Anda di halaman 1dari 233

CPOB

No Jawaban Penjelasan
1 c sesuai dengan PP 51 tahun 2009 bahwa minimal jumlah apoteker di
industri farmasi adalah 3 orang di bagian QC, QA dan Produksi

2 d sediaan suspensi oral non-steril minimal dibuat pada kelas D

3 a pembuatan salep mata harus dalam keadaan steril. Diketahui zat aktif
bersifat termostabil --> hanya bisa dilakukan sterilisasi secara aseptis,
tidak bisa dengan cara terminal (filtrasi), sehingga ruangan produksi
harus di lingkungan kelas A

4 c uji stabilitas dipercepat minimal dilakukan pada durasi selama 6 bulan


dengan 3 titik sampling pada bulan ke 0, 3 dan 6

5 d proses pembuatan sirup sebagai sediaan liquid non-steril adalah


minimal di lingkungan kelas D

6 a pengujian produk akhir dengeab menggunakan ruang bervakum


(kedap udara) dengan metilen blue adalah pengujian kebocoran (leak
test) kemasan primer untuk bentuk blister / strip

1
7 d langkah awal pada saat penyimpangan pada kasus tersebut adalah
dengan membuat laporan Deviasi yang difasilitasi oleh Dept QA.

Alurnya yang benar dalam hal penanganan penyimpangan : laporan


deviasi > membuat CAPA > membuat LUP > membuat change control >
menyatakan kesimpulan validasi

8 a apabila bahan baku sudah terbukti tercemar oleh suatu pengotor


dalam hal ini logam berat makan statusnya menjadi : DITOLAK.
Penanganan sampel ini perlu disimpan pada area Restricted / Reject.
Selanjutnya bahan baku yang ditolak ini dapat dikembalikan / retur ke
suppliernya.

9 b dengan adanya perubahan indikasi dan posologi pada sediaan obat


maka hal ini berpengaruh pada keselamatan dan aspek terapi obat -->
perlu dilakukan registrasi Mayor atas perubahan tersebut

10 c water softener adalah tahap pemurnian air grade PW dengan tujuan


untuk menghilangkan berbagai jenis logam seperti Ca dan Mg sehingga
tingkat kesadahan air berkurang

11 a batas cemaran pengotor dalam validasi pembersihan adalah 10 ppm

12 e Senyawa yang dipilih sebagai marker validasi pembersihan adalah obat


yang memiliki toksisitas tinggi dan kelarutan agak sukar larut (diatas
1:30).

Toksisitas tertinggi --> 75 mg dengan kelarutan 1:60 termasuk dengan


kategori agak sukar larut adalah opsi E yang dapat dipilih

2
13 e Validasi proses tradisional dalam CPOB 2018 bermakna proses validasi
juga dilangsungkan pada proses produksi rutin obat tersebut.

14 e Media uji yang umum digunakan dalam uji media fill adalah Soybean
Casein digest dan TSA/TSB.

15 a pembuatan sediaan steril secara aseptis --> pada ruang LAF atau kelas
A

16 b kata kunci : dengan tujuan untuk menjamin dan mendokumentasikan


bahwa sistem atau peralatan sesuai dengan spesifikasi --> Kualifikasi
Desain

17 b Cukup jelas, pengaturan suhu dan kelembapan diatur oleh Cooling Coil
(kompresor AC)

18 d cukup jelas, rentang kecepatan aliran udara --> 0,36-0,54 m/det.

Jika ditanya satu nilai --> 0,45 m/det

19 e tablet effervescent rentan terhadap kelembapan karena bersifat


higroskopis --> parameter kritis ruangan : RH (relative humidity)

3
20 a injeksi eritropoetin merupakan zat termolabil sehingga metode
sterilisasinya harus secara filtrasi dengan membran bakteri 0.22
mikron

21 a penanganan limbah untuk senyawa beta-laktam itu dilakukan dengan


penambahan asam/basa kuat seperti NaOH atau HCl untuk dapat
memecah cincin beta laktam

22 c proses penerimaan bahan awal, QC harus melakukan serangakain


pengujian untuk memverifikasi hasil yang telah tercantum pada CoA
yang telah diberikan oleh supplier bahan baku tersebut. Apabila semua
pengujian yang telah QC lakukan sesuai dengan hasil yang tertera di
CoA maka status bahan awal tersebut menjadi PASSED untuk
selanjutnya dapat digunakan dalam proses produksi

23 a Ruangan produksi betalaktam harus lebih negative dibandingkan


koridor dan ruangan lainnya
agar debu dari dalam ruang produksi tidak keluar dan tidak mencemari
produk lainnya dan lingkungan, ingat prinsip koridor bersih / positif
untuk produk beta-laktam

24 c penanganan khusus pada produk steril, hormonal dan sitostatika


mengaharuskan sistem tata udara / AHU dibuat terpisah.

Doksorubisin adalah obat sitostatika

25 d cukup jelas, pengujian accelerated / dipercepat --> 40°C ± 2°C/75% ±


5% RH

4
26 b WFI merupakan produk hasil olahan air tingkat PW (purify water) yang
didestilasi

27 c proses pembuatan produk steril dengan metode sterilisasi akhir /


terminal dilakukan pada ruangan minimal kelas C

28 a Pada kondisi non operasional dan operasional sama-sama memiliki


batas jumlah partikel dengan ukuran 0,5 μm/m3 --> 3.520

sedangkan untuk ukuran > 5 μm/m3 --> 20

29 a WFI merupakan produk hasil olahan air tingkat PW (purify water) yang
didestilasi.

Apabila sistem looping WFI berhenti maka kualitas destilasinya akan


hilang --> kualitas air menjadi setara dengan grade PW

30 a uji BA/BE untuk sediaan me too product dari inovator perlu mengacu
pada faktor similaritas (F = 50 - 100) --> syarat produk dikatakan
bioekivalen

31 b uji praklinis untuk membuktikan khasiat dari obat tradisional itu


ditujukan untuk jenis sediaan OHT (Obat Herbal Terstandar)

5
32 e uji stabilitas dengan cara membuka dan menutup wadah berkali-kali --
> uji stabilitas in-use. Ditujukan untuk mengetahui nilai BUD (beyond
use date)

33 c dalam hal penanganan keluhan terhadap produk dilakukan dengan


menelaah/investigasI produk yang sama berdasarkan sampel
pertinggal / retain sampel yang disimpan minimal untuk 2 kali
pengujian lengkap

34 a penanganan keluhan merupakan aspek lingkupan kerja secara


eksternal. Segala sesuatu hal yang dikerjakan untuk pihak eksternal
adalah menjadi tugas dari QA / pemastian mutu

35 a ruang mixing injeksi streptomisin --> kelas A, kita harus mengetahui


secara otomatis karena antibiotik itu bersifat termolabil maka kelas
produksi produk ini pada kelas A.

Parameter batas mikroba pada kelas A adalah < 1

36 c staff produksi perlu melakukan kesiapan jalur dalam hal sebelum


memulai produksi rutin berjalan agar menghindari risiko
ketercampurbauran dan memastikan aspek kebersihan pada setiap
alat produksi telah sesuai dengan persyaratan

37 a pada saat adopsi suatu metode analisis yang berasal dari sumber
pustaka kompendial seperti FI, USP, BP dsb itu, analis QC hanya
diharuskan untuk melakukan verifikasi metode analisis

jika berasal dari sumber pustaka non-kompendial seperti jurnal umum,


maka harus melakukan validasi

6
38 e pengujian stabilitas on-going / post market ini dikondisikan pada
sampel produk jadi yang telah dikemas dalam kemasa primernya
seperti layaknya kondisi pada saat dia dipasarkan

39 a secara teknis terkait kualitas produk / bahan baku yang menjadi


prasyarat penerimaan dari supplier adalah COA (Certificate of analysis)
yang merupakan suatu dokumen teknis yang berisi hasil pengujian
terhadap spesifikasi bahan awal / produk terkait

40 d cukup jelas bahwa untuk proses pencucian vial dilakukan di kelas D

41 d prinsip tekanan udara untuk sediaan steril adalah koridor kotor /


negatif yang berarti bahwa tekanan udara ruang produksi akan jauh
lebih besar / positif daripada ruang lainnya / koridor. Sehingga secara
notasi aliran udara paling tepat adalah opsi D.

untuk lingkungan luar tidak diatur, maka tekanan udara tandanya 0


(nol)

42 b Jika produk hasil dari suatu penyimpangan / ketidaksesuaian sedang


melakukan investigasi maka hendaknya ditempatkan pada area
dengan penandaan karantina karena status produk yang sedang
diinvestigasi dan belum muncul hasil investigasinya disebut
QUARANTINE product

43 d pada saat perbaikan suatu alat telah selesai digunakan maka


diperlukan lagi pengujian kualifikasi ulang dalam hal operasional alat

7
44 b terkait dengan pelaksaan teknis pengujian bahan baku obat sebagai
bahan awal menjadi wewenang dari QC atau pengawasan mutu

45 c recall / penarikan produk dari pasaran merupakan aspek lingkupan


kerja secara eksternal. Segala sesuatu hal yang dikerjakan untuk pihak
eksternal adalah menjadi tugas dari QA / pemastian mutu

46 e proses produksi sirup kering dikategorikan sebagai produk solid non


steril --> kelas E

47 b SP dari pemesanan bahan baku Narkotika / Psikotropika / Prekursor /


OKT --> memerlukan otorisasi dari APJ Produksi

48 c diketahui fasilitas produksi multiproduksi sehingga memungkinkan


terjadinya cross-contamination --> risiko dapat dihindari dengan
pengaturan tekanan udara, pergerakan udara dimodifikasi agar tidak
keluar selain dari ruang produksi

49 c pada lingkup pengujian hasil identifikasi dari bahan baku simplisia -->
menjadi ranah dan wewenang departemen QC / pengawasan mutu

8
50 d Tahap I, yang meliputi:
1) Sanitasi Higiene; dan
2) Dokumentasi

Tahap II, yang meliputi:


1) Manajemen Mutu;
2) Produksi;
3) Pengawasan Mutu; dan
4) Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat Tradisional Yang Baik

Tahap III, yang meliputi:


1) Personalia;
2) Bangunan, Fasilitas dan Peralatan;
3) Penanganan Keluhan Terhadap Produk;
4) Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian;
5) Inspeksi Diri; dan
6) Kontrak Produksi dan Pengujian.

51 d Sesuai CPOB 2012, Setelah proses pengemasan selesai, bahan


pengemas yang tidak terpakai
tetapi telah diberi prakodifikasi ( tanggal ED dan no Batch) hendaklah
dimusnahkan dan pemusnahan tersebut dicatat. Bila bahan cetakan
belum diberi prakodifikasi akan dikembalikan ke persediaan gudang,
dengan mengikuti prosedur terdokumentasi.

52 e cukup jelas sesuai dalam uji BA/BE minimal dilakukan pada 12 subject
penelitian

9
53 B training karyawan menjadi tanggung jawab QA

54 d kualifikasi dan validasi minimal dilakukan dalam 1 tahun sekali

sedangkan untuk kalibrasi minimal tiap 6 bulan sekali

55 d uji MPN adalah uji spesifik koliform

56 a kasus tersebut disebabkan karena adanya fenomena mixed-up atau


ketercampurbauran --> terbukti dengan tercecer nya sediaan dengan
zat aktif sama namun berbeda dosis

57 d Kepala Pengawasan Mutu memiliki tanggung jawab dalam memberi


persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi pengambilan sampel,
metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain. Hal ini
dikarenakan otoritas pengesahan itu menjamin kualitas proses
didalamnya.

10
58 b Ruangan produksi steril harus lebih positif dibandingkan koridor dan
ruangan lainnya
agar debu dari luar masuk dan mengotori ruang produksi, ingat prinsip
koridor negatif / kotor untuk produk steril

59 e Benda tajam harus diolah dengan incenerator bila memungkinkan, dan


dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainya.

60 c Injeksi tersebut memiliki API yang termostabil --> bisa dilakukan


sterilisasi terminal dengan cara panas sehingga proses filling cukup
minimal kelas C saja.

Bila dinyatakan perlu aseptis --> wajib pilih kelas A

61 c kata kunci : diproduksi sejak 10 tahun namun belum dilakukan validasi


--> perlu data historis, jadi termasuk kedalam validasi retrospektif, bila
dilakukan pendekatan dengan CPOB 2012

62 b evaluasi terhadap proses produksi dimaksudkan sebagai istilah


Validasi. Validasi merupakan pembuktian terhadap serangkaian proses
produksi bahwa telah memenuhi persyaratan ketentuan yang berlaku

63 d produk ruahan adalah produk jadi tahap akhir namun masih dalam
satuan volume produksi yang besar, biasanya dinyatakan dalam drum /
pallet / container.

Selanjutnya produk ruahan tersebut akan dikemas dengan kemasan


primernya

11
64 c Wadah tertutup kedap, mencegah menembusnya udara atau gas
umum untuk sediaan steril (injeksi - parenteral) --> injeksi amfoterisin
B

Selain itu ada,


Wadah tertutup baik, mencegah menembusnya padatan. Contohnya:
kotak simplisia.

Wadah tertutup rapat, mencegah menembusnya cairan. Contohnya:


sediaan solid dalam strip/blister

65 d Media berbahan tioglikolat digunakan secara spesifik untuk bakteri


anaerob

66 e F = (log CFU + 6) x nilai D


F = (log 540 + 6) x 2.5
F = (2.73 + 6) x 2.5 = 21.82 menit

nilai F ini menentukan lamanya waktu sterilisasi dalam proses validasi


bioburden

67 b sampel yang digunakan dalam uji BA/BE untuk mengukur parameter


ujinya adalah menggunakan kadar zat aktif dalam darah (whole blood)

12
68 a timbangan analitik skala lab analis farmasi harus minimal memiliki
ketelitian 0,1 mg

69 b spesifikasi ditentukan oleh QC --> point 2.8 CPOB 2018, Kepala


Pengawasan Mutu memiliki tanggung jawabmemberi persetujuan
terhadap spesifikasi, instruksi pengambilan sampel, metode pengujian
dan prosedur pengawasan mutu lain;

70 a proses penimbangan / pengukuran dengan skala yang akurat


dipeerlukan pembuktian hasil ukur melalui proses Kalibrasi

71 terkait izin usaha industri --> ajuan ke Binfar Kemenkes

72 b limbah yang berasal dari produk : steril, infeksius, hormonal,


sitostatika --> dimusnahkan dengan insenerasi

13
73 b kalibrasi minimal tiap 6 bulan sekali

74 a tujuan dari uji UDT adalah mengetahui nilai ekivalensi antara produk
mee-too dan inovatornya dengan melihat parameter nilai F
(similaritas)

75 A mengacu ke CPOB 2018, cukup jelas dengan menjawab tidak lebih dari
20 partikel yang berukuran > 5 μm

76 c langkah awal pada saat penyimpangan pada kasus tersebut adalah


dengan membuat laporan Deviasi yang didasari atas investigasi yang
difasilitasi oleh Dept QA.

Alurnya yang benar dalam hal penanganan penyimpangan :


investiagasi > laporan deviasi > membuat CAPA > membuat LUP >
membuat change control > menyatakan kesimpulan validasi

77 d uji kesadahan hanya diperuntukan untuk mengetahui kandungan


logam, bukan untuk pengujian residu detergent

14
78 d produk me-too tidak perlu dilakukan uji klinis. Uji klinis hanya
diperuntukan untuk pengujuan BA/BE untuk obat baru / obat patent-
inovator

79 b pengaturan AHU / sistem tataudara pada fasilitas produksi beta-


laktam (penisilin) ditujukan untuk mencegah cross-contamination
kepada produk lain

80 d perencanaan produksi menjadi wewenang dan tanggung-jawab dari


Dept PPIC

81 b Manometer adalah instrumen presisi yang digunakan untuk mengukur


tekanan

82 e Klorin memngandung ion Cl aktif. Cl mampu melakukan reaksi


hidrolisis dan deaminasi dengan berbagai komponen kimia bakteri
seperti peptidoglikan, lipid, dan protein yang dapat menimbulkan
kerusakan fisiologis --> membunuh bakteri (bakterisidal)

83 e pada saat adopsi suatu metode analisis yang berasal dari sumber
pustaka kompendial seperti FI, USP, BP dsb itu, analis QC hanya
diharuskan untuk melakukan verifikasi metode analisis

jika berasal dari sumber pustaka non-kompendial seperti jurnal umum,


maka harus melakukan validasi

15
84 a cukup jelas dan logis. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah terkait
izin dan legalitas dari suatu sarana / fasilitas produksinya yaitu berupa
izin IOT

85 a inspeksi diri atau audit internal minimal dilakukan 1 tahun sekali

86 c BCS kelas 2 dan BCS kelas 4 --> perlu uji BE in-vivo, dikarenakan
memiliki kelarutan yang buruk

BCS kelas 1 dan BCS kelas 3 --> perlu uji BE in-vitro (UDT), karena
memiliki permeabilitas yang jelek

87 a pada kasus tersebut bahwa ditemukan sisa digoksin diatas batas 10


ppm. Hal ini menandakan proses dari pembersihan alat tidak berjalan
dengan baik. Dengan demikian perlu adanya proses pemastian
terhadap proses --> validasi pembersihan

88 d 1.Kelas A : dilengkapi LAF, digunakan untuk pembuatan dan pengisian


produk aseptis
2.Kelas B : ruang yang digunakan untuk menutupi ruang kelas A (ruang
kelas A berada di dalam ruang kelas B)
3.Kelas C : ruang untuk proses pembuatan larutan yang akan
disterilisasi secara terminal
4.Kelas D : Penanganan bahan awal dan komponen steril, termasuk
pencucan vial.

16
89 d Bagian Riset dan Pengembangan atau RnD merupakan bagian yang
berfungsi untuk melakukan pengembangan produk berupa formulasi,
proses produksi, metode analisis dan spesifikasi bahan awal-produk
akhir

90 d cukup jelas, opsi A,B,C merupakan syarat dokumen teknis yang wajib
dipersiapkan dalam proses registrasi.

Sedangkan untuk hasil konsultasi dokter kulit tidak diperlukan.

91 c cukup jelas, untuk www.jdih.pom.go.id merupakan line untuk


menyediakan informasi berupa dasar hukum atas Perka BPOM yang
berlaku, bukan untuk pelaporan MESO

92 b cukup jelas opsi B jawaban paling tepat dan representatif dengan


tugas utama apoteker dalam sarana distribusi obat

93 b LAF vertikal digunakan untuk produk sitostatika / anti-kanker,


hormonal dan beta-laktam.

LAF horizontal digunakan untuk produk steril

17
94 a susut pengeringan 7%

bobot tersisa = 100% - 7% = 93% x 60 kg = 55.8

18
FORMULASI

No Jawaban Penjelasan
95 a disolusi kapsul/suppo = tipe 1 (keranjang/basket).

Bila sediaan tablet/kaplet = tipe 2 (dayung/paddle)

96 c tablet terlalu rapuh karena kekurangan binder/pengikat --> tambahkan


Muchilago

97 d Laju alir = bobot/waktu


Laju alir = 100g/10 detik
= 10 g/detik

98 d terbentuk endapan yang setelah dikocok tidak dapat terdispersi


kembali --> caking.

Jika sistem yang dinyatakan --> Deflokluasi

99 c pada soal dikatakan telah dilakukan uji disolusi hingga tahap 2. Pada
tahap ini memiliki kriteria penerimaan sbb :
tidak ada satupun tablet yang memiliki nilai Q-15%. Bila diketahui Q =
85% maka, syarat minimal adalah 85% - 15% = 70%, namun pada hasil
uji ada 1 tablet kurang dari 60%, maka artinya pengujian disolusi tahap
2 ini gagal --> perlu dilanjut ke tahap 3 dengan menambahkan 12 tablet
sehingga jumlah tablet sebanyak 24 tablet

19
100 c zat aktif termostabil dengan laju alir yang buruk karena nilai 3 g/detik --
> granulasi basah

101 a pada pembuatan tablet effervescent yang bersifat higroskopis harus


memperhatikan :
1. kondisi RH (40% - 50%)
2. menambahkan lubrikan/antiadherent sebagai pelincir sehingga tidak
terjadi sticking

102 c pada soal diketahui bahwa acarbose tidak stabil pada pH asam -->
hindari dari proses disolusi di lambung. Dengan demikian diperlukan
modifikasi penyalutan berupa salut enterik --> agar dapat lepas pada
suasana basa (di usus halus)

103 b capping (tablet pecah di bagian atas/bawah) dikarenakan kekurangan


pengikat (binder) atau tekanan punch-die terlalu tinggi.

104 a pada soal untuk uji disolusi Q < Q+5% --> artinya terdapat 1 tablet yang
nilai Q kurang dari Q + 5% sehingga dinyatakan gagal uji, diperlukan uji
lanjutan ke tahap 2 dengan tambahan 6 tablet

20
105 b sudut kontak yang besar (>90°) menandakan rendahnya tingkat
pembasahan partikel sehingga diperlukan tambahan wetting agent
(pembasah) dalam hal ini berupa golongan alkohol, PEG dan PPG

106 c cukup jelas, untuk uji warna emulsi tipe air dalam minyak (W/O) adalah
sudah III

107 b sediaan tablet immediate release perlu diberikan tambahan khusus


berupa eksipien super-disintegrant untuk melakukan pelepasan tablet
secara cepat --> amprotab (Natrium Starch Glicolate)

108 b cukup jelas, nipasol --> propil paraben sebagai antimikroba/pengawet

109 b/a kondisi pengocokan emulsi yang terpisah 2 fase dan tidak bisa kembali
homogen (irreversible) adalah bentuk ketidakstabilan
breaking/cracking/koalesensi

110 c friabilitas = (bobot awal - bobot akhir)/bobot awal x 100%

(3100 - 2915) / 3100 x 100% = 5,97

21
111 b Na CMC pada sediaan tablet digunakan sebagai pengikat (binder dari
proses granulasi)

112 c pada proses salut gula/film lazim diberikan plastizer pada tahapan
polishing untuk mencegah terjadinya cracking (lapisan salut yang retak)

113 a tablet orodispersible merupakan jenis tablet dengan pelepasan


dipercepat / immediate release > perlu diberikan superdisintegrant
berupa crosspovidon/amprobat (Na-Starch Glicolate)

114 b distribusi ukuran dalam evaluasi produk antara granul dapat


menggunakan alat Shiever / ayakan sesuai dengan nomor yang
diinginkan dari diameter granul

115 c index carr lebih dari 30 artinya memiliki laju alir yang buruk, dan sifat
termostabil (tahan panas) membuat tablet tersebut cocok dilakukan
proses granulasi basah

116 a kompresibilitas : ((volume awal - volume akhir) / volume akhir) x 100%


= (70 - 65) / 65 x 100% = 7,69

22
117 b cukup jelas bahwa Span 80 merupakan jenis surfaktan (wetting agent)

118 c Chipping (tablet pecah di bagian tepi) dikarenakan kekurangan


pengikat (binder) atau tekanan punch-die terlalu tinggi.

119 d indonesia merupakan negara tropis dibawah garis ekuator --> zona IV B

120 a pada sediaan suspensi, NaCMC berfungsi sebagai suspending agent

121 a Kadar air granul yang ideal adalah 1-3%

122 a Sifat aliran tiksotropik adalah mengental ketika didiamkan dan mencair
ketika diberi gaya fisik (pengocokan)

123 e konsistensi suspensi yang terlalu cair, dapat diatur dengan


penambahan suspending agent, yaitu Tragakan agar dapat memiliki
viskositas yang baik

23
124 a cukup jelas, uji stabilitas dipercepat dilakukan minimal selama 6 bulan

125 c HLB campuran = [(4 x 15) + (1 x 4)] / 5 = 12,8

126 e penambahan etil-alkohol (etanol) dalam suatu sediaan liquid akan


membuat jenis elixir

127 e metode penambahan etanol merupakan metode pelarutan liquid


secara kosolvensi, karena etanol merupakan kosolven

128 c cukup jelas, kerapuhan perlu 20 sampel tablet

129 e alfa-tokoferol / vit E merupakan antiOksidan untuk mencegah oksidasi


dari sediaan liquid

24
130 c superdisintegrant adalah jenis penghancur untuk sediaan lepas cepat /
immediate release, yaitu SSG/ sodium starch glicolate

131 b fenomena sticking pada granulasi basah --> dikarenakan kadar air
granul terlalu tinggi

apabila pada granulasi kering, sticking dikarenakan kekurangan pelincir


(anti-adherent dan lubricant)

132 d dalam konteks formulasi, kerapuhan tablet disebabkan karena


kekurangan binder/pengikat, sehingga diperlukan tambahan binder

133 d eksipien yang mempengaruhi kerapuhan adalah binder/pengikat dalam


hal ini di opsi adalah MCC/ mikrokristalin selulosa. MCC dapat
berfungsi double agent dapat sebagai filler dan binder.

134 b cukup jelas, uji disolusi tahap 1 memiliki kriteria tidak ada satupun
tablet yang kurang dari Q+5% sehingga pada data tersebut terdapat
nilai 78 dan 81 yang artinya kurang dari Q+5% > kesimpulan ditolak
karena ada 2 tablet yang dibawah Q+85% (85%)

135 c (Bobot Granul – Kadar Lembab) / bobot tablet


(15kg – 2%x15kg) / 600mg
= 24.500 tablet.

25
136 c
menggunakan metode aligasi

HLB span 4 3 --> 3/11 x 5% x 500 = 6,8 gram


12
HLB tween 15 8 --> 8/11 x 5% x 500 = 18,2 gram

137 c Volume sedimentasi = V = Vu/Vo = 40 /100 = 0,4

138 e tap density = bobot/volume tap


= 100g/50 ml
=2

139 b alat untuk mengatur kondisi uji stabilitas dipercepat adalah climatic
chamber

140 c emolient = humektan untuk menjaga kelembapan kulit pada saat


aplikasi sediaan topikal > contoh parafin cair dan gliserin

141 a waktu kontak produk itu diatur oleh kekentalan / viskositas dari fase
sediaan, dimana menggunakan HPMC/Na-CMC sebagau thickening
agent (pengental)

26
142 a sediaan injeksi menggunakan material borosilikat (gelas tipe 1)

karena mudah mengalami fotolisis, maka diperlukan warna


coklat/amber

143 b cukup jelas, semua betul sebagai syarat sediaan steril kecuali opsi B,
seharusnya tidak ada partikulat

144 d daya sebar yang rendah dari suatu sediaan semisolid dikarenakan
terlalu tinggi konsentrasi dari basis yang digunakan dalam hal ini di opsi
jawaban adalah vaselin sebagai basis pada formulasi tersebut

145 c LAF vertikal --> sitostatika, hormonal, beta-laktam

LAF horizontal --> steril, kultur jaringan

146 HLB campuran = [(3 x 15) + (2 x 4)] / 5


= 10,6

147 a Ampisilin Na = 0,1 gr x 0,16 = 0,016


Isoniazid = 0,05 gr x 0,25 = 0,0125
jadi total nilai kesetaraan NaCL dalam sediaan = 0,016 + 0,0125 =
0,0285 gram

Agar isotonis:
(0,9% x 5 ml) - 0,0285 = 0,0165 gram

27
148 b bentuk sediaan patch untuk tujuan penggunaan sistemik harus melalui
uji in vivo.

Cara cepat --> diluar konteks pengembangan dosis sediaan copy maka
uji akan dilakukan sebagai uji BE IN-VIVO

149 c pirogen merupakan hasil metabolisme bakteri berupa endotoksin yang


bersifat pireksial > penyebab demam

150 d cukup jelas, basis salep utamanya adalah Vaselin (jenis basis
hidrokarbon anhidrat)

sedangkan opsi yang lain adalah sebagai basis gel : HPMC, Na-CMC,
PEG, PPG

151 e albumin merupakan senyawa protein karena itu bersifat termolabil >
diperlukan metode sterilisasi secara flitrasi atau aseptis (LAF). Dengan
demikian filtrasi maka dapat pilih sesuai opsi yang tersedia.

152 a cukup jelas, basis salep utamanya adalah Vaselin (jenis basis
hidrokarbon/ anhidrat)

sedangkan sisanya sebagai basis gel : HPMC, Na-CMC, PEG, PPG

153 maaf penyerapan air dari udara terbuka akan membuat volume gel
opsi bertambah yang disebut dengan fenomena swelling
tidak
tersedia jika sineresis > volume gel menyusut/berkurang

28
154 b Cukup jelas, Casein digunakan untuk uji sterilisasi media fill dengan
kondisi bakteri Aerobik.

Jika validasi media fill dengan bakteri Anaerob maka dapat digunakan
media Tioglikolat

155 d sterilisasi secara panas basah = menggunakan autoklaf --> 121 C


selama 15 menit

156 e TEA (trietanolamin) merupakan buffer basa yang ditujukan untuk


menstabilkan basis dari jenis Carbopol

157 b bahan aktif Aloe Vera umumnya dijadikan bentuk sediaan gel yang
diharapakan dapat memberikan penampilan fisik sediaan yang bening
dan transparant

158 c bahan aktif digoxin tersebut adalah termostabil artinya dapat


disterilisasi dengan panas basah = autoklaf.

Injeksi tanpa dinyatakan lain, artinya sudah mengandung air sebagai


pelarut.

159 a peningkat penetrasi = enhancer digunakan untuk meningkatkan


absorpsi zat aktif ke dalam dermis kulit, PEG/PPG

29
160 c sediaan tablet oral yang dibuat sebagai produk copy / mee-too perlu
dilakukan UDT (uji disolusi terbanding).

Walaupun tidak dinyatakan sebagai pengembangan dosis, pada opsi


yang tersedia hanya opsi C yang dapat dipilih sebagai uji BE dari tablet
copy

161 b F = ((AUC uji/AUC iv) x (Dosis iv/Dosis uji)) x 100%


F = ((205/42) x (50/500)) x 100%
F = 48.8 %

162 c BCS kelas 3 memiliki titik kritis pada parameter absoprsinya --> perlu
ditingkatkan absortivitas / permeabilitasnya

163 b cukup jelas, BCS kelas 3 memiliki permeabilitas dan abosrpsi yang
buruk --> perlu dijadikan parameter kritis

164 b Tipe BCS yang memiliki kelarutan rendah adalah tipe 2

165 e Wetting agent yang berfungsi sebagai zat pembasah dalam sediaan
tablet adalah Gliserin/PEG/PPG

30
166 d pengulangan / replikasi pengujian dalam analisis farmasi merupakan
prosedur yang dilakukan dalam validasi metode analisis utk parameter
presisi untuk mendapatkan nilai penyimpangan / % recovery

167 c RH minimal pada ruang kelas E khusus yang digunakan dalam proses
produksi tablet effervescent adalah 40% dan maksimal 50%

168 a antibiotik merupakan zat termolabil sehingga dalam proses


sterilisasinya diperlukan metode non-panas yaitu berupa filtrasi.

Selai filtrasi juga dapat dilakukan sterilisasi secara aseptis

169 d uji stabilitas on-going / diperpanjang memiliki kondisi penyimpanan


pada suhu ruang terkendali

sedangkan untuk stabilitas dipercepat dikondisikan pada climatic


chamber

170 a autoklaf = panas basah diatur dalam suhu 121 C selama 15 menit

171 b NaHCO3 adalah natrium karbonat yang berfungsi sebagai dapar /


buffer / pengatur pH

31
172 c 165 rb x 12 x 2 = 3.960.000

173 c
Cukup jelas 50 cfu/ml pada kelas C untuk metode cawan papar

174 a sediaan parenteral merupakan sediaan steril, diperlukan pelarut utama


dengan grade WFI / water for injection

175 c cukup jelas bahwa terdapat variasi 3 pH dalam sistem uji disolusi = 1,2 ;
4,5 ; 6,8

176 a
haussner ratio = V mampat / V ruah = 65/100 = 0.65

177 a kerusakan tablet berupa terlepasnya bagian atas dan tepi kanan -->
rusak 2 bagian = laminating

32
178 b cukup jelas buffer yang digunakan dalam formulasi tersebut adalah
TEA / trietanolamin

179 c crosscarmelose merupakan disintegrant / penghancur

180 b haussner ratio merupakan parameter yang menandakan laju lair /


kompresibiltas suatu granul / serbuk

181 a penghambat kontaminasi mikroba adalah fungsi dari antimikroba,


dalam opsi yang bisa dipilih adalah metil paraben (nipagin)

182 e pengikat atau binder yang sesuai pada opsi jawaban adalah PVP atau
polivinilpirolidon

183 c LOD = [(10 - 8,25) / 10] x 100% = 17,5 %

33
184 a tablet CTM memiliki bobot 2 mg dalam 100 mg --> hanya 2% nya dari
bobot total sehingga diperlukan uji keseragaman kandungan (wajib
dilakukan bagi tablet yang memiliki kandungan zat aktif kurang dari 25
mg atau 25% dari bobot total tabletnya)

185 e lubrikan pada formulasi tersebut adalah Magnesium Oksida

sedangkan talkum adalah sebagai anti-adherene

186 a tablet PCT merupakan tablet non-salut sehingga harus memiliki


disintergation time < 15 menit

187 a carbopol merupakan basis yang stabil pada pH basa, sehingga


diperlukan buffer basa berupa NaOH / TEA

188 c glidant merupakan eksipien untuk memperbaiki laju alir granul dalam
hopper menuju punch-die > dapat dipilih mineral silika oksida

189 c eksipien khusus seperti asam sitrat, asam tartrat dan Na bikarbonat
digunakan untuk membuat reaksi gas effervescent

34
190 c xanthan gum sebagai turunan dari golongan gom arab berfungsi
sebagai thickening agent atau pengental untuk mengatur viskositas /
kekentalan fasa liquid

suspending agent = antifloculating agent = thickening agent

191 b peningkat kelarutan itu merupakan wetting agent, dapat digunakan


turunan alkohol, PEG, PPG

192 d cukup jelas, peningkat kelarutan dapat dipilih golongan wetting agent
dari suatu surfaktan yaitu Tween 80

193 b basis utama yang bersifat lipofilik (dominan fasa minyak) untuk sediaan
salep dapat dipilih basis anhidrat/hidrokarbon

Basis absorbsi (tipe W/O) --> krim lipofilik


Basis tercuci (tipe O/W) --> krim hidrofilik
Basis terlarut --> gel

194 d modifikasi peningkat kelarutan sesuai prinsip polimer hidrofilik adalah


metode dispersi padat

195 b cukup jelas, Na2CO3 adalah buffer, pengatur pH larutan

35
196 c sediaan sangat kental --> terkait aspek dalam evaluasi parameter
viskositas

197 b daya sebar gel yang kurang baik dikarenakan konsistensi gel yang
terlalu padat / kental sehingga diperlukan modifikasi formulasi dengan
menurunkan konsentrasi basis, dalam hal ini Carbopol yang bertindak
sebagai basis

198 c formula awal sangat cepat mengendap menandakan suspensi tidak


terdispersi dengan baik, sehingga diperlukan tambahan suspending
agent agar laju pengendapan berjalan lebih lambat

199 c BCS kelas 2 memiliki titik kritis pada parameter kelarutan --> perlu
ditingkatkan parameter kelarutan

200 e sediaan tetes mata berisi cefalexon, dilakukan dengan cara sterilisasi
filtrasi karena antibiotik bersifar termolabil

201 a sediaan infus dengan kandungan Na, Cl, Ca dan Dextrose merupakan
sediaan kristaloid yang termostabil sehingga dapat digunakan sterlisasi
panas basah = autoklaf

36
202 e laju disolusi tablet mendekati batas atas spesifikasi yang ditentukan
artinya disolusi terlalu cepat. Agar menahan laju disolusi dapat
dikurangi eksipien penghancur agar laju pelepasan tablet berjalan lebih
lambat

203 d tablet yang menempel saat pengempaan di punch bagian bawah


merupakan fenomena picking yang dapat diperbaiki dengan
penambahan anti-adherent (pelincir) agar daya lekat permukaan tablet
berkurang

204 e daya alir granul di hopper ke die buruk diperbaiki dengan penambahan
glidan

205 a disolusi kapsul/suppo = tipe 1 (keranjang/basket).

Bila sediaan tablet/kaplet = tipe 2 (dayung/paddle)

206 c cukup jelas, prinsip dokumentasi CPOB adalah Batch record yang diisi
dengan tinta biru, diberi tanggal, pengisian real time, dan ditandatangi
PIC

207 c pada soal dikondisikan bahwa uji disintegrasi yang telah menggunakan
18 tablet sudah berada pada tahap 2, dengan kriteria kelulusan
minimal 16 tablet hancur sempurna

37
208 d obat terabsorpsi dengan baik apabila memiliki bagian tak terion yang
paling besar nilainya, sehingga pada bagian 1/1000 (pH 6,8) dinyatakan
sebagai kondisi absorpsi terbaik --> perlu dilakukan enteric coating
agar obat dapat lepas di usus halus (suasana basa)

209 d cukup jelas, hindari metanol dalam penggunaan zat aktif desinfektan
karena sifatnya toksik dan irritant

210 b penelitian stabilitas dilakukan pada sample produk akhir yang siap
dijual --> produk jadi (produk dalam kemasan primer)

211 b uji disolusi tahap 2 memerlukan tambahan 6 tablet dari tahap S1


sehingga didapatkan total sejumlah 12 tablet uji

212 a tablet salut melekat dikarenakan kondisi penyalut yang masih basah
karena proses pengeringan terlalu cepat sehingga diperlukan solusi
pengeringan yang lebih lama waktunya agar penyalut tablet dapat
mengering sempurna dan tidak melekat satu-sama lain

213 c formulasi pada tablet lepas lambat diperlukan tambahan penyalut agar
dapat menahan laju disolusi. Bahan tersebut adalah suati polimer
turunan selulosa seperti pada opsi yang dapat dipilih adalah polimer
selulosa alginat

214 d natrium benzoat adalah golongan pengawet

38
215 e sediaan liquid yang mengandung Zink adalah suspensi. Zink merupakan
logam, tidak akan larut dalam liquid, akan terbentuk dispersi padatan
dalam liquid --> suspensi

216 c Asetaminofen diketahui sukar larut dalam air pada prinsipnya harus
dilakukan peningkat keluarutan. Ada 3 mekanisme dalam proses
peningkat kelarutan :
1. meningkatkan ionisasi
2. meningkatkan konstanta dielektrik
3. menurunkan selisih pH

sehingga opsi yang tepat adalah menurunkan selisih pH ekstrim

217 c proses esterifikasi kloramfenikol suspensi adalah untuk menutupi rasa


pahit

218 d uji kebocoran sediaan liquid/semisolid menggunakan jumlah minimal


10 tube untuk tahap pertama

tahap kedua (bila gagal tahap pertama) diperlukan tambahan 20 tube


sehingga total sampel 30 tube

219 b cera flavum digunakan dalam formulasi basis suppo dengan tujuan
untuk meningkatkan titik lebur suppo agar lebih stabil pada suhu
tropis. Bila oleum cacao digunakan secara tunggal tanpa tambahan
cera maka ada risiko pelelehan sediaan dibawah suhu 35 C, seharusnya
suppo stabil minimal di 37 C (suhu minimal pengujian titik leleh suppo)

220 a ketidakstabilan emulsi berupa fase dapat terdispersi dapat kembali


setelah pengocokan merupaka fenomena creaming yang sifatnya
irrevesible

flokulasi dapat dipilih bila ada kata kunci : globul

39
221 d faktor similaritas tablet copy yang dibandingkan dengan tablet inovator
merupakan perhitungan yang dilakukan dalam proses UDT (uji disolusi
terbanding) sebagai BE in-vitro

222 c faktor lingkungan/fisik yang menyebabkan fenomena higroskopis pada


proses pembuatan tablet effervescent adalah karena RH yang terlalu
tinggi tidak sesuai dengan limit (40% - 50%)

223 c perbedaan onset of action dan duration of action merupakan indikasi


karena perbedaan laju profil disolusi suatu obat, hal ini erat kaitannya
dengan kecepatan pelarutan zat aktif dalam tubuh

224 c sediaan steril salep optalmik dengan profil fisikokimia zat aktif memiliki
titik leleh 85 C karena sediaan salep memiliki fase basis salep yang
sensitif terhadap panas sehingga diperlukan metode sterilisasi secara
non panas (filtrasi)

225 b zat aktif allicin yang terkandung tersebut tidak tahan terhadap panas
dapat menggunakan ekstraksi metode dingin = perkolasi / maserasi

226 a tablet melekat dalam proses coating secara formulasi dipengaruhi


karena cairan penyalut terlalu kental yang akan mengakibatkan cairan
penyalut sulit mengering dan mengakibatkan tablet menempel

40
227 b proses penyalutan tablet adalah sbb

subcoating > smoothing > color > finishing > polishing

pada tahap subcoating adalah proses dengan tujuan mengeraskan


tablet inti

228 d sodium klorida dalam formulasi sediaan steril adalah berfungsi sebagai
tonisitas modifier agar larutan injeksi tersebut memiliki osmolaritas
yang sama dengan darah (isotonis) dan menghindari reaksi hemolisis

229 b cukup jelas bahwa benzalkonium klorida adalah pengawet

230 e mudah larut dalam air dan etanol, stabil pada pH 5 - 6.7 merupakan
parameter utama untuk dapat dibuat dalam bentuk sirup (dapat
melarut sempurna, terdispersi 100%)

231 c sediaan suspensi yang mengalami mengalami deflokulasi dan terlalu


encer dapat diperbaiki dengan menambahkan suspending agent

41
232 c Perhitungan menggunakan rumus PTB NaCl
1. ubah satuan konsentrasi menjadi % b/v
100 mg = 0,1 mg / 5 ml x 100% = 2%

2. masukkan rumus PTB NaCl


= [0,52 - (0,17) x 2] / 0,576 = 0,3125 %

3. kalikan % NaCl dengan volume sediaan (ad 5 ml)


5 ml x 0,3125% = 0,0156 gram

233 b cukup jelas bahwa basis dalam krim tersebut adalah Carbopol dengan
trietanolamin

234 e pada salut enterik pada formulasi penyalut menggunakan polimer


tahan asam pada pH 1.2 dengan co-polymer FLTALAT, jadi dapat
menggunakan selulosa asetat ftalat

235 b Garam metabisulfit meruapakan antioksidan

42
236 c pKa 3.5 mudah terionisasi pada suasana basa --> obat tidak efektif

sehingga obat dengan pKa 3.5 harus diabsorpsi secara difusi pasif di
suasana asam (lambung) agar memberikan disolusi yang baik

237 a displacement value = konstanta bobot zat aktif yang akan


menggantikan bobot dari basis suppo.
100 mg teofilin = 0,1 gram teofilin

= 4 gram - (0,1 gram x 1,3)] x 6 suppo = 23.22 gram

238 d nilai CpK menandakan kapabilitas (seberapa baik proses produksi)


dimana dalam parameter pengujian volume terpindahkan merupakan
parameter kritis pada proses pengisian / filling liquid ke botol

239 a interpretasi data grafik d (cm) vs % pada evaluasi emulsi menunjukan


hasil pengujian distribusi ukuran

240 a apabila tonisitas suatu larutan injeksi terlalu tinggi akan


mengakibatkan reaksi flebilitis / udem hingga mengakibatkan hemolisis

43
241 e pada pengujian volume terpindahkan dengan volume kurang dari sama
dengan 60 ml harus memberikan hasil tidak satupun botol yang kurang
dari 95%, sehingga pada kondisi tersebut diperlukan uji lanjutan
dengan tambahan 20 wadah

242 e memiliki efek oklusif yang baik merupakan ciri khas sediaan semisolid
untuk sediaan pasta, tidak mudah hilang karena terbilas air. Dengan
demikian perlu dipilih basis hidrokarbon/anhidrat > vaselin

243 e perforasi partikel merupakan kondisi ketidakhomogenan granul yang


berbeda lokasi samplingnya

244 d cukup jelas, asam sitrat merupakan buffer atau pH adjustment

245 a sudut diam = tan-1 (h/r)


h = tinggi ; r = jari-jari (diameter / 2)

r = 17,24 / 2 = 8,62

(h/r) = 3,58/8,62 = 0,41

246 b Penggunaan setil-alkohol (disebutkan setelah zat aktfi) menandakan


bahwa simetikon akan terdispersi dalam fase polar (air). Dengan
demikian fase emulsi yang dibuat adalah fase dalam air dalam fase luar
berupa minyak, water in oil --> W/O

247 e cukup jelas untuk jenis surfatkan non-ionik adalah ester-alkohol

44
248 a meningkatkan aliran granul adalah fungsi Glidan yang dapat dipilih
pada opsi adalah Aerosil

249 b cukup jelas, disintegrant adalah pati jagung / amilum kering

MANAGEMENT

45
No Jawaban Penjelasan
250 c Margin
= Penjualan – HPP – Biaya
= 125 juta – 105 juta – 12 juta
= Rp.8.000.000,-

% Margin
= Rp.8.000.000 / Rp.125.000.000 x 100%
= 6,4%

251 c Cukup jelas, polio disimpan pada suhu beku = Suhu -15 s.d -25°C

252 c minimal 3 kali sehari (pagi, siang, sore).


(CDOB 2015)

253 e resep harus didokumentasikan dalam 5 tahun

254 a BPJS memiliki metode pembelian obat dengan e-Purchasing melalui


sistem yang disebut e-Catalogue

255 b Faktor Jual (FJ)


= 100 / HPP
= 100 / (100% - margin)
= 100% / (100% - 25%)
= 1,13

46
256 d OHT + uji klinik --> Fitofarmaka

257 d cukup jelas, legalitas praktek poteker di sarana pelayanan selaku APJ
ditandai dengan kepemilikan SIPA

258 a surat rekomendasi yang ditujukan sebagai kelengkapan dalam


pembuatan SIPA, sebelumnya harus diajukan ke IAI pengurus cabang

259 b cukup jelas, sesuai UU 3/2015 bahwa lemari double lock dengan kunci
yang berbeda sebagai lemari khusus penyimpanan narkotik

260 HNA per tablet


= Rp.25.000 /30
= Rp.833/tablet
Presentase margin
= ((Rp.1500−Rp.833) / Rp.1500) x 100%
= 44,5%

261 a cukup jelas sesuai PP no 51/2009

47
262 b Perbandingan CBA dalam rasio benefit per cost, semakin besar nilainya
semakin cost benefit. Nilai manfaat dari suatu program atau intervensi
adalah meningkatnya hasil pengobatan (outcome) bila dibandingkan
dengan hasil serupa dari program atau intervensi lain.

263 e
EOQ = (200 x (2+6) + 200 - 150 = 1650 x 20 rb = 33 juta

264 a SS = rerata pengguanaan (bulan) x lead time (bulan)


= 1000 x 15/30
= 500

265 b biaya tetap / fix cost adalah biaya yang sifatnya wajib dikeluarkan
dalam proses bisnis dan tidak bergantung dengan volume penjualan

komponen yang termasuk dalam perhitungan adalah : Gaji, biaya


listrik-air-telepon dan sewa gedung

15 juta + 1 juta + 2 juta

48
266 b biaya tidak tetap / variable cost adalah biaya yang sifatnya berubah
dalam proses bisnis dan bergantung dengan volume penjualan

komponen yang termasuk dalam perhitungan adalah : biaya promosi


dan pembelian obat resep

500 rb + 5 jt

267 maaf BEP adalah kondisi balik modal yang ditandai dengan parameter TC =
tidak TR
ada
opsinya tentukan nilai FC, TC dan TR
FC = 15.000 + 1.000 + 2.000 = 18.000
VC = 500 + 5.000 = 5.500
TR = 50.000

BEP = FC/ (1- [VC/TR])

BEP = 18.000/ (1 - [5.500/ 50.000])


BEP = 18.000/ (1-0,11)
BEP = 20.225

268 a rerata penggunaan tiap bulan =


= (900+1000+1100) /3
= 1000
Jumlah yang dipesan
Qo = 1000 x (1) + 300 - 200 = 1110

269 b pengadaan dirancang pengadaannya sebanyak 10% lebih banyak dari


bulan sebelumnya artinya mengikuti pola konsumsi

49
270 a Return of Investment (ROI)
= (Laba / Investasi) x 100%
= (Rp.50.000.000 / Rp.500.000.000) x 100%
= 0,1 x 100%
= 10%

271 d Faktor Harga Jual (FHJ)


= 100 / HPP
= 100 / 80
= 1,25
Harga Jual Apotek (HJA)
= HNA x Faktor Harga Jual x Faktor Pajak
= Rp.10.000 x 1,25 x 1.1
= Rp.13.750,-

272 d
Obat manakah yang harus dipertimbangkan untuk dieliminasi terlebih
dahulu adalah obat dengan kategori NC --> non essential dan memiliki
kontribusi omset C --> Vitamin B6

273 c Faktor Harga Jual (FHJ)


= 100 / HPP
= 100 / (100 - 20)
= 1,25
Harga Jual Apotek (HJA)
= HNA x Faktor Harga Jual x Faktor Pajak
= Rp.14.000 x 1,25 x 1.1
= Rp.19.250,-

HJA + embalase + tuslah = 19.250 + 1.500 + 5000 = 25750

50
274 e total blister = 10 x 20 / 10 = 20x

5% x 50 rb x 20 = 50.000

275 d HPP = Penjualan - Laba


HPP = 90 juta - (90 juta x 20%)
= 72 juta

HPP = stok awal + pembelian - stok akhir

72 juta = 100 + 800 - stok akhir


stok akhir = 900 - 72
= 828 juta

276 e HPP = 1 - [(1,3-1) / 1,3] x omset = 0,77 x 1 M

277 D Faktor Harga Jual (FHJ)


= 100 / HPP
= 100 / (100% - 20%)
= 1,25
Harga Jual Apotek (HJA)
= HNA x Faktor Harga Jual (FHJ) x Faktor Pajak
= Rp.100.000 x 1,25 x 1.1
= Rp.137.500,-

278 d Biaya pesanan 5% x 7000 = 350

Persen keuntungan
= (10.000 - 7.000 - 350) / 10.000) x 100%
= 26,65%

51
279 d Persen keuntungan
= (8740 - 7600) / 8740) x 100%
= 13%

280 e chlordiazepoxide merupakan kategori psikotropika

281 b SIPA dikeluarkan oleh dinkes kota/kab

282 b menyiapkan obat tersebut untuk satu kali pemakaian adalah sistem
pemberian obat secara UDD --> unit dose dispensing

283 c Indeks penjualan atau faktor jual


= Harga Jual / Harga Beli
= (Rp.1.000.000/5) / Rp.150.000
= Rp.200.000 / Rp.150.000
= 1,33

284 a pelaporan NARKOTIKA dilakukan tiap bulan paling lambat di tiap


tanggal 10 melalui sistem SIPNAP

52
285 b Turn Over Ratio (TOR)
= HPP / (Rata−rata persedian)
= Rp.645.500.000 / ((Rp.110.800.000+Rp134.900.000)/2)
= 5,2

286 b Penjualan = HPP + Margin


HPP = Penjualan – Margin
= 100 – 25
= 75%
Jadi, HPP nya adalah
= 75% x Rp.10.000.000
= Rp.7.500.000,-

287 c 5 apoteker (150/30=5), sehingga kekurangan apoteker adalah 3


orang (5 - 2 = 3).

288 c Omset per tahun


= Rp.70.000.000 x 12
= Rp.840.000.000,-
Pajak yang harus dibayar
= Rp.840.000.000 x 10%
= Rp.84.000.000,-

289 e gunakan rumus EOQ

= 20 X (2+12) + (20 X 2) - 10 = 310

290 C STRA dikeluarkan oleh KFN

53
291 c masa berlaku SIPA mengikuti masa berlaku STRA. Bila STRA sudah
berjalan selama 2 tahun artinya, masa berlaku SIPA tersisa 5 - 2 = 3
tahun

292 b mutasi keanggotan IAI antar PC/PD ditandai dengan adanya dokumen
lolos butuh

293 a cukup jelas, langkah pertama adalah mengecek nama obat dan kuantiti
dari obat yang dipesan yang tertera di surat pesanan dan faktur
penerimaan

294 c secara etika dalam mengutamakan keselamatan pasien,


ketidaksesuaian produk perlu diganti dengan obat baru

295 a cukup jelas, OKT berpotensi untuk disalahgunakan

296 d cukup jelas, opsi A,B,C dan E tidak logis dipilih, yang benar untuk
dijadikan pertimbangan adalah opsi D yaitu ketersediaan retur ED

54
297 b SP narkotik dan psiko minimal 3

298 d sediaan semisolid memiliki BUD selama 4 minggu dari tanggal


peracikan --> 7 juli 2020 adalah tanggal BUD nya

299 c cukup jelas, aspek confidentiality dalam memberikan KIE perlu


diperhatikan, tidak boleh menggunakan suara yang terlalu keras

300 d urutkan alfabetis, berikan jeda pada obat yang zat aktif dan memiliki
dosis yang berbeda.

Paling tepat adalah D

301 b Smin = 2 x SS = 2 x 1000 x 2 = 4000

55
302 e obat bermerk captopril yang akan dibandingkan antar
merk/generiknya adalah terkait aspek harga --> CMA

303 b RS pemerintah pembelian BMHP dibawah LKPP dengan sistem yang


disebut e-Catalogue dengan metode pembelian E-purchasing

304 c cukup jelas, formularium RS dibawah kewenangan dari tim farmasi dan
terapi

305 e DOWA metoklorpamid dapat diberikan max 20 tab per satu kali beli

306 e program gerakan imunisasi influenza tipe C merupakan analisis yang


perlu mementingkan aspek manfaat terhadap upaya pencegahan
imunisasinya --> CBA

307 b apabila PBF itu yang memiliki kriteria pemasok dan sudah teregistrasi
dalam list vendor artinya metode tersebut termasuk tender tertutup

apabila belum teregistrasi --> tender terbuka

56
308 a analisis farmakoekonomi OAD glikazid dan metformin terkait harga dan
data penurunan GD2PP artinya melihat aspek efektifitas terapi klinis --
> CEA

309 c meropenem memiliki ICER terhadap cefotaxim diatas nilai GDP (3 x


150rb) sehingga dapat diberikan kesimpulan bahwa meropenem tidak
lebih cost effective

310 d Faktor Harga Jual (FHJ)


= 100 / HPP
= 100% / (100% - 15%)
= 1,17

Harga Jual Apotek (HJA) included PPN sehingga tanpa perkalian pajak
= HNA x Faktor Harga Jual (FHJ)
= Rp.25.000 x 1,17
= Rp.29.250,-

311 c HPP = 1 - [(1,2-1) / 1,2] x omset = 0,83 x 200 jt

312 d Faktor Harga Jual (FHJ)


= Harga Jual / Harga Beli
= 500 / 300
= 1,66

313 d cukup jelas, total SP adalah 4. 3 SP narkotik + 1 SP psikotropik

57
314 C apabila APA tidak ada dapat diwakili APING dalam penerimaan obat

315 d

316 b dalam IGD menerapkan sistem desentralisasi dengan metode/jenis


persediaan lengkap diruang

317 b cukup jelas di IGD memiliki jenis distribusi persediaan lengkap diruang -
-> ward floor stock

318 e cukup jelas tramadol merupakan OKT

319 d ACER ceftriaxone = biaya / hari rawat inap = 4 jt / 5 = 800 rb

58
320 c ACER = 1,2 jt / 3 = 400 rb

321 d parameter kadar air dalam simplisia perlu diperhatikan untuk menjaga
stabilitas terhadap cemaran mikroba

322 B fitofarmaka adalah OT yang harus lulus uji klinik

323 d HPP = stok awal + pembelian - stok akhir

= 90 + 700 - 80

324 e perencanaan obat yang mempertimbangkan leadtime dan biaya


penyimpanan adalah EOQ atau Economic Order Quantity

325 a EOQ = Au x (Lt+PP) + (Au x Lt) - sisa stok


= 20 x (15/30+10) + (20 x 15/30) - 10
= 210 box

326 d kondisi pada soal dinyatakan kelebihan stok injeksi dimana pemakaian
hanya sedikit --> perlu modifikasi order obat dengan metode just in-
time untuk mengatasi overstok

59
327 e cukup jelas, ED dari tablet hasil repacked harus dicantumkan

328 a Smin = 2 x SS = 2 x 1000 x 3 = 6000

329 e suhu insinerator pada 1000 C

330 b kontribusi omset hanya 20% menunjukan nilai pareto B dan secara
manfaat klinis infus dextrose 40% adalah tergolong kategori vital
karena digunakan untuk koma hipoglikemik

331 b HPP = Penjualan – Laba Kotor


HPP = 10 juta - (10 juta x 25%)
= 7,5 juta

332 d cukup jelas, depo IGD termasuk sistem desentralisasi jenis total ward
floor stock (persediaan lengkap di ruang

333 c cukup jelas bahwa analisis farmakoekonomi yang berdasarkan biaya


dan hasil terapi kliniknya adalah analis CEA

334 e SS = rerata pengguanaan x lead time


= 750 x 3/30
= 75 tab

60
335 e ciprofloksasin 500mg dan levofloksasin 500mg merupakan kategori
obat LASA (look-alike sound-alike) sehingga perlu penandaan dengans
tiker LASA dan diberikan penulisan tall-man letter (CIPROfloksasin dan
LEVOfloksasin)

336 b ROI = laba bersih / investasi


= 50/200 x 100% = 25%

337 b % margin = (1250 - 1000) / 1250 x 100% = 20%

338 c pemberian obat tersebut sebanyak 1 tablet untuk setiap waktu minum
obat atau setiap 8 jam penggunaan artinya sistem UDD (unit dose
dispensing)

339 e cukup jelas, aturan pakai suppo obat wasir sebagai obat bebas terbatas
adalah P no 6

340 a Margin = 100% - HPP


100 - 85 = 15%

341 a cukup jelas, apoteker ada kewenangan mengganti obat dengan yang
lebih murah (generik) dengan catatan harus dengan persetujuan
dokter/pasien

61
342 a CPKB yang mengatur industri kosmetik mempersyaratkan apoteker
sejumlah 1 orang pada bagian QA

343 d UMOT melakukan perizinan di level dinkes kota/kab

UKOT --> dinkes provinsi

IOT/IEBA --> Kemenkes

344 d antibiotik oral dalam hal ini tablet cefixime merupakan tidak termasuk
dengan kategori DOWA

345 d
buatlah table dibawah ini dan urutan hukum pareto adalah
Atorvastatin-valsartan-amlodipin-klopidogrel-kaptopril. Urutan pareto
tertinggi dimulai dari obat dengan kontribusi % jumlah terkecil dengan
nilai omset tertinggi, maka tabelnya sbb:

346 a indikasi stroke iskemia artinya tergolong dengan obat life-saving -->
vital

62
347 c cukup jelas, pilihlah nilai biaya obat perhari nya yang paling murah -->
obat C, dimana dalam 1 hari hanya mengeluarkan biaya 6000 per
tablet dan selama sebulan akan menghabiskan biaya 180rb

348 b HPP = 1 - [(1,25-1) / 1,25] x omset


= 0,8 x 40 juta
= 32 juta

laba (margin) = omset - HPP


= 40 - 32 = 8 juta

349 c kebutuhan per bulan = 20 pasien x 14 harix 3 sachet/2 hari = 420

EOQ = Au x T + SS - sisa stok


= 420 (1) + 100 - 150
= 270 box

350 a
rerata pasien per bulan = 5 pasien
standar pengobatan per pasien butuh 6 vial
sisa stok = 1 vial
buffer stok = 7 vial
lead time = 0 bulan (tidak ada keterangan)

gunakan konsep EOQ


EOQ = (5 x 6) + 7 - 1 = 36 vial x 200 rb = 72

63
351 a
rerata pasien per bulan = 5 pasien
standar pengobatan per pasien butuh 6 vial
sisa stok = 1 vial
buffer stok = 7 vial
lead time = 0 bulan (tidak ada keterangan)

gunakan konsepEOQ
EOQ = (5 x 6) + 7 - 1 = 36 vial
352 maaf jeda pembelian = lead time = 2 bulan
tidak
ada EOQ = (200 x (6 + 2)) + 200 - 150 = 1650 strip yang harus diadakan
opsinya untuk bulan berikutnya

353 d HPP = 1/FHJ = 1/1,25 = 0,8 X 100% = 80%

Margin = 100% - HPP


= 100% - 80% = 20%

354 c biaya tidak langsung adalah biaya jasa / pelayanan yang terkait dalam
proses dispensing obat --> biaya embalase (perkamen, dsb)

355 a cukup jelas, dalam PMK no 73/2016 untuk standar pengeleloaan tidak
ada istilah pemilihan

356 d cukup jelas, penerimaan obat harus dilakukan oleh APA/APING, bila
tidak ada baru bisa diwakilkan TTK

64
357 d antibiotik oral dalam hal ini tablet cefixime merupakan tidak termasuk
dengan kategori DOWA

358 e kesimpulan akhir dalam analisis CEA merujuk pada nilai ICER.

Obat paling efektif dan efisien adalah obat yang memiliki nilai ICER
yang paling rendah, dengan demikian antara Enoxaparin dan
Fondaparinux yang memiliki ICER terendah adalah Enoxaparin.

Kesimpulan akhir adalah Enoxaparin memiliki efektifitas terbaik


dengan ICER yang paling rendah terhadap GDP

359 d cukup jelas, angka kematian termasuk nilai parameter QALY yang
dipatok dalam analisis CUA

360 d cashout adalah alur dana yang keluar dan dibayarkan oleh Apotek,
dengan demikian cash-out yang terdapat pada soal adalah 45 jt + 35 jt
= 80 juta

361 a pengadaan obat berdasarkan prevalensi kejadian DBD artinya melihat


pola penyakit --> metode epidemiologi

362 b Perhitungan PPN adalah 10% x HNA --> 45.460

65
363 d BEP adalah kondisi balik modal yang ditandai dengan parameter TC =
TR

TC adalah total cost yang merupakan penjumlahan Fix Cost dan


Variable Cost

sehingga totalkan semua komponen harga pada soal --> 90 juta + 30


juta = 120 juta

364 c pareto A adalah obat dengan kontribusi omset 70% - 80% dan dengan
jumlah stok hanya 15- 20% --> Amox Tab (jumlah sedikit dengan harga
paling mahal)

365 d turn over-ratio idealnya tidak lebih dari 1, untuk modifikasi nya dapat
dilakukan penurunan dead-stok dengan menghindari risiko barang
ED/rusak

366 e nilai aktiva lancar adalah modal yang dimiliki suatu perusahaan yang
sifatnya likuid, bisa diuangkan. Sehingga dalam soal komponen yang
termasuk aktifa lancar adalah =

uang kas + uang bank + piutang persediaan

jumlahkan semua sehingga total 572 juta

367 e Pay-back periode = modal / laba bersih (sudah dikurangi PPh)

= 250 juta / 72 juta - (5% x 72)

= 3.3 tahun = 3 tahun 4 bulan

368 d ROA = Laba bersih / jumlah asset


(2.150 - 1550 - 300) / (250 + 200)
= 300 / 450 = 0,75

66
369 b soal tersebut dapat dianalisis dengan prinsip ACER.

metotreksat 200.000.000 dengan survival rate 20 tahun --> ACER = 200


juta/20 tahun = 10 juta/tahun

doksorubisin 150.000.000 dengan survival rate 10 tahun = 150 jt/10


tahun = 15 juta/tahun

dengan demikian doksorubisin memiliki outcome lebih kecil dengan


biaya lebih besar

370 a pemesanan setiap 15 hari sekali

terakhir pesan 1 juni, artinya akan pesan kembali pada 15 hari


berikutnya yang akan jatuh pada tanggal 16 juni 2020. perhatikan lead-
time sealam 2 hari artinya pemesanan harus dimundurkan 2 hari,
menjadi tanggal 14 juni 2020

371 b kejadian stok out dikarenakan pada proses perencanaan tidak


dilakukan dengan seakurat mungkin dengan konsep EOQ

372 ok target penjualan agar tidak rugi artinya menggunakan konsep BEP,
kondisi tidak untung dan tidak rugi, yang penting balik modal

sehingga perhitungan target minimal = menutupi biaya tetapnya = 5 jt

373 b cukup jelas, Rekonsiliasi obat adalah kegiatan membandingkan


instruksi penggunaan obat dengan obat yang diperoleh pasien.

374 d Obatnya tidak dilayani, karena seharusnya kalau resep copy resep
ditebus di apotek yang menyimpan resep aslinya.

375 e

EOQ = (6000 x (1 + 3/30) + (6000 x 3/30) - 500 = 7300 x 10rb = 73 jt

67
376 c HPP = 1 - [(1,25-1) / 1,25] x omset
= 0,8 x 200 juta

377 c BEP (unit) = fix cost / (variable cost - price per unit)

= 45 juta / 20rb-12rb = 5625 unit

378 c PBP = modal/laba bersih = 500 /20 = 20 bulan

379 c dokumen izin industri --> Binfar Kemenkes


dokumen izin CPOB --> BBPOM
dokumen administrasi SIPA APJ --> dinkes kota/kab

380 b target perbulan = 700 / (5x12) = 11,7 juta/bulan

381 b penggunaan 2000 / 2 = 10 hari

10 hari setelah 1 juni = 11 juni (stok habis)

dengan leadtime 2 hari = 9 juni harus order lagi

382 c Smin = 2 x SS = 2 x 25 x 2 = 100

68
383 c BEP omset = fix cost / 1 (variable cost/total omset) x 100%

total omset = 1 juta / vial x 5000 unit vial = 5 M

1.5 M / 1 - (2.5 M / 5M)


=3M

384 a % kematian dan % penurunan gejala adalah aspek parameter QALY


yang artinya merupakan analisis CUA

385 b Gyssen --> evaluasi penggunaan Ab


Naranjo --> MESO
ATC/DDD --> kualitas penggunaan obat
Medication scale / Morisky --> kepatuhan

386 b cukup jelas Central Sterile Supply Department adalah unit yang
bertanggung jawab atas pencucian dan distribusi alat yang telah
disterilkan di rumah sakit

387 b HPP stok = Stok awal + pembelian - stok akhir

= (60.500.000 + 800.500.000) - 40.500.000 = 820.500.000

69
COMPOUNDING & DISPENSING

No Jawaban Penjelasan
388 d hitung jeda total bulan dari tanggal peracikan hingga tanggal ED --> Juni
- Okt = 16 bulan x 25% = 4 bulan

389 maaf dosis = (20kg x 40mg/kgBB) / 4 = 200 mg


tidak
tersedia
opsinya

390 d demam selama satu minggu diindikasikan adanya infeksi maka dari itu
Apoteker harus menyarankan untuk pasien agar dapat diperiksa lebih
lanjut ke dokter

391 e cukup jelas, ne iteratur artinya tidak boleh diulang atas resep tersebut

392 b volume total = 2 x 1 cth (5 ml) x 10 = 100 ml

393 d % b/b = gram / 100 gram

ubah satuan 100 mg = 0,1 gram

0,1/5 x 100% = 2%

70
394 c % b/v = gram / 100 ml

ubah satuan 25 mg = 0,025 gram

0,025/5 x 100% = 0,5%

395 b 2 μg/kg/menit x 80 kg
= 160 μg/menit
= 0,16 mg/menit

untuk 100 menit, dosis total = 0,16 mg/menit x 100 menit = 16 mg =


0,016 g

Sediaan yang tersedia


= 0,16 % b/v = 0,16 g/100 mL

maka untuk kebutuhan 0,016 g = 0,016/0,16 x 100 = 10 mL

396 c Jumlah permintaan dalam resep


= 4 mg/kg/hari x 60
= 240 mg/hari (3 dosis terbagi)
Sediaan yang tersedia
= 40 mg/mL x 2 mL
= 80 mg per vial
Kebutuhan obat = Jumlah permintaan dalam resep / Sediaan yang
tersedia
= 240 mg / 80 mg
= 3 vial

397 e salep merupakan sediaan semisolid topikal dermal dengan BUD yang
telah ditentukan adalah maksimal 4 minggu dari tangal racik --> 1 May
2020

71
398 c S gtt II aur dext qid --> 2 tetes pada telingan kanan tiap 6 jam

qid = 4x sehari = 24/4 = tiap 6 jam

399 maaf Kebutuhan obat dalam resep


tidak 4 mg/ml x 5 ml = 20 mg
tersedia
opsinya Dosis yang tersedia dalam 1 ampul
2 mg/ml x 3 ml = 6 mg/ampul

Jumlah ampul yang diambil =


= Kebutuhan obat dalam resep / Dosis yang tersedia
= 20 mg/ 6 mg x 1 ampul = 3.3 ampul

3.3 ampul x 3 ml/ampul = 10 ml yang dibutuhkan.

400 d Untuk sehari 3 pulv = 3 x 30 mg = 90

% dosis max 1 hari = dosis resep / dm teoritis x 100%

= 90/180 x 100% = 50%

401 c insulin masih dapat bertahan selama 2 bulan bila disimpan di lemari es
(2 - 8 C) atau 1 bulan bila ditaruh pada suhu kamar (17 - 25 C)

402 e ergotamin = prekursor, perlu resep (bukan DOWA)

72
403 c dosis amoxicillin untuk anak adalah 15 mg/kgBB/hari x 15 kg = 225 mg

pada resep diberikan 500 mg --> overdosis, sehingga perlu diskusi ulang
mengenai besaran dosis kepada dokter

404 c Volume sediment = V awal / V akhir = 1,5/3 = 0,5

405 c suspensi harus memiliki sistem flokulasi agar terjaga stabilitas fase dari
proses sedimentasi dan caking, sehingga jelas harus dijaga sistem
sedimentasi (flokulasi)

406 c total salbutamol dalam 1 inhaler = 20 mg dan terdapat 200 dosis


semprot --> tiap 1 x semprot mengandung 20 mg/200 = 0,1 mg
salbutamol = 100 mikrogram

407 d dosis per untuk 2 hari = 2 x 5mg/ml x 3 x 5 = 150 / 10 = 15 tablet

penggunaan per 1x minum = 1 pulveres, bila 2x sehari maka butuh 2


pulveres

408 c bobot SL = 300 - 125 - 15 = 160 x 20 pulv = 3200 mg

73
409 d 2% dalam 5 gram
= 2 / 100 x 5 gram
= 0,1 gram
= 100 mg

410 b pemunsahan narkotik dan psikotropik perlu saksi dari dinkes


kota/kabupaten

411 e ad lib --> secukupnya atau sesuai kebutuhan

412 d betahistine dengan signa det orig artinya sudah diberikan pada tebusan
resep aslinya (pertama)

ada signa iter 2x artinya dapat diulang 2x = 2 x 10 = 20 tablet yang masih


bisa diberikan

413 a Untuk anak-anak, daun telinga ditarik ke bawah dan ke belakang

Untuk dewasa, daun telinga ditarik ke atas dan ke belakang

414 c piroksikam maksimal 10 tab diberikan sebagai DOWA

74
415 c Benzokain = 2% x 10 mL
= 0,2 g per botol
Kebutuhan untuk 5000 botol
= 0,2 g x 5000
= 1000 g

416 b V1 = 50 mL
N1 = 3%
N2 = 30%

V1 x N1 = V2 x N2
50 mL x 3% = V2 x 30%
V2 = 5 mL

417 d Dosis untuk sekali pemberian


= (10 - 15 mg/kgBB) (10 kg)
= 100 – 150 mg

volumen kebutuhan obat


= Jumlah permintaan dalam resep / Sediaan yang tersedia

rentang bawah = 100 mg / 100 mg x 1 mL = 1 mL

rentang atas = 150 mg / 100 mg x 1 mL = 1,5 mL

418 B Jumlah permintaan dalam resep


= 500 mg x 5
= 2500 mg untuk 10 bungkus
= 250 per bungkus
Kebutuhan obat
= Jumlah permintaan dalam resepSediaan yang tersedia
= 250 mg250 mg x 5 mL
= 5 mL

75
419 e amlodipin yang menimbulkan udem merupakan temuan ESO atau
adverse drug reaction

420 a cukup jelas, skrinning yang dilakukan terkait check dosis dengan tujuan
agar tepat dosis

421 d total kebutuhan = 10 x 1 x 2 = 20 mg, terbagi dalam 2 tablet x 10 mg

422 c V1N1 = V2N2


V1 x 70% = 96% x 1000 ml
V1 = 1371 ml / 100 ml (volume per botol) = 13 botol

423 a cukup jelas, tata kelola stok obat yang tergolong LASA harus
menggunakan penulisan tall-man letter --> kapitalisasi hurus yang
berbeda = DOBUT dan DOP

424 b dosis = 5mg/kgBB x 20 = 100 mg

sediaan yang tersedia 15 mg/ml maka untuk kebutuhan 10 ml = 100/15


= 6,6 ml

76
425 maaf cari luas permukaan tubuh terlebih dahulu = ⎷(162 x 50)/3600 = 1,5 m2
tidak
ada opsi sehingga dosis total 1,5 x 1000 = 1500 mg
nya
TB harus dalam cm

426 d bdd = 2x sehari = 24 jam/2 = tiap 12 jam

427 a cukup jelas, diganti obat yang baru

428 c pemberian resep yang ketiga perlu ditulis --> det orig + iter 2x

429 a penebusan resep yang berisi narkotika/psikotropika dengan copy resep


tidak dilayani karena harus menggunakan resep asli

430 b dosis 200 mg/5ml --> bila dalam 60 ml maka mengandung 60ml/5ml x
200 mg = 2400 mg x 1000 botol = 2.400.000 mg = 2,4 kg

77
431 a kamfer + mentol akan memberikan reaksi eutektikum berupa pelelehan
bentuk sediaan menjadi bentuk liquid sebagai bentuk ketidakstabilan
secara fisika/farmasetika

432 a dosis untuk 10 kg = 10 kg x 10 mg/kgBB = 100 mg -->bila tiap ml


mengandung 25 mg maka untuk dosis 100 mg akan membutuhkan =
100/25 = 4 ml

433 d codein 10 mg x 15 = 150 mg = 0,150 gram

434 b BUD sirup racikan (non-antibiotik) adalah selama 14 hari dari tanggal
racik --> jatuh pada tanggal 25 juni 2020

435 b tiap pulveres mengandung amox = 250 mg, dengan total dosis 1 hari = 2
pulv x 250 mg = 500 mg

akan dilakukan konversi bentuk sediaan menjadi sirup dimana tiap 5 ml


mengandung 250 mg. pemberian dosis harian sirup harus setara dengan
dosis harian pulveres = 500 mg

sehingga dalam 1 hari, akan dibutuhkan 2 x sehari, 1 sendok teh

catatan : 1 sendok teh = 5 ml

436 a gunakan prinsip pengenceran

70% x 100 ml = 96% x V


V = 70/0,96 = 72,91 ml yang dibutuhkan

78
437 b high alert adalah insulin yang termasuk kedalam lifesafing medication

438 d codein 10 mg x 10 mg = 100 mg /10 mg (dosis per tablet) = 10 tablet

439 d pengelolaan limbah beta-laktam injeksi memiliki sifat infeksius --> perlu
insenerasi (dibakar diatas 1000 C)

440 a monitoring vaksin apakah masih layak digunakan atau tidak adalah
menggunakan indikator VVM / vaksin vial monitor

441 E oralit maksimal disimpan pada suhu ruang sealam 48 jam

442 e sudah jelas, agar menghindari potensi interaksi obat, harus dilakukan
jeda minum antar obat selama 2 jam

79
443 e sudah jelas, agar menghindari potensi interaksi obat, harus dilakukan
jeda minum antar obat selama 2 jam

444 c 2000 x 1 ml = 500 x V


V = 4 ml

445 b Perhitungan
240 mg = 0,24 mg / 10 ml x 100% = 2.4%

= [0,52 - (0,1) x 2.4] / 0,576 = 0,486 %

10 ml x 0,486 % = 0,0486 gram

446 d bobot NaCl = (0,9% x 100 ml) - (1% x 100 ml x 0,2) = 0,7 gram

447 a gunakan rumus kesetaraan BM

Bobot terfenadin HCl = BM terfenadin HCl / BM terfenadin x dosis


terfenadin

= 538,13/501,68 x 100 mg = 107,27 mg

448 e total amox = 300 x 10 / 30 = 100 mg per caps --> ukuran cangkang no 5

80
449 e total benzokain = 1% x 10 ml x 5000 = 500 gram

450 a
menggunakan metode aligasi

HLB span 4 2 --> 2/11 x 4 gram = 0,72 gram


13
HLB tween 15 9 --> 9/11 x 4 gram = 3,28 gram

451 c
tegangan permukaan = [(1950 / (2 x 13)] x 0.92 = 69

452 b cukup jelas proses repacking harus menyantumkan minimal data Nama
obat, kekuatan sediaan, tanggal kadaluarsa

453 a cukup jelas, aspek administrasi meliputi nama dan usia pasien

454 d total PCT = 125 mg/5 x 120.000 ml x 3 = 9000 kg

81
455 c
cukup jelas

456 b cukup jelas, utamakan edukasi gaya hidup sehat dan modifikasi pola
makan bergizi

457 a suppositoria dalam DOWA maksimal diberikan 3 buah

458 d OT tidak boleh memiliki klaim yang bernada kalimat menyembuhkan


karena pada dasarnya OT bersifat preventif dan membantu memelihara
kesehatan. Sehingga pada soal dapat dipilih opsi D

459 c cukup jelas, skrinning yang dilakukan terkait aspek farmasetis adalah
terkait bentuk sediaan

460 c cukup jelas, skrinning yang dilakukan terkait ESO dan kontra-indikasi
adalah terkait aspek klinis

82
461 c DRP yang potensial terjadi adalah terjadi duplikasi penggunaan NSAID
secara bersamaan, dimana kalium diklofenak bisa dieliminasi, hanya
menggunakan asmef

462 b agar tidak terjadi gastritis, penggunaan aspirin dapat digunakan 15


menit sesudah makan (kondisi saat perut ada makanan)

463 d cukup jelas, pada penggunaan suppositoria perlu dibasahi dengan air
agar mudah diaplikasikan

464 d supensi rekonsitusi bila ingin bertahan lebih lama hingga 14 hari harus
disimpan pada suhu dingin (2 - 8 C)

465 c total pct = 10 x 30 = 300 mg / 200 mg x 5 ml = 7,5 ml / 5ml = 1,5 sendok


teh

466 maaf PCT = (125 mg x 20) / 500 = 5 tab


tidak
ada opsi CTM = (4 mg x 1/4 x 20) / 4 = 5 tab
nya
PCT = (1/4 x 20) / 0,5 = 10 tab

83
467 e total dosis = 75 x 2 x 2 = 300 / 40 = 7,5 ml / 1,5 ml = 5 vial

468 d ada signa (iter 2x + det orig), artinya tablet bisa diambil sebanyak 3x
sehingga total tablet = 3 x 30 tablet = 90 tablet

karena sudah diambil 10 tablet, maka 90 - 10 = sisanya 80 tablet

469 b hitung jeda total bulan dari tanggal peracikan hingga tanggal ED --> april
2020 - Oktober 2022 = 30 bulan x 25% = 7,5 bulan

dengan demikian maksimal BUD nya adalah 6 bulan --> akan jatuh
tempo pada 17 Oktober 2020

470 c total dosis lidokain basa = 1% x 30 ml = 0.3 gram = 300 mg

gunakan rumus kesetaraan BM

Bobot lidokain HCl = BM lidokain HCl / BM lidokain basa x dosis lidokain


basa

= 288/234 x 300 mg = 369,23 mg

471 b dosis umum zink sirup untuk anak adalah 10 mg selama 10 hari sehingga
signa yang tepat adalah 1x sehari 1 sendok takar (teh) selama 10 hari

dosis 10 mg diambil 1 cth

472 d total oksimetazolin = 200 - 300 mg

bila 1 ml mengandung 300 mg, maka didapatkan volume :


rentang bawah = 200 mg / 300 = 0.67 ml
rentang atas = 300 mg/ 300 = 1 ml

sehingga didapatkan rentang volume 0,67 ml - 1 ml

84
473 a total dosis sehari =
rentang bawah = 50 x 60 / 2 = 1500 mg / 1000 = 1.5 ml
rentang atas = 100 x 60 / 2 = 3000 mg / 1000 = 3 ml

sehingga dosis harian yang masuk dalam rentang dosis tersebut adalah
sehari 2 x 1,5 ml = 3 ml (rentang atas)

474 d r.p. adalah recenter paratus --> buatlah segar (kondisi baru)

475 c gunakan perhitung DM maksimal

DM maks 1 hari = dosis total harian resep / DM teoritis 1 hari x 100%

= 12,5 x 3 / 75 = 50%

476 c dosis sekali = 10 mg/kg BB x 10 = 100 mg

1 pulveres akan mengandung = 100 mg eritromisin (perhatikan signa mf.


Pulv dtd. --> artinya tiap pulveres mengandung 100 mg)

sehingga signa akhir akan membentuk s.b.d.d pulv 1

477 b gunakan rumus pengenceran

40% x 5 ml = 20% x V
V = 10ml

bila 1 vial = 5 ml maka, kebutuhan ampul =


10 ml / 5 ml = 2 ampul

478 e total regimen = (3 x 2 x 2.4 x 50) x (6/60) = 72 vial

85
479 d total dosis sehari = 24 x 10 / 120 = 2 sdt

480 d DM anak 12 tahun (rumus dilling 12 > tahun)


= (n/20) x DM dewasa
= (12/20) x 200 mg
= 120

Persen DM
= (Dosis obat sehari/DM sehari) x 100%
= (2 x 120/300) x 100
= 80 %

481 B cukup jelas etiket obat dalam adalah warna putih

obat luar etiket warna biru

injeksi Insulin merupakan tergolong obat luar --> etiket biru

amox tablet --> etiket putih

povidon iodine = obat kumur --> etiket biru

482 C total insulin tiap pen = 100 unit / ml x 3 ml = 300 unit

kebutuhan selama 1 bulan = 3 x 8 unit x 30 hari = 720 / 300 = 2.4 pen =


pembulatan menjadi 3 pen

86
483 e Verapamil 60 mg dengan signa 4.d.d.1, artinya total dosis sehari = 4 x 1
tab x 60 mg = 240 mg

paling tepat adalah opsi E karena secara jumlah signa per hari nya 4 x 1
tablet dengan dosis per tabletnya 60 mg. Obat akan digunakan selama
10 hari, maka 4 tablet x 10 hari akan membutuhkan total 40 tablet

484 c total kapsul = 21 hari pemakaian x 3 kapusl/ hari = 63 kapsul

485 b bobot hpmc = 10% x 1000 ml = 100 g

486 maaf cari luas permukaan tubuh terlebih dahulu = ⎷(160 x 60)/3600 = 1,63
tidak m2
tersedia
opsinya sehingga dosis total 1,63 x 1000 = 1630 mg

TB harus dalam cm

487 a cukup jelas gunakan ukuran kapsul no. 00 karena memiliki range bobot
total per satuan kapsulnya = 500 - 700 mg

488 d 1 : 100 itu artinya 1 gram / 100 ml

karena dilakukan pengenceran 10x maka konsentrasi akhir harus


dikalikan 10.

1 g/100 ml x 10 = 10 gram / 100 ml

87
489 e 1 : 100 itu artinya 1 gram / 100 ml

karena dilakukan pengenceran 10x maka konsentrasi sebelum


pengenceran ya tetap sesuai dengan perbandingan awal 1 : 100

1 gram / 100 ml = 1000 mg / 100 ml = 10 mg/ml

490 d 1% b/v = 1 gram / 100 ml. karena ada pengenceran 10x, maka kalikanlah
10

= 1 gram / 100 ml x 10 x 1 ml = 0.1 gram

491 maaf 15% b/v itu artinya 15 gram/100 ml.


tidak
tersedia Bila ditanya bobot, kalian 15% x 0.15 ml = 0.0225 gram
opsinya

492 a ranitidine = 2 x 150 mg = 300 mg / 75 mg x 5 ml = 20 ml

atenolol = 1 x 50 mg = 50 mg / 25 mg x 5 ml = 10 ml

493 c 6% x 10 g x 1000 = 600 gram

3% x 10 g x 1000 = 300 gram

494 d 0,18% x 500 ml = 0.9 gram

4% x 500 ml = 20 gram

88
495 d Dosis 1x pemakaian
= 2,4 mg/kgBB x 48 kg
= 115,2 mg
Dosis sehari (6 kali)
= 115,2 mg x 6
= 691,2 mg
Vial yang perlu disediakan
= 691,2 mg / 60 mg
= 11,52 ≈ 12 vial

496 d 5% = 5 gram / 100 ml

kebutuhan 100 mg = 0,1 gram

0,1 gram / 5 gram x 100 ml = 2 ml

497 b high alert adalah elektrolit pekat --> KCl 2 meq/ml

dextrose, wfi dan NaCl 0,9% merupakan elektrolit encer

498 b rekonstitusi dilakukan dalam Biological Safety Cabinet (LAF) sehingga


memiliki stabilitas hinggal 48 jam

499 c Kebutuhan 40 mg/ml x 5ml = 200 mg

Stok per ampul memiliki dosis = 20 mg/ml x 4ml = 80 mg

sehingga untuk memenuhi 200 mg --> 200 mg/80 mg = 2.5 ampul atau
3 ampul

89
500 c cukup jelas, tepat indikasi dan dosis merupakan salah satu aspek
skrining farmasetik

501 d cukup jelas, tanggal kadaluarsa harus dicantumkan dalam etiket repack

90
FARMAKOKINETIK

No Jawaban Penjelasan
502 a Ld = Css x Vd = 30 x 0.3 x 70 = 630

503 b t½ = 0,693 / k
= 0,693 / 0,0895/jam
= 7,7 jam

504 c dosis peroral = dosis intravena / bioavabilitas = 10 mg / 0.75 = 13.3 mg

505 c hitung dengan rumus cockroft gault =


ClCr pasien = (140 - 40) x 60 / 72 x 4,2 = 19,84 ml/menit

506 c pKa diatas 7 akan memiliki absorpsi yg baik pada pH basa --> maka
absoripsi akan optimal pada usus halus

507 d Md (dosis pemeliharaan) = Css x Cl


= 4 x 1,5 x 6 x 60 = 2160 mg

508 c Loading Dose = Vd x Css


= 20 L x 5 mg/L
= 100 mg

91
509 a K x Vd
= 0,07/jam x 40 L
= 2,8 L/jam

gunakan rumus R (kecepatan infus)


R = Cl x Css
= 2,8 L/jam x (20-10) mg/L
= 2,8 x 10 mg/jam
= 28 mg/jam

510 b LD (Loading Dose)


= (Vd x (C2−C1))
= 40 L x (20−10)mg
= 400 mg

511 a t (jam) 0 → Cp 100%


t = 2 → Cp 50%
t = 4 → Cp 25%

artinya pada jam ke 4, konsentrasi obat akan mencapai 25% nya

512 b C plasma awal = 4 mikrogram/ml --> C plasma akhir = 1 mikrogram/ml

artinya terjadi penurunan kadar menjadi 25% atau 1/4 nya. Gunakan
konsep waktu paruh, bila kadar menjadi 25% artinya telah terjadi 2x
waktu paruh.

2 x waktu paruh = 2 x 12,5 jam = 25 jam

513 d BPOM tetap meminta harus dilakukan uji ekivalensi in-vivo


dikarenakan digoxin merupakan obat khusus dengan profil
farmakokinetik index terapi sempit

92
514 d dosis pemberian = dosis intravena / fraksi aktif = 10 mg / 0.75 = 13.3
mg

dosis infus awal = 40 mg/jam = 0, 67 mg/menit

dosis pemberian = 0,67 mg/menit / 0,8 = 0,8367 mg/menit

515 a cari nilai k terlebih dahulu dari data t/12


k= 0,693 / t 1/2
= 0,693 / 3 jam
= 0,231/jam

Cl = K x Vd
= 0,231/jam x (30%x85) L
= 5,88 L/jam

516 a gunakan rumus t1/2 pada orde 0 =

0.5 Co / k = 0.5 . 0.1 / 0.048 hari = 1.04 hari

517 a gunakan rumus kecepatan infus dengan faktor tetes

500 ml x 20 / (24 x 60) = 6.9 tetes

518 c gunakan rumus kecepatan infus dengan nilai Css

R/Cl = Css --> R = Css x Cl = 20 mg/L x (25 x 0.08) = 40 mg/L

519 c Md (maintenance / dosis pertahanan) = Css x Cl


= (12-8) x 100

93
520 e
cukup jelas, selisih pKa dan pH = 6,6 - 4,4 = 2,2 artinya mengalami
ionisasi 99%

521 d t½ = 0,693K
= 0,693 / 0,035/jam
= 19,8 ≈ 20 jam

20 jam setelah jam 8 pagi adalah pukul 4 hari berikutnya.

522 d hitung ClCr dengan rumus cockroft gault

ClCr pasien = (140 - 60) x 50 / 72 x 11 = 5.05 ml/menit

penyesuaia dosis = ClCr pasien hitung / ClCr pasien normal x Dosis


diketahui

dosis diketahui = 2 mg/kg bb x 50 mg= 100 mg

5,05/10 x 100 mg = 50 mg tiap 12 jam

94
523 c Ld = Css x Vd = 40 x 0.25 x 60 = 600 mg

524 d Vd = Do / Co = 100.000/20 = 5000 ml = 5 L

525 a t 1/2 = 0.693 / k

waktu paruh berbanding terbalik dengan nilai kecepatan eliminasi.


Semakin cepat eliminasi, semakin kecil waktu paruh

526 e dosis efektif = C efektif x Vd


= 50 mikrogram/L x 250 L = 12.500 mikrogram = 12,5 mg

dosis peroral = dosis efektif / bioavabilitas = 12,5 mg / 0,25 = 50 mg

rentang dosis yang dapat diberikan adaalh = 50 - 60 mg

527 c pada balita, laju metabolisme tinggi dikarenakan eksresi billier tinggi
sehingga perlu peningkatan dosis

528 c R/Cl = Css --> R = Css x Cl = 22,5 µg x 30 L/jam = 675 µg/L

95
529 a t90 orde 1 = 0.105/k

530 c
cukup jelas, pada kurva laju reaksi farmakokinetik orde 1 pada sumbu X
akan memberikan garis lurus horizontal menurun

531 a
gunakan konsep Q10

t 90 (25) = 14 / [3 ^ (25 - 5/10)] = 14/9 = 1,55 hari

Jika peningkatan suhu diatas 10 C, maka nilai Q10 = 2

kelipatan 10 C --> + 1

532 c BMI --> pengaruh pada Vd. Semakin besar BB seseorang, maka akan
semakin besar Vd

96
533 s waktu yang dibutuhkan agar sediiaan menjadi setengah dari
konsentrasi awal artinya adalah berapa waktu paruhnya (t1/2)

pada orde 1 = 0.693/0.015 = 46.2 bulan

534 b pada orde 0 nilai k = sebagai slope (nilai x), sehingga laju absorpsi =
nilai x = 0.2078 / jam

535 c CrCl = 50 ml/menit


Dosis = 100 mg
T1/2 = 5 jam
Css = 9 mg/L

536 c Vd = Do / Co = 10.000/0.25 = 40.000 ml = 40 L

537 c Syarat kadar minimal pada sediaan adalah tidak kurang dari 93% dan
tidak lebih dari 100%, artinya kadaluarsa akan terjadi saat kadar obat
kurang dari 93%. Maka

[100 % - 93%] / 0,1% = 70 bulan

538 b Kadar tunak = Css dikatakan 3.3 x dari waktu paruh (t1/2)

maka saat 90% Css = 3.3 x 2 x 90% = 5.94

97
539 b % dosis = klirens geriatri / klirens dewasa x 100%

7,7 / 41,5 x 100% = 18,5

540 d Dosis normal Kanamisin 12 mg/kgbb/hari terbagi dalam 2 dosis -->


artinya obat tersebut akan diminum tiap 12 jam (frekuensi dewasa
normal)

frekuensi pemberian dapat dicari dengan perbandingan antara waktu


paruh geriatri dengan waktu paruh dewasa normal. Maka :

Frekuensi geriatri = waktu paruh geriatri / waktu paruh dewasa normal


x frekuensi dewasa normal = 300/100 = 3 x 12 jam = 36 jam

541 a dehidrasi mempengaruhi komponen air dalam tubuh yang


berpengaruh pada volume distribusi

542 b F (persen bioavabilitas) = dosis absorpsi / dosis awal = 250/500 = 0,5

543 a penggunaan obat selama 1 minggu dikarenakan obat memiliki Vd yang


besar sehingga terdistribusi pada tubuh dengan proses yang lama
dengan demikian laju eliminasi berjalan lebih lambat, frekuensi obat
pun diberikan dengan jeda lebih lama

544 b 5x waktu paruh --> 5 x 1,9 jam = 9,5 jam

545 c pada lansia terjadi penurunan fungsi hati dalam memetabolisme obat
dan juga fungsi ginjal dalam mengeliminasi obat --> menyebabkan
waktu paruh obat dalam tubuh lebih lama nilainya --> risiko efek toksik
terjadi

98
546 a dosis geriatri = klirens geriatri / klirens dewasa x dosis dewasa normal

50 / 100 x 200mg / hari = 100 mg /hari

547 c 100 mg/jam x 6 jam = 600 mg (total dosis infus selama 6 jam
pemberian)

dosis peroral = dosis infus / bioavabilitas = 600 mg / 0.8 = 750 mg

548 b Css = R/ Cl = 100 / 0.72 = 138.8

549 maaf hitung dulu kliresn pasien


tidak = ClCr = (140 – 65) x 67 / 2.5 x 72 = 28 mL/menit
tersedia
opsi dosis normal = 2,5 mg/kg BB x 67 kg = 167,5 mg, karena diberikan tiap
6 jam artinya 167,5 mg x 4 = 670 mg

dosis = klirens pasien / klirens normal x dosis normal

28 / 100 x 670 mg/hari = 187,6 mg /hari

550 a ClCr = (0,85) x (((140 - 45) x 70 kg)/ (72x3,5)) = 15,5 mL/menit

99
551 e gunakan rumus kecepatan infus dengan faktor tetes

= (250 mL x 60 tetes/mL) / 100 menit = 150 tetes/menit

552 d Ld = Css x Vd = 1.25 x 6 x 70 = 525 mg / 70% = 750 mg

553 c nilai k cari dengan persamaan 0,693 / t1/2 = 0,693/3 = 0,231

Vd total = 30% x 75 = 22,5 L

Cl = k x Vd = 0,231 x 22,5 = 5,19

554 e menggunakan konsep indikasi subterapi = 4 - 5 x waktu paruh

4 x t 1/2 = 4 x 12 = 48 hari

555 d klirens renal = 90% x 150 ml/menit = 135 ml/menit

100
556 a
cukup jelas, pada kurva laju reaksi farmakokinetik orde 0 pada sumbu X
akan memberikan garis lurus horizontal

557 a gunakan rumus kecepatan infus dengan faktor tetes

R = 200 x 20 / 12 x 60 = 5.5 tetes / menit

101
KIMIA ANALISIS

No Jawaban Penjelasan
558 c gunakan rumus lambert-beer
A= a.b.c

0,8 = 3x10-2 x 1 x c
c = 26.6

559 c metode ektraksi untuk minyak atsiri adalah dengan menggunakan


metode destilasi karena minyak atsiri bersifat volatil (prinsip
pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan tekanan uap)

560 d sensitif atau tidak terhadap keberadaan zat --> arti dari parameter limit
of Detection (LoD)

561 b Untuk mengetahui bahwa yang dianalisis adalah zat yang diinginkan
artinya seberapa baik kesesuaian metode uji --> selektifitas/spesifitas

562 b Formalin termasuk dalam golongan bahan berbahaya diperlukan


dokumentasi pendukung mengenai aspek keselamatan terkait produk
yang tercantum dalam dokumen MSDS

563 c vit C merupakan senyawa yang mudah teroksidasi sehingga dalam


proses analisis dapat menggunakan titrasi redoks (permanganometri /
iodimetri)

102
564 a Rs = [2 (17,63 - 16,4)] / (1,1 + 1,21) = 2,12

565 a substitusikan nilai absorbansi = 0,6 sebagai nilai y dalam persamaan y=


0,1x - 1 --> didapatkan nilai x = 16 ppm

kalikan 16 ppm x volume awal x faktor pengenceran =


16 ppm x 250 ml x 50 = 200 mg

566 b
cukup jelas, pada rentang panjang gelombang 3000 - 3400 adalah
spesifik muncul karena respon terhadap gugus hidroksi (OH)

567 b karena supplier telah terkualifikasi maka dapat menggunakan rumus


pola n = √1000+1 = 11

103
568 c C sampel = A sampel/ A pembanding x C pembanding
= 0,8/0,6 x 15 = 20ppm

Kadar sebenarnya = 20ppm x 100ml x 50ml = 100mg

% kadar = 100mg/100mg x 100% = 100%

569 d 90% x 500 = 450 mg

Bila ditanya % b/b artinya bandingkan dengan 625 mg


= 450/625 mg x 100% = 72%

570 d PCT bersifat polar, maka akan terelusi lebih cepat oleh pelarut polar

urutan kepolaran eluen (pelarut) berturut adalah 1, 3, 2

urutkan kepolaran berdasarkan kandungan air yang paling banyak -->


air bersifat lebih polar daripada metanol

571 e pengujian kadar ekstrak yang sifatnya multi-campuran maka dapat


menggunakan analisis instrument jenis KCKT atau HPLC

572 e cukup jelas, untuk titrasi alkalimetri menggunakan indikator


fenolftalein

titrasi asidimeti menggunakan indikator metil merah

titrasi kompleksometri menggunakan indikator EBT

104
573 d Rf = 6cm / 10 cm = 0,6

574 d glukosa akan memberikan endapan merah bata

575 d analit dan senyawa baku yang mempunyai


sifat fisikokimia mirip dengan analit adalah prinsip kurva baku jenis
standar internal

576 c Ca adalah logam alkali yang dapat dianalisis dengan metode titrasi
kompleksometri (titrasi khusus logam)

577 b Kadar tab = (V HCl x N HCL x Mr sampel)/ (Volume sampel x 1000)


Kadar tab = 8 x 0,5 x 180 / (10 x 1000)
= 0,072 g ~ 72 mg
% sampel = 72 mg / 75 mg x 100%
= 96 %

578 b boraks dan formalin dapat dideteksi dengan senyawa kunyit /


kurkumin

105
579 d Untuk dapat dianalisis dengan UV vis sebuah senyawa perlu memiliki
gugus kromofor, yaitu ikatan rangkap yang terkonjugasi, selain itu,
keberadaan gugus auksokrom seperti karbonil, hidroksil dan amin akan
menggeser panjang gelombang kearah batokromik.

dengan demikian panjang gelombang yang paling tinggi dihasilkan dari


senyawa dengan ikatan rangkap dan gugus OH --> fenol dan benzena

580 e pengujian zat aktif yang sifatnya multi-campuran maka dapat


menggunakan analisis instrument jenis KCKT atau HPLC

581 b analisis sinar X terhadap pola kristal dan pelelehan serbuk menandakan
adanya polimorfisme dari bentuk kristal menjadi amorf

582 E perhitungan kadar bahan aktif menggunakan parameter AUC / area


under curve = peak area

583 c pada uji disolusi tahap 2 memiliki syarat tidak satupun tablet yang
memiliki nilai Q-15%. Bila diketahui nilai Q sampel adalah 75% maka
syarat batas minimal adalah 75% - 15% = 60%. Namun pada kasus
tersebut terdapat 2 tablet dengan nilai Q = 55% yang artinya pengujian
ini tidak lulus.

dengan demikian diperlukan pengujian lanjutan ke tahap 3 dengan


tambahan jumlah tablet 12 buah sehingga total sampel adalah 24
tablet

584 c N = 16 (tR/W)2
N = 16 (15/1.25)2
N= 2304

106
585 c perhitungan kuantitatif (kadar) bahan aktif pada KCKT/HPLC
menggunakan parameter AUC / area under curve = peak area

586 d KLT memiliki parameter analisis berupa Rf (retention factor)

587 e logam Natrium merupakan logam alkali yang dapat dilakukan uji
sederhana berupa uji nyala dengan kawat Copper yang menandakan
warna nyala kuning bila sampel positif logam Natrium

588 c Menurunkan laju alir eluen akan meningkatkan nilai resolusi agar
nilainya > 1.5

589 e membedakan senyawa target dengan analit lain merupakan parameter


spesifitas/selektifitas

590 e Adsorpsi fase terbalik karena jelas pada kolom yang digunakan adalah
kolom C18 --> kolom non-polar

prinsip pemisahan KCKT dan KLT --> adsorpsi


prinsip pemisahan kromatografi kertas --> partisi

591 e gunakan rumus A = a.b.c

0,7 = 0,035 x 1 x c
C = 0,7 / 0,035
= 20 ppm

592 c alkaloid memiliki 3 reagensia selektif = mayer, dragendorf dan


bouchard

107
593 e gugus fungsi yang aktif dapat diidentifikasi dengan instrument FTIR
(infra-red)

594 b C sampel = AUC sampel/AUC pemanding x C Pembanding


= 45.9 / 60.3 x 15 ppm
= 11.4 ppm

C sebenarnya = 11.4 x Faktor Pengenceran x Volume awal


= 11.4 x 100 x 50 x 1 ml
= 57000 mcg = 57 mg

595 c titrasi logam = titrasi kompleksometri

596 D analisis senyawa multi-campuran (lebih dari 1 sampel) dapat


menggunakan sistem HPLC

597 A IC50 merupakan pengujian aktivitas antioksidan

598 d Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom


karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, artinya kerangka
karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi)
disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon.

599 a perolehan nilai relative standard deviation (RSD) < 2,0 % artinya
merupakan parameter presisi

600 d perolehan nilai % revovery dengan angka 99,5% artinya merupakan


parameter akurasi

108
601 a Proses ekstraksi dilakukan dengan mengalirkan air penyari secara
kontinu merupakan proses dari teknik perkolasi

602 d sambiloto memiliki nama latin : Andrographidis paniculata -->


metabolit sekunder mengambil nama genus (kalimat pertama) =
andrographolid

603 c Konsentrasi awal sebagai N1 = 100mg/500ml = 200ppm

V1.200ppm= 100ml . 5ppm


V1 = 500/200 = 2,5ml

604 b kurva baku telah tersedia yang telah dibuat dengan variasi 5
konsentrasi adalah metode multiple point calibration

605 b metode analisis HPLC yang diadopsi dari Jurnal Kimia Analitik
International perlu dilakukan uji validasi metode analisis

606 c pengukuran bobot suatu zat dalam sampel setelah pengabuan adalah
metode analisis dengan prinsip gravimetri

109
607 e cemaran logam dapat dianalisis dengan instrument AAS atau EAS/FES

608 e formalin direaksikan dengan asam kuat dalam proses identifikasinya >
asam kuat dapat menggunakan asam sulfat (H2SO4)

609 c Zinc merupakan logam dapat dianalisis dengan instrument AAS atau
EAS/FES

610 c destilat ekivalensi alkohol = 15% b/v x 5 ml = 0.75 gram

maka % b/b = (0,75 g / 30 g) x 100 % = 2.5%

611 c untuk spesifitas tiap senyawa, maka parameter resolusi dapat dijadikan
perhitungan dalam analisis tersebut

612 b ALT atau angka lempeng total merupakan pengujian untuk parameter
mikroba (bakteri)

613 c adanya pengaruh H2O dari udara adalah mekanisme penguraian


stabilitas kimia secara hidrolisis

110
614 a semakin besar Rf menandakan bahwa zat tersebut bersifat polar

semakin banyak jumlah gugus metoksi maka semakin bersifat non


polar, dengan demikian kepolaran paling tinggi adalah Kurkumin
karena memiliki gugus metoksi paling sedikit

sehingga Rf dengan nilai tertinggi yaotu 0,8 adalah menunjukan marker


dari Kurkumin

615 c A= a x b x c
= 0,075 x 1 x 10 = 0,75

616 c substitusikan nilai absorbansi 0,6 sebagai nilai y dalam persamaan y =


0,1x - 1

0,6 = 0,1x - 1
maka didapatkan nilai x = 16 ppm

16 x 250 x 50 / 800 = 100%

617 c keberadaan endotoksin diuji dengan parameter uji LAL

618 maaf jawaban yang tepat adalah membuat struktur menjadi tidak bulky
tidak dan rigid dan menurunkan lipofilitas
ada
opsinya cetrizine sebagai antihistamin generasi 2 memiliki efek sedasi yang
lebih ringan hal ini dikarenakan struktur kimia tidak bulky dan rigid
sehingga menurunkan lipofilitas.

Dengan demikian akan lebih sedikit dapat menembus sawar darah otak
yang menimbulkan efek sedasi.

111
619 b Rumus Q= 10 x Sb / S1
Q= LOQ (batas kuantitasi)/ LOD
(batas deteksi)
k : batas kuantitasi
Sb: simpangan baku
S1: slope
Jadi, Q= 10 x Sb / S1
0,085 = 10 x Sb / 0.0135
Sb = 0.62

620 e Air : etanol : gliserin (60%:30%:10%).


Konstanta masing2
1. Air
(60/100) x 78,5 = 47,1
2. Etanol
(30/100) x 25,7 = 7,71
3. Gliserin
(10/100) x 42,5 = 42,25
Konstanta campuran --> ditotal semua
konstanta nya.
Air + Etanol + Gliserin = 59,06

621 a ALT atau angka lempeng total merupakan pengujian untuk parameter
mikroba (bakteri)

622 a minyak atsiri bersifat volatil --> ekstraksi dengan metode destilasi

623 b skrining kualitatif dengan instrument HPLC dapat memperhatikan


parameter waktu retensi / resolusi

112
624 b ubah satuan 0,35 mg menjadi gram = 0,00035 gram

0,00035 gram/0,15 gram x 100% = 0.233%

625 c C sampel = (A sampel / A standard) x C standard

0,8/0,4 x 100 mg = 200 mg/200 mg x 100% = 100%

626 b C sampel = (A sampel / A standard) x C standard

26400/24000 x 10 x 200 = 2200 mcg = 2.2 mg

627 a/e resolusi yang baik memiliki nilai > 1,5. untuk meningkatkan nilai
resolusi maka laju alir sampel pada kolom harus lebih lambat

628 d pikno kosong 5 ml = 12,0


pikno + air = 17,1
pikno + destilat = 16,0

densitas destilat = bobot / volume = 16 - 12 / 5 = 0,8


densitas air = bobot / volume = 17,1 - 12 / 5 = 1,02

BJ relatif destilat = densitas destilat / densitas air = 0,8 / 1,02 = 0.78

629 a substitusikan nilai absorbansi 0,29 sebagai nilai y dalam persamaan


regresi

0.29 = 0,03x + 0,104


x = 6.2 x 900 x 4 = 22.320

113
630 e standar deviasi pada soal adalah sebesar 2,6 artinya nilai presisi kurang
baik karena syarat RSD sebagai parameter presisi adalah < 2

631 e parameter yang baik dalam validasi metode analisis:


1. RSD < 2%
2. % recovery mendekati 100%
3. koefisien korelasi R mendekati 1

sehingga paling baik untuk ketiga point diatas dalah trial ke 5

632 d parameter yang baik dalam uji HPLC :


1. Resolusi > 1,5
2. Tailing faktor < 2

sehingga paling baik untuk kedua point diatas dalah komposisi ke 4

633 d 1 mg/L adalah 1 ppm = 1 mcg/ml

sehingga kesetaraan satuan yang tepat adalah opsi D

634 c % yield = ektrak kental / bobot simplisia awal x 100% = (45/150) x 100%
= 30%

635 d uji abu total --> mengetahui zat anorganik

636 c Menurut FI ed III, yang dimaksud dengan bobot tetap adalah berat
pada penimbangan setelah zat dikeringkan selama satu jam tidak
berbeda lebih dari 0.5 mg dari berat zat pada penimbangan
sebelumnya.

114
637 c reaksi amin primer terdapat pada penambahan reagen diazo

638 b membandingkan hasil penetapan kadar sebelum dan sesudah dengan


adanya penambahan --> seberapa akurat hasil terhadap interferensi
yang dilakukan dengan adanya penambahan sampel. Sehingga hal ini
dikatakan sebagai uji parameter akurasi

639 b 1. Cincin du nouy


Mengukur tegangan permukaan dari besaran gaya angkat cincin (jenis
iridium/platinum)

2. Tekanan gelembung
Mengukur tegangan permukaan dari besaran gelembung fluida yg
dihasilkan tekanan manometer

3. Berat tetesan
Mengukur permukaan dri massa cairan berbanding gaya dan berat
jenis nya. Ini lah yg disebut kohesi-adhesi.

4. Kenaikan kapiler
Hampir sama seperti tekanan gelembung namun pakai pipa kapiler
berdiameter khusus

5. Tetesan sessile
Mengukur sudut kontak air dengan minyak (biasanya umum utk
surfaktan)

640 e parameter yang menunjukkan bahwa puncak analit yang dihasilkan


terpisah dengan baik adalah parameter yang disebut dengan Resolusi
(daya pisah)

115
641 c Konsenterasi = gram/Mr x 1000/v

6,8 / 136 x 1000 / 500 = 0,1 M

642 d
kadar dalam sistem HPLC dilihat berdasarkan parameter peak area /
AUC

643 maaf faktor pengenceran = 10 --> 100 = 10 x


tidak
ada hasil kadar dari instruments = 2.5 mikrogram/ml x 100 ml = 2500
opsinya mikrogram = 2,5 mg. perlu dibagi 10 karena ditanya kadar sebelum
pengenceran = 2,5 mg / 10 = 0,25 mg = 0,00025 gram

maka % bv = 0,00025 / 5 x 100% = 0,005 %

644 e Cpk = (rerata - limit spek bawah) / (3 x simpangan baku)

99.75 - 90 / 3 x 3.5 = 0,93

116
645 e rotasi jenis = nilai rotasi optis / panjang kolom (dm) x % (b/v)

2 / (2 x 5%) = 20

20 cm = 2 dm
2,5 gram/50 ml x 100% = 5% b/v

646 c pilihlah pKa yang mendekati pH yang diinginkan, yaitu dapat 3 --> pKa
4,9

647 e KD = bobot dalam fase organik / bobot dalam fase air

5 = bobot organik / 125 mg


bobot organik = 5 x 125 mg = 625 mg

648 b stabilitas pada rentah pH 4,0 - 5,8 harus menjaga kondisi ionisasi pada
pKa yang mendekati rentang pH tersebut

649 a FeCl3 merupakan agen reduktor sehingga perubahan warna tersebut


atas adanya reaksi reduksi

117
650 c
kondisi ionisasi sebesar 50% terjadi saat pH = pKa

651 c parameter validasi presisi sebagai syarat RSD yang baik adalah < 2%

652 b 20 tab = 2000 mg --> 1 tab = 100 mg yang mengandung 30 mg


rifampisin

bila diinginkan 300 mg rifampisin maka menggunakan kesetaraan = 300


mg/30 mg x 100 mg = 1000 mg

653 a sistem kolom yang digunakan adalah carbowax yang bersifat non-
polar, dimana akan menjerap senyawa non-polar lebih lama sehingga
waktu retensi senyawa non-polar akan lebih lama

waktu retensi tercepat diberikan atas senyawa dengan kepolaran


tertinggi sehingga pinen akan memberikan waktu retensi tercepat

654 d perhitungan IC50 adalah mensubstitusikan nilai 50 sebagai nilai y ke


dalam persamaan y = 0,1x + 2,740

50 - 2,740 = 0,1x
x = 472,60 (konsentrasinya)

118
655 d pembulatan +/- 0.1 mg

656 b 0,1 = gram / Mr x 1000 / V

gram = (0,1 x Mr x V) / 1000


gram = (0,1 x 169,9 x 100)/1000
gram = 16,99 gram

657 d
grafik dibawah ini, pada pH 7 memberikan peak tertinggi yang artinya
memberikan % disolusi terbaik

119
658 d
tabelnya dibawah ini

parameter yang baik dalam uji HPLC :


1. Resolusi > 1,5
2. Tailing faktor < 2

sehingga paling baik untuk kedua point diatas dalah komposisi ke IV

659 c analis melakukan penambahan standard adalah metode kurva baku


standard adisi yang ditujukan untuk meningkatkan respons analit
sehingga masuk kedalam rentang LOD

660 b
tailing faktor = 0,2/0,4 = 0,5

120
INFEKSI

No Jawaban Penjelasan
661 d opsi A,B,C semua menunjukan golongan betalaktam.

Alergi sefalosporin juga menunjukan alergi kepada golongan


betalaktam juga. Sehingga yang dapat diberikan pada opsi jawaban
adalah non-betalaktam --> kotrimoksazol

662 d Multidrug-Resistant --> resistant terhadap Rifampisin

Pada kasus TB-MDR terdapat regimen tambahan yaitu golongan


Quinolone dan Kanamisin (Aminoglikosida)

663 a cukup jelas, regimen HIV adalah


- 2 NRTI + 1 NNRTI atau;
- 2 NRTI + 1 PI

664 c Cukup jelas, profilaksis malaria diberikan doksisiklin.

Profilaksis disebutkan sebagai tindakan pencegahan dengan


pemberian 2 hari sebelum berangkat, setiap hari di lokasi dan 4
minggu setelah pulang.

665 e Regimen antimalaria yang harus kondisi hamil hindari yaitu agen
primakuin, doksisiklin, tetrasiklin.

121
666 a Cukup jelas. Tenofovir meningkatkan bone turnover --> risiko
osteoporosis tinggi

667 e Pada pasien dewasa, regimen malaria lini pertama diberikan ACT +
primakuin.

ACT dapat berupa


- Dihidroartemisinin + Piperakuin
- Artesunat + Amodiakuin

668 a daapt digunakan antiobiotik PPOK sebagai penyakit ISPA yaitu


makrolida : eritromisin / azitromisin

opsi d dan e adalah beta-laktam, tidak mungkin dipilih karena muncul


2 opsi dari golongan yang sama

669 d Diare ini disebabkan oleh Entamoeba histolica sehingga disebut


dengan diare spesifik karena amuba --> regimen Metronidazol

670 a BTA sudah negatif, namun setelah 1 bulan menjadi positif kembali
artinya terjadi kasus kambuhan.

Berikan regimen OAT kategori 2 --> 2HRZES/HRZE/5H3R3E3.

122
671 c TB pertama kalinya berikan regimen OAT kategori 1 --> INH,
Rifampisin, Etambutol, Pirazinamid

672 a secara prinsip, segala infeksi pada anak utamakan pilihan golongan
beta laktam.

673 d Kasus tersebut merupakan ISK dengan komplikasi (disebutkan


pielonefritis) --> berikan golongan Quinolone = Ciprofloksasin

674 c Karena terdapat kasus MRSA berikan agen Vankomisin

675 e Cukup jelas bahwa segala efek samping OAT yang terkait dengan
gangguan mata artinya sebagai ESO dari agen Etambutol

123
676 maaf Vankomisin itu golongan beta-laktam dengan mekanisme kerja utama
tidak ada menghambat pembentukan dinding sel. Polipeptida merupakan
opsinya komponen utama dalam pembentukan dinding sel bakter.

Jadi jawaban yang tepat adalah : Memblok menghambat


pembentukan polipeptida

677 a Secara prinsip, segala infeksi pada anak utamakan pilihan golongan
beta laktam.

678 d Trichomoniasis disebabkan oleh suatu organisme protozoa/amuba.


Berikan Metronidazol oral karena sifatnya infeksi sistemik, bukan
topikal.

679 d Cara cepat, pastikan regimen terkandung 2 Antibiotik dan 1 anti-GERD


kronik.

Antibiotik pilihan utama : AMOX + KLARITRO.

Anti-gerd pilihan utama : PPI.

680 d Profilaksis disebutkan sebagai tindakan pencegahan dengan


pemberian 2 hari sebelum berangkat, setiap hari di lokasi dan 4
minggu setelah pulang.

124
681 e Karena kasus relaps / terjadinya kambuhan berikan agen Primakuin

682 e Sulbactam itu merupakan anti-betalaktamase dalam hal menghambat


resistensi dari penggunaan tunggal agen penisilin sehingga
meningkatkan efikasi terapi. Selain sulbactam, contoh lainnya ada
asam klavulanat dan tazobactam.

683 e Hal ini diindikasikan adanya infeksi bakteri gram positif di organ
vaginalnya, dengan demikian berikan agen Metronidazole

684 a dan d TB MDR merupakan kondisi pada saat regimen standar OAT tidak
memberikan efek lagi karena adanya resistensi pada rifampisin dan
INH. Agen yang dapat ditambahkan adalah :
- Quinolone
- Aminoglikosida

Karena pada soal yang tersedia adalah Kanamisin maka dapat dipilih
karena merupakan golongan Aminoglikosida dan untuk Siproflokasin
juga bisa dipilih karena merupakan quinolone

685 e Kesemutan sebagai tanda dari gejala Neuritis perifer --> ESO dari obat
INH

125
686 e secara prinsip, segala infeksi pada anak utamakan pilihan golongan
beta laktam.

687 a secara prinsip, segala infeksi pada anak utamakan pilihan golongan
beta laktam.

688 d Karena diare pada dewasa ini disebabkan oleh Shigella maka berikan
lini pertama Ab agen Quinolone/Kotrimoxazole

689 c Candida albicans merupakan organisme jamur yang menyebabkan


infeksinya, maka berikan agen anti-jamur --> Nistatin

690 d Cukup jelas, ESO utama dari golongan Tetrasiklin adalah gigi kuning. KI
pada anak dan Bumil

126
691 e Tinea curtis merupakan organisme jamur yang menyebabkan infeksi
topikal terbuka di kulit, maka berikan agen anti-jamur yang utamanya
diperuntukan untuk administrasi topikal --> Ketokonazol.

Untuk Amfoterisin B utamanya melalui injeksi sedangkan untuk


Flukonazol utamanya melalui peroral.

692 a Dikarenakan pasien mengalami gangguan ginjal maka hindari Ab yang


sifatnya nefrotoksik --> Golongan Aminoglikosida = Streptomisin

693 d Anti-malaria yang menyebabkan defisiensi G6PD adalah primakuin.


Defisiensi ini menyebabkan sel darah merah akan pecah lebih cepat
dibanding pembentukannya sehingga menyebabkan anemia aplastik.

694 b Infeksi jamur secara lokal dan pada area kulit terbuka, utamakan
pemberian golongan imidazol = ketokonazol dengan sediaan
administrasi topikal : krim

695 c apabila rute kirim antijamur sudah diberikan selama 14 hari namun
tidak ada perbaikan maka dapat diberikan kombinasi Antijamur oral.

696 e Pasien mengalami anemia, hal ini cukup jelas karena disebabkan oleh
agen spesifik Kloramfenikol

697 d Tazobactam itu merupakan anti-betalaktamase dalam hal


menghambat resistensi dari penggunaan tunggal agen penisilin. Selain
tazobactam, contoh lainnya ada asam klavulanat.

127
698 b Herpes disebabkan oleh virus sehingga perlu di berikan anti-retroviral.
Contohnya adalah Asiklovir.

Untuk oseltamivir merupakan ARV untuk virus Influenza A/B.

699 d Cukup jelas bahwa Ab yang memiliki daya absorpsi yang baik ke sel
tulang adalah agen Cefazoline

700 a Toxoplasma sebagai parasit, diperlukan anti-parasit dengan agen


pilihan utamanya berupa :Pirimetamin + Sulfasalazin.

Selain itu dapat diberikan agen :


- pirimetamin + klindamisin
- spiramisin (bumil)

701 maaf Khusus rifampisin diminum dalam keadaan perut kosong agar
tidak ada absorpsinya tidak terhambat dengan adanya makanan. Sehingga
opsinya pilihlah 30 menit - 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan

702 c Penderita CAP yang alergi dengan beta-laktam dapat diberikan


golongan selain beta-laktam. Dalam hal ini utamanya adalah golongan
Makrolida seperti pada ISPA. Eritromisin adalah golongan Makrolida.

703 e Sulfametoksazol merupakan antibiotik dengan mekanisme kerja


menghambat pembentuk prekursor asam folat yaitu PABA sebagai
sumber makanan bagi bakteri.

128
704 c antijamur yang memiliki biovabalitas terbaik secara rute parenteral
adalah agen spesifik Amfoterisin B

705 a Secara prinsip, segala infeksi pada anak utamakan pilihan golongan
beta laktam.

706 a Hepatitis C berikan agen tunggal PEG Interferon Alfa. Bila


membutuhkan kombinasi terapi, tambahkan Ribavirin + Lamivudin.

707 c Scabies merupakan parasit kutu. Berikan antiparasit spesifik yaitu


Permethrin secara topikal dalam bentuk krim.

708 a Cacing kremi umum terdapat pada kasus populasi anak --> berikan
agen spesifik yaitu pirantel pamoat

709 b Kaki gajah yang disebabkan oleh larva W. Bancrofti dapat diberikan
agen spesifik --> DEC

710 d ESO dari agen OAT yang terkait dengan gangguan pendengaran
disebabkan oleh agen Streptomisin. KI untuk anak dan Bumil

129
711 c Cukup jelas, ESO utama dari golongan Kloramfenikol pada bayi adalah
grey syndom. Jika pada dewasa ESO nya adalah anemia aplastik.

712 d Infeksi parasit oleh Ascaris lumbricoides berikan agen spesifik -->
Albendazole atau Mebendazole

713 a Hepatitis C berikan agen tunggal PEG Interferon Alfa. Bila


membutuhkan kombinasi terapi, tambahkan Ribavirin.

714 e ESO dari agen OAT yang terkait dengan peningkatan kadar urat dalam
darah yang menyebabkan pegal-linu disebabkan oleh agen
Pirazindamid. Hati-hati penggunaanya untuk pasien dengan riwayat
Gout/OA/RA.

715 d Infeksi pernapasan karena virus dapat diberikan agen ARV spesifik
yaitu oseltamivir.

716 e Secara prinsip, segala infeksi pada anak utamakan pilihan golongan
beta laktam.

717 b Pasien hamil dengan malaria hanya diberikan agen ACT tanpa
primakuin.

130
718 c Gonorrhae diberikan utamanya dengan agen Beta-laktam. Ceftriaxone
merupakan golongan sefalosporin generasi 3- Betalaktam

Benzatin penisilin--> Sifilis

719 b Apabila sudah terjadi luka, berikan Serum Tetanus. Bila untuk tujuan
preventif berikan Vaksin DPT.

720 e Pada pasien Bumil, regimen ISK lini pertama adalah


- Betalaktam
- Nitrofurantoin (bila alergi / KI Betalaktam)

721 d Cukup jelas, kombinasinya fix dosed nya adalah 1 bagian untuk TMP
dan 5 bagian untuk SMX

722 b Infeksi jamur secara sistemik, utamakan pemberian Amfoterisin B


secara intravena. Pilihan lainnya dapat diberika Flukonazol secara i.v. /
p.o.

131
723 d Sifilis diberikan agen spesifik Benzatin Penisilin (golongan beta-laktam)
/ Tetrasiklin

724 d Cukup jelas, urin merah disebabkan karena metabolit rifampisin yang
dieksresikan via urine

725 a Candidiasis tersebut bersifat lokal di mukosa vaginal, maka berikan


Nystatine. Rute administrasinya dengan suppositoria.

Bila infeksi jamurnya secara sistemik dapat dipertimbangkan rute p.o /


i.v. oleh agen Flukonazol.

726 a HAP yang dirawat di ICU, utamakan agen spesifik Sefalosporin gen 3,
jika tidak ada dapat diberikan golongan quinolone

727 c cukup jelas bahwa sefalosporin merupakan golongan beta laktam


dengan mekanisme kerja utama dalam penghambatan dinding sel
peptidoglikan sehingga sifat kerjanya adalah bakterisidal

132
728 e Adefovir ada indikasi dapat meningkatkan serum creatinine and
menurunkan serum phosphate --> nefrotoksik. Selain adefovir yang
bersifat nefrotoksik adalah tenofovir.

729 b Cukup jelas bahwa ESO dari nevirapin adalah toksisitas hepar.

SGOT dan SGPT akan meningkat saat fungsi hati menurun akibat obat
hepatotoksik

730 d Cukup jelas, penggunaan ARV dimulai 14 hari setelah OAT digunakan.

731 b ARV yang menimbulkan anemia adalah Zidovudin (defisiensi G6PD,


menyebabkan anemia aplastik)

732 a dan e Bercak putih pada mulut disebut dengan candidiasis oral dapat
diberikan mikonazol drops.

Bila tidak ada mikonazol dapat diberikan nistatin. Umumnya nistatin


diberikan untuk organ vaginal atau rektal.

133
733 c Toxoplasma pada bumil dapat diberikan :
- spiramisin
- pirimetamin, kotrimoxazole dan asam folat (untuk mengindari
supresi STB)

sulfadiazin dikontraindikasikan selama trimester pertama kehamilan

Metronidazole lebih efektif pada Amuba

734 a cukup jelas, ESO kesemutan artinya neuritis perifer, disebabkan oleh
INH. Diberikan Vit B6 / piridokin HCl sebagai profilaksis.

735 a secara prinsip, segala infeksi pada anak utamakan pilihan golongan
beta laktam.

736 a Cukup jelas, dimintakan spesifik golongan makrolida maka dapat


dipilih Azitromisin/Eritromisin/Klaritromisin.

737 a Hal ini mengindikasikan adanya resistensi dari penggunaan Ab empiris


beta-laktam. Dengan demikian Apt harus memberikan rekomendasi
untuk melakukan kultur uji dalam 3x24 jam dan sensitifitas dari
sampel sputum sehingga didapatkan regimen yang bebas dari indikasi
resistensi

738 d Disebutkan bahwa organisme penyebab adalah clostridium difficile


sebagai bakteri gram + maka dapat diberikan agen spesifik
metronidazol

134
739 e secara prinsip, segala infeksi pada anak utamakan pilihan golongan
beta laktam. Namun karena disoal tidak ada maka harus dapat
memilih agen Kotrimoksazol/Quinolone sebagai Ab alternatif untuk
E.Coli.

Pada anak hindari siprofloksasin karena ini merupakan golongan


quinolone yang dapat mengganggu pertumbuhan tulang.

740 b Disebutkan bahwa organisme penyebab adalah Vibrio kolera maka


dapat diberikan agen spesifik doksisiklin

741 a ISK pada dewasa tanpa komplikasi diberikan lini pertama


Kotrimoksazol sebagai regimen standard

742 b CAP yang alergi makrolida, dapat dipilih kembali kepada regimen
empiris yaitu beta-laktam, utamakan grup penisilin = amoxicillin

135
743 b Pneumonia dengan komorbid/komplikasi dapat diberikan agen
spesifik --> Quinolone

744 b Durasi penggunaan anti-jamur secara topikal / oral adalah efektif


selama minimal 14 hari dengan evaluasi tiap 4 minggu.

745 a ISK pada dewasa tanpa komplikasi diberikan lini pertama


Kotrimoksazol

746 a Regimen Ab untuk antiacne yang dapat digunakan:


- Benzoil peroksida (lini utama)
- Klindamisin/Tetrasiklin

136
747 d Cukup jelas bahwa kategori C memiliki kondisi sudah terbukti
terdapat bukti adanya resiko pada janin hewan percobaan atau studi
pada manusia, namun obat kategori ini masih dapat digunakan
mempertimbangkan risiko efek terapi yang jauh lebih menguntungkan
dari efek sampingnya.

Opsi A --> kategori A


Opsi C --> kategori B
Opsi B --> kategori D
Opsi E --> kategori X

748 a Efavirenz sebagai kategori X pada jenis ARV, sehingga KI pada bumil =
teratogenik

749 a Secara prinsip, segala infeksi pada anak utamakan pilihan golongan
beta laktam.

750 a Secara prinsip, segala infeksi pada anak utamakan pilihan golongan
beta laktam.

751 a pada soal sudah diberikan data BB dan TB yang mengindikasikan


bahwa pasien dalam kondisi obsesitas. Dengan demikian perhitungan
dosis akan menjadi valid bila mempertimbangan adjusment dosis
berdasarkan Luas Permukaan Tubuh

752 a Secara prinsip, segala infeksi pada Bumil utamakan pilihan golongan
beta laktam.

137
753 b Secara prinsip, segala infeksi pada Bumil utamakan pilihan golongan
beta laktam.

754 b Cukup jelas, ARV yang menimbulkan ESO sakit kepada adalah
Lamivudin

755 c Secara prinsip, segala infeksi pada anak utamakan pilihan golongan
beta laktam.

756 a Tetrasiklin merupakan Ab yang memiliki interaksi dengan senyawa


logam dengan reaksi kompleksasi

757 c pada dewasa, kloramfenikol dapat menyebabkan anemia aplastik

758 a karena pada kasus H.Pylori dengan resistensi amoxicillin, maka dapat
dipertimbangkan pemberian :
- Metronidazol
- Tetrasiklin

138
759 c Bila mengetahui pasien HIV-positif dalam
masa kehamilan, maka terapi agar dapat ditunda pada akhir
trisemester pertama dalam kehamilan : 12-14 minggu.

760 b Cukup jelas bahwa, Lepra atau kusta dapat diberikan 2 regimen yaitu :
Dapson dan Rifampisin.

761 b penggunaan ovula disarankan pada malam hari sebelum tidur agar
memaksimalkan waktu kontak sehingga absorpsi obat maksimal

762 a Secara prinsip, segala infeksi pada anak utamakan pilihan golongan
beta laktam.

763 e (TB laten) disebabkan bakteri tuberkulosis yang masuk ke dalam tubuh
berada dalam keadaan dorman atau tidak aktif menginfeksi. Diberikan
regimen INH selama 9 bulan.

139
764 c bila pengobatan sudah mencapai 6 bulan namun BTA tetap positif hal
ini mengindikasikan bahwa terjadi kasus gagal terapi

gagal terapi : bila BTA tetap + pada saat fase intensif selesai

gagal terapi bisa dikarenakan lalai berobat = lupa minum atau kasus
resistensi

bila kambuh/relaps = pernah sembuh namun BTA menjadi + lagi

765 d bercak putih pada mulut disebut dengan candidiasis oral dapat
diberikan nistatin drops

766 b Regimen ACT memiliki target membunuh skizon/plasmodia yang hidup


di darah.

Bila yang menjadi target membunuh gametosit di darah adalah


primakuin.

767 a karena pada kasus H.Pylori dengan alergi amoxicillin, maka dapat
dipertimbangkan pemberian :
- Metronidazol
- Tetrasiklin

768 d 2 hari sebelum x 1 tablet


7 hari di lokasi x 1 tablet
4 x 7 hari saat pulang x 1 tablet

Total = 37 tab

769 c Quinolone ada risiko hiperglikemia, sehingga perlu monitoring GDS


(gula darah sewaktu)

140
770 e profilaksis disebutkan sebagai tindakan pencegahan dengan
pemberian pada Lepra adalah Ab doksisiklin/dapson/rifampisin

771 c Sulfonamida bekerja dengan inhibisi prekursor asam folat yaitu PABA
(para-aminobenzoic acid) sebagai sumber makanan bagi bakteri.

772 b trimetoprim memiliki ESO menyebabkan anemia aplastik karena


menginduksi defisiensi enzim G6PD

773 d Kalsium (Intravena) dapat meningkatkan efek toksik dari ceftriaxone.


Ceftriaxone dapat berikatan dengan kalsium membentuk endapan
yang tidak larut. Kalsium sebaiknya tidak diberikan secara intravena
dalam waktu 48 jam dari pemberian injeksi ceftriaxone iv atau hindari
kombinasi.

774 a pada kasus peritonitis, penggunaan Ab selama 3-5 hari

775 d cukup jelas, bahwa minimal uji RT-PCR menunjukan pengujian duplo
(2x) menunjukan hasil negatif dalam 24 jam

776 c Terhadap OTG dilakukan pengambilan


spesimen pada hari ke-1 dan ke-14 untuk pemeriksaan RT PCR.

Bila terhadap ODP/PDP dilakukan pengambilan spesimen pada hari ke-


1 dan ke-2 untuk pemeriksaan RT PCR.

141
777 b Terhadap OTG dilakukan pengambilan
spesimen pada hari ke-1 dan ke-14 untuk pemeriksaan RT PCR.

Bila terhadap ODP/PDP dilakukan pengambilan spesimen pada hari ke-


1 dan ke-2 untuk pemeriksaan RT PCR.

778 e spesimen RT-PCR adalah mukus/sekret/sputum dari rongga hidung


(nasal) dan tenggorokan (orofaring)

779 a cukup jelas, hidroksiklokuin sebagai antagonist reseptor ACE 2

780 b Kloramfenikol dapat menghambat Vit B kompleks, hal ini menjadi


dasar sebagai penyebab anemia pada pasien dewasa yang
menggunakan kloramfenikol

781 e cukup jelas. Pada pasien CKD diperlukan langkah sesuai dengan opsi
A,B,C,D

142
GASTROINTESTINAL

No Jawaban Penjelasan
782 a Lubiproston sbg stimulan kanal ion klorida untuk meningkatkan
sekresi air dan motilitas intestinal

783 e Tetrasiklin merupakan Ab yang memiliki interaksi dengan senyawa


logam dengan reaksi kompleksasi.

Sehingga untuk mencegah hal tesebut, berikan jeda 2 jam antar


konsumsi 2 obat tersebut

784 b H2 antagonis/ PPI dapat menghambat absorpsi vitamin B12

785 b Mual muntah pada kehamilan dapat diberikan 2 pilihan utama


- Piridoksin (Vit B6)
- Ondansetron

786 b Kejang perut pada saat menstruasi dapat diberikan antispasmodik


yaitu Hyosiamin sebagai pilihan utama. Jika untuk nyeri perutnya
dapat menggunakan analgesik PCT.

787 c golongan H2 Antagonist spesifik jenis Simetidin memiliki ESO yang


dinamakan Ginekomastia. ESO ini akan memunculkan ciri kelamin
sekunder wanita pada laki-laki seperti dada membesar.

143
788 a Wanita hamil harus dihindarkan penggunaan misoprostol karena
akan menginduksi kontraksi rahim. Misoprostol sering disalah-
gunakan sebagai off-label nya obat penggugur kandungan.

789 b regimen awal berikan antasida pada kasus penggunaan NSAID yang
menginduksi blokade COX 1 sebagai penurun proteksi mukosa
lambung

790 b ESO diare disebabkan karena adanya kandungan Logam MgOH2


(magnesium hidroksida)

sedangkan kandungan logam Aluminium dapat menyebabkan


konstipasi

791 a H2 antagonis merupakan pilihan yang tepat untuk kondisi peptic


ulcer dengan komorbid CKD. PPI harus dihindarkan karena
meningkatkan keparahan dari tingkat CKD.

792 a Obat yang dimaksud adalah Sukralfat dengan mekanisme kerja


memproteksi permukaan mukosa lambung. Sinergis dikombinasikan
dengan regimen PPi

793 e Metoklopramid akan inhibisi pada reseptor dopamine sehingga akan


menimbulkan gejala ekstrapiramidal

144
794 d antiemetik pada pasien yang menjalani terapi kemoterapi adalah
golongan serotonin5-HT1 antagonis reseptor yang bekerja dengan
cara menghambat reseptor serotonin di saluran cerna. Contohnya
ondansetron dan granisetron.

795 e Regimen laktulosa bertujuan menetralisir toksin, terutama amonia.


Laktulosa juga menghambat pembentukan amonia oleh bakteri usus
dan memiliki peran sebagai diuresis

796 c mabuk perjalanan diberikan antiemetik ringan dari golongan anti


Histamin seperti dimenhidrinat

797 d diare yang spesifik karena adanya keracunan makanan/minuman


maka diberikan agen absorben seperti karbon aktif, attapulgit atau
kaolin-pectin

798 b diare pada anak berikan lini pertama agen zink + oralit

145
799 c diare pada anak berikan lini pertama agen zink + oralit

800 b diare pada dewasa lini pertama diberikan agen antimotilitas dengan
memperlambat motilitas usus, memperpanjang waktu kontak dan
penyerapan di usus. Contohnya loperamid sebagai antimotilitas.

801 b Cukup jelas bahwa ESO umum dari Bismuth subsalisilat adalah
menyebabkan feses berwarna hitam

802 a Kolitis ulceratif diberikan agen spesifik yaitu Sulfasalazin (penurunan


sistem imun) pilihan pertama

803 d secara prinsip, bahwa penggunaan 2 jenis obat yang berbeda


hendaknya diberi jeda waktu minum 2 jam agar meniadakan risiko
interaksi

146
804 e gastritis akut (maag) disebabkan karena naiknya asam lambuung,
sehingga diberikan agen spesifik yaitu Antasid untuk menetralkan
asam lambung

805 d Apabila antasid tidak memberikan efek, maka terapi bergeser ke


regimen H2 antagonis -> Ranitidin.

Urutan prioritas regimen GERD : Antasid > H2 Antagonis > PPI

806 a diare karena obat pada dewasa lini pertama diberikan agen
antimotilitas dengan memperlambat motilitas usus, memperpanjang
waktu kontak dan penyerapan di usus. Contohnya loperamid.

807 d Herbal jati belanda memiliki efek laksansia yang ESO nya dalam
bentuk diare

808 d Fisiologi usus besar (colon) adalah meregulasi penyerapan air dan
menjaga flora normal usus dan penyerapan Vit K

809 c Lini pertama regimen konstipasi pada semua usia adalah bisakodil

810 c Octreotide sering digunakan dengan terapi endoskopi dan sirosis


hepatic untuk memperlambat aliran darah dari organ internal ke
vena portal.

Untuk profilaksis pendarahan berikan Vit K

811 d PPI digunakan sebagai anti-GERD pada kondisi pasien dengan


komorbid PJK.

147
812 b Kombinasi Mg akan menurunkan ESO konstipasi
Kombinasi Al akan menurunkan ESO diare

813 d Bisakodil peroral dalam bentuk tablet diberikan pada saat waktu
malam hari

bila dalam bentuk suppositoria, diberikan 10 - 15 menit sebelum BAB

814 c regimen awal berikan antasida pada kasus nyeri ulu hati
(diindikasikan gastritis)

815 c Apabila antasid tidak memberikan efek, maka terapi bergeser ke


regimen H2 antagonis -> Ranitidin.

Urutan prioritas regimen GERD : Antasid > H2 Antagonis > PPI

Karena disoal tidak ada pilihan H2 Antagonis, maka silakan utk


memilih PPI

816 c Cukup jelas, mekanisme sukralfat intinya melapisi mukosa lambung

817 d Cukup jelas, mekanisme loperamid intinya dengan menurukan


motilitas gastrointestinal melalui blokade Ca2+ dengan reseptor
opioid

148
818 a Obat mual muntah diminum pada saat perut kosong atau minimal 30
menit sebelum makan

819 a PPI secara spesifik diatur waktu minumnya pada saat perut kosong
atau minimal 30 menit sebelum makan.

H2 antagonis --> 15-30 menit setelah makan


Antasida --> bisa sebelum/sesudah makan
Sukralfat --> saat perut kosong atau minimal 30 menit sebelum
makan

820 b Mekanisme kerja bisacodyl sebagai agen stimulan adalah dengan


merangsang saraf enterik sehingga menyebabkan kontraksi kolon
(usus besar).

821 b Dikarenakan diare sudah cukup lama (3 hari) diindikasikan sudah


termasuk diare kronik, sehingga paling etis apoteker menyarankan
periksa ke dokter terlebih dahulu, dimungkinkan diare tersebut
karena infeksi --> perlu antibiotik (resep)

822 a H2 antagonis memiliki ESO mayor berupa nyeri otot dan konstipasi

149
823 b modifikasi penyalutan tablet jenis enterik akan mencegah zat aktif
terdisolusi pada suasana asam lambung, sehingga aman untuk
masalah lambung pada pasien tersebut karena obat akan lepas pada
suasana basa (usus halus)

824 b selain diare, keram perut merupakan ESO Antasid karena logam Mg

825 b lini pertama regimen konstipasi pada semua usia adalah bisakodil

826 e lini pertama regimen konstipasi pada semua usia adalah bisakodil

827 c Asam alginat menjadi substituen dari sukralfat yang menggantikan


fungsi untuk proteksi mukosa

828 d Untuk GERD minimum penggunaan PPI adalah 4 minggu dan


maksimal hingga 8 minggu

Untuk Ulkus Peptic minimum penggunaan PPI adalah 2 minggu dan


maksimal hingga 12 minggu

150
829 e prinsipnya regimen harus terdiri dari

2 Ab (wajib) + minimal 1 anti GERD (boleh lebih)

Pada saat ada metronidazol --> kombinasi agen bismuth

paling benar adalah opsi E, PPI-AMOX-BISMUTH-METRO

830 d Asupan zinc dalam tubuh berguna untuk mengaktifkan sel T (limfosit
T). Sel tersebut bekerja dengan dua cara, yaitu mengendalikan
respon imun dan menyerang sel yang membawa kuman penyebab
penyakit.

831 c diare akut pada anak berikan lini pertama agen zink + oralit. Tidak
perlu diberikan agen antibiotik (metronidazol), kecuali disertai
demam sebagai diare karena infeksi.

832 b Obat golongan H2 blocker juga merupakan salah satu pilihan dalam
mengatasi asam lambung. Obat ini bekerja dengan cara menghambat
histamin sel parietal di dinding lambung untuk menghasilkan asam
lambung secara berlebih.

151
833 d PPI secara spesifik diatur waktu minumnya pada saat perut kosong.
Bisa minimal 30 menit sebelum makan atau 2 jam setelah makan

Sukralfat --> saat perut kosong atau minimal 30 menit sebelum


makan

Sehingga opsi yang paling tepat adalah D

834 a Absorpsi Fe paling baik ketika perut kosong --> sebelum makan

Antasida harus di jeda 2 jam agar tidak menurunkan absorpsi fero


fumarat dengan meningkatkan pH lambung.

835 b PPI secara spesifik diatur waktu minumnya pada saat perut kosong
(diminum terlebih dahulu)

Antasida harus di jeda 2 jam agar tidak menurunkan absorpsi


lansoprazol dengan meningkatkan pH lambung.

836 c Zink penggunaanya minimal 10 hari - 14 hari

152
ENDOKRIN

No Jawaban Penjelasan
837 c kasus yang terjadi pada soal ada hipoglikemik yang ditandai dengan
tidak sadarkan diri. Pencegahan yang dapat dilakukan apoteker adalah
memberikan KIE untuk waktu pemberian insulin yang tepat adalah 15 -
30 menit sebelum makan.

838 d asetosal 100 mg digunakan sebagai antiplatelet untuk profilaksis stroke


pada komplikasi makrovaskular pada penderita DM

839 b pembelian pil KB itu dibatasi untuk 1 siklus, kecuali dengan resep. 1
siklus = penggunaanya untuk 1 bulan. Monitoring tiap 6 bulan sekali

840 a Pengguna metformin yang mengalami gangguan fungsi ginjal


mengalami perubahan asam laktat kembali menjadi glukosa di hati,
sehingga kadar asam laktat meningkat

841 c Hiperprolaktinemia adalah kondisi pada saat produksi ASI berlebihan.


Obat Bromokriptin akan menginhibisi hormon prolaktin dalam hal
eksresi ASI

842 b Pioglitazon (Tiazodindion grup) memiliki ESO retensi cairan (edema,


gagal jantung) sehingga KI pada pasien riwayat gangguan jantung

843 c Kondisi hamil pada trisemester pertama direkomendasi PTU.

Trisemester kedua dan ketiga --> berikan Metimazol

153
844 d Insulin saat penyuntikan dari satu titik ke titik lainnya harus diberi
berjarak 2.5 cm

Seri Asuhan Keperawaratan. EGC. 2005.

845 d Cukup jelas untuk penggunaan Akarbose adalah bersamaan dengan 1


suapan pertama

846 e nilai creatinin menunjukan adanya masalah pada ginjalnya. DM + Ginjal


--> SU atau Tiazolidindion

Opsi disoal yang tersedia adalah pioglitazon (golongan tiazolidindion)

847 d DM + Hamil = Diabetes gestasional --> terapi yang tepat adalah Insulin

848 c BUD insulin pada suhu ruang (25 C) adalah 28 hari setelah dibuka.

Bila 2 bulan setelah dibuka pada suhu 2-8 C

Bila segel belum dibuka, hingga ED pabrik

154
849 b BUD insulin pada suhu ruang (25 C) adalah 28 hari setelah dibuka.

Bila 2 bulan setelah dibuka pada suhu 2-8 C

Bila segel belum dibuka, hingga ED

850 e Agar tidak rusak, kondisi pasien yang hendaknya diberikan 1 pen
insulin terlebih dahulu agar disimpan mengikuti BUD insulin selama 28
hari di suhu ruang.

851 b pada kondisi CKD, golongan Sulfonilurea menjadi pilihan untuk terapi
OAD. Glibenklamid adalah golonngan SU. Selain SU dapat berikan
golongan tiazolidindion.

852 e pada kondisi osteoporosis, hindari golongan tiazolidindion yaitu


pioglitazon pada opsi yang bisa dipilih.

853 b DM disertai hiperlipidemia berikan golongan biguanid --> Metformin

854 e Cukup jelas, hipertiroid berikan PTU

855 a DM + Hamil = Diabetes gestasional --> terapi yang tepat adalah Insulin

155
856 e DM + Hamil = Diabetes gestasional --> terapi yang tepat adalah Insulin

HT + Hamil = Labetolol / Metildopa

857 b OAD golongan SU mempunyai risiko hipoglikemik akut pada pasien


lansia. Hindari penggunaanya, dapat diberikan Metformin

858 e DM hipersomolar merupakan komplikasi akut dari DM tipe 2 dapat


diberikan insulin kerja cepat dengan rute intravena agar memberikan
onset kerja yang singkat. Opsi pilihlah insulin aspart intravena

859 d neuropati perifer pada DM dapat diberikan profilaksisnya berupa


golongan TCA (amitriptilin) atau Analog Gaba (pregabalin/gabapentin)

860 b pada penggunaan insulin rapid/short dan intermediate perlu dipantu


efektivitas terapi melalui parameter GD2PP

jika digunakan insulin long acting, pantau parameter GDP

861 e oksitosin merupakan hormon yang digunakan untuk pre-term labour


atau waktu menjelang kelahiran untuk merangsang kontraksi
pembukaan uterus/rahim

156
862 c Insulin yang diinginkan adalah glulisin, namun kosong. Maka perlu
diganti dengan yang jenis nya sama yaitu short acting juga --> aspart

863 c diketahui fenitoin bersifat INDUKTOR dengan pil KB akan


menyebabkan interaksi obat sehingga efektivitas pil KB oral akan
menjadi tidak efektif. Dengan demikian, alternatif solusinya adalah
gunakan kontrasepsi fisik seperti kondom yang tercantum pada soal.
Selain itu bisa juga menggunakan KB Spiral IUD.

864 e Ibu dalam masa menyusui bila ingin menggunakan pil KB oral harus
yang mengandung progesteron tunggal. Tidak boleh mengandung
kombinasi estrogen. Dengan demikian, sesuai dengan opsi dapat dipilih
mini pil karena pil tersebut merupakan nama lain dari pil yang hanya
berisi progesteron

865 d bila terlupa kurang dari 12 jam, minum pada saat terlngat

bila terlupa lebih dari 12 jam, minum 2 pil sekaligus di waktu keesokan
harinya

866 c Insulin long merupakan insulin rekombinan, akan membentuk


presipitasi/endapan pada pH subkutan, bagian terlarut sedikit,
sehingga memberikan durasi kerja yang lebih lama

867 b sitagliptin merupakan golongan DPP-4 inhibitor yang bekerja agonis


dengan GLP-1

157
868 a penundaan menstruasi dapat menggunakan hormon progesteron,
tanpa kombinasi dengan estrogen. Opsi jawaban yang menyatakan
progesteron dalam bentuk aktifnya adalah Noresthisteron

869 b Metformin menjadi off-label pada regimen diagnosis PCOS atau


Sindrom Ovarium Polikistik

870 c T4 dan TSH merupakan parameter yang dimonitoring sekitar 2-6


minggu sejak terapi dimulai

871 a cukup jelas bahwa metformin memiliki mekanisme : Me ↓


gluconeogenesis
Me ↑ ambilan glukosa perifer

--> meningkatkan sensitifitas insulin

872 d PCOS terjadi pada saat kadar estrogen dan progesteron lebih rendah
dari biasanya, sedangkan kadar androgen lebih tinggi dari biasanya.

873 a Akarbose memiliki target kerja di usus halus dengan menurunkan laju
absorpsi glukosa ke vena porta hepatic

158
874 d Dikarenakan penggunaannya untuk siklus pertama, maka harus disertai
dengan resep dokter

875 a dekstrose 40% --> untuk syok koma hipoglikemik

dekstrose 10% --> untuk menstabilkan kadar glukosa darah /


hipoglikemia non koma

876 d pada kondisi hipertiroid, kombinasi dengan propanolol ditujukan untuk


mengurangi kejadian tremor dan takikardia

877 c untuk menilai penggunaan OAD dan Insulin dapat merujuk kepada
parameter HBA1c karena paling valid tidak akan memberikan nilai
fluktuatif layaknya GD2PP/GDP.

Regimen pengobatan dikatakan efektif pada saat nilai HbA1c dibawah


6.5%

878 e karena telah lupa dalam rentang dari 2 hari, maka disarankan untuk
meminum 2 pil sekaligus pada 2 hari berturut-turut

159
879 c Pil KB 28 tablet diminum pada hari pertama menstruasi atau 21 hari
setelah menstruasi

880 a DM disertai hiperlipidemia berikan golongan biguanid --> Metformin

881 b dosis insulin total = 0.5 unit x 72 kg = 36 unit/hari

total 36 unit dibagikan dalam 2/3 waktu pagi dan 1/3 waktu malam --
> 21 unit pagi dan 15 unit malam

882 a DM pada pasien obesitas (ditunjukan dengan nilai BMI diatas normal)
berikan golongan biguanid --> Metformin

883 e Insulin yang diinginkan adalah glargin, namun kosong. Maka perlu
diganti dengan yang jenis nya sama yaitu long acting juga --> detemir

884 e penghambatan hormon inkretin yang mengatur rasa lapar diregulasi


oleh suatu reseptor GLP-1. obat yang bekerja sesuai target ini adalah
Exenatide

885 c insulin pada penggunaan reguler diberikan secara sub-cutan

160
886 d kombinasi OAD golongan SU pada lansia non komplikasi bisa dengan
Metformin

887 d Exenatide bekerja dengan mengurangi hormon inkretin yang mengatur


rasa lapar diregulasi oleh suatu reseptor GLP-1.

888 a aturan minum golongan SU adalah sebelum makan (pada perut


kosong) --> min 30 menit

889 a Pasien dengan BB 80 dan TB 150 diindikasikan mengalami over BMI -->
Obesitas

DM + Obesitas --> Metformin

890 e secara umum, konsep pengobatan pada saat tidak memberikan efek
yang diharapkan, langkah pertama adalah menaikkan dosis. Jika sudah
dilakukan dan tetap tidak memberikan perbaikan maka dapat
mempertimbangkan penggantian golongan obat yang berbeda

891 a Kaptoril (golongan ACEI) memiliki ESO myalgia / myopati --> badan
pegal dan kaku otot

892 c beta-blocker menjadi profilaksis dalam regimen terapi dalam


mengatasi tremor dan takikardia (peningkatan detak jantung).

161
893 a cukup jelas bahwa metformin memiliki mekanisme : Me ↓
gluconeogenesis
Me ↑ ambilan glukosa perifer

--> meningkatkan sensitifitas insulin

894 d pada penggunaan tunggal OAD yang masih menunjukan nilai HbA1c
sebesar 8%, harus dilakukan kombinasi 2 OAD pada pasien non
komplikasi dapat dilakukan dengan golongan MET dan SU

895 d Metformin harus dikonsumsi bersamaan dengan makan untuk


membantu mengurangi efek samping perut atau usus yang mungkin
terjadi selama beberapa minggu pertama perawatan.

896 c Pada kejadian koma hiperglikemik dapat diberikan insulin kerja cepat
dengan rute intravena bolus agar memberikan onset kerja yang
singkat.

897 a tetap diberikan regimen kombinasi untuk maintain kondisi HbA1c nya

898 b asidosis metabolik dapat diberikan infus natrium bikarbonat


(NaH2CO3)

899 a metformin memiliki ESO : GI effect, gastritis, nyeri, keram perut

162
900 a estrogen erat kaitannya dengan kejadian VTE atau tromboembolisme
vena yang mengancam kepada fungsi organ kardiovaskular. Maka
dengan itu penggunaan pil KB dengan kombinasi estrogen hanya
berlaku untuk wanita dewasa normal tanpa ada komorbid/riwayat
komplikasi

901 e parameter GDP menandakan bahwa diperlukan insulin jenis long acting
--> detemir pada opsi yang tersedia

902 a metformin memiliki kemampuan untuk menurunkan serum uric dalam


darah

903 c TSH --> sintesis produksi dari hormon tiroid, L-tiroksin (T4), dan L-
triiodotironin (T3).

Levotiroksin --> hormon pengganti eksogen untuk T4

904 a insulin diberikan dengan waktu 10 - 15 menit a.c.

905 d pasien dengan riwayat DM dapat mengalami komplikasi berupa


neuropati perifer karena adanya defisiensi dari vit B. Namun obat
utamanya adalah TCA/Analog Gaba.

906 c Metformin memiliki interaksi dengan Vit B6, khususnya perlu diberikan
KIE berupa jeda waktu minum antar kedua obat tersebut

163
907 d cukup jelas, pada pasien dengan riwayat DM dapat mengalami
komplikasi berupa neuropati perifer karena adanya defisiensi dari vit B

164
KARDIOVASKULAR

No Jawaban Penjelasan
908 a Komorbid PJK fokus pada nilai LDL yang perlu < 100 mg/dl, dengan
demikian berikan statin karena pada soal nilai LDL telah melewati nilai
100 mg/dl

kata kunci LDL meningkat = statin

909 b pada soal, kebiasaan merokok dihitung sebagai 1 faktor risiko, maka
nilai LDL perlu < 160 mg/dl. Pada soal nilai LDL masih dibawah 160
mg/dl.

Maka pengobatan fokus untuk menurunkan nilai TG --> berikan fibrat

910 C Jika ada komorbid, PJK = betablocker / CCB dihidropirin (amlodipine,


nifedipine) + HCT

Furosemid hindari pada pasien dengan riwayat PJK

911 a Target LDL :


< 100 (risiko PJK)
< 130 (≥ 2 faktor risiko)
< 160 (0-1 faktor risiko)

pada soal terdapat 2 faktor risiko : umur dan DM

Soal menyebutkan bahwa terdapat 2 faktor risiko : Lansia dan DM


912 d Orlistat sebagai agen anti-obesitas bekerja dengan mengahambat
absorpsi lemak sehingga menjadikan ESO pada fesek yang berlemak
karena dieksresikan lewat feses

165
913 b Statin diberikan pada saat malam hari sebelum tidur, menghambat
biosintesis lipid yang aktif dimalam hari

914 a Syok hemodinamik dapat diberikan regimen vasopressor seperti


Dopamin, Dobutamin dan Epinefrin

915 d Cukup jelas bahwa Manitol merupakan regimen syok yang terjadi pada
kejadi stroke serebral dengan mekanisme diuretik osmosis dan
menurunkan volume cairan intrakranial.

916 c HT + Asma/PPOK --> hindari Betabloker non selektif

917 b Penanganan pertama pada angina pektoris --> Golongan Nitrat dengan
rute sublingual

166
918 c antitrombosis = antiplatelet, mencegah agregasi agar tidak terjadi
trombus

opsi yang tersedia untuk jenis antiplatelet --> clopidogrel

919 a nyeri bahu menjalar indikasinya adalah mengalami angina pektori.


Berikan agen spesifik --> Golongan Nitrat secara sublingual

920 a Antikejang pada saat eklampsia --> MgSO4

921 d Hipertensi emergensi diberikan secara parenteral i.v. dengan agen


spesifik --> Nitruprusid / Nicardipine

922 e pada resep terdapat obat furosemid (diuretik kuat) yang menjadi kritis
dalam pemantauan kadar elektrolit darah --> risiko hipokalemia

923 c HT + Hamil --> Metildopa / Labetolol

167
924 d Kolestiramin (golongan Resin Asam Empedu) akan menurunkan
absorpsi makro Vitamin seperti vitamin K. Diketahui fungsi mayor dari
vitamin K adalah regulasi pembekuan darah. Dengan ada adanya
defisiensi Vit K akan memberikan Protombine Time yang memanjang
(meningkat) nilainya.

925 e pada resep terdapat obat furosemid (diuretik kuat) yang menjadi kritis
dalam pemantauan kadar elektrolit darah --> risiko hipokalemia

926 e Antikejang pada saat eklampsia --> MgSO4

927 c penanganan pertama pada angina pektoris --> Golongan Nitrat dengan
rute sublingual.

Golongan nitrat dapat berupa : Nitrogliserin/ISDN

928 a HT + DM --> berikan golongan ACEI/ARB

168
929 b pasien mengalami hiperLDL --> berikan golongan statin.

Statin bersifat cardiac remodelling pada kasus komorbid aterosklerosis

930 a cukup jelas bahwa nifedipin sebagai golongan CCB DHP bekerja dengan
hambatan kanal kalsium di jantung

931 a Waktu golden hour untuk agen spesifik stokre --> Fibrinolitik adalah
selama 2 - 4 jam.

932 d golongan beta-bloker memiliki ESO rebound hipertensi bila dihentikan


secara tiba-tiba tanpa didahului dengan tappering down dosisnya

933 b peningkatan kadar kreatinine diinduksi dengan adanya gangguan ginjal.


Dari soal yang menjadi suspect yang menyebabkan gangguan ginjal
adalah Metformin dengan ESO mayor nya : Asidosis Laktat

934 b Saat kejadian stroke, apapun jenisnya, dapat diberikan agen spesifik
utamanya untuk golongan Trombolitik = Fibrinolitik --> Alteplase,
Reteplase, Streptokinase

169
935 c Penggunaan ACEI tidak boleh dikombinasikan bersamaan dengan ARB
karena akan meningkatkan risiko hiperkalemia

936 e terapi untuk mengembalikan keseimbangan cairan tubuh dapat


diberikan --> larutan kristaloid = ringer laktat

Bila ada tanda syok maka diberikan --> larutan koloid =


Dextran/Albumin.

937 b pada umur 50 tahun --> Dewasa dengan komplikasi memberikan target
tekanan darah pada < 140/90

938 a HCT (golongan tiazid) memberikan ESO peningkatan kadar LDL

939 c golongan ACEI harus diminum dalam kondisi perut kosong atau
minimal 30 menit - 1 jam sebelum makan

170
940 a Disfungsi ereksi merupakan ESO dari HCT/BB

941 e Diuretik memberikan kontribusi dalam peningkatan kadar uric dalam


darah khususnya golongan Tiazid --> HCT, muncul ESO Hiperuricemia

942 d ESO kaptoril dalam keseimbangan elektrolit darah adalah peningkatan


kadar kalium (hiperkalemia)

943 e Golongan fibrat memiliki aturan minum pada perut kosong yaitu
dengan 30 menit sebelum makan

944 c Profilaksis stroke utamanya diberikan agen spesifik dari golongan


antiplatelet. Bila asetosal intoleransi dapat diberikan clopidogrel

171
945 b Pada kejadian deep vein thrombosis diberikan agen spesifik Faktor X
(Fondaparinux) sebagai lini pertama atau anti-koagulan tipe LMWH
(enoxaparin)

946 a Amiodaron sebagai golongan anti-aritmia yang memiliki ESO spesifik


pada sensitivitas cahaya yang berlebihan

947 d Dapat diperhatikan bahwa profil LDL sudah diatas rentang normal
karena seharusnya LDL < 160 untuk pasien dewasa tanpa komplikasi

Dengan demikian fokus kita adalah menurunkan LDL -> pilih agen
spesifik golongan Statin

948 b pilih betablocker selektif untuk maintain kondisi keterulangan angina


pektoris

949 a Hiperlipidemia + DM --> berikan Statin

950 a Cholesterol total tinggi --> target kerja dari golongan Statin

951 a Dapat diperhatikan bahwa profil LDL masih dalam rentang normal
karena LDL < 130 untuk pasien dengan 2 faktor risiko : Obesitas dan
DM.

Dengan demikian fokus kita adalah menurunkan TG, yang sudah tinggi
diatas batas 180 mg/dl --> pilih agen spesifik golongan Fibrat

172
952 b Cukup jelas salah satu ESO dari golongan Fibrat adalah GI effect (gall
stone, rasa begah, tidak nyaman di perut)

953 e HT + DM --> berikan golongan ACEI

954 d Dekongestan oral sebagai kandungan obat flu telah dikontraindikasikan


pada pasien dengan riwayat hipertensi karena menginduksi syaraf
alpha adrenergik --> muncul respon simpatomimetik --> Tekanan darah
naik

955 c pada kasus tersebut ditunjukan adanya risiko pendarahan atas


penggunaan warfarin dengan peningkatan nilai INR. Dengan demikian
diperlukan zat pembekuan --> Vitamin K (kofaktor pembekuan darah)

956 d cukup jelas bahwa Verapamil sebagai golongan CCB n-DHP bekerja
dengan hambatan kanal kalsium di jantung

173
957 d pada soal dihadapkan pada 2 kondisi :

HT dengan kondisi hiperkalemia --> Fursemid (menurunkan kalium)


Oliguria -> berikan CaCO3

958 c keluhan nyeri pada otot lengan, betis dan pahanya disebabkan oleh
adanya golongan statin dengan ESO miopati/mialgia

959 a HT + CKD --> berikan golongan ACEI, bersifat renoprotektif

960 e gunakan Betablocker selektif pada kasus Asma + HT

961 b Alteplase yang diberikan sbg pilihan pertama Stroke adalah golongan
Fibrinolitik

962 a pemberian regimen secara parenteral intravena ditujukan agar


mencapai onset kerja obat yang cepat dan menghindari first pass effect
(metabolisme cepat)

174
963 a Regimen Digoxin merupakah salah satu jenis dari obat yang memiliki
index terapi yang sempit --> fluktuasi kadar sangat sensitif dalam
darah, sehingga diperlukan PKOD / pemantauan kadar obat dalam
darah sbg standar pelayanan farmasi di RS

964 c HT + asam urat tinggi (indikasi ginjal nya bermasalah) --> berikan
golongan ARB

965 a Heparin monitoring parameter aPTT

Jika warfarin baru monitoring INR

966 b pasien dengan Angina Stabil --> terdapat komorbid PJK maka LDL harus
<100

pasien mengalami hiperLDL --> berikan golongan statin.

Statin bersifat cardiac remodelling pada kasus komorbid angina


pektoris / PJK

967 e Lansia dengan komplikasi CKD --> target TD < 140/90

968 b Perhatikan disoal bahwa adanya risiko tromboemboli --> berikan


regimen spesifik golongan antikoagulan LMWH / Faktor X. Opsi yang
tersedia adalah Enoxaparin

175
969 e bila regimen Nitrat secara sublingual menunjukan intolerasi --> berikan
dalam bentuk rute parenteral intravena

regimen peroral diberikan untuk menjaga kekambuhan setelah 1 x 24


jam serangan tidak muncul

970 d Dalam kondisi hamil, perlu digantikan regimen menjadi Metildopa.


ACEI kontraindikasi pada Bumil

971 c Digoxin + Furosemid --> terjadi interaksi dengan adanya risiko terjadi
hipokalemia

972 e Furosemid merupakan golongan loop diurektik yang bekerja secara


spesifik pada lengkung henle dengan mencegah retensi/reabsorpsi
Na/K

973 b Lansia TANPA komplikasi --> berikan regimen HCT

176
974 b HT + CKD --> berikan golongan ACEI, bersifat renoprotektif

975 b pemilihan kombinasi untuk golongan diuretik, berikan pilihan utama


dari golongan tiazid --> HCT

976 a kondisi udem pulmonary (penumpukan cairan di paru-paru) dapat


diberikan regimen spesifik --> Loop Diuretik (furosemid)

977 c hipertensi emergensi diberikan secara parenteral i.v. dengan agen


spesifik --> Nitruprusid / Nicardipine

978 a Statin memiliki taget kerja dengan blokade enzim HMG CoA reduktase
yang menkonversi asam mevalonat sebagai prekursor kolesterol

177
979 d Penggunaan tunggal golongan statin menimbulkan ESO
miopati/mialgia.

Bila Statin + Fibrat --> ESO berupa Rabdomiolisis

980 d pada kasus tersebut ditunjukan adanya pendarahan pada gusi


diindikasikan adanya kekurangan zat pembekuan --> Vitamin K
(kofaktor pembekuan darah) karena adanya hambatan absorpsi Vit K
oleh Resin Asam Empedu (kolestipol)

981 a pada soal dihadapkan pada 2 kondisi :

HT dengan kondisi kehamilan --> Nifedipin (bila tidak merespon dari


Labetolol/Metildpoa)
Kejang eklampisa --> berikan MgSO4

982 d Syok anafilaksis dapat diberikan regimen vasopressor seperti halnya


Syok Kardiogenik dengan Dopamin, Dobutamin dan
Epinefrin/Norepinefrin

983 c HT + Hamil --> Metildopa / Labetolol

984 a CCB dapat menimbulkan sakit kepala

178
985 d penggunaan obat HCT harus diberikan konseling spesifik terkait dengan
waktu penggunaan agar dapat diberikan pada pagi hari karena pasien
akan mengalam diuresis yang cukup sering

986 a HT + DM --> berikan golongan ACEI/ARB

987 a penggunaan obat ACEI/ARB dapat menimbulkan fluktuasi kadar kalium


dalam darah --> rekomendasi untuk monitoring kalium

988 e Kenaikan kadar kreatinine dikarenakan penggunaan Spironolakton


sebagai diuretik hemat K yang mempengaruhi kerja ginjal dalam
peningkatan asidosis metabolik

989 a khususnya untuk diuretik tiazid (HCT) telah dikontraindikasikan pada


pasien DM

179
990 a furosemid --> risiko hipokelemia karena itu disebut dengan diuretik
kuat

991 d penggunaan HCT pada riwayat gout tidak disarankan karena akan
meningkatkan kadar asam urat dalam darah --> sehingga tindakan
dalam soal tersebut tidak rasional

992 c HT + BPH (pembesaran prostate) --> berikan agen spesifik alpha-


blocker seperti prasozin, terasozin

993 e golongan Statin diminum pada malam hari sebelum tidur untuk
menghambat proses sintesis lipid yang paling dominan terjadi pada
malam hari

994 b pasien dengan riwayat merokok akan mudah terserang batuk kering
dalam penggunaan ACEI. Ada dua metode dalam meneghilangkan
batuk kering :
- pemberian Codein sebagai antibatuk kering
- mengganti regimen ACEI --> ARB

180
995 c ACEI kontraindikasi pada kondisi hamil

996 a untuk kombinasi tahap awal ACEI/ARB dengan diuretik --> utamakan
golongan HCT terlebih dahulu

997 e Target LDL :


< 100 (risiko PJK)
< 130 (≥ 2 faktor risiko)
< 160 (0-1 faktor risiko)

Pada soal pasien mengalami kompliasi PJK --> target < 100

998 e antitrombosis = antiplatelet

opsi yang tersedia untuk jenis antiplatelet --> clopidogrel

999 a pada kondisi stroke agen hipertensi yang dapat diberikan adalah :
- Labetalol i.v.
- Nitroprusid i.v.

181
1000 b Estrogen terlibat dalam patogenesis penyakit kardiovaskular, termasuk
hipertensi dengan cara memodulasi ssitem RAA (renin-angiotensin-
aldosteron) dalam ginjal --> proses kenaikan tekanan darah

1001 e B-blocker dapat mengurangi risiko perdarahan gastrointestinal dan


kematian pada pasien dengan sirosis hati dan dapat mencegah fibrosis
hati

1002 d cukup jelas, bentuk terapi non-farkol berupa diet natrium dibatasi
hingga < 3,8 gram per hari nya

1003 d cukup jelas

1004 b HCT, ACE inhibitor merupakan 1st line penggunaaan anti hipertensi
tunggal. HCT (lansia), ACEI (dewasa)

1005 a furosemid --> untuk mencegah udema dan ACEI sebagai renoprotektor

1006 d golongan statin (HMG-CoA reductase inhibitor) memiliki peran paling


utama dalam penurunan parameter LDL

182
1007 d kombinasi statin adalah dengan ezetimibe / kolestiramin-kolestipol

1008 c karena statin sifatnya sebagai inhibitor sitokrom P450 maka, perlu
monitoring fungsi hati --> parameter SGOT/ SGPT

1009 d derajat hiperlimidema


Low Risk --> 0-1 faktor risiko
Moderate/Intermediate Risk --> memiliki > 2 faktor risiko
High Risk --> ada riwayat PJK

1010 d klorokuin memiliki ESO berupa aritmia --> ditandai dengan


memanjangkan nilai interval segmen QT

1011 d cukup jelas, administrasi secara bukal yaitu diselipkan diantara pipi dan
gusi

183
SARAF

No Jawaban Penjelasan
1012 d Pada kondisi hamil, hindari penggunaan antiepilepsi untuk asam
valproat karena akan menimbulkan --> Spina Bifida sebagai kecacatan
pembentukan sumsum tulang belakang pada bayi

1013 b lini pertama epilepsi parsial --> Carbamazepin

1014 b Kondisi kejang tonik klonik pilihan utamanya --> karbamazepin atau
asam valproat.

1015 d Carbamazepin memiliki sifat auto-induksi yaitu akan mengurangi kadar


obat dirinya sendiri sehingga terjadi kasus relaps/kambuhan

1016 e Carbamazepin memiliki sifat auto-induksi yaitu akan mengurangi kadar


obat dirinya sendiri sehingga terjadi kasus relaps/kambuhan

184
1017 d Bibir sumbing atau facial clefts merupakan ESO spesifik dari antikejang
Fenitoin

1018 e Kondisi kejang tonik klonik pilihan utamanya --> karbamazepin atau
asam valproat.

1019 a Cukup jelas, pregabalin merupakan agonis / analog Gaba.


Meningkatkan kerja GABA

1020 e Fenitoin memiliki mekanisme kerja dengan inhibisi kanal ion Na

1021 b Terapi kondisi kejang akut kejang emergensi pada anak/neonatal


adalah dengan benzodiazepine rute rektal. Benzodiazepin contohnya
adalah diazepam/fenobarbital

185
1022 e Satu-satunya antiepilepsi yang aman bagi ibu hamil adalah agen
spesifik Lamotrigin

1023 b antiepilepsi yang bekerja terkait dengan GABA ada 3 :

- Analog GABA = Pregabalin, Gabapentin


- Hambatan reuptake GABA = Tiagabin
- Hambatan degradasi GABA = Vigabatrin

1024 e Penggantian obat pada soal menjadi Lamotrigine karena dengan tujuan
untuk menghindari ESO asam valproat yang berisiko pada bumil -->
malformasi janin (spina bifida)

1025 e asam valproat memiliki mekanisme kerja dengan menghambat Na+

186
1026 c
Topiramate sebagian besar diekskresikan oleh ginjal sebagai obat yang
tidak dimetabolisme. Hanya 20% yang dimetabolisme oleh hati.

Selain Topiramat, terdapat Levetiracetam yang aman untuk pasien


dengan penyakit liver.

1027 c penggunaan fenitoin dikombinasikan dengan asam folat untuk


penurunan efek samping yang terkait dengan defisiensi folat

1028 c Terapi kondisi kejang akut kejang emergensi adalah dengan diazepam
rektal.

Bila sudah dalam keadaan sadar dapat diberikan secara intravena


dapat diberikan agen fenobarbital

1029 e Neuropati perifer yang intoleransi golongan TCA (amitriptilin) dapat


dipertimbangkan dengan pemberian golongan analog GABA
(pregabalin)

187
PSIKIATRI

No Jawaban Penjelasan
1030 b cukup jelas, soal menanyakan obat golongan MAOI --> fenelzin,
selegilin, resagilin

1031 e kokain merupakan golongan narkotika dengan itu Buprenorfin dapat


diberikan untuk mengurangi ketergantungan dari pengunaan narkotika

1032 c Mild Cognitive Decline --> demensia / alzheimer --> berikan


Memantine

1033 e Analog GABA miliki efek depresan, aman bagi kondisi gangguan hepar
karena profil farmakokinetik gabapentin ridak dimetabolisme dalam
hati dan bentuknya tidak berubah saat diekskresikan dalam urin.

1034 a Buspropion merupakan dopamin-serotonin-norepineprin reuptake


inhibitor yang efektif untuk penanganan parkinson selain L-Dopa.

188
1035 c penggunaan haloperidol sebagai tipikal antispikosis generasi 1
memiliki risiko terjadi ekstrapiramidal sindrom

1036 d Bipolar diberkan agen spesifik tunggal --> Litium

1037 e Terapi awal pasien skizoprenia adalah dengan menggunakan


antipsikotik generasi 2 kecuali klozapine ---> Risperidon. Klozapin
diberikan pada saat terjadi intoleransi.

1038 d Depresi umum diberikan lini pertama SSRI --> fluoksetin

1039 d Terapi awal pasien skizoprenia adalah dengan menggunakan


antipsikotik generasi 2 kecuali klozapine. Klozapin diberikan pada saat
terjadi intoleransi.

1040 a Karbidopa / Entecapon merupakan agen COMT-Inhibitor dengan


mencegah penguraian perifer levodopa, dengan cara menghambat
katekol-0-metiltransferase --> lebih banyak levodopa yang sampai ke
otak

189
1041 a Skizofrenia pada kondisi kehamilan berikan antipsikosis generasi 2 -->
spesifik hanya diberikan Clozapin

1042 b depresi pada Bumil diberikan lini pertama SSRI --> paroksetin,
fluoksetin

1043 b Setiap pasien yang telah menggunakan benzodiazepine selama lebih


dari 3-4 minggu akan mengalami risiko withdrawal syndrome.

Dengan demikian obat terbatas pada penggunaanya selama 1-2


minggu.

1044 d skizofrenia lini pertama berikan antipsikosis generasi 2 --> Risperidone

1045 a Gejala depresi pada kondisi demensia / alzheimer diberikan SSRI -->
fluoksetin

190
1046 b depresi umum (general) diberikan lini pertama SSRI --> fluoksetin

1047 e Amantadin diberikan untuk profilaksi tremor dan takikardia pada


penderita parkinson

1048 b Penderita alzheimer pertama kali start terapi dengan agen


penghambat asetilkolinesterase -->
- Donepezil
- Rivastigmin

1049 c Karbidopa / Entecapon merupakan agen COMT-Inhibitor dengan


mencegah penguraian perifer levodopa, dengan cara menghambat
katekol-0-metiltransferase --> lebih banyak levodopa yang sampai ke
otak

1050 a Fenelzin merupakan golongan MAOI yang memiliki interaksi dengan


makanan kaya tiramin (produk susu/kacang/seafood) --> terjadi risiko
ESO krisis hipertensi

191
1051 c Carbamazepine memiliki ESO minor ginekomastia --> terganggu nya
produksi sperma

1052 b MAOI tidak boleh dikombinasikan dengan obat SSRI

1053 a Terapi awal pasien skizoprenia adalah dengan menggunakan


antipsikotik atipikal generasi 2 kecuali klozapine. Klozapin diberikan
pada saat terjadi intoleransi.

Karena hanya ada pilihan klozapin sebagai antipsikotik atipikial


generasi 2, maka pilihlah sebagai jawaban

1054 a Triheksifenidil perlu dihindari pada pasien dengan riwayat penyakit


kardiovaskular karena akan THP memiliki efek anti-muskaranik

1055 d depresi pada Bumil diberikan lini pertama SSRI --> paroksetin,
fluoksetin

1056 b Penderita alzheimer dengan derajat keparahan berat dan kronis dapat
diberikand dengan agen penghambat glutamat (NMDA) --> Memantine

192
1057 a Terapi awal pasien skizoprenia adalah dengan menggunakan
antipsikotik atipikal generasi 2 kecuali klozapine. Klozapin diberikan
pada saat terjadi intoleransi.

1058 c wiski merupakan minuman beralkohol maka dengan itu Benzodiazepin


dapat diberikan untuk mengurangi ketergantungan dari pengunaan
alkohol

193
NYERI

No Jawaban Penjelasan
1059 e operasi kolorektal memerlukan anestesi yang bekerja secara sistemik --
> agen yang diberikan ada Buvicain

1060 c Sakit gigi pada anak berikan --> Asmef (minimal 14 tahun)

bila umur anak kurang dari 14 tahun berikan --> Analgesik yang aman
PCT/Ibuprofen

Asmef KI pada Bumil

1061 a cukup jelas, nyeri akut dengan episode ringan --> berikan dengan signa
s.prn (bila perlu) secara peroral, tanpa harus melalui rute injeksi

untuk nyeri akut dengan episode kuat --> berikan melalui rute injeksi

1062 d golongan NSAID non selektif seperti memiliki ESO yang terkait dengan
pendarahan gastrointestinal yang lebih besar angka kejadiannya
dibandingkan dengan golongan selektif COX-2

1063 d golongan selektif COX 2 seperti selekoksib memiliki ESO yang terkait
dengan kardiovaskular yang lebih besar angka kejadiannya
dibandingkan dengan golongan non-selektif dalam hal ini ibuprofen

194
1064 b Nyeri skala 8 - tinggi --> berikan analgesik opioid kuat = Morfin

1065 e Injeksi ketorolac digunakan untuk nyeri post-operatif 3 - 5 hari

1066 c analgesik yang aman pada pasien gastritis ada analgesik selektif COX-2 -
-> Celecoxib

1067 d nyeri skala 5 - sedang --> berikan analgesik opioid lemah = Tramadol
atau kombinasi 2 jenis NSAID

1068 d cukup jelas, opsi A,B,C perlu dilakukan oleh apoteker sebagai standar
pelayanan kefarmasian

1069 a cukup jelas, pasien dengan riwayat CKD mengalami penurunan laju
filtrasi GFR

1070 d nyeri + gastritis --> pilih agen selektif COX 2 = selekoksib

1071 b nyeri skala 3 - ringan --> berikan analgesik NSAID = PCT

195
1072 c diabetic neuropati dapat diberikan agen spesifik -->
a. SNRI = Duloxetin
b. Antidepresan Trisiklik = Amitriptilin
c. Analog GABA = Pregabalin/Gabapentin

1073 d Injeksi ketorolac digunakan untuk nyeri post-operatif 3 - 5 hari

1074 a epinefrin sebagai agen adrenergik (simpatomimetik) akan memberikan


efek vasokontriksi pada perifer tempat lidokain bekerja --> memberikan
durasi kerja yang lebih lama untuk efek anestesi lokal

1075 e Analgesik yang aman pada masa menstruasi/kehamilan/menyusui -->


PCT

1076 a PCT bersifat hepatotoksik karena mengahasilkan produk toksik yang


dihasilkan selama metabolisme --> NAPQI atau N-acetyl-p-
benzoquinone. Sehingga akan meningkatkan status liver injury dari nilai
Lab SGPT/SGOT

196
1077 a Analgesik yang aman pada masa menstruasi/kehamilan/menyusui -->
PCT

1078 d analgesik yang aman pada pasien tukak peptic ada analgesik selektif
COX-2 --> Celecoxib

1079 c diabetic neuropati dapat diberikan agen spesifik -->


a. SNRI = Duloxetin
b. Antidepresan Trisiklik = Amitriptilin
c. Analog GABA = Pregabalin/Gabapentin

1080 b Analgesik yang aman pada riwayat asma/ppok/kardiovaskular --> PCT

1081 e analgesik yang aman pada pasien tukak peptic ada analgesik selektif
COX-2 --> Celecoxib

bila di opsi jawaban tidak tersedia golongan selektif COX-2, maka PCT
masih relatif aman digunakan

1082 c kafein akan memberikan efek vasokontriksi pada perifer tempat


ergotamin bekerja --> memberikan efektifitas terapi yang lebih baik

197
1083 d nyeri skala 4-6 atau sedang --> berikan analgesik opioid lemah =
Tramadol atau kombinasi 2 jenis NSAID

1084 a regimen NSAID diberikan dengan durasi 14 hari pada kasus gout /
osteor-arthritis

1085 b Analgesik yang aman pada kardiovaskular --> PCT. Bila tidak ada pilihan
PCT, berikan Naproxen.

Pada soal stroke iskmia diindentifikasi sbg riwayat kardiovaskular.


Hindari penggunaan celecoxib pada kondisi tersebut.

1086 b reaksi pireksial merupakan reaksi hipertemia (demam tinggi dan syok)
dikarenakan senyawa endoktoksin yang dihasilkan bakteri pirogen. Hal
ini diperlukan agen Antibiotik selain antipiretik yang digunakan.

1087 e penggunaan golongan steroid akan menginduksi kortisol atau kelenjar


adrenal --> moon face, cushing syndrome

1088 a nyeri syaraf tepi (neuropatik) dapat diberikan agen sesuai opsi A, B dan
C. NSAID hanya berikan untuk nyeri nosiseptis (nyeri karena kerusakan
jaringan)

198
1089 d cukup jelas, Vit B kompleks tidak mungkin dapat meningkatkan ESO
dari NSAID, justru sebagai adjuvant (sinergis)

1090 d vitamin B akan menghambat/memblok/antagonis serotonin dan


norepinefrin, bukan meningkatkan

1091 a cukup jelas, karena NSAID akan blok COX 1 --> proteksi mukosa
lambung berkurang sehingga menyebabkan gastritis

1092 c nyeri nosiseptif berat diindikasikan sebagai nyeri skala 7 - 10 --> berikan
agen opoid kuat dalam hal ini Morphine. Kodein untuk batuk kering,
bukan untuk nyeri

1093 c PCT bersifat hepatotoksik karena mengahasilkan produk toksik yang


dihasilkan selama metabolisme --> NAPQI atau N-acetyl-p-
benzoquinone. Sehingga akan meningkatkan status liver injury dari nilai
Lab SGPT/SGOT

1094 b cukup jelas, selekoksib sebagai agen selektif COX 2

199
1095 a cukup jelas, karena selekoksib tidak akan blok COX 1 --> proteksi
mukosa lambung tetap terjaga

1096 d nyeri nosiseptif --> berikan agen NSAID


nyeri neuropatik --> berikan agen antidepresan/antikonvulsan/Vit B
kompleks

sesuai opsi yang paling tepat adalah selekoksin (NSAID) dan pregabalin
(antikonvulsan)

1097 a cukup jelas :


Asam mefenamat = NSAID --> nyeri ringan
Tramadol = opioid lemah --> nyeri sedang
Morfin = opioid kuat --> nyeri berat

1098 a cukup jelas, gabapentin (antikonvulsan)sebagai ajuvan. Terapi ajuvan


berasal dari golongan antidepresan/antikonvulsan.

200
RESPIRATORI

No Jawaban Penjelasan
1099 e Terbutalin yang diberikan secara intravena dapat membantu mencegah
terjadinya kelahiran prematur dengan cara menghentikan kontraksi
pada rahim.

1100 a batuk berdahak berikan agen mukolitik --> bromhexin

1101 b asetilsistein sebagai mukolitik bekerja dengan cara ikatan sulfahidril


pada mukus dahak, sehingga dapat mengencerkan dahak yang
dihasilkan pada batuk

1102 d kodein sebagai agonis reseptor opiat akan menekan syaraf simpatis -->
efek konstipasi pada sistem pencernaan

1103 a apabila SABA perlu kombinasi, tambahkan agen spesifik kortikosteroid


inhaler --> budesonid, flutikason

201
1104 d Penggunaan allopurinol yang memiliki mekanisme kerja inhibisi xantine
oksidasi ini perlu dihindarkan penggunaan bersaaman dengan teofilin,
karena akan menginduksi kenaikan kadar Teofilin --> efek toksik

1105 c tiotropium merupakan agen asma yang bekerja spesifik sebagai anti-
kolinergik. Obat golongan ini akan menekan syaraf simpatis --> mulut
kering, jantung berdebar, tekanan darah tinggi

1106 c cukup jelas, bahwa montelukast bekerja dalam inhibisi


reseptor/aktivitas leukotrien --> senyawa yang dapat menginduksi
bronkokontriksi

1107 d penggunaan golongan steroid akan menginduksi kortisol atau kelenjar


adrenal --> moon face, cushing syndrome

1108 b cukup jelas, bahwa kromolin bekerja dalam inhibisi sel mast --> yang
ditimbulkan oleh Ig E dari respon hipersensitifitas yang diperantai debu
sebagai respon allergen

202
1109 e batuk kering diberikan agen spesifik --> antitusif = dekstrometorphan

1110 b Penggunaan kortikosteroid inhaler tanpa berkumur sesudahnya dapat


memberikan ESO berupa candidiasis oral

1111 a cukup jelas bahwa NAC merupakan golongan mukolitik

1112 e pada soal dikatakan terjadi kekambuhan asma --> berikan agen reliever
--> inhalasi golongan agonis Beta 2 adrenergik kerja singkat (SABA)-->
albuterol

1113 d prinsip pemilihan obat PPOK stage 2 adalah = Asma Persistent Sedang +
Infeksi :
1 Ab + 2 agen obat asma

paling tepat opsi D dengan 2 agen obat asma dan 1 Ab

1114 b pada kasus tersebut diperlukan antihistamin tanpa menyebabkan


kantuk --> generasi ke 2 antihistamin --> loratadin / certrizine

203
1115 d Dequalinium Chlorida dapat bersifat sebagai antiseptik ringan untuk
keluhan sakit tenggorokan. Obat ini bukan termasuk obat keras,
sehingga dapat diberikan tanpa resep dokter

1116 b Beta 2 agonist seperti fenoterol, salbutamol (albuterol), dan terbutalin


dapat menyebabkan hipokalemia. Sehingga direkomendasikan untuk
monitoring kadar kalium plasma.

1117 a pemberian albuterol melalui rute inhalasi / nubulasi bertujuan untuk


memberikan efek terapi yang cepat secara potensi dan onset kerja obat
karena terjadi perubahan bentuk cairan menjadi aerosol / droplet yang
memudahkan proses absorpsi di vaskuler mukosa nasal

1118 b golongan agonis beta 2 adrenergik (salbutamol, albuterol) dapat


menyebabkan gangguan takikardia (jantung berdetak lebih cepat)

1119 d keluhan yang terdapat pada soal diperlukan agen Dekongestan -->
Efedrin, Fenolpropanolamin

204
1120 a penggunaan obat flu, golongan dokengestan peroral, absolut
kontraindikasi pada pasien dengan riwayat hipertensi

Flu + HT --> berikan dekongestan topikal (oksimetazolin) / antihistamin

1121 a batuk berdahak berikan agen mukolitik --> Asetilsistein

Guafenesine --> golongan ekspektoran

1122 e pasien dengan riwayat penggunaan ACEI. Ada dua metode dalam
meneghilangkan batuk kering :
- pemberian Codein sebagai antitusif
- mengganti regimen ACEI --> ARB

1123 b Keluhan batuk yang terjadi pada pasien merupakan rekasi


hipersensitivitas yang diperantarai oleh molekul imunoglobin E (Ig E),
dimana IgE yang terikat pada sel mast akan melepaskan mediator
seperti histamine, sehingga diperlukan Difenhidtamin/CTM yang
merupakan antihistamin H1, bekerja secara antagonis kompetitif
terhadap efek histamine pada reseptor H1.

1124 b cukup jelas bahwa vaksin DPT --> untuk pertusis / batuk rejan

205
1125 e kasus tersebut memintakan obat untuk mencegah kekambuhan -->
berikan agen spesifik, kortikosteroid inhaler = Budesonid sebagain
controller

1126 c interaksi obat antara makanan, terjadi pada golongan metil-xantin -->
aminofilin, teofilin karena mengandung Xantin yang akan berinteraksi
dengan Teh.

1127 e pada soal terjadi kekambuhan --> berikan agen reliever = golongan
agonis beta 2 adrenergik kerja singkat (SABA) secara inhaler contohnya
Salbutamol, Albuterol dsb

1128 b propanolol merupakan golongan betabloker non-selektif yang dapat


meginduksi reseptor beta-2 di bronkus --> terjadi bronkokonstriksi = KI
pasien asma

1129 a pemberian dekongestan peroral harus memperhatikan riwayat


penyakit hipertensi

206
1130 e ESO jangka panjang terjadi dalam penggunaan dekongestan topikal
(oksimetazolin) dapat menyebabkan rinitis medikamentosa -->
peradangan dan pendarahan pada membran hidung

1131 a ketika terjadi serangan asma --> berikan agen spesifik agen SABA (kerja
cepat) agonis beta 2 adrenergik

1132 b penggunaan obat asma golongan kortikosteroid perlu diperhatikan


khusus karena dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah sewaktu,
sehingga harus dilakukan monitoring ketat penderita DM

1133 b cukup kelas, pada kasus ini dimintakan

ekspektoran --> Ambroxol

dekongestan --> Pseudoefedrin

1134 c cukup jelas, Pseudoefedrin merupakan agen flu golongan dekongestan

207
TULANG & SENDI

No Jawaban Penjelasan
1135 c Diklofenak merupakan anti-inflamasi non steroid --> blokade enzim
COX baik tipe 1 dan 2 dalam memproduksi PgI2 (prostaglandin) sebagai
mediator nyeri.

1136 b analgesik + dalam riwayat Asma --> PCT

1137 d cukup jelas, TNF alpha itu merupakan agen biologi yang bekerja
sebagai antibody monoclonal, ↓ mediator perusak sel. Contohnya
adalah Infliximab, Adalimumab yang dapat diberikan pada saat agen
DMARD tidak memberikan respon perbaikan.

1138 e analgesik yang digunakan pada gout pilihan utamanya adalah PCT.

Dikarenakan pada pasien dinyatakan dalam riwayat sehingga terapi


analgesik pilihan menjadi --> kolkisin

kolkisin dapat diberikan juga pada saat intolerasi dengan PCT.

Allopurinol dan Probenesid tidak mungkin dipilih walaupun diketahui


data Lab karena soal menanyakan terapi ANALGESIK

1139 b pada pasien CKD (CrCl <30 mL/min) direkomendasikan agen spesifik -->
Allpurinol.

Probenesid menjadi KI karena akan memperberat kerja ginjal dalam hal


reabsorpsi.

208
1140 c riwayat osteopenia / osteoporosis harus dihindarkan agen spesifik -->
Golongan Steroid seperti Dexametason.

1141 a pada kasus RA kronik berikan agen spesifik --> MTX sebagai pilihan
utama

1142 c terapi supportif yang mendukung penyembuhan dari kasus OA adalah


suplementasi sendi dan cairan sinovial dengan agen spesifik -->
Glucosamin & Kondroitin

natrium hyaluronat dipilih bila dinyatakan spesifik dalam pemberian


melalui rute injeksi antriartikular
1143 e penggunaan PCT yang tidak memberikan efek dalam OA, dapat
diberikan pilihan NSAID lainnya seperti --> Diklofenak / Indometasin >
spesifik untuk tulang

bila ada Tramadol, maka berikan golongan tersebut karena lebih baik
diberikan golongan opioid bila golongan Non-Opioid dalam hal ini PCT
tidak memberikan perbaikan

1144 b Ibuprofen memiliki aktivitas antipiretik yang dapat diberikan jika PCT
mengalami kontraindikasi/intoleransi

dalam soal disebutkan bahwa terjadi KI pada PCT yang ditandai dengan
kenaikan nilai ALT/AST sebagai marker liver injuri (hepatotoksik)

1145 a nilai T masih dibawah -2,50 maka pasien diindikasikan dengan kondisi
osteopenia. Regimen untuk osteopenia yaitu vit D + kalsium

209
1146 b analgesik yang digunakan pada OA dalam riwayat gastritis / peptik
ulcer --> selektif COX 2 nsaid = celecoxib

1147 e pada kasus osteoporosis dengan kondisi postmenopause dapat


diberikan regimen utama yaitu analog estrogen --> raloxifen /
tamoksifen

1148 d asam folat dikombinasikan dengan pemberian dengan MTX karena


untuk mengurasi ESO anemia defisiensi folat (mikrositik)

1149 a terapi utama untuk osteoporosis yang terjadi pertama kali yaitu
golongan bifosfonat (alendronat, risendronat, dsb)

1150 d pada kasus gout untuk menurunkan kadar urat dalam darah untuk
pasien berikan agen spesifik --> Allpurinol sebagai pilihan utama.

Sebagai catatan, hindari Allopurinol pada pasien dengan riwayat HT


dan kardiovaskular

Probenesid menjadi alternatif bila Allopurional (golongan XOI) tidak


dapat diberikan
1151 a golongan DMARD sebagai off-label anti-malaria yang dimaksud adalah
Klorokuin. Memiliki aksi menurunkan keparahan respon inflamasi.

210
1152 e obat kortikosteroid pada penggunaan kronik dapat menyebabkan
kerapahuan tulang --> penyebab osteopenia / osteoporosit

1153 d cukup jelas, mekanisme kerja dari obat Allpurinol adalah sebagai agen
urikosurik dengan blokade enzim Xantine Oksidase yang akan
mensintesis asam urat dari prekursornya yaitu Xantin.

1154 e MTX mencegah proses normal pembelahan sel darah --> mielosupresi
dan leukopenia. Dengan itu perlu suplementasi folat.

1155 d Cukup jelas, mekanisme dari kolkisin adalah dengan menghambat


menghambat granulosit dan fagositosis pada otot sehingga mengurangi
kristal urat yang memicu respons inflamasi.

1156 d cukup jelas, bahwa jenis regimen dari osteoarthritis tidak ada yang
bersifat imunomodulator (dapat meningkatkan sistem imun)

1157 c Dalam hal ini telah diberikan ibuprofen namun tetap mengalami nyeri.

Kolkisin dapat diberikan juga pada saat intoleransi dengan NSAID.

211
1158 b terapi utama untuk osteoporosis yang terjadi pertama kali yaitu
golongan bifosfonat (alendronat, risendronat, dsb)

1159 c dalam membantu proses terapi gout, hendaknya disertai agen non-
farmakologi dengan pengaturan diet makanan tinggi purin.

Purin akan dimetabolisme dengan menghasilkan asam urat.

1160 d obat kortikosteroid pada penggunaan kronik dapat menyebabkan


kerapahuan tulang --> penyebab osteopenia / osteoporosit

dengan demikian perlu penghentian kortikosteroid

1161 c pada riwayat kardiovaskuler, agen urikosurik (penurun asam urat) yang
dapat diberikan adalah probenesid. Karena untuk Allopurinol telah
dikontraindikasikan pada pasien riwayat PJK

1162 c golongan bifosfonat memiliki PIO khusus untuk sbb : diminum


seminggu sekali, 30 menit sebelum sarapan (dalam perut kosong),
tidak boleh berbaring selama minimal 30 menit karena sifatnya dapat
mengiritasi esofagus

212
MATA

No Jawaban Penjelasan
1163 b glaukoma + asma/ppok --> hindari golongan betabloker seperi timolol,
betaksolol

Rekomendasi yang tepat --> golongan analog prostaglandin seperti


latanoprost.
1164 e pada anak berikan lotio calamin utk ruam popok / biang keringatnya/
pruritus

1165 a Asetazolamid merupakan golongan Inhibitor anhydrase yang bekerja


secara simpatomimetik. Obat ini juga tergolong dengan jenis obat
diuretik, namun tidak potent untuk hipertensi sentral

1166 a pilokarpin merupakan anti-glaukoma sudut tertutup dengan golongan


kolinergik dengan efek vasokontriksi

1167 b dapat diberikan alfa 1 adrenergik sekaligus anithistamin seperti


oxymetazoline, Tetrahidrozoline

1168 a lini utama untuk glaukoma sudut sempit/tertutup adalah golongan


kolinergik sebagai agen miotik --> pilokarpin

213
1169 d lini utama untuk glaukoma sudut terbuka/lebar adalah golongan beta-
bloker sebagai --> timolol

1170 d dan e glaukoma + asma/ppok --> hindari golongan betabloker seperi timolol,
betaksolol

Rekomendasi yang tepat --> golongan analog prostaglandin seperti


latanoprost.

1171 e Asetazolamid merupakan golongan Inhibitor anhydrase yang bekerja


secara simpatomimetik. Obat ini diberikan untuk terapi kombinasi
dengan Latanoprost.

214
HEMATOLOGI

No Jawaban Penjelasan
1171 a Anemia pada kehamilan itu disebabkan karena defisiensi besi -->
maka berikan Fe.

Asam folat diberikan untuk suplementasi kehamilan, bukan ditujukan


untuk anemia

1172 d anemia normositik --> Eritropoietin-A

1173 b anemia pernisiosa --> kondisi MCH/MCV tetap tinggi, maka seperti hal
nya anemia makrositik berikat agen = As.Folat / B12

1174 a anemia hemolisis --> berikan transfusi PRC / RBC

1175 e pada pasien yang mengalami CKD, maka diindikasikan mengalami


anemia normositik --> berikan injeksi Epo alpha

1176 d anemia dengan nilai MCV yang tetap tinggi --> anemia makrositik,
maka berikan agen Asama Folat/B12

215
1177 a Vitamin C akan mereduksi ion ferri (Fe3+) menjadi ion ferrous (Fe2+)
sehingga lebih mudah diserap diusus halus. Absorbsi besi dalam
meningkat empat kali lipat apabila terdapat vitamin C

1178 e MTX mencegah proses normal pembelahan sel darah --> mielosupresi
dan terjadilah leukopenia. Dengan itu perlu suplementasi folat.

1179 c nilai MCV dan MCH rendah menandakan bahwa mengalami anemia
mikrositik --> berikan Fe / zat besi

1180 b anemia megaloblastik --> kondisi MCH/MCV tetap tinggi, maka seperti
hal nya anemia makrositik berikat agen = As.Folat / B12

216
GINJAL & SALURAN KEMIH

No Jawaban Penjelasan
1181 c cukup jelas bahwa kondisi asidosis metabolik / laktat pada pasien CKD
dapat diberikan agen spesifik --> natrium bikarbonat

1182 d ringer laktat sebagai larutan kristaloid diberikan pada kasus non-syok
untuk menggantikan cairan yang hilang, dalam kondisi hipovolumia

1183 c Ca-glukonat diberikan pada kondisi hiperkalemia, sehingga perlu


monitoring kadar kalium

1184 e BPH + Asma --> berikan agen spesifik golongan α1 – blocker selektif
yaitu Tamsulosin

1185 d Furosemid merupaka diuretik kuat --> memiliki risiko efek samping
hipokalemia dengan demikian perlu pemantauan ketat untuk ion K
(elektrolit darah)

1186 e sevelamer sebagai agen pengikat fosfat non Kalsium dengan tujuan
terapi dalam kondisi hiperfosfatemia

217
1187 d disfungsi ereksi dapat diberikan tadalafil / sildenafil

1188 e antihipertensi yang dapat diberikan adalah golongan α1 – blocker yang


memiliki efek terapi berupa relaksasi jaringan prostat pada pengobatan
BPH --> Prasozin

1189 c anemia pada kondisi gagal ginjal --> anemia normositik berikan agen
spesifik Epo-alpha

1190 b serum kreatinin diatas nilai normal hal ini disebabkan karena adanya
ESO dari gentamisin.

Gentamisin yang termasuk golongan aminoglikosida memiliki ESO


umum berupa nefrotoksik.

1191 e deksametason memiliki efek sebagai immunosupresan pada pasien


yang menjalani transpalantasi untuk menimalkan reaksi penolakan
transpalantasi

218
1192 c Hiperfosfatemia --> CaCO3 (kalsium karbonat)

1193 a Kalsium karbonat harus dikonsumsi bersama makanan. Asam lambung


yang dihasilkan saat makan membantu proses absorpsi kalsium
karbonat.

1194 e tamsulosin merupakan α1 – blocker yang memiliki efek terapi berupa


relaksasi jaringan prostat pada pengobatan BPH

1195 d Dutasterid merupakan anti BPH golongan 5α – reductase inhibitor yang


memiliki mekanisme kerja dengan mengurangi
hormon dihydrotestosterone.

Dengan adanya intake hormon testosterone --> akan meniadakan


mekanisme kerja Dutasterid, kadar testosterone tetap tinggi.

1196 a cukup jelas, Finasterid merupakan anti BPH golongan 5α – reductase


inhibitor yang memiliki mekanisme kerja dengan mengurangi
hormon dihydrotestosterone.

219
1197 d ESO utama dari obat anti-BPH golongan α1 – blocker adalah hipotensi
postural, yaitu tekanan darah rendah yang terjadi ketika bangkit dari
posisi duduk atau berbaring.

220
TOKSIKOLOGI

No Jawaban Penjelasan
1198 e cukup jelas, antidotum dari benzodiazepin (golongan psikotropik) -->
flumazenil dengan mekanisme antagonis kompetitif reseptor
benzodiazepine

1199 e saat dinyatakan kondisi teratogenik maka obat tersebut praktis


menjadi kategori X, total kontraindikasi

1200 e Nitrit akan mengikat hemoglobin --> penurunan kemampuan


hemoglobin dalam membawa oksigen beredar diseluruh tubuh,
sehingga akan menurunkan respirasi sel dan terjadi kondisi hipoksia
(asidosis respiratorik)

1201 b cukup jelas, antidotum dari obat serangga (insektisida) --> Pralidoksim
dengan mekanisme aktivasi enzim asetilkolinestrase dengan kata lain
akan memberikan inhibisi terhadap reseptor Ach-Nikotinik

1202 c cukup jelas, antidotum dari sianida --> Natrium Nitrit/Nitrat/Tiosulfat


dengan mekanisme merubah methemoglobin menjadi seny non toksik
sianomethemoglobin

1203 a cukup jelas, antidotum dari nitrit/nitrat --> Metilen blue dengan
mekanisme secara ikatan kimiawi sianomethemoglobin

221
1204 e cukup jelas, antidotum dari kokain (golongan narkotik) --> nalokson
dengan mekanisme antagonis reseptor opioid (Mu, Delta, Kappa)

1205 b Pralidoksin bekerja dengan mekanisme aktivasi enzim


asetilkolinestrase (antinikotinik) --> antagonis reseptor nikotinik

1206 a reaksi pendarahan dapat di stop dengan pemberian Vitamin K sebagai


kofaktor pembekuan darah. Vit K sering disebut juga sebagai anti-
Warfarin

1207 d n-acetylsistein atau NAC bekerja sebagai antidotum keracunan PCT


dengan mekanisme stimulasi glutathione sehingga mempercepat
metabolisme metabolit toksik N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI)

1208 b cukup jelas, antidotum dari PCT --> N-asetilsistein dengan mekanisme
stimulasi glutathione sehingga mempercepat metabolisme metabolit
toksik N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI)

1209 c cukup jelas, antidotum dari organofosfor (insektisida) --> Atropin


dengan mekanisme antagonist (inhibisi) reseptor antimuskarinik

222
1210 e cukup jelas, antidotum dari petidin (golongan narkotik) --> nalokson
dengan mekanisme antagonis reseptor opioid (Mu, Delta, Kappa)

1211 e cukup jelas, antidotum dari obat serangga (insektisida) --> Pralidoksim
dengan mekanisme agonis/aktivasi enzim asetilkolinestrase

1212 d BKO yang sering disalahgunakan pada jamu pegal linu adalah Sildenafil
/ Tadalafil --> menimbulkan ESO takikardia (jantung berdebar)

1213 d cukup jelas, antidotum dari dekstromertofan (golongan OKT) -->


nalokson dengan mekanisme antagonis reseptor opioid (Mu, Delta,
Kappa)

1214 d untuk pecegahan neural tube defect pada janin --> berikan agen
suplemetasi asam folat atau nama lainnya adalah Vit B9

1215 d atropin sulfat merupakan antagonist reseptor muskarinik -->


antimuskarinik

223
1216 a Intoksikasi dari jenis makanan/minuman yang sudah basi dapat
diberikan antidotum agen =
- absorben : attapulgit, carbon aktif
- air kelapa

224
INTERAKSI OBAT

No Jawaban Penjelasan
1217 b pada regimen OAT yang dapat menyebabkan penurunan efektivitas pil
KB adalah Rifampisin karena bersifat Induktor --> akan mempercepat
metabolisme dari OAT, sehingga terjadi penurunan kadar --> efek terapi
tidak tercapai (subterapi), risiko gagal kontrasepsi

1218 b dan e gejala palpitasi dan sesak nafas merupakan bentuk ESO dari teofilin
sebagai obat asma. Teofilin dapat memberikan ESO pada saat kadar
dalam darah cenderung tinggi.

Peningkatan kadar teofilin ini sebagai sebab dari interaksi dari


allopurinol yang bersifat inhibitor. Sifat senyawa inhibitor akan
meningkatkan kadar obat lainnya hingga menimbulkan ESO/efek toksik
dari obat yang dihambatnya dalam proses metabolisme.

Waktu paruh teofilin juga meningkat karena adanya penurunan


metabolisme sebab dari proses inhibisi oleh allopurinol
1219 c Na Bikarbonat memiliki keuntungan dalam mempengaruhi laju
reabsorpsi tubulus menjadi lebih rendah --> Fenobarbital mudah
tereksresikan, tidak ter-reabsorpsi --> kadar dalam darah menurun -->
keracunan hilang

1220 d cukup jelas, vitamin K memiliki sifat antagonis warfarin karena sebagai
kofaktor pembekuan darah

1221 d penggunaan agen H2 Antagonist dalam hal ini simetidin bersamaan


dengan warfarin dapat meningkatkan kadar warfarin yang meningkat
dan berisiko terjadi pendarahan. Hal ini disebabkan karena agen H2
Antagonist bersifat inhibitor --> akan mengahambat metabolisme dari
warfarin, sehingga terjadi peningkatan kadar --> terjadi efek toksik /
ESO

225
1222 c Perlu ada koreksi, harusnya pada soal itu bukan hiperkalemia,
seharusnya HIPOKALEMIA.

Adanya efek samping HIPOKALEMIA dari HCT ini karena ada interaksi
antara clopidogrel dengan HCT yang menyebabkan ada hambatan
metabolisme dari HCT, sehingga terjadi peningkatan kadar --> terjadi
efek toksik / ESO berupa HIPOKALEMIA
1223 c perlu diidentifikasi alasan pemberian jeda kolestiramin (obat yang
bekerja secara lokal) dengan Vit K adalah karena kolestiramin yang
memiliki kerja mengahambat absorpsi vitamin yang larut lemak -->
Kolestiramin menghambat absorpsi obat vitamin K, sehingga efek
vitamin K akan menurun

1224 c Heparin yang tidak berefek terjadi karena terjadi percepatan


metabolisme oleh simetidin, sehingga menunjukan tidak berefeknya
heparin (tetap terjadi trombus).

Bila heparin tetap berefek sebagai antikoagulan maka seharusnya


trombus bisa lisis / hancur

1225 c penggunaan obat dengan susu harus diberikan jeda minimal 2 jam agar
tidak terjadi interaksi ikatan protein susu dengan obat tersebut. Bila
tidak dijeda maka obat tidak memberikan efek terapi optimal

226
1226 b perlu diidentifikasi alasan pemberian jeda akarbose (obat yang bekerja
secara lokal) dengan digoxin --> akarbose menghambat absorpsi obat
digoxin, sehingga efek digoxin akan menurun karena konsentrasi serum
dibawah batas minimal terapi (MEC), minimum effective concentration

1227 a Kalsium dapat meningkatkan efek toksik dari ceftriaxone karena terjadi
interaksi pada fase biofarmasi (inkompatibilitas). Ceftriaxone dapat
berikatan dengan kalsium membentuk endapan yang tidak
larut/presipitasi. Kalsium sebaiknya tidak diberikan secara intravena
dalam waktu 48 jam dari pemberian injeksi ceftriaxone iv atau hindari
kombinasi.
1228 d interaksi yang tepat sesuai kasus tersebut adalah Warfarin dengan
omeprazol. Hal ini disebabkan karena omeprazol bersifat inhibitor yang
dapat menghambat metabolisme dari Warfarin --> konsentrasi warfarin
dalam darah meningkat dan terjadi risiko efek toksik / ESO berupa
pendarahan yang ditandai dengan waktu INR dan PT yang memanjang

1229 d interaksi tersebut digambarkan oleh adanya hambatan absorpsi dari


antasid yang sifatnya bekerja secara lokal. Adanya antasid dapat
meningkatkan pH lambung menjadi cenderung netral. Dengan ini
proses ionisasi dari flukonazol terhambat --> proses absorpsi menurun -
-> efek terapi turun

1230 a pada penderita OAT, tetap harus mengutamakan penggunaan OAT.


Solusi dari penggunaan pil KB adalah dengan menggantinya dengan
metode kontrasepsi secara fisik sehingga tidak akan mempengaruhi
interaksi / metabolisme dari OAT. Metode fisik / teknik dari kontrasepsi
dapat menggunakan kondom atau spiral IUD

227
1231 d kandungan tanin pada teh akan mengikat senyawa Ferrous --> efek
kerja dari Ferrous tidak maksimal --> anemia tidak terobati karena Hb
masih dibawah normal

1232 b perlu diidentifikasi penyebab myalgia itu dikarenakan efek samping dari
Statin. Adanya efek samping ini karena diperparah dengan interaksi
antara amlodipin yang bersifat inhibitor terhadap statin sehingga
terdapat hambatan metabolisme dari statin. Akibatnya terjadi
peningkatan kadar statin --> terjadi efek toksik / ESO berupa nyeri
otot/myalgia

1233 b OAD (obat antidiabetes) bekerja secara sistemik, artinya tahapan


interaksi obat terjadi dominan pada fase metabolisme

1234 d Warfarin, yaitu jenis obat antikoagulan coumarin yang bekerja dengan
menghambat kerja vitamin K di dalam darah.

Sedangkan untuk Heparin, yaitu jenis obat antikoagulan yang berperan


dalam menghambat thrombin (antithrombin)

1235 d perlu diidentifikasi penyebab asidosis laktat itu dikarenakan efek


samping dari Metformin. Adanya efek samping ini terjadi karena
interaksi antara simetidin/ranitidin sebagai H2 antagonis yang bersifat
inhibitor terhadap Metformin. Sehingga terdapat hambatan
metabolisme dan eliminasi (eksresi) dari Metformin --> peningkatan
kadar --> terjadi efek toksik / ESO berupa asidosis laktat

228
1236 b perlu ada koreksi mengenai soal, seharusnya dengan adanya
probenesid terjadi penurunan kliren aspirin.

Probenesid akan secara kompetitif menghambat sekresi tubuler aspirin


--> penurunan kliren, bukan peningkatan kliren.

karena ada hambatan sekresi tubuler di ginjal dari aspirin, sehingga


terjadi peningkatan kadar --> terjadi efek toksik / ESO berupa
peningkatan pH

1237 c peningkatan nilai serum creatinin (SrCr) adalah sebagai implikasi dari
ESO dari obat Spironolakton. Hal ini disebabkan karena Spironolakton
termasuk diuretik hemat K yang dapat memperberat fungsi ginjal
dengan menginduksi hiperkalemia dan peningkatan SrCr.

1238 d prinsipnya adalah obat yang menimbulkan ESO dalam kejadian interaksi
adalah obat sensitif yang memiliki index terapi sempit seperti contoh
warfarin, digoxin, fenitoin dsb harus dilakukan monitoring (PKOD=
pemantauan kadar obat dalam darah) agar tidak terjadi ESO/efek toksik

1239 d pada soal dinyatakan bahwa pasien keadaannya tidak membaik terjadi
penumpukan trombus di pembuluh jantungnya. Hal ini disebabkan
karena warfarin tidak bekerja secara optimal (dalam kondisi subterapi)

Adanya febobarbital ini menyebabkan percepatan metabolisme


warfarin --> efek terapi sebagai antikoagulan tidak tercapai ditandai
dengan tetap terjadi penumpukan trombus

1240 c dan e pada soal dinyatakan bahwa tersebut mengalami pendarahan. Hal ini
disebabkan karena warfarin memberikan efek toksik.

Adanya simetidin ini menyebabkan hambatan metabolisme dan eksresi


warfarin --> efek toksik / ESO tercapai yang ditandai dengan terjadi
pendarahan

229
1241 c diketahui pada soal bahwa LDL tetap tinggi yang artinya bahwa agen
statin tidak memberikan efek terapi. Hal ini disebabkan karena adanya
interaksi antara statin dengan fenitoin. Fenitoin itu termasuk senyawa
induktor --> meningkatkan proses metabolisme statin --> kadar dalam
darah menurun --> subterapi, dosis tidak mencapai efek terapi yang
optimum, dengan demikian kadar LDL tetap tinggi

1242 a dalam soal dinyatakan bahwa terjadi peningkatan ALT dan AST. ALT dan
AST itu merupakan parameter dari fungsi hati. Bila ada pengaruh dari
obat-obat yang bersifat hepatotoksik, kedua parameter ini akan
menimbulkan peningkatan nilai diatas normal.

Dalam hal ini, kita harus dapat mengidentifikasi, obat mana saja yang
bersifat hepatotoksik. dari soal, Fenitoin lah yang bersifat hepatotoksik
karena diketahui bahwa obat antiepilepsi ini mempunyai ESO umum
induksi hepatotoksik
1243 c solusi dari kasus tersebut adalah dengan memberikan jeda waktu antar
minum ke-dua obat minimal selama 2 jam, dengan demikian risiko
interaksi yang dapat menurunkan efek dari alendronat dapat
terhindarkan

1244 a dalam soal dinyatakan bahwa warfarin tidak berfungsi sebagai anti-
koagulan. Hal ini disebabkan karena induksi dari Rifampisin. Rifampisin
ini bersifat induktor --> mempercepat metabolisme dari warfarin -->
efek terapi tidak tercapai (subterapi) yang ditandai dengan tetap
terjadinya vena trombosis

1245 c cukup jelas, bahwa risiko yang muncul adalah Rifampisin yang bersifat
induktor dapat menurunkan efek terapi dari pil KB.

Untuk INH itu bersifat inhibitor dapat meningkatkan efek toksik dari pil
KB --> tromboemboli vena

Untuk Sterptomisin, Pirazinamid dan Etambutol tidak mempengaruhi


proses interaksi

230
1246 d penggunaan warfarin + asetosal --> terjadi interaksi dengan
meningkatnya ESO dari warfarin berupa pendarahan

prinsipnya adalah obat yang menimbulkan ESO adalah obat sensitif


yang memiliki index terapi sempit seperti contoh warfarin, digoxin,
fenitoin dsb
1247 b pada soal dinyatakan bahwa pasien tetap mengalami peningkatan
tekanan darah. Hal ini disebabkan karena agen anti HT valsartan dan
furosemid tidak bekerja secara optimal.

Adanya selekoksib ini menyebabkan percepatan metabolisme anti HT --


> efek terapi menurun karena dosis subterapi dalam darah --> ditandai
dengan tetap terjadi peningkatan tekanan darah

1248 e pada kelompok usia lansia, komposisi cairan tubuh dan distribusi lemak
tinggi. Hal ini menyebabkan beban hepar dalam proses metabolisme
obat menjadi lebih berat --> penurunan fungsi hati pada penggunaan
obat-obat index terapi sempit

1249 e dalam kasus tersebut sudah diceritakan jelas bahwa Eritromisin


menyebabkan peningkatan efek toksik dari teofilin yang ditandai
dengan takikardia dan insomia.

Secara praktis adalah berikan jeda pemberian obat minimal selama 2


jam agar tidak menimbulkan ESO dari teofilin. jangan menurunkan
dosis salah satu obat karena nantinya dapat menimbulkan subterapi
(indikasi tidak terobati)

1250 b pasien hanya terdiagnosis diare. Paling tidak memungkinkan adalah


dengan adanya pemberian loratadin sebagai anti-histamin karena tidak
ada indikasi timbulnya alergi

231
1251 b pada riwayat alkoholik akan menimbulkan percepatan enzim
metabolisme pada hepar sehingga obat perlu peningkatan dosis.
Apabila tidak ditingkatkan, obat tersebut akan mengalami kondisi
dibawah konsentrasi optimum. Sehingga pada kasus tersebut perlu
adanya peningkatan dosis warfarin agar tetap terjadinya efek terapi
yang diinginkan

1252 e diketahui pada soal bahwa pasien mengalami kebingunan atau


timbulnya reaksi delirium yang disebabkan adanya pemberian codein.

Codein ini dapat memberikan reaksi delirium karena muncul sebagai


ESO. ESO codein ini timbul atas adanya interaksi antara ACEI (katopril)
yang bersifat inhibitor --> menghambat metabolisme codein -->
memicu ESO codein terjadi yang ditandai terjadi delirium (kebingungan)

1253 b kasus tersebut menandakan terjadinya interaksi potensial yang didasari


ESO / ADR (adverse drug reaction) atas budenosid inhaler yang
menyebabkan oral trush karena candidiasis oral yg ditimbulkan

1254 b interaksi potensial yang terjadi pada penggunaan OAT adalah


Rifampisin yang dapat meniadakan efek obat lainnya dalam hal ini
Enalapril. Rifampisin bersifat induktor --> mempercepat metabolisme
Enalapril --> efek terapi tidak tercapai (subterapi)

232
1255 a grape fruite / anggur dapat menimbulkan jenis interaksi makanan -
obat dengan efek peningkatan kadar konsentrasi obat dalam darah.

Anggur bersifat inhibitor --> menurunkan metabolisme obat lainnya -->


konsentrasi obat dalam darah tinggi --> efek toksik muncul

1256 d sesuai informasi pada soal bahwa ampisilin harus diberikan pada saat
perut kosong, atau tanpa adanya makanan.

Hal ini dikarenakan bila ada makanan maka lambung akan


mengeluarkan HCl yang dapat merubah suasana pH menjadi terlalu
asam. Bila hal ini terjadi maka proses absorpsi akan terhambat.

sehingga alasan yang mendasari adalah makanan dapat meningkatkan


seksresi asam lambung

1257 d Ampisilin harus diberikan pada saat perut kosong, atau tanpa adanya
makanan.

Hal ini dikarenakan bila ada makanan maka lambung akan


mengeluarkan HCl yang dapat merubah suasana pH menjadi terlalu
asam. Bila hal ini terjadi maka proses absorpsi dari ampisillin akan
terhambat --> proses disolusi obat menurun --> biovabilitas obat
menurun

biovabailitas obat sangat berpengaruh pada proses disolusi dan


absorpsi obat di lambung
1258 e metabolisme obat memiliki peranan utama terhadap berbagai macam
parameter farmakokinetik, t 1/2 (waktu paruh).

Fungsi faal hepal hati pada anak itu memiliki tingkatan yang sama
dengan dewasa. Di satu sisi bahwa BB dan TB anak jauh lebih rendah
dari dewasa menyebabkan Volume Distribusi pada anak rendah -->
akan mempercepat proses metabolisme --> waktu paruh (T 1/2) lebih
cepat

233

Anda mungkin juga menyukai