x 100mL = 50mg
Pengenceran larutan baku standar
a. Larutan standar 14ppm 100 mL
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 500 = 100 x 14
V1 = 2,8 mL
b. Larutan standar 13ppm 10mL
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 14 = 10 x 13
V1 = 9,3mL
y = 0.0393x + 0.3293
R = 0.9927
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 2 4 6 8
adsorbansi
adsorbansi
Linear (adsorbansi)
c. Larutan standar 12ppm 10mL
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 13 = 10 x 12
V1 = 9,2mL
d. Larutan standar 11ppm 10mL
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 12 = 11 x 10
V1 = 9,16mL
e. Larutan standar 10ppm 10ml
V1 x N1 = V2 x N2
V1x 11 = 10 x 10
V1 = 9,1mL
f. Larutan standar 9ppm 10mL
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 10 = 10 x 9
V1 = 9mL
Sampel
y = 0,039x + 0,329
0,872 = 0,039x + 0,329
0,872 0,329 = 0,039x
0,543 = 0,039x
x = 13,92 ppm
Kadar analit dalam sampel
= konsentrasi sampel x pengenceran
= 13,92 x 10
= 139,2 ppm
Konversi dari ppm ke gram
139,2 ppm = 139,2 mg / 1000mL
x = 13,92 mg
x = 0,01392 gram dalam 100mL
Persentase kadar
=
x 100%
=
x 100%
= 27,84%
VIII. Pembahasan
Dalam percobaan ini, dilakukan penentuan kadar sampel
aminophilline dengan menggunakan pelarut aqua bides yang kemudian
akan diukur kadarnya dengan spektofotometer UV. Berdasarkan besar
transmittan yang terbaca pada alat yang berasal dari proses penyinaran
sumber cahaya, monkromator yang melalui senyawa tersebut menuju
detektor dan diperkuat oleh amplifier sehingga dapat terbaca pada recorder
sebagai angka absorban.
Terlebih dahulu dibuat larutan standar dengan berbagai
konsentrasi, yaitu 14 ppm, 13 ppm, 12 ppm, 11 ppm, 10 ppm, dan 9 ppm.
Setelah itu diukur absorban masing-masing larutan pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang maksimal 271 nm. Dari larutan standar ini
diperoleh kurva baku. Kurva baku yaitu kurva yang diperoleh dengan
memplotkan nilai absorban dengan konsentrasi larutan standar yang
bervariasi menggunakaan panjang gelombang maksimum.
Dari larutan standar yang dibuat dengan berbagai konsentrasi di
dapat absorbansinya, yaitu 14 ppm dengan absorban 0.565, 13 ppm dengan
absorban 0.519, 12 ppm dengan absorban 0.492, 11 ppm dengan absorban
0.455, 10 ppm dengan adsorban 0.400, dan 9 ppm dengan absorban 0.369.
Penetapan kadar sampel aminophilline didapat absorbansi 0,872
dengan panjang gelombang 271 nm. Serta didapat kadar analit dalam
sampel yaitu 27,84 % (b/b) .
IX. Kesimpulan
Dari larutan standar yang dibuat dengan berbagai konsentrasi di
dapat absorbansinya, yaitu 14 ppm dengan absorban 0.565, 13 ppm dengan
absorban 0.519, 12 ppm dengan absorban 0.492, 11 ppm dengan absorban
0.455, 10 ppm dengan adsorban 0.400, dan 9 ppm dengan absorban 0.369
pada panjang gelombang 271 nm.
Penetapan kadar sampel aminophillin didapat absorbansi 0,872
dengan panjang gelombang 271 nm. Serta didapat kadar analit dalam
sampel yaitu 27,84 % (b/b) .
X. Daftar Pustaka
Auterhoff dan kovar. 1987. Identifikasi Obat. Bandung : ITB.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Gandjar Ibnu Golib dan Rahman Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sudjadi. Rahman abdul. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.