Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II ANALISIS KADAR

PARASETAMOL DENGAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET


SINAR TAMPAK (UV-VIS)

Disusun Oleh :

Arini Ayu Triakbari 212210009

4B Reguler Sore

PROGRAM STUDI DIII FARMASI AKADEMI FARMASI BUMI


SILIWANGI BANDUNG 2023
ANALISIS KADAR Mn (II) DENGAN SPEKTROFOTOMETRI
ULTRA VIOLET SINAR TAMPAK (UV-VIS)

1. Tujuan
Untuk mempelajari cara menganalisis kadar Mn(VII) dalam sampel
secara kuantitatif dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
II. Teori Dasar
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran
energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu.
Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm,
dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm.
Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara satu lembah dan satu
puncak, sedangkan frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan
panjang gelombang (λ). Bilangan gelombang adalah (v) adalah satu satuan
per panjang gelombang. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat
spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar
pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.
Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer.
Hukum Lambert-Beer (Beer`s law) adalah hubungan linearitas
antara absorban dengan konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi dari
sampel di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada
panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Adapun hukum Lambert-Beer ditulis dengan persamaan:
A=ε.b.C (4.1)
Dimana : A = Absorban
-1 -1
ε = Koefisien ekstingsi molar (M cm

) b = tebal kuvet (cm) C = konsentrasi

(M) Dalam Hukum Lambert-Beer ada

beberapa pembatasan, yaitu:

1. Sinar yang digunakana dianggap monokromatis.


2. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang
yang sama.
3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut.
4. Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi.
5. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.
Instrumen Spektrofotometer UV-Vis
Instrumen Spektrofotometer UV-Vis adalah sebagai berikut:
1. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki pancaran
radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada
spektrofotometer UVVis ada dua macam :
a. Lampu Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur
sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengan bola lampu
pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm.
Spektrum radiasinya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu
1000 jam pemakaian.
b. Lampu Deuterium, Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-
380 nm. Spektrum energi radiasinya lurus, dan digunakan untuk
mengukur sampel yang terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500
jam pemakaian.
2. Wadah sampel
Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanya
kebanyakan wadah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam
berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energi
cahaya dalam daerah spektral yang diminati. Jadi sel kaca melayani
daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah
ultraviolet. Dalam instrumen, tabung reaksi silindris kadang-kadang
digunakan sebagai wadah sampel. Penting bahwa tabung-tabung
semacam itu diletakkan secara reprodusibel dengan membubuhkan
tanda pada salah satu sisi tabungnya dan tanda itu selalu tetap arahnya
tiap kali ditaruh dalam instrumen. Sel-sel lebih baik bila permukaan
optisnya datar. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa sehingga berkas
cahaya menembus larutan, dengan meniscus terletak seluruhnya diatas
berkas. Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain
kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang
memastikan bahwa posisi tabung dalam ruang sel (dari) instrumen itu
reprodusibel.

Gambar Wadah Sampel (Kuvet)


3. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya
polikromatis menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan
komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator,
yaitu : a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar
mungkin supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi
polikromatis.
b. Grating (Kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi.
Dispersi sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang
sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat
digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.
c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi
yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga
diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.
d. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya
yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan
panjang gelombang yang dipilih.
4. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar
kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam
rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader
(komputer). Detektor dapat memberikan respon terhadap radiasi pada
berbagai panjang gelombang Ada beberapa cara untuk mendeteksi
substansi yang telah melewati kolom. Metode umum yang mudah
dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultraviolet.
Banyak senyawa- senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa
panjang gelombang. Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang
keluar melalui kolom dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan,
anda akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar yang
diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah
senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada waktu itu. Anda
akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak mengabsorbsi sinar
UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-senyawa akan
menyerap dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari
spektrum UV. Misalnya, metanol, menyerap pada panjang gelombang
dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm. Jika anda
menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya
menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk
mencegah pembacaan yang salah dari pelarut.
5. Visual Display/Recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik,
menyatakan dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.
Contoh Spektra Uv-Visible sebagai berikut:

Tabel Spektrum Warna

Panjang Gelombang Warna Terlihat Warna Komplementer

<400 Ultraviolet
400-450 Violet Kuning
450-490 Biru Jingga
490-550 Hijau Merah
550-580 Kuning Ungu
580-650 Jingga Biru
650-700 Merah Hijau
>700 Inframerah

III. Alat dan Bahan


Alat :
1. Spektrofotometer UV-Visible
2. Kuvet kuarsa
3. Labu Ukur 50 mL
4. Gelas Kimia 100mL
5. Batang pengaduk
6. Corong kaca
7. Neraca analitik OHAUS 8. Kertas saring Whatman No,42

Bahan-bahan :
1.
Larutan standar KMnO4 (pro analis)
2.
Larutan sampel yang mengandung KMnO4
3.
Aquades
IV. Prosedur
A. Pembuatan Larutan Standar Induk
1. Pembuatan larutan standar induk Mn(VII) 1000 ppm yaitu dengan
menyiapkan padatan KMnO4 sebanyak 2,873 gram dan dilarutkan
dengan aquades, kedalam labu takar 1000 ml lalu diencerkan hingga
tanda batas, dengan rincian perhitungan sebagai berikut:

Ppm =

W Mn(VII) = 1000 . 1L
W Mn(VII) = 1000 mg = 1g
Berat Mn yang diperlukan:

W Mn(VII) = = 2,873 gram


B. Pembuatan Larutan Standar Kerja
1. Larutan standar kerja Mn 100 ppm, dibuat dengan mengambil
sebanyak 10 mL larutan baku induk 1000 ppm, kemudian
diencerkan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades hingga
volumenya 100 mL, dengan perhitungan sebagai berikut:
V1 . C1 = V2 . C2
V1 .1000 ppm = 100 mL . 100 ppm
V1 = 10 mL Dimana
:
V1 = Volume larutan induk tembaga (mL)
C1 = Konsentrasi larutan induk tembaga
(ppm) V2 = Volume total larutan (mL)
C2 = Konsentrasi larutan akhir (ppm)
2. Membuat deret/seri larutan standar kerja Mn. Diambil masing –
masing sebanyak 2, 4, 6, 8 dan 10 larutan baku kerja 100 ppm,
kemudian diencerkan dalam labu ukur 100 mL dengan aquades
hingga tepat volumenya untuk memperoleh konsentrasi 5; 10; 15;
20 dan 25 ppm.
C. Penetapan panjang gelombang maksimum
1. Nyalakan spektrofotometer dan biarkan sekitar 15 menit supaya
stabil.
2. Lakukan proses auto zero dengan menggunakan aquades sebagai
blanko yang disimpan pada kuvet dan biarkan kuvet tersebut di
dalam spektro.
3. Masukkan larutan standar kerja 5 ppm tersebut ke dalam kuvet.
4. Lakukan proses scanning pada mode photometric dari 380nm–
640nm (panjang gelombang maksimum literatur 527 nm).
5. Cetak atau foto kurva yang terbentuk dan tentukan panjang
gelombang maksimal.
D. Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Set spektro pada mode quantity dan tetapkan panjang gelombang
sesuai hasil proses sebelumnya.
2. Larutan seri yang telah dibuat kemudian diukur serapan
(absorbansi) masingmasing konsentrasinya pada panjang
gelombang maksimum yang diperoleh sebanyak 2 kali pembacaan,
catat setiap harga serapan untuk tiap larutan.
3. Data hasil absorbansi yang diperoleh, selanjutnya dihitung
persamaan kurva standar antara konsentrasi (ppm) vs absorbansi
(A) dan tentukan persamaan garis dengan metoda regresi linier
(persamaan garis y = a + bx).
E. Pengukuran Adsorbansi Sampel
1. Ambil larutan sampel yang tidak diketahui konsentrasinya dan
masukkan ke dalam kuvet.
2. Ukur serapan larutan pada panjang gelombang maksimum.
3. Apabila serapan dari larutan sampel uji masih berada di luar range
serapan larutan standar, maka larutan diencerkan hingga
serapannya masuk di dalam range.
4. Penetapan kadar dilakukan dengan pengulangan sebanyak 10 kali.
5. Hitung kadar sampel dengan memasukkan harga serapan pada
persamaan garis kurva standar
V. Hasil Data Pengamatan 1. Panjang Gelombang

2. Sampel Cu
3. Sample konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10
VI. Pembahasan

VII. Pada percobaan ini


dilakukan praktikum
analisis metilen blue
menggunakan instrument
VIII. spektrofotometer UV-Vis
Single beam dengan
menggunakan metode
kurva standar
IX. Percobaan kali ini
menggunakan
spektrosfotometer UV-Vis
single beam, dimana
pada
X. spektrofotometer ini
hanya satu berkas sinar
yang dilewatkan melalui
kuvet sehingga
XI. Pada percobaan ini
dilakukan praktikum
analisis metilen blue
menggunakan instrument
XII.spektrofotometer UV-Vis
Single beam dengan
menggunakan metode
kurva standar
Percobaan
XIII. kali ini
menggunakan
spektrosfotometer UV-Vis
single beam, dimana
pada
XIV.spektrofotometer ini
hanya satu berkas sinar
yang dilewatkan melalui
kuvet sehingga
XV.Pada percobaan ini
dilakukan praktikum
analisis metilen blue
menggunakan instrument
spektrofotometer UV-Vis
XVI.

Single beam dengan


menggunakan metode
kurva standar
XVII.Percobaan kali ini
menggunakan
spektrosfotometer UV-Vis
single beam, dimana
pada
spektrofotometer
XVIII. ini
hanya satu berkas sinar
yang dilewatkan melalui
kuvet sehingga
Pada percobaan ini dilakukan praktikum analisis kadar parasetamol
menggunakan instrument spektrofotometer UV-Vis Single beam dengan
menggunakan metode kurva standar Percobaan kali ini menggunakan
spektrosfotometer UV-Vis single beam, dimana pada spektrofotometer ini
hanya satu berkas sinar yang dilewatkan melalui kuvet sehingga
pengukuran absorbansi larutan sampel dan larutan blanko dilakukan
bergantian hanya karena terdapat satu tempat saja untuk meletakan kuvet.
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari penggunaan alat
spektrofotometer UV-Vis Single beam, menentukan panjang gelombang
parasetamol dan menentukan kadar parasetamol dalam Sampel dengan
menggunakan metode kurva standar. Larutan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah larutan parasetamol dan larutan sampel dari
parasetamol. Adapun bahan yang digunakan disini adalah parasetamol dan
aquadest. Penggunaan larutan parasetamol ini dilakukan karena
parasetamol dapat menyerap cahaya sedangkan aquades itu memiliki sifat
yang baik untuk melarutkan.

Larutan standar parasetamol yang digunakan dalam pembuatan metode


kurva sebesar 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, larutan yang
dimasukan ke dalam labu ukur, setelah itu dikocok untuk
menghomogenkan larutan tersebut. Terakhir menganalisis menggunakan
spektrofotometer Uv-Vis. Untuk yang konsentrasi 2 ppm diperlukan
volume induk sebanyak 1 ml, 4 ppm 1 ml, 6 ppm 1ml, 8 ppm 1 ml, dan 10
ppm, 1 ml. Jadi untuk membuat larutan standar dengan masing-masing
konsentrasi dilakukan pengenceran dengan larutan aquades. Absorbansi
masing-masing larutan baku diukur menggunakan spektrofotometer pada
gelombang sekitar 200-400 nm dan interval 10. Hubungan antara
konsentrasi parasetamol dibuat dengan kurva kalibrasi, absorbansi larutan
sampel diukur. Absorbansi sampel dimasukan ke dalam persamaan regresi
sehingga diperoleh konsentrasi sampel.

Pembuatan larutan standar bertujuan untuk membuat kurva standar atau


kurva kalibrasi, sehingga dari kurva kalibrasi ini diperoleh panjang
gelombang maksimum dari larutan standar tersebut. Panjang gelombang
yang dipilih ialah panjang gelombang maksimum karena bentuk kurva
serapan adalah datar sehingga hukum Lambert Beer akan terpenuhi dengan
baik sehingga kesalahan yang ditimbulkan pada panjang gelombang
maksimum dapat diperkecil. Pada saat terjadi penyerapan energy, larutan
menghasilkan warna. Warna-warna yang ditimbulkan oleh adanya panjang
gelombang ini memiliki panjang gelombang berbeda-beda dengan interval
tertentu.
Praktikum spektrofotometri UV-Vis ini menggunakan kurva kalibrasi
dan persamaan garis regresi linier. Pada analisis komponen tunggal, jika
absorbsi suatu seri konsentrasi larutan diukur pada panjang gelombang,
suhu, kondisi pelarut yang sama; dan absorbansi masing-masing larutan
diplotkan terhadap konsentrasinya maka akan diperoleh suatu garis lurus
yang memenuhi persamaan A = ɛ.b.c. Grafik ini disebut dengan plot
hukum Lambert-Beer dan jika garis yang dihasilkan berupa garis lurus
maka dapat dikatakan bahwa hukum LambertBeer masih berlaku pada
kisaran konsentrasi yang teramati (Gandjar dan Rohman, 2008).
Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi
antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan
materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan
menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi
yang memiliki energi lebih tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada
daerah ultraviolet-visible untuk semua struktur elektronik, tetapi hanya
pada sistemsistem terkonjugasi, struktur elektronik dengan adanya ikatan
π dan non bonding elektron .Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan
hukum Lambert Beer, yaitu bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu
media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian
dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Cara kerja alat spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi
diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari monokromator diarahkan
terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi. Detektor
menerima cahaya dari sampel secara bergantian secara berulang-ulang,
Sinyal listrik
dari detektor diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya, selanjutnya
perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah terprogram.
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah
berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui
suatu larutan yang mengandung kontaminan yang akan ditentukan
konsentrasinya.
Proses ini disebut “absorpsi spektrofotometri”, dan jika panjang
gelombang yang digunakan adalah gelombang cahaya tampak, maka
disebut sebagai “kolorimetri”, karena memberikan warna. Selain
gelombang cahaya tampak, spektrofotometri juga menggunakan panjang
gelombang pada gelombang ultraviolet dan infra merah. Prinsip kerja dari
metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding
dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan (Lestari, 2010).
Dalam analisis secara spektrofotometri, terdapat tiga daerah panjang
gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380
nm), daerah visible (380 – 700 nm), daerah inframerah (700 – 3000 nm)
(Khopkar, 1990).
Larutan blanko digunakan sebagai kontrol dalam suatu percobaan
sebagai nilai 100% transmittans. Kurva standar merupakan standar dari
sampel tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman ataupun acuan
untuk sampel tersebut pada percobaan. Pembuatan kurva standar bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai
absorbansinya sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui. Terdapat dua
metode untuk membuat kurva standar yakni dengan metode grafik dan
metode least square (Day dan Underwood,1999).
Tujuan penggunaan larutan blanko adalah untuk membuat konsentrasi
pelarut menjadi nol sehingga tidak akan terukur oleh detektor dan tidak
menggangu pembacaan absorbansi sampel dan dengan demikian dapat
memperkecil kesalahan (Depkes RI, 1979).
Pada pengukuran blanko ini nilai absorbansi yang diperoleh harus 0
(nol) pada spektrofotometer karena yang diukur adalah serapan larutan
cuplikan
dan larutan standar. Larutan divortex dengan tujuan agar larutan CuSO4
menjadi homogen. Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan standarnya terdiri dari
beberapa tingkat konsentrasi mulai yang rendah sampai konsentrasi tinggi
(Khopkar, 1990).

VII. Kesimpulan
1. Alat spektrofotometer UV-Vis Single beam dapat digunakan untuk
menentukan kadar sampel dari parasetamol.
2. Sampel yang dibuat pada praktikum kali ini yaitu sampel dengan
konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10.
3. Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert Beer,
yaitu bila chatty monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan),
maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir),
dan sebagian lagi dipancarkan (It).
4. Rumus hukum Lambert Beer yaitu A=ε.b.C.
VIII. Daftar Pusaka
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Basset. J., R.C. Denny, G.H. Jeffrey, J. Mendham, 1994, Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik, EGC, Jakarta.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2008. Kimia Farmasi Analisis.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Rahmawati, Irma. 2023. “Panduan Praktikum Kimia Farmasi 2”.Bandung :
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi.

Anda mungkin juga menyukai