Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH UNDANG-UNDANG DAN ETIKA KEFARMASIAN

SEORANG IBU MENGALAMI KOMA DAN LUMPUH,


APOTEK DIDUGA SALAH BERI OBAT

Selasa, 23 juni 2020 13:40 WIB, Medan

1. KOMANG NIA YULIANI (112)


2. NI KOMANG PUJA PERTIWI (113)
3. SHIENDY AYU PUSPITA (114)
4. NI PUTU AYU WIDYA ANGGRENI (115)
5. SANTHA LEONA ADHITIYA RIZKY (116)
6. I KOMANG WAHYU SUYOGA (117)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Seorang Ibu Mengalami Koma Dan Lumpuh, Apotek Diduga Salah Beri Obat”
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak I Gede Adi Wiguna, S.Farm.,Apt selaku dosen mata kuliah Undang-
Undang Dan Etika Kefarmasian. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pelayanan kefarmasian di apotek bagi para pembaca
dan penulis.

Kami mengucapakan terima kasih kepada Bapak I Gede Adi Wiguna, S.Farm.,Apt
selaku dosen mata kuliah Undang-Undang Dan Etika Kefarmasian yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepda semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karna itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan.

Denpasar, 21 Desember 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................1

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, sedangkan tenaga teknis
kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian berpeluang bekerja di
berbagai bidang diantaranya adalah industri farmasi, rumah sakit, apotek,
farmasi komunitas, laboratorium klinik, dan bagian administrasi
pelayanann obat. Tenaga kefarmasian melakukan praktik kefarmasian di
fasilitas pelayanan kefarmasian, salah satunya adalah di apotek. Apotek
merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian
di apotek, maka harus dilakukan evaluasi mutu pelayananan kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan tujuan
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes No. 35 tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek).

1.2 Rumusan Masalah


1. Masalah apa yang terjadi pada kasus ini ?
2. Undang-undang apa yang berkaitan dengan kasus ini ?
3. Standar pelayanan kefarmasian di apotek yang harus dilakukan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada kasus ini
2. Untuk mengetahui undang-undang apa yang berkaitan dengan kasus
ini
3. Untuk mengetahui standar pelayanan kefarmasian di apotek

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian


Standar Pelayanan Kefarmasian yaitu tolak ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian. Dibagi dalam 3 bagian yaitu Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit (Peraturan Menteri Kesehatan No.72 Tahun 2016), Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (Peraturan Menteri Kesehatan No. 26
Tahun 2020 tentang perubahan Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 Tahun
2016), Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (Peraturan Menteri
Kesehatan No. 73 Tahun 2016). Dalam Standar Pelayanan Kefarmasian
mencakup Manajemen Farmasi, Farmasi Klinik, Sumber Daya Manusia,
Sarana dan Prasarana dan Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian. Apotek
termasuk fasilitas pelayanan kesehatan yangmerupakan suatu alat dan tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
prefentif, kuratif mapun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Apotek menyediakan sediaan farmasi
yang meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Apotek
merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Dalam
menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada fasilitas Pelayanan Kefarmasian,
Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan atau Tenaga Teknis
Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
MenengahFarmasi/Asisten Apoteker.

2
2.2 Studi Kasus

Pada makalah ini kasus yang diangkat adalah salah satu Apotek yang
berlokasi di kawasan Medan Baru yang dilaporkan oleh Fitri Octavia
Pulungan Noya selaku anak dari korban, karena diduga salah satu apoteker
salah memberikan obat yang mengakibatkan seorang pasien bernama Ibu Hj
Yusmaniar mengalami kelumpuhan dan tidak bisa bicara. Pada kasus ini
seharunya para tenaga Kesehatan termasuk kefarmasian seharunya ingat
dengan beberapa UU yang menyangkut tentang hak pasien. Pertama,
Peraturan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 1 Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan
adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun

3
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat..

Kedua, Peraturan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 5


Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya dibidang kesehatan. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Setiap orang
berhak
Secara mandiri dan bertanggungjawab menentukan sendiri pelayanan
kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.

2.3 Undang – Undang yang terkaitan dengan Kasus


Dikatakan pada kasus tersebut ternyata yang membaca resep ialah pekerja
apotek yang bukan termasuk tenaga kefarmasian dimana kasus ini melanggakr

Kasus ini juga melanggar Peraturan Perundangan No. 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian Pasal 1 Point 4 yang berbunyi ” Pelayanan
Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien” karena dalam kasus
ini ternyata apoteker tidak memberikan pelayanan langsung untuk pasien
melainkan petugas apotek yang memberikannya.

Pada kasus kali ini telah melanggar UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
yaitu Pasal 84 (1) Setiap tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian berat
yang mengakibatkan penerima pelayanan kesehatan luka berat dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 tahun.

2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek sesuai Standar


Adapun standar pelayanan kefarmasian di apotek menurut PERMENKES No
73 Tahun 2016 Pasal 2 adalah meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian,
menjamin kepastian bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan

4
masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien. Cakupan Pelayanan Kefarmasian di Apotek menurut
PERMENKES No 73 Tahun 2016 Pasal 3 meliputi :
A. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP yaitu :
1. Perencanaan, perlu diperhatikan :
a. Pola penyakit
b. Pola konsumsi
c. Budaya dan kemampuan masyarakat
2. Pengadaan
Berasal sumber resmi sesuai peraturan per uu an
3. Penerimaan, menjamin kesesuaian
a. Jenis spesifikasi
b. Jumlah
c. Mutu
d. Waktu penyerahan
e. Harga
4. Penyimpanan
a. Disimpan dalam wadah asli dari pabrik
b. Pemindahan wadah dalam keadaan darurat cegah kontaminasi
c. Disimpan dalam kondisi sesuai persyaratan/informasi yg tertera
pada kemasan sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya
d. Sistem penyimpanan denganmemperhatikan bentuk sediaan dan
kelas terapi obat
e. Pengeluaran sistem FEFO dan FIFO
5. Pemusnahan Obat
a. Obat kadaluwarsa dan rusak harus dimusnahkan
b. Obat yang mengandung narkotika atau psikotropika pemusnahan
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten dan kota
c. Pemusnahan selain narkortika dan psikotropika dilakukan
Apoteker disaksikan tenaga kefarmasian lain yg memiliki SIP atau
SIK

5
d. Dibuat Berita Acara rangkap 4
Pemusnahan Resep :
a. Resep yg telah disimpan lebih dari 5 Tahun dapat
dimusnahkan
b. Dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh petugas lain di
Apotik
c. Buat Berita Acara dibuat rangkap 4
6. Pengendalian
Untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan
a. Dilakukan pengaturan sistem pesanan , atau pengadaan ,
penyimpanan,dan pengeluaran
b. Menggunakan kartu stok
7. Pencatatan dan Pelaporan
a. Dilakukan setiap proses pengelolaan : SP Faktur, Kartu Stok,
penyerahan dll
b. Pelaporan terdiri dari internal dan ekternal

B. Pelayanan Farmasi Klinik yaitu :


1. PENGKAJIAN RESEP
a. Kajian Administrasi
b. .Kajian Kesesuaian Administratif
c. Pertimbangan klinis
2. DISPENSING
a. Penyiapan obat
b. Melakukan Peracikan
c. Memberikan etiket
d. Memasukan obat kedalam wadah.
3. PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)
a. Menjawab pertanyaan
b. Membuat dan menyebarkan buletin
c. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien

6
d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yg sedang praktek profesi
e. Melakukan penelitian penggunaan obat
f. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah
g. Melakukan program jaminan mutu
4. KONSELING PASIEN/KEL PASIEN
a. Pasien Kondisi khusus
b. Pasien Terapi Jangka Panjang
c. Pasien yg menggunakan obat dengan intruksi khusus
d. Pasien yg menggunakan obat indeks terapi sempit
e. Pasien dgn poli farmasi
f. Pasien dengan kepatuhan rendah
5. PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH
a. Penilaian /pencarian (assesment) masalh yg berhubungan
dengan pengobatan
b. Identifikasi kepatuhan pasien
c. Pendampingan pengelolaan obat dan atau Alat di rumah
Kesehatan. Contoh cara pemakaian obat asma, penyimpnan
insulin
d. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
e. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan
Obat berdasarkan catatan pengobatanpasien
f. Dokumentasi
6. PEMANTAUAN TERAPI OBAT
a. Anak anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui
b. Menerima obat lebih dari 5 jenis
c. Adanya multi diagnosis
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit
f. Menerima obat yg sering diketahui menyebabkan reaksi obat
yg merugikan
7. MESO

7
1. Mengidentifikasi obat dan pasien yg mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping
2. Mengisi formulir MESO
3. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek samping Obat Nasional

C. SUMBER DAYA KEFARMASIAN


A. Sumber Daya Manusia
Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker,
dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik
atau Surat Izin Kerja. Administrasi lengkap, menggunakan atribut
praktek, continuing professional devolepment,indentifikasi kebutuhan
pengembangan diri, patuh peraturan perundang-undangan sumpah dan
standar profesi
B. Sarana dan Prasarana
Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan prasarana
Apotek dapat menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai serta kelancaran praktik Pelayanan
Kefarmasian. Ruangan penerimaan resep, ruang pelayanan resep dan
peracikan, ruang penyerahan obat,ruang konseling, ruang
penyimpnanan sediaan farmasi, alkes dan BMHP, ruang arsip.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Standar Pelayanan Kefarmasian yaitu tolak ukur yang dipergunakan


sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Apotek yang termasuk fasilitas pelayanan
kesehatan yang merupakan suatu alat dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik prefentif, kuratif

8
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat. Apotek menyediakan sediaan farmasi yang meliputi obat,
bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Apotek merupakan sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
apoteker. Pada kasus tersebut memiliki aturan yang mengikat dan terdapat
pula sanksi yang menjerat, kasus tersebut telah melanggar Peraturan UU
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yaitu Pasal 84 (1) Setiap tenaga
kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan penerima
pelayanan kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 tahun. Dimana seorang Apoteker yang salah memberikan obat
kepada pasien sehingga pasien menglami kelumpuhan dan tidak bisa
bicara. Kondisi ini sangat disayangkan terjadi di "Indonesia, terlebih
dalam bidang kesehatan yang seyogyanya terdiri dari tenaga kesehatan
yang bersih, berkompeten dalam bidangnya, dan menjunjung tinggi
profesinya. Maka dari itu, sebagai calon-calon tenaga medis di masa yang
akan datang, hal ini perlu diketahui dan dipahami sehingga dapat dijadikan
pembelajaran dan menjalankan profesi sebagai seseorang yang profesional
dan mengedepankan kepentingan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Fadli. 2020. Seorang Ibu Mengalami Koma Dan Lumpuh, Apotek
Diduga Salah Beri Obat. https://medan.tribunnews.com.
(Diakses 21 desember 2022)

M. M Fathoni, dkk. 2021. Pelayanan Kefarmasian di beberapa Apotek di


Indonesia pada Era Pandemi Covid-19. https://e-journal.unair.ic.id.
(Diakses 21 desember 2022)

MP. Narendra, dkk. 2017. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap

9
Pelayanan Di Apotek Kimia Farma Gatot Subroto Bandung.
https://kjif.unjani.ac.id. (Diakses 21 desember 2022)

DMN Ratri dan AD Puspitasari. 2017. Pengetahuan Siswa Lulusan SMA


Terhadap
Tugas Apoteker di Berbagai Bidang Kerja Kefarmasian.
https://e-journal.unair.ic.id. (Diakses 21 desember 2022)

10

Anda mungkin juga menyukai