker dapat berupa konseling, edukasi, dan
pendampingan cara penyiapan obat.
Rekomendasi yang diberikan harus berdasarkan pada bukti terbaik, terpercaya dan
terkini agar diperoleh hasil terapi yang optimal.
Rekomendasi kepada apoteker lain dapat dilakukan dalam proses penyiapan obat,
misalnya: kalkulasi dan penyesuaian dosis, pengaturan jalur dan laju infus. Rekomendasi
kepada dokter yang merawat yang dilakukan oleh apoteker dapat berupa diskusi
pembahasan masalah dan kesepakatan keputusan terapi.
infeksi setelah 48-72 jam, misalnya: demam menurun (36,5-37 oC), jumlah leukosit
Pada kegiatan visite bersama dengan tenaga kesehatan lain, perkenalan anggota tim
kepada pasien dan keluarganya dilakukan oleh ketua tim visite.
15
antibiotika injeksi menjadi antibiotika oral, lama penggunaan antibiotika sesuai pedoman
terapi yang berlaku.
Rekomendasi yang diberikan harus berdasarkan informasi dari pasien, pengalaman klinis
(kepakaran) dokter dan bukti terbaik yang dapat diperoleh. Rekomendasi tersebut
merupakan kesepakatan penggunaan obat yang terbaik agar diperoleh hasil terapi yang
optimal. Pemberian rekomendasi kepada dokter yang merawat dikomunikasikan secara
efektif, misalnya: saran tertentu yang bersifat sensitif (dapat menimbulkan kesalahpahaman)
diberikan secara pribadi (tidak di depan pasien/perawat).
16
Pemantauan efektivitas dan keamanan penggunaan obat berupa keluhan pasien,
manifestasi klinis, dan hasil pemeriksaan penunjang; dapat dilakukan dengan menggunakan
metode SOAP. Contoh: pemberian insulin harus dipantau secara ketat untuk penyesuaian
dosis (target kadar glukosa darah tercapai) dan menghindari terjadinya hipoglikemia; pada
penggunaan Kaptopril, apoteker memperhatikan penurunan tekanan darah pasien sebagai
indikator efektivitas terapi dan menanyakan keluhan batuk kering sebagai indikator ROTD.
17
4.3 Praktik visite yang dilakukan oleh apoteker bertujuan untuk:
(1) meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien, perkembangan kondisi
klinik, dan rencana terapi secara komprehensif;
(2) memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk sediaan obat,
rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pada pasien,
(3) memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam hal pemilihan
terapi, implementasi dan monitoring terapi;
(4) memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait penggunaan obat akibat keputusan
klinik yang sudah ditetapkan sebelumnya
Sebelum memulai praktik visite di ruang rawat, seorang apoteker perlu membekali diri
dengan berbagai pengetahuan, minimal: patofisiologi, terminologi medis,
farmakokinetika, farmakologi, farmakoterapi, farmakoekonomi, farmakoepidemiologi,
pengobatan berbasis bukti. Selain itu diperlukan kemampuan interpretasi data laboratorium
dan data penunjang diagnostik lain; berkomunikasi secara efektif dengan pasien, dan tenaga
kesehatan lain. Praktik visite membutuhkan persiapan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Seharusnya layanan visite diberikan kepada semua pasien yang masuk rumah sakit.
Namun mengingat keterbatasan jumlah apoteker maka layanan visite diprioritaskan untuk
pasien dengan kriteria sebagai berikut:
18
4.5 Pengumpulan informasi penggunaan obat
Informasi penggunaan obat dapat diperoleh dari rekam medik, wawancara dengan
pasien/keluarga, catatan pemberian obat. Informasi tersebut meliputi:
Data pasien : nama, nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, berat badan (BB),
tinggi badan (TB), ruang rawat, nomor tempat tidur, sumber pembiayaan
Keluhan utama: keluhan/kondisi pasien yang menjadi alasan untuk dirawat
Riwayat penyakit saat ini (history of present illness) merupakan riwayat keluhan /
keadaan pasien berkenaan dengan penyakit yang dideritanya saat ini
Riwayat sosial: kondisi sosial (gaya hidup) dan ekonomi pasien yang berhubungan
dengan penyakitnya. Contoh: pola makan, merokok, minuman keras, perilaku seks
bebas, pengguna narkoba, tingkat pendidikan, penghasilan
Riwayat penyakit terdahulu: riwayat singkat penyakit yang pernah diderita pasien,
tindakan dan perawatan yang pernah diterimanya yang berhubungan dengan
penyakit pasien saat ini
Riwayat penyakit keluarga: adanya keluarga yang menderita penyakit
yang sama atau berhubungan dengan penyakit yang sedang dialami pasien.
Contoh: hipertensi, diabetes, jantung, kelainan darah, kanker
Riwayat penggunaan obat: daftar obat yang pernah digunakan pasien sebelum dirawat
(termasuk obat bebas, obat tradisional/ herbal medicine) dan lama penggunaan obat
Riwayat alergi/ ROTD daftar obat yang pernah menimbulkan reaksi alergi atau
ROTD.
19
tepat, kesalahan teknis oleh petugas, interaksi dengan makanan/obat. Apoteker
harus dapat menilai hasil pemeriksaan pasien dan membandingkannya dengan
nilai normal. (lihat contoh kasus)
- Masalah medis meliputi gejala dan tanda klinis, diagnosis utama dan penyerta.
- Catatan penggunaan obat saat ini adalah daftar obat yang sedang digunakan oleh
pasien. Catatan perkembangan pasien adalah kondisi klinis pasien yang diamati
dari hari ke hari.
4.6 Pengkajian masalah terkait obat
4.7 Fasilitas
20
Definisi PTO
Definisi PTO (Pemantauan Terapi Obat) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah
meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko ROTD.
Kegiatan yang dilakukan dalam PTO, meliputi:
pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat dan respon terapi
pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat,
pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.
21
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
1. Pengkajian resep.
2. Penelusuran riwayat peggunaan obat.
3. Pelayanan informasi obat (PIO).
4. Konsling.
5. Visite.
6. Pemantauan terapi obat (PTO).
7. Monitoring efek samping obat (MESO).
3.2 SARAN
Upaya – upaya untuk memberikan peran farmasis klinik dalam meningkatkan outcome
terapi bagi pasien harus terus dilakukan, sehingga akan semakin membuka peluang diterimanya
profesi farmasis di dalam tim pelayanan kesehatan yang langsung berhubungan dengan pasien.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://docplayer.info/58615395-Makalah-standar-pelayanan-kefarmasian-di-rumah-sakit.html
23
LAMPIRAN
24
25
26
27