Anda di halaman 1dari 29

SPEKTROFOTOMETRI

UV-VIS
Kelompok 10
Nama Anggota : 1. Debby Two Nabila (PO7139121082)
2. Meisy Rahmah Putri(PO7139121083)
3. Mutiara Fajrianti (PO7139121084)
Spektrofotometri Uv-Vis
A. Pengertian Spektrofotometri Uv-Vis

Spektrofotometri Uv-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi,


reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang serta untuk
pengukuran didaerah ultraviolet dan didaerah tampak. Spektrofotometri Uv-Vis (Ultra Violet-
Visibel) adalah salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam
menganalisa suatu senyawa kimia.
B. Konsep Dasar Spektrofotometri Uv-Vis

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa hubungan linear antara absorbansi


dengan konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi dari sampel di dalam larutan bisa
ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer.

A = ε.b.c

Dimana :
A = absorban (serapan)
ε = absorbtivitas molar (L/mol cm)
b = lebar kuvet (cm)
c = konsentrasi larutan (mol/cm)
Saat senyawa kimia menyerap ultraviolet (UV) atau visible (Vis), maka akan
terjadi proses absorbansi. Saat radiasi elektromagnetik dari sumber radiasi (PO)
dilewatkan ke sampel maka radiasi tersebut akan melewati sampel tersebut dan
keluar sebagai PT. Rasio dari sumber radiasi (PO) dan radiasi keluar (PT) disebut
dengan transmitansi.

T = PT/Po

Jika transmitansi itu dikalikan dengan 100, maka akan memberikan persen transmitansi
(%T), dimana diartikan sebagai 100% (tidak ada absorbansi) dan 0% (absorbansi
sempurna).
Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif
spektrofotometri dimana konsentrasi dapat dihitung berdasarkan
rumus di atas. Absorbtivitas (a) merupakan konstanta yang
tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang
mengenai larutan sampel. (Day and Underwood, 1986)
C. Prinsip Kerja Spektrofotometri Uv-Vis

Beberapa warna yang diamati dan warna komplementernya


Prinsip kerja spektrofotometri UV- terdapat pada tabel berikut ini:
Vis adalah interaksi yang terjadi
antara energy yang berupa sinar
monokromatis dari sumber sinar
dengan materi berupa molekul.
Besar energy yang diserap tertentu
dan menyebarkan electron
tereksitasi dari ground state ke
keadaan terekstasi yang memiliki
energy lebih tinggi.
D. Kegunaan Spektrofotometri Uv-Vis
Spektrofotometri Uv-Vis adalah alat yang digunakan untuk
mengukur transmitasi, reflektansi dan absorbs dari cuplikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektroskopi Uv-Vis
digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relative jika
enegrgi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemesikan
sebagai panjang dari panjang gelombang.
Pemakaian Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel (UV-Vis) dalam analisis
kuantitatif mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut.

01 Dapat dipergunakan untuk banyak zat organik dan anorganik.


Namun pada beberapa zat harus diubah dulu menjadi
senyawa berwarna sebelum dianalisa.

02 Selektif. Pada pemilihan kondisi yang tepat dapat dicari


panjang gelombang untuk zat yang dicari.

03 Mempunyai ketelitian yang tinggi, dengan kesalahan relatif


sebesar 1% - 3% dan masih bisa diperkecil lagi.

04 Dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.


E. Komponen-Komponen alat
Spektrofotometri Uv-Vis
.

Adapun bagian-bagian dan fungsi masing-


masing dari Spektofotometri Uv-Vis adalah
sebagai berikut:
• 1.Infographic
Sumber cahaya Style
Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai macam rentang
panjang gelombang Untuk Spektrofotometer. Sumber cahaya untuk Spektrofotometri:

a. Lampu Deuterium
b. Lampu Tungsten (Wolfram)
Lampu ini dipakai pada panjang gelombang
Lampu ini digunakan untuk mengukur
190-380 nm. Spektrum energy radiasinya lurus,
sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini
dan digunakan untuk mengukur sampel yang
mirip dengan bola lampu pijar biasa. Memiliki
terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam
panjang gelombang antara 350-2200 nm.
pemakaian.
Spektrum radiasianya berupa garis lengkung.
Umumnya memiliki waktu 1000 jam
pemakaian.
4. Detektor
2. Monokromator
Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari
Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang
sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik.
gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber
Macam-macam detector:
sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis.
a. Detektor foto (Photo detector)
3. Kompartemen sampel b. Photocell
Kompartemen ini digunakan sebagai tempat c. Phototube
diletakkannya kuvet. Kuvet merupakan wadah yang d. Hantara Foto
digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis.
5. Read Out
Kuvet yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap
a. Permukaannya harus sejajar secara optis
besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor.
b. Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di
transmisikan
6. Rekorder
c. Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia
Rekorder merupakan alat pencatat data hasil pengukuran
dari detektor. Rekorder disebut juga read out atau suatu
sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang
berasal dari detektor.
F. Cara kerja alat Spektrofotometri Uv-Vis

Nyalakan spektrofotometer.
Bersikan kuvet atau tabung
reaksi

a) Menyiapkan
Sampel

Tuang sampel secukupnya ke Siapkan larutan kontrol.


dalam kuvet.
Lap sisi luar kuvet.
b) Melakukan Eksperimen
METODE

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
1. spektrofotometer UV-Vis (Hitachi UH 5300 ),
2. alat-alat gelas,
3. timbangan analitik (Ohaus P224),
4. corong,
5. buret,
6. kertas saring,
7. kuvet.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


1. asam askorbat (Merck),
2. KIO3 (Merck),
3. Na2S2O3 (Merck),
4. I2 (Merck),
5. H2SO4 (Merck),
6. amilum (Merck),
7. aquades dan sampel minuman kemasan yang mengandung vitamin C.
Cara Kerja :

Penentuan Kadar Vitamin C Dengan Spektrofotometer UV-Vis.


• Penetapan Kadar Sampel
Minuman kemasan disaring kemudian dipipet 0,5 mL, setelah itu filtratnya dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL. Filtrat ditambahkan aquades sampai tanda batas kemudian dihomogenkan. Selanjutnya diukur
serapannya pada panjang gelombang maksimum yaitu 265 nm, diulang sampai 15 kali pengukuran.

• Penentuan Akurasi Dengan Spike Matrix


Minuman kemasan disaring kemudian dipipet 0,5 mL, setelah itu filtratnya dimasukkan ke dalam labu ukur
100 mL. Filtrat ditambahkan 2 mL larutan induk vitamin C 100 ppm kemudian ditambahkan aquades
sampai tanda batas dan homogenkan. Larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 265 nm dan
dilakukan pengujian duplo.

• Penentuan Kadar Vitamin C Dengan Titrasi Iodimetri


Vitamin C pada minuman kemasan ditetapkan dengan larutan Iodium yang sudah distandarisasi, yaitu
dengan cara dipipet 10 mL larutan sampel lalu dimasukkan ke dalam erlemeyer. Larutan ditambahkan 1,2
mL larutan H2SO4 10 %, ditambahkan beberapa tetes larutan amilum 1% dan dititrasi dengan larutan I2
standar sampai berwarna biru diulang 15 kali.
HASIL

Hasil Analisis Vit C Dengan Spektrofotometer UV-Vis


Hasil Analisis Vit C Dengan Metode Iodimetri
PEMBAHASAN

Penentuan Vitamin C secara Spektrofotometri UV-Vis


Panjang Gelombang Maksimal

Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan karena panjang gelombang suatu senyawa
dapat berbeda bila ditentukan pada kondisi dan alat yang berbeda. Panjang gelombang maksimum
(λmaks) merupakan panjang gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi
maksimum. Penentuan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk mengukur perubahan absorbansi
untuk setiap satuan kosentrasi yang paling besar untuk mendapatkan panjang gelombang dimana
kepekaan analisis yang maksimum diperoleh (Gandjar & Rohman, 2007). Pada penentuan panjang
gelombang ini didapatkan 265 nm, yang menunjukkan bahwa serapan vitamin C berada pada daerah UV
karena masuk rentang panjang gelombang 200 - 400 nm.
Linearitas

Linearitas adalah kemampuan (dalam rentang) metode analisis memberikan respon secara
langsung atau bantuan transformasi matematik yang baik, untuk mendapatkan hasil dari variabel
data (absorbansi dan rentang kurva) dimana secara langsung proporsional dengan konsentrasi
(sesuai analit) dalam contoh kisaran yang ada, serta untuk mengetahui kemampuan standar dalam
mendeteksi analit dalam contoh (Chan, dkk., 2004). Syarat nilai koefisiensi korelasi (r) yang didapat
harus memiliki nilai > 0,995 (Ermer & Miller, 2005). Penentuan kurva kalibrasi dilakukan dengan
menganalisis serangkaian konsentrasi larutan standar vitamin C yaitu asam askorbat dengan
rentang konsentrasi 4 - 20 ppm. Hasil penentuan linearitas dapat dilihat pada Gambar 1 yaitu nilai r
= 0,9958 dan memberikan persamaan linear yaitu y = 0,051x + 0,074. Berdasarkan hasil tersebut,
koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan adanya linearitas antara variabel x dan y.
Presisi

Presisi menunjukkan adanya derajat kesesuaian hasil uji yang dilakukan secara individual, yang
merupakan penyebaran hasil uji secara individual dari nilai rata-rata dimana proses analisis
dilakukan berulang pada sampel yang berasal dari campuran homogen (Riyanto, 2014). Nilai presisi
dapat ditentukan dengan membandingkan Relative Standard Deviasion (RSD) atau Coeficient
Variation (CV) dengan syarat keberterimaan. Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan
nilai % RSD ≤ 2% (Harmita, 2004). Berdasarkan data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai
standar deviasi yang diperoleh sebesar 13,31382 dan nilai % standar deviasi relative (% RSD)
sebesar 0,658475%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode uji yang digunakan pada
penentuan vitamin C menggunakan spektrofotometri UV-Visibel memenuhi syarat nilai % RSD yang
diterima. Nilai penentuan vitamin C secara spektrofotometer UV-Vis adalah 202,192 mg dan nilai
tersebut tidak sesuai dengan AKG yang tertera pada produk. Hal tersebut dapat terjadi karena
vitamin C dapat mengalami oksidasi dengan udara sehingga hasil analisis dapat mengalami
ketidaksesuaian jika tidak dianalisis dengan cepat.
Akurasi (Accuracy)

Kedekatan nilai hasil uji dari harga sebenarnya dapat dinyatakan dengan nilai akurasi. Nilai
akurasi ini merupakan ukuran prosedur analisis dapat tepat mengukur konsentrasi analit yang
sebenarnya (Mursyidi & Rohman, 2007). Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil % recovery yang
diperoleh yaitu sebesar 105,38%. Menurut Harmita (2004), range nilai % recovery analit yang dapat
diterima adalah 99-110%. Nilai % recovery yang diperoleh masuk dalam range yang dapat diterima
sehingga dapat dikatakan metode ini memiliki akurasi yang baik.

LOD dan LOQ

Limit of Detection (LOD) atau batas deteksi merupakan jumlah atau konsentrasi terkecil analit
dalam sampel yang dapat dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai dengan nilai sebenarnya. Limit
of Quantitation (LOQ) atau batas kuantitasi adalah jumlah analit terkecil dalam sampel yang dapat
ditentukan secara kuantitatif pada tingkat ketelitian dan kerapatan yang baik. Hasil dari penentuan
LOD dan LOQ dapat dilihat pada Tabel 1. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai LOD 2,1546 mg/L,
nilai ini menunjukkan jumlah analit terkecil yang masih dapat dideteksi dengan metode
spektrofotometri UV-Vis. Sedangkan LOQ sebesar 7,1819 mg/L yang artinya pada konsentrasi
tersebut bila dilakukan pengukuran masih dapat memberikan kecermatan.
Penentuan Vitamin C secara Iodimetri

Titrasi iodometri merupakan jenis reaksi redoks yang mengukur jumlah iodin yang tersisa dari hasil reaksi
redoks antara vitamin C dengan reaktan. Indikator yang digunakan adalah amilum yang ditambahkan saat
sudah mendekati titik akhir titrasi. Hal tersebut dilakukan agar amilum tidak membungkus iodin sehingga
penentuan titik akhir dapat ditentukan secara tepat. Titrasi ini menggunakan baku iodin (I2) digunakan untuk
senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat seperti vitamin C (Mursyidi & Rohman, 2007).
Hasil analisis vitamin C dengan titrasi iodimetri dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil analisis iodometri dari
replikasi sebanyak 15 kali menunjukkan nilai % RSD 1,2402% sehingga data hasil penentuan vitamin C
memiliki tingkat presisi yang baik. Nilai konsentrasi vitamin C yang diperoleh yaitu 238,2904 mg dan
kesesuaian nilai tersebut jauh dari nilai AKG yang tercantum dalam produk minuman kemasan. Analit yang
dapat mengalami reaksi oksidasi dengan udara menyebabkan nilai analisisnya di bawah nilai sebenarnya.
Uji t (t Test)

Uji t digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata dari dua populasi dengan selang kepercayaan
tertentu. Pengujian dua kelompok data tersebut memberikan informasi adanya perbedaan kedua varian
data yang diuji. Jika t hitung < t Tabel maka kedua rata-rata tidak berbeda secara signifikan dan
sebaliknya jika t hitung > t Tabel maka kedua rata-rata berbeda secara signifikan (Rohman, 2014).
Varian kedua kelompok yang diuji pada penelitian ini yaitu hasil analisis vitamin C menggunakan
metode spektrofotometri UV-Vis dan hasil analisis vitamin C menggunakan metode iodimetri. Hasil
yang diperoleh yaitu dapat dilihat pada Tabel 5, dengan nilai t hitung ≤ t Tabel (-43,8274 < 1,7709),
yang dapat dikatakan bahwa kedua metode tersebut tidak berbeda secara signifikan
SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil yang didapat, kedua metode penentuan vitamin C ini tidak berbeda secara signifikan.
Dilihat dari hasil uji t nilai t hitung ≤ t Tabel. Hasil pengukuran menunjukkan adanya ketidaksesuaian
antara hasil analisis dengan nilai AKG yang tercantum dalam produk dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis dan titrasi iodometri. Kondisi ini terjadi karena vitamin C dapat mengalami
oksidasi dengan udara sehingga pengukuran vitamin C harus dilakukan dengan cepat. Penentuan vitamin
C secara spektrofotometri harus dilakukan pengompleksan untuk menjaga kestabilan senyawa. Perlu
dilakukan variasi pelarut pada pengujian vitamin C, misalnya etanol pa, untuk mempersempit daerah
pergeseran batokromik. Perlu dilakukan pengujian kadar vitamin C pada jenis makanan, suplemen, serta
buah dan sayur segar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahriani. (2021). ANALISIS NILAI ABSORBANSI PADA PENENTUAN KADAR
FLAVONOID DAUN JARAK MERAH (Jatropha Gossypifolia L.) . 30-34.

Drs. I Wayan Suarsa, M. (2015). SPEKTROFOTOMETRI. 21.

Putri, L. E. (2017). Penentuan Konsentrasi Senyawa Berwarna KMnO4 Dengan Metoda


Spektroskopi UV Visible. NATURAL SCIENCE JOURNAL, 391-398.

Kumar, G. V., Kumar, A., Patel, G.R.R., & Manjappa, S. 2013. Determination of Vitamin C in
some fruits and vegetbles in Davanagere city (Karanataka)-India. Int. J. Of Pharm. & Life
Sci, 4(3): 2489-2491.

Mursyidi, A. & Rohman. A. 2007. Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumatri dan
Gravimetri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rohman, A. 2014 Stastika dan Kemometrika Dasar dalam Analisis Farmasi.Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Gandjar, G.H. & Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai