Anda di halaman 1dari 2

Percobaan ketiga pada pratikum kali ini mengenai pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat coba.

Surfaktan yang dipakai adalah tween 80 dengan zat coba yang akan dilarutkan adalah paracetamol.
Paracetamol tergolong obat yang agak sukar larut dalam air, kelarutannya didalam air 1:70. Tween 80
merupakan surfaktan nonionik yang berperan untuk meningkatkan kelarutan bahan yang tidak larut atau
sedikit larut dalam medium disperse. Pada percobaan ini menggunakan tween 80 dengan variasi
konsentrasi yaitu 1 mg/ml, 4mg/ml, 8 mg/ml, 12 mg/ml, 16 mg/ml, 20 mg/ml. Paracetamol dimasukan
secukupnya kedalam masing-masing variasi konsetrasi tween 80 hingga menjadi larutan lewat jenuh
dengan ciri adanya endapan. Larutan-larutan yang didapatkan ini dikocok dengan orbital shaker atau
elmasonic selama 20 menit. Pengocokan dengan orbital shaker atau elmasonic ini berfungsi untuk
menguji kelarutan paracetamol di dalam variasi konsentrasi tween 80. Jika larutan lewat jenuh
menjadi larutan yang jenuh maka perlu penambahan paracetamol lagi hingga Kembali
terbentuknya endapan. Selanjutnya saring larutan- larutan lewat jenuh tersebut hingga menjadi larutan
bening yang disebut dengan filtrat. Pernyaringan ini berfungsi untuk memisahkan cairan (tween 80) dari
endapan paracetamol. Diambil 1 ml filtrat dan diencerkan menggunakan NaOH 0,1 N pada labu takr 100
mL yang nantinya menghasilkan larutan induk, larutan induk adalah larutan baku yang dibuat dengan
kadar tinggi dan akan digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah.
Selanjutnya diambil 1 ml larutan induk kemudian diencerkan kembali menggunakan NaOH 0,1 N dan
diukur absorbansi masing-masing larutan pada panjang gelombang maksimalnya 257nm menggunakan
spektrofotometer UV. Dilakukan pengenceran berulang berfungsi agar pada saat pengukuran
menggunakan spektrofotometer UV absorbansi yang didapatkan tidak terlalu tinggi sehingga dapat
terbaca pada spektrofotometer UV. Didapatkan absorbansi secara berurutan pada tween 80 dengan dengan
variasi konsentrasi 1 mg/ml, 4mg/ml, 8 mg/ml, 12 mg/ml, 16 mg/ml dan 20 mg/ml adalah 0,665, 1,334,
0,650, 0,561, 0,995 dan 2,150. Dimana, absorbansi pada tween 80 4 mg/mL, 16 mg/mL dan 20 mg/ mL
didapatkan lebih dari rentang absorbansi yang baik yaitu 0,2- 0,8. Hal ini disebabkan karena Tween 80
adalah surfaktan non ionik yang memiliki dua gugus dalam satu molekulnya, yaitu gugus hidrofobik dan
hidrofilik yang dapat membentuk busa. sehingga pada saat diberikan tekanan (penuangan dan
pengadukan) menyebabkan larutan tween 80 akan membentuk busa. busa pada larutan tersebut
mempengaruhi konsentrasi dari larutan tween 80. Selain itu dipengaruhi juga pada proses penyaringan,
penyaringan yang seharusnya dilakukan lebih dari 1 kali, namun penyaringan hanya dilakukan 1 kali
sehingga larutan tersebut masih mengandung endapan paracetamol dan belum jernih. Setelah
mendapatkan absorbansi, hitung kadar paracetamol pada setiap variasi konsetrasi tween 80. Kada
paracetamol secara berurutan pada tween 80 dengan dengan variasi konsentrasi 1 mg/ml, 4mg/ml, 8
mg/ml, 12 mg/ml, 16 mg/ml dan 20 mg/ml adalah 20,175 mg/mL, 48,375 mg/mL, 19, 525 mg/mL,
15,775 mg/mL, 34,150 mg/mL dan 82, 775 mg/mL. Kenaiakn kosentrasi secara drasitis pada tween 4
mg/mL, 16 mg/mL dan 20 mg/mL karena absorbansi pada variasi tersebut melebihi rentang yang baik.
Perhitungan ini didasari hukum Lambert Beer. Hukum Lambert Beer menyatakan bahwa absorbsi atau
serapan akan berbanding lurus dengan ketebalan atau konsentrasi larutan yang disinari yang artinya
semakin besar nilai absorbansi larutan tween 80 yang digunakan maka semakin besar pula kadar
paracetamol yang terkandung didalamnya. Dari data kadar tween 80 dan kadar paracetamol dibuat grafik
untuk mencari titik KMK. Dilihat dari grafik, titik KMK tdidapatkan pada tween 4 mg/mL karena
hingga kadar 4 mg/mL kelarutan paracetamol meningkat dan di titik 8 mg/mL terjadi penurunan
kelarutan/kadar paracetamol. Titik KMK ditandai dengan adanya kadar paracetamol/ kelarutan
yang konstan meskipun kadar tween 80 ditingkatkan.
(Tobing, 2018) (Noviza, et al., 2015) pct

Referensi
Noviza, D., Febriyanti, N. & Umar, S., 2015. Solubilsasi Parasetamol. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, Volume
1, p. 2.

Tobing, E. M., 2018. Uji Sensitivitas Konsentrasi Surfaktan Polimer Dan Volume Slug Terhadap Perolehan
Minyak Melalui Model Simulasi Pola Sumur Injeksi Produksi Eor. Jurnal Lemigas, Volume 52, p. 1.

Titik KMK

Anda mungkin juga menyukai