T e k n o l o g i F a r m a s i I I I ( S t e r i l )
Bella Jannati Putri, Fadhilah Athif Mufidah, Lina Septiani, Venny Fatya Sahara
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya
Indralaya
Email : farmasiunsri17@gmail.com
ABSTRACT
ABSTRAK
Kontrol kualitas adalah prosedur atau seperangkat prosedur yang dimaksudkan untuk
memastikan bahwa produk yang diproduksi telah memenuhi persyaratan yang ditentukan atau
tidak. Setiap produk yang diproduksi harus dilakukan kontrol kualitas terutama untuk sediaan
yang digunakan atau dimasukkan ke tubuh, seperti sediaan injeksi. Hal ini bertujuan untuk
menjamin kualitas sediaan tersebut sehingga dapat berkhasiat sesuai dengan yang ditetapkan
dan tidak menimbulkan toksisitas pada tubuh. Kontrol kualitas sediaan injeksi, antara lain uji
organoleptis, uji kualitatif sediaan, uji kuantitatif sediaan, uji kejernihan, uji kebocoran, uji
volume sediaan, uji ph sediaan, uji keseragaman bobot, uji sterilitas, dan uji pirogenitas.
Masing-masing uji memiliki teknik serta kegunaan masing-masing. Hasil pengujian
menunjukkan uji organoleptik, uji kebocoran, uji volume, uji keseragaman bobot, dan uji
pirogenitas memenuhi syarat yang telah ditetapkan.
tanggal 11 September 2019, hari Rabu, partikel kecil yang dapat dilihat dengan
Pukul 13.00 – 19.00 WIB. mata.
2.1.2 Tempat 2.3.3 Uji Keseragaman Volume
Laboratorium Teknologi Farmasi, Diletakkan pada permukaan yang
Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika rata secara sejajar lalu dilihat
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas keseragaman volume secara visual.
Sriwijaya. Sediaan di ambil dari dalam wadah
dengan spuit injeksi atau di tuangkan ke
2.2 Alat dan Bahan dalam gelas ukur.
2.2.1 Alat 2.3.4 Uji Kebocoran
Alat-alat yang digunakan antara Letakkan vial di dalam zat warna
lain oven, beaker glass, wadah, ampul (metilen blue 0,5 – 1%) dalam ruangan
dan vial, spuit injeksi, cawan petri, vakum. Tekanan atmosfer berikutnya
indikator pH universal, lampu, kertas kemudian menyebabkan zat warna
hitam, kertas saring, dan gelas ukur. berpenetrasi ke dalam lubang, dapat
2.2.2 Bahan dilihat setelah bagian luar vial dicuci
Bahan-bahan yang digunakan untuk membersihkan zat warnanya.
antara lain sediaan injeksi yang telah Kemudian untuk sediaan ampul diputar
dibuat, metilen blue, tikus, media agar. 360° bagian bawah beralaskan tissue, jika
tissue basah maka ampul mengalami
2.3 Metode Penelitian kebocoran.
2.3.1 Uji pH 2.3.5 Uji Sterilitas
Cek pH larutan dengan Dibuat terlebih dahulu media agar
menggunakan pH meter atau kertas NA, lakukan sterilisasi media agar dan
indikator universal. Kertas indikator cawan petri. Letakkan media agar ke
dicelupkan ke dalam beaker glass berisi cawan petri biarkan hingga mengeras,
larutan sediaan dan dilihat pH yang teteskan larutan sediaan di dalamnya.
didapat. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C.
2.3.2 Uji Kejernihan Hitung jumlah pertumbuhan koloni
Pemeriksaan dilakukan secara bakteri.
visual biasanya dilakukan dengan 2.3.6 Penetapan Kadar
mengamati sediaan dibawah penerangan Sediaan di uji kadarnya dengan
cahaya lampu dan berlatar belakang menggunakan spektrofotometri UV – Vis
hitam. Harus benar-benar bebas dari pada panjang gelombang 275nm.
Kontrol Kualitas Sediaan Injeksi 3
September, 2019
T e k n o l o g i F a r m a s i I I I ( S t e r i l )
Rata-rata vial = 9,765 gram (memenuhi) Bobot < 120 mg, tidak boleh
Keseragaman bobot
Rata-rata ampul = 0,917 gram (memenuhi) menyimpang > 10%
Sterilisasi (media Ampul = 29 koloni (tidak memenuhi) Tidak ada koloni yang tumbuh
NA) Vial = 30 koloni (tidak memenuhi) pada media
Kenaikan suhu (1) = 0,8°C (tidak memenuhi)
Kenaikan suhu < 0,6°C
Pirogenitas Kenaikan suhu (2) = 0°C (memenuhi)
Kenaikan suhu total < 1,4°C
Kenaikan suhu total = 0,8°C (memenuhi)
Ampul = 2 (tidak memenuhi)
pH 6,8 - 7,4
Vial = 3 (tidak memenuhi)
Kualitatif Warna pink (-) (tidak memenuhi) Biru tua / hijau (+)
%R berada pada rentang 90% -
%R vial = 0,004655 % (tidak memenuhi) 110% (dosis obat > 40 mg) dan
Kuantitatif
%R ampul = 0,0060155 % (tidak memenuhi) 85% - 115% (dosis obat < 40
mg)
Pengujian pada sediaan injeksi (vial Pengujian selanjutnya dilakukan uji
dan ampul) yang dilakukan antara lain uji kualitatif. Uji kualitatif digunakan untuk
organoleptis, kualitatif, kuantitatif, mendeteksi zat aktif kafein yang
pirogenitas metode tikus, pH, kejernihan, terkandung dalam injeksi, dengan
kebocoran, sterilitas, volume dan menggunakan reagen Parry dan ammonia
keseragaman bobot. Dari masing-masing encer. Dari hasil pengujian didapatkan
uji yang dilakukan tersebut kemudian hasil yang negatif (warna pink), dimana
dibandingkan hasilnya dengan hasil hasil positif ditunjukkan dengan
positif pada literatur. Perbandingan terbentuknya larutan berwarna biru tua
tersebut akan menentukan kualitas dari atau hijau.
sediaan injeksi vial dan ampul yang telah Hasil negatif tersebut dapat
dibuat. disebabkan karena kadar obat yang terlalu
Pengujian organoleptis dilakukan kecil, atau karena penyimpanan sediaan
dengan mengamati bentuk, warna, rasa, yang terlalu lama sebelum pengujian
dan bau dari injeksi yang dihasilkan. Dari menyebabkan zat aktif rusak atau
hasil pengamatan didapati bentuk sediaan mengalami pengkristalan sehingga tidak
tersebut larutan, tidak berwarna, tidak terdeteksi.
berbau, dan berasa pahit. Hal ini sesuai Pengujian selanjutnya dilakukan uji
dengan literatur dimana injeksi kafein kuantitatif menggunakan alat
memiliki bentuk larutan, tidak berwarna, spektrofotometer UV – Vis dengan
tidak berbau, dan berasa pahit. Sediaan panjang gelombang 275 nm. Dari hasil
yang dihasilkan memenuhi uji pengukuran absorbansi didapatkan nilai
organoleptis. absorbansi yang negatif, dimana dapat
disebabkan karena blanko yang digunakan tersebut dapat berupa obat yang belum
berkualitas buruk atau karena prosedur terlarut maupun pengotor lain yang ikut
kerja yang kurang tepat. masuk kedalam sediaan karena
Hasil perhitungan uji kuantitatif pembuatan yang kurang higienis dan tidak
didapatkan nilai %R nya sangat jauh dari menepati prosedur sterilitas.
rentang yang baik yaitu 85%-115%. Hal Pengujian selanjutnya dilakukan uji
ini tentunya menandakan bahwa kadar kebocoran dengan merendam sediaan vial
obat yang terdeteksi dalam sediaan injeksi dalam larutan metilen blue dan
tersebut sangatlah kecil. Sediaan tidak membalikkan sediaan diatas kertas saring
memenuhi uji kuantitatif menggunakan untuk sediaan ampul. Dari hasil
spektrofotometer UV – Vis. pengujian, didapati bahwa larutan dalam
Pengujian selanjutnya dilakukan uji vial tidak mengalami perubahan warna
Ph, dimana pengujian dilakukan dengan biru sehingga memenuhi persyaratan uji
mencelupkan kertas pH pada sediaan vial kebocoran. Namun pada sediaan ampul
dan ampul. Dari hasil pengujian mengalami kebocoran karena sediaan
didapatkan pH pada sediaan vial sebesar sudah tidak memiliki isi lagi sebelum
3, dan sediaan ampul sebesar 2. pH diuji (tidak memenuhi uji kebocoran).
tersebut sangat jauh dari rentang yang Pengujian selanjutnya dilakukan uji
ditentukan yaitu 6,8 – 7,4. Penyimpangan sterilitas dengan meneteskan isi sediaan
ini dapat disebabkan karena penambahan pada media nutrient agar dan diinkubasi
NaCl yang terlalu banyak, atau karena selama 24 jam. Dari hasil pengujian
penyimpanan sediaan yang terlalu lama didapati ada 29 koloni yang tumbuh pada
sebelum diuji sehingga merubah tingkat media ampul dan 30 koloni pada media
keasaman dari sediaan tersebut. Sediaan vial. Hal ini menunjukkan bahwa masih
vial dan ampul yang dihasilkan tidak ada mikroba hidup yang ada pada sediaan
memenuhi uji pH. dan menandakan sediaan tersebut tidak
Pengujian selanjutnya dilakukan uji steril (tidak memenuhi syarat uji
kejernihan dengan menggunakan latar sterilitas). Prosedur, alat, dan bahan yang
belakang gelap. Dari hasil pengamatan kurang steril menjadi penyebab utama
didapati pada sediaan vial dan ampul ada masih adanya mikroba hidup pada sediaan
partikel yang melayang pada larutan. vial dan ampul.
Sehingga diketahui bahwa sediaan Pengujian selanjutnya dilakukan uji
tersebut tidak jernih dan tidak memenuhi volume. Didapati pada ampul 2 tidak
persyaratan uji kejernihan. Partikel memenuhi syarat uji volume karena
Kontrol Kualitas Sediaan Injeksi 6
September, 2019
T e k n o l o g i F a r m a s i I I I ( S t e r i l )
volume yang didapatkan berkurang 30%. 3. Sediaan vial dan ampul lolos uji
Berkurangnya volume ini disebabkan organoleptis, uji pirogenitas, dan
karena ampul mengalami kebocoran keseragaman bobot .
selama penyimpanan dan sterilisasi. Pada 4. Sediaan vial dan ampul tidak lolos
sediaan vial volume yang didapatkan uji kejernihan, uji sterilitas,
sesuai dengan etiket dan memenuhi syarat keseragaman volume ampul, dan
uji kebocoran. uji pH, uji kualitatif dan kuantitatif.
Pengujian terakhir dilakukan uji 5. Faktor penting dari sediaan injeksi
keseragaman bobot. Rata-rata bobot yang berupa bebas kuman, bebas
didapatkan pada vial sebesar 9,765 gram pirogen, bebas pelarut yang secara
dan pada ampul sebesar 0,917 gram. fisiologis, netral, isotonik,
Syarat uji ini akan memenuhi jika bobot isohidris, dan bebas bahan
kurang dari 120 mg, penyimpangan tidak melayang.
boleh melebihi 10% dari bobot etiket.
Pada sediaan vial dan ampul bobotnya 4.2 SARAN
tidak menyimpang lebih dari 10% 1. Sebaiknya semua proses uji
sehingga dapat diketahui bahwa sediaan dilakukan di dalam ruang aseptis
vial dan ampul tersebut bobotnya seragam agar tingkat sterilitas sediaan tetap
dan memenuhi uji keseragaman bobot. terjamin dan tidak menurunkan
kualitas sediaan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Sebaiknya pengemas yang
4.1 KESIMPULAN digunakan ditutup dengan rapat
1. Kontrol kualitas sediaan injeksi untuk menghindari terjadinya
vial dan ampul dilakukan untuk kebocoran.
mengetahui kualitas sediaan injeksi 3. Penyimpanan obat dilakukan
yang telah dibuat. ditempat yang sejuk dan bebas dari
2. Pengujian atau pemeriksaan sinar matahari agar menjaga mutu
sediaan steril meliputi pengujian sediaan.
organoleptis, keseragaman bobot,
keseragaan volume, sterilisasi,
kejernihan, pH, uji pirogen, uji DAFTAR PUSTAKA
kebocoran, uji kualitatif dan 1. Ansel, Howard C. 1989, Pengantar
kuantitatif. Buku Sediaan Farmasi, UI
Press, Jakarta, Indonesia.
Kontrol Kualitas Sediaan Injeksi 7
September, 2019
T e k n o l o g i F a r m a s i I I I ( S t e r i l )