Anda di halaman 1dari 4

 

4.2 Pembahasan

Spektrofotometri UV-Visible adalah suatu teknis analisisspektroskopi yang memakai sumber radiasi
elektromagnetik ulraviolet dekat(190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) (Aeni, N., 2012). Radiasi
elektromagnetik, yang mana sinar ultraviolet dan sinar tampak merupakansalah satunya, dapat
dianggap sebagai energy yang merambat dalam bentuk gelombang. Spektrofotometer secara rutin
digunakan dalam kualitatif dan kuantitatif  penentuan larutan dari logam transisi ion dan senyawa
organik, dengan prinsipnya yaitu sinar cahaya UV dengan nilai panjang gelombang tertentuakan
mengenai larutan sampel. Senyawa tertentu akan menyerap sinar tersebut dan ada pula yang
diteruskan. Besaran sinar yang diabsorbsi (nilaiabsorban) dapat digunakan untuk mengetahui kadar
senyawa tersebut dalam sampel.

Pada praktikum kali ini dilakukan Analisis secara Kualitatif dan Kuantitatif menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Analisis ini bertujuan untuk menentukan panjang gelombang maksimum,
kurva baku dan kadar  parasetamol secara spektrofotometri ultraviolet. Sampel yang digunakan  pada
percobaan kali ini yaitu aminofilin 10 mikrogram/miliLiter dalam pelarut Aquadest dengan blanko
(pelarut tanpa bahan obat) aquadest dan aminofilin 10 mikrogram/miliLiter dalam methanol dan NaOH
0,1 N dengan blanko methanol dan NaOH . Prinsip atau cara kerja spektrofotometer yaitu dimana suatu
cahaya monokromatik dari sumber sinar akan menuju ke kuvet. Banyaknya cahaya yang diteruskan
maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor dan akan disampaikan ke layar computer.
Paracetamol dianalisis kadarnya menggunakan spektrofotometer karena secara struktural diketahui
bahwa aminofilin mempunyai gugus kromofor dan gugus auksokrom yang menyebabkan senyawa ini
dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet. Aminofilin mempunyai spektrum ultraviolet dalam
suasana asam pada pelarut aquadest dengan panjang gelombang 271,8 nm.

Untuk mencari panjang gelombang maksimal dari sampel dari masing-masing pelarut, disiapkan larutan
sampel dan larutan blanko (NaOH atau metanol) yang nantinya akan dimasukkan kedalam kuvet dan di
analisis menggunakan spektrofotometer. Larutan blanko ini digunakan untuk menentukan ada atau
tidaknya pengaruh pelarut dalam penentuan panjang gelombang maksimum dan absorbansi. Scanning λ
maks pada layar computer memperlihatkan garis spektrum pada kertas grafik dengan memplot harga
absorbansi sebagai ordinat terhadap panjang gelombang sebagai absis, sehingga dapat diperoleh
panjang gelombang maksimum  pada kurva tersebut. Pada percobaan kali ini panjang gelombang
maksimum diukur  pada rentang panjang gelombang antara 200-400 nm. Hasil percobaan kami
menunjukan bahwa panjang gelombang maksimum baku aminofilin dalam NaOH adalah 275 nm.
Sedangkan pada sampel aminofilin dalam metanol memiliki panjang gelombang 271,2 nm dengan.
Sehingga dapat dilihat bahwa adanya perbedaan λ maks dari dua pelarut tersebut, dimana aminofilin
dalam NaOH memiliki λ maks yang lebih tinggi dibandingkan dengan aminofilin dalam metanol.

Panjang gelombang maksimum yang kami peroleh dari kedua pelarut sampel tersebut seharusnya
menunjukkan panjang serapan gelombang maksimum yang berada pada daerah Ultra Violet yang masuk
dalam rentangan panjang gelombang 200-400 nm, yang berarti panjang gelombang maksimum yang
kami peroleh tidak sesuai dengan yang ditentukan. Dengan ini kami nyatakan bahwa sampel dengan dua
pelarut; metanol dan NaOH, merupakan batokromik, yang dimana batokromik adalah apabila gugus
auksokrom terikat pada gugus kromofor maka akan mengakibatkan pergeseran merah (batokromik)
yaitu pergeseran pita absorbansi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar disertai dengan
peningkatan intensitas serapan yang disebut dengan efek hiperkromik.

Selanjutnya pada analisi kuantitatif untuk pembuatan larutan standar kurva kalibrasi bahan baku dari
larutan induk 1000 mikrogram/milliliter, dilakukan dengan cara menganalisis serangkaian konsentrasi
larutan standar Aminofilin (aminofilin dalam aquadest). Digunakan 7 deret konsentrasi yaitu 4; 6; 8; 10;
12; 14; 16 ppm dengan nilai absorbansi yang diperoleh tiap konsentrasi berbeda- beda. Digunakan
konsentrasi yang berbeda yang nantinya diukur panjang gelombangnya untuk mengetahui konsentrasi
yang sebenarnya dan dapat digunakan sebagai perbandingan absorbansi sampel 1 ataupun 2. Larutan
tersebut diukur masing-masing serapannya pada panjang gelombang maksimum.

Dihitung pada ƛ maks karena pada daerah tersebut akan diperoleh titik serapan terbesar untuk setiap
larutan standar  parasetamolnya. Data hasil absorbansi yang diperoleh akan dihitung  persamaan kurva
bakunya agar diperoleh persamaan garis y= bx+a. Berdasarkan hasil analisis serangkaian konsentrasi
tersebut, diperoleh perbedaan pada absorbansi (aminofilin dalam aquadest). Serta diperoleh juga
perbedaan nilai absorvitas jenis (a), absorvitas molar (b), dan nilai koefisien relasinya (r) dari masing-
masing sampel.  Nilai absorvitas jenis (a) yang diperoleh yaitu sebesar 0,046. Nilai absorvitas molar (b)
yang diperoleh yaitu sebesar 0,0027. Nilai koefisien relasinya (r) yang diperoleh 0,996. Dari perolehan
data tersebut untuk membuat persamaan regresi digunakan absorbansi  pelarut aquadest karena nilai
koefisien relasinya (r) =0,996 yang mendekati 1 sehingga sangat akurat. Sehingga diperoleh nilai
koefisien korelasi (r) adalah 0,996 dan nilai koefisien determinasi (r 2) sebesar 0,9935. Diperoleh juga
persamaan regresi yaitu y = 0,046x + 0,0027 yang dimana nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan
sebanding dengan konsentrasi larutan dalam kuvet. Sehingga diketahui bahwa hubungan antara
konsentrasi sampel dengan absorbansinya adalah berbanding lurus. Makin tinggi konsentrasi suatu
senyawa dalam larutan, maka semakin banyak sinar yang diserap. Hal ini sesuai dengan hukum Lambert
Beer.

Selanjutnya ditentukan kemurnian bahan baku dengan larutan aminofilin 10 mikrogram/milliliter yang
dimana sampel aminofilin ditimbang sebanyak 50 mg, kemudian dihitung berat hasil analisis serta %
kemurnian. Dari hasil data yang kami peroleh pada % kemurnian rata-rata sebesar 91,14%. Zat aktif
tersebut tidak memenuhi persyaratan karena tidak berada dalam rentang persyaratan yang sudah
ditentukan pada Farmakope Indonesis edisi VIyaitu sebesar 84% - 87,4%

Dilakukan Pengujian Spektrofotometri uv-vis yang terakhir berupa penentuan kadar zat aktif dalam
tablet aminofilin. Mula mula ditimbang seksama 10 tablet dengan hasil penimbangan bobot rata-rata
per tablet 2991,1% dengan dosis zat aktif pada etiket 200 mg. Jadi jumlah sebuk tablet yang harus
ditimbang yang setara dengan 100mg zat aktif sebesar 150mg. Karena sampel serbuk tablet aminofilin
yang sukar larut dalam alir, setelah larutan aminofilin dengan pelarut aquadest di sonifikasi selama 10
menit, larutan tersebut disaring dengan kertas saring hingga diperoleh larutan yang bening. Kemudian
dihitung berat (mg) zat aktif dalam tablet dengan cara menginterpolasikan nilai serapan ke dalam
persamaan kurva kalibrasi, dan hitung % kemurnian zat aktif dalam tablet. Pada hasil % kadar rata-rata
yang kami peroleh sebesar 62,231% yang dimana kadar zat aktif tersebut tidak memenuhi persyaratan
kadar karena tidak berada dalam rentang persyaratan yaitu sebesar 93% - 107%
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan  bahwa:

1) Semakin tinggi intensitas (λ max) suatu sampel maka semakin besar juga nilai absorbansinya.
2) Diperolehanalisis kualitatif λ maks tertinggi yaitu pada sampel aminofilin+NaOH yaitu 275 nm.
3) Panjang gelombang maks pada percobaan ini diukur dari 200-400nm.  λ maks yang kami peroleh
(aminofilin+NaOH=275 nm, aminofilin+metanol=248,1 nm). Tidak sesuai λ maks tersebut karena
adanya pergeseran pita penyerapan pada sampel  baku Paracetamol. Karena paracetamol
memiliki gugus auksokrom yang terikat pada gugus kromofor sehingga terjadi pergeseran merah
(batokromik).
4) Pembuatan persamaan regresi menggunakan absorbansi pelarut aquadest (0,996) karena nilai
koefisien relatifnya mendekati 1 sehingga sangat akurat
5)  Hukum Lambert Beer. Dimana konsentrasi sampel berbanding lurus dengan absorbansinya.
Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, maka semakin banyak sinar yang diserap
6) Pada hasil penentuan kemurnian bahan baku, zat aktif tidak memenuhi persyaratan kemurnian
karena tidak berada dalam rentang 84% - 87,4%
7) Hasil penentuan kadar zat aktif dalam tablet, kadar zat aktif dalam tablet tidak memenuhi
persyaratan kadar karena tidak memenuhi persyaratan sebesar 93% - 107%

Anda mungkin juga menyukai