Anda di halaman 1dari 30

I-1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1 Pengertian Spektrofotometri
Menurut (Underwood, 1999), spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu
pembantu dalam mengidentifikasi zat kimia. Spektofotometri dapat dibayangkan sebagai
suatu perpanjangan dari penilikan visual di mana studi yang lebih terinci mengenai
pengabsobsian energy cahaya oleh spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih
besar dalam pencirian dan pengukuran kuntitatif. Dengan mengganti mata manusia
dengan detektor radiasi lain, dimungkinkan suatu absorpsi di luar daerah spektrum
tampak, dan seringkali eksperimen spektrofotometri dilakukan secara automatik.
Dalam penggunaan dewasa ini, istilah spektrofotometri menyiratkan pengukuran
jauhnya pengabsopsian energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari
panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran pengabsorpsian yang menyendiri
pada suatu panjang gelombang tertentu untuk memahami spektrofotometri,
memperhatikan interaksi radiasi dengan spesies kimia dengan cara elemeter, dan secara
umum mengurus apa kerja instrument-instrumen tersebut.
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat
berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi (Anton,
2013).
Menurut (Saputra, 2009), spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai
perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi
energi.Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan
dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk
komponen yang berbeda.
II-2

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.

II.1.2 Instrumentasi Spektrofotometri
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) menurut (Anonim, 2013) adalah
pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang
tertentu.Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan
sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm.Pengukuran
spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik
yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat
berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan
bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer.
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum
Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :
a) Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
b) Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama
Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang
lain dalam larutan tersebut
c) Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
d) Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :

dimana :
A = absorban
= absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
A = x b x c

II-3

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Instrumen Spektrofotometri Uv Vis yang prinsipnya dengan spektrofotometri lainnya
sama diantaranya:

Gambar II.1 Prinsip Kerja Spektrofotometri
1. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang
stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua
macam :
a. Lampu Tungsten (Wolfram)
Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak.Bentuk lampu
ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 350-2200
nm.Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000 jam
pemakaian.
b. Lampu Deuterium
Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energy
radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah uv.
Memiliki waktu 500 jam pemakaian.





II-4

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

2. Wadah Sampel

Gambar II.2 Sel Spektrofotometri
Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanyan kebanyakan
wadah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya
spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energy cahaya dalam daerah spektral
yang diminati: jadi sel kaca melayani daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silica tinggi
istimewa untuk daerah ultraviolet. Dalam instrument, tabung reaksi silindris kadang-
kadang diginakan sebagai wadah sampel. Penting bahwa tabung-tabung semacam itu
diletakkan secara reprodusibel dengan membubuhkan tanda pada salah satu sisi tabunga
dan tanda itu selalu tetaparahnya tiap kali ditaruh dalam instrument. Sel-sel lebih baik
bila permukaan optisnya datar. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa sehingga berkas
cahaya menembus larutan, dengan meniscus terletak seluruhnya diatas berkas.
Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain kinematik dari pemegangnya
atau dengan jepitan berpegas yang memastikan bahwa posisi tabung dalam ruang sel
(dari) instrument itu reprodusibel.
3. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis
menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu.
Bagian-bagian monokromator, yaitu :
a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di
dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.


II-5

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

b. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar
akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik.
Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.
c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari
sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan
dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.
d. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan
merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.
4. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian
diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam
bentuk angka-angka pada reader (komputer). Detector dapat memberikan respons
terhadap radiasi pada berbagai panjang gelombang Ada beberapa cara untuk mendeteksi
substansi yang telah melewati kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk
menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet.Banyak senyawa-senyawa organik
menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika anda menyinarkan sinar UV
pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan,
anda akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar yang diserap. Jumlah
cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati
melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak
mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya, Tetapi berbeda, senyawa-senyawa akan
menyerap dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya,
metanol, menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang
dibawah 190 nm. Jika anda menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda
sebaiknya menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk
mencegah pembacaan yang salah dari pelarut.


II-6

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

5. Visual display atau recorder
Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan
dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.

II.1.3 Prinsip Kerja Spektrofotometri
Prinsip kerja dalam spektrofotometri menurut (Anonim, 2013)Cahaya yang berasal
dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui
lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada
fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi
cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu
kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi
tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang
dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh detector. Detector
kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap
oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung
dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.

II.1.4 Hal Hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Analisa Spektrofotometri
1. Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna
Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna,
maka larutan tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna.
Kecuali apabila diukur dengan menggunakan lampu UV.
2. Panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang mempunyai
absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panajgn gelombang maksimal,
kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan
absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu disekitar
panjang gelombang maksimal, akan terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga
hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan pengukuran ulang, tingkat
kesalahannya akan kecil sekali.

II-7

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

3. Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan
dan cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang
diabsorb oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu tergantung pada senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan
kalibrasi panjang gelombang dan absorban pada spektrofotometer agar pengukuran yang
di dapatkan lebih teliti.

II.1.5 Hukum Dasar Spektrofotometri
Dalam Spektrofotometri menurut (Underwood,1999) berlaku hukum :
1. Hukum Bougeer (lambert)
Jika suatu sinar radiasi monokhromatik (yaitu radiasi dari satu panjang gelombang
tunggal) diarahkan melewati medium, diketahui bahwa tiap lapisan menyerap bagian
yang sama dari radiasi, atau tiap lapisan mengurangi tenaga radiasi sinar dengan bagian
yang sama.
Dirumuskan secara matematik, dengan ketentuan Po adalah tenaga radiasi yang
jatuh dan P adalah tenaga yang keluar dari suatu lapisan medium setebal b satuan :

-
db
dP
= k
1
p
Tanda minus menunjukkan bahwa tenaga berkurang dengan absorbsi.
Berkurangnya tenaga radiasi tiap satuan ketebalan medium penyerap sebanding dengan
tenaga radiasi. Biasanya persamaan diatas ditulis dengan logaritma dasar, yang hanya
berubah tetapannya :

log
P
Po
= k
2
b

Pernyataan persamaan diatas :
Tenaga radiasi yang ditranssisikan berkurang secara eksponensial jika tebal
medium penyerap bertambah secara aritmatik.
Menurut hukum Bouger, jika kita membiarkan tebal medium meningkat secara tak
II-8

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

terhingga, maka tenaga radiasi yang ditransmisikan harus mendekati nol.
2. Hukum Beer
Hukum Beer analog dengan Bouguer dalam menguraikan pengurangan
eksponensial dalam tenaga transmisi dengan suatu peningkatan aritmatik dalam
konsentrasi, maka :



Dan setelah diintegrasi dan pengubahan menjadi logaritma biasa, yaitu :



Hukum Beer dianggap sah apabila telah memenuhi kondisi yang diinginkan, kondisi itu
mencakupi :
Untuk radiasi monokhromatis
Sifat macam zat yang menyerap ditetapkan diatas jangkau konsentrasi yang
bersangkutan
Larutan encer (10
-2
m)
Selama pengukuran, pada larutan encer tidak mengalami reaksi kimia.
Jika suatu sistem mengikuti hukum Beer,grafik antara absorpsi terhadap
konsertasi akan menghasilkan garis lurus melalui titik (0,0). Grafik tersebut dapat disebut
sebagai kurva kalibrasi.Arah grafik adalah ab dapat digunakan untuk menghitung
absorbtivitas molar (a).
Bila diinginkan pengukuran secara serentak terhadap dua komponen, maka
pengukuran dapat dilakukan pada dua pangjang gelombang dimana masing-masing
komponen tidak saling mengganggu, dua macam khromofor yang berbeda akan
mempunyai kekuatan absorpsi cahaya yang berbeda pula satu daerah panjang
gelombang. Pengukuran dilakukan dilakukan pada masing-masing larutan pada dua
panjang gelombang, sehingga diperoleh dua kesamaan hubungan antara absorbpsi
dengan konsentrasi pada dua panjang gelombang, akibatnya konsentrasi masing-masing
komponen dapat dihitung.
- = k
3
P

log = k
4
c
II-9

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Perhitungan absorbtivitas molar untuk masing-masing komponen menggunakan
dasar absorbpsi yaitu A
1
= abc, dimana untuk larutan I : A
1
= a
1
b
1
c
1
sedangkan larutan
kedua A
2
= a
2
b
2
c
2
, sehingga diperoleh :



Karena dalam kurva kalibrasi, K = ab, maka :



3. Hukum Bouguer-Beer
Dalam hukum Bouguer-Beer tertulis, k
4
= f(b). Demikian pula dalam hukum
bouguer, k
2 =
f(c). Subsitusi hubungan-hubungan dasar ini kedalam hukum-hukum
Bouguer dan Beer menghasilkan :

og
o

(c)b dan og
o

(b)c

(Bouguer) (Beer)

Kedua hukum harus diberlakukan bersamaan pada setiap titik, sehingga :


atau kalau dipisahkan variabelnya :
c
c

b
b


Persyaratan satu-satunya agar dua fungsi variabel tidak bergantungan dapat menjadi
sama, adalah bahwa keduanya sama dengan suatu tetapan :



f (c) b = f (b) c


A
1
= a
2
b
2
c
2

1
+ a
1
b
1
c
1

1
A
2 =
a
1
b
1
c
1
+ a
2
b
2
c
2

2

A
1
= k
1
c
1

1
+ k
2
c
2

1
A
2 =
k
2
c
2

2
+ k
2
c
2

2
II-10

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

c
c

b
b
k

atau :


Subsitusi ke dalam, baik pernyataan Bouguer maupun Beer menghasilkan pendapatan
yang sama :
og
o

(c)b dan og
o

(b)c

(Bouguer) (Beer)
Kedua hukum harus diberlakukan bersamaan pada setiap titik, sehingga :


Jika c dalam gram per liter, persamaannya :
og
o

og

T
Aabc

dimana a = absorptivitas
Jika c dalam mol per liter, persamaannya


A og
o

Absorbansi T og
o

Transmitans

Jadi hubungan antara A dan T adalah :


Karena dari hukum Beer, absorbans adalah berbanding langsung terhadap
konsentrasi, maka adalah jelas bahwa transmitrans tidak demikian, log T harus
digambarkan terhadap c untuk memperoleh suatu grafik linear. Gambar dibawah ini
menunjukkan keadaannya.
Detektor kebanyakan alat membangkitkan signal yang linear dalam transmitran
f (c) = Kc dan f (b) = Kb


A = log (1/T)

f (c) b = f (b) c

A = b.c


II-11

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

oleh karena tanggap secara linear terhadap tenaga radiasi. Maka jika suatu alat harus
dibaca dalam satuan absorbans, harus ada sebuah skala logaritma pada alat pembacaan
atau signalnya harus dirubah secara logaritmik oleh suatu rangkaian atau dengan suatu
cara mekanik.
4. Penyimpangan Hukum Bouguer Beer
Menurut hukum Bouguer Beer, suatu grafik dari absorbans terhadap konsentrasi
molar akan merupakan garis lurus dengan kemiringan ab. Akan tetapi seringkali
pengukuran pada sistem kimia yang sesungguhnya menghasilkan grafik hukum beer yang
tidak linear pada seluruh jangkau konsentrasi yang di pentingkan. Lengkungan demikian
menunjukkan bahwa a bukanlah suatu tetapan, tidak tergantung pada konsentrasi; bagi
sistem-sistem demikian, tetapi tinjauan lebih dekat menghantar kepandangan yang
sedikit lebih ke terperincian. Harga a tergantung pada sifat macam zat penyerap dalm
larutan dan pada panjang gelombang radiasi. Kebanyakan penyimpangan dari Hukum
Beer disebabkan oleh kegagalan atau ketidakmampuan untuk melakukan pengawasan
terhadap dua segi ini, dan karena itu dapat disebut penyimpangan semu oleh karena
mereka mencerminkan kesukaran-kesukaran percobaan lebih daripada sesuatu
ketidakserasian dari Hukum Beer sendiri.
Ada penyimpangan lain yang dianggap wajar daripada semu tetapi ini tidak sama
dapat dijumpai dalam kimia analitik. Misalnya, telah ditunjukkan dalam teori optika
bahwa untuk suatu zat dalam larutan akan berubah bengan perubahan indeks bias dari
larutan. Karena perubahan dalam indeks bias mengikuti perubahan-perubahan
konsentrasi, maka hukum Beer harus tidak berlaku bahkan jika secara ideal. Akan tetapi
akibat ini sangat kecil dan biasanya berada dalam kesalahan-kesalahan eksperimental
spektrofotometri. Penyimpangan wajar lain hukum Beer kadang-kadang terjadi apabila
relatif radiasi kuat melewati suatu medium yang mengandung hanya sedikit molekul
penyerap. Pada keadaan ini, semua molekul dapat dinaikkan ke tingkat- tingkat energi
yang lebih tinggi dengan hanya suatu fraksi dari foton yang tersedia dan karena itu akan
tidak ada kesempatan untuk absorpsi lebih lanjut tanpa berapa lebih banyak foton yang
tersedia. Keadaan ini, yang dikenal sebagai penjenuhan.
Banyak contoh penyimpangan hukum Beer yang dikenal. Keseimbangan-
keseimbangan yang menyangkut ion sering peka terhadap elektrolit yang ditambahkan,
II-12

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

dan kegagalan dalam pengawasan kekuatan ionik dapat menciptakan permasalahan
spektrofotometri. Suhu dan bermacam-macam faktor lain dapat menyulitkan keadaan
lebih lanjut.
Hukum Beuguer Beer memerlukan radiasi monokromatik, oleh karena harga a
tergantung pada panjang gelombang, harga absorbansi yang diukur mencerminkan
distribusi panjang gelombang dalam radiasi, yang dalam suatu spektrofotometer yang
praktis, tidak pernah tepat monokhromatik. Misal tentang suatu larutan penyerap
sebagai suatu deret lapisan-lapisan maya dengan ketebalan sama. Jika radiasi
heterokhromatik melewati lapisan pertma, maka panjang gelombang yang kurang kuat
terserap, dan lapisan kedua tidak akan menyerap fraksi yang sama, maka penyimpangan
hukum Beer akan terjadi dengan jelasnya.
Meskipun harus ditunjukkan bahwa karakteristik instrumental dapat
menyebabkan penyimpangan dari hukum Beuguer-Beer, adalah suatu pernyataan bahwa
spektrofotometer modern yang lebih baik akan mampu untuk melakukannya lebih baik
dalam hal ini. Berbeda dengan kolorimeter atau filter fotometer, yang mempergunakan
saringan penerus pita lebar untuk memisahkan radiasi yang diinginkan dan yang masih
digunakan secara luas dalam laboraturium- laboraturium klinik dan pengawasan.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi, dapat dicegah dengan memperhatikan :
- Sel-sel contoh harus bersih
- Sidik jari dapat menyerap radiasi ungu
- Penempatan sel dalam sinar harus dapat ditiru kembali
- Gelembung gas tidak boleh ada dalam lintasan optik
- Peneraan panjang gelombang dari alat harus diteliti kadang- kadang
- Penyimpangan atau ketidakstabilan di dalam sirkuit harus diperbaiki
- Ketidaktetapan contoh dapat menyebabkan kesalahan-kesalahan jika pengukuran
tidak direncanakan dengan hati- hati

II.1.6 Jenis jenis spektrofotometer
Menurut (Riyadi, 2009) Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat
yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
II-13

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

intensitas cahaya yang di transmisikan atau yang di absorpsi.Pada umumnya ada
beberapa jenis spektrofotometri yang sering digunakan dalam analisis secara kimiawi. Kali
ini akan dibahas mengenai jenis spektrofotometri dan perbedaannya. Spektrofotometri
terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
a) Spektrofotometri Vis (Visible)
b) Spektrofotometri UV (Ultra Violet)S
c) Spektrofotometri UV-Vis
d) Spektrofotometri IR (Infra Red)
1. Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)

Gambar II.3 Spektrofotometer Visible
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi
adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang
dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai
750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru,
hijau, apapun selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam
sinar tampak (visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu
Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia
dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422
C) dibanding logam lainnya. Karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber
lampu.
II-14

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki
warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh
karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna
dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.
Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang
akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-
benar stabil.
Salah satu contohnya adalah pada analisa kadar protein terlarut (soluble protein).
Protein terlarut dalam larutan tidak memiliki warna. Oleh karena itu, larutan ini harus
dibuat berwarna agar dapat dianalisa. Reagent yang biasa digunakan adalah reagent
Folin. Saat protein terlarut direaksikan dengan Folin dalam suasana sedikit basa, ikatan
peptide pada protein akan membentuk senyawa kompleks yang berwarna biru yang
dapat dideteksi pada panjang gelombang sekitar 578 nm. Semakin tinggi intensitas warna
biru menandakan banyaknya senyawa kompleks yang terbentuk yang berarti semakin
besar konsentrasi protein terlarut dalam sample.
2. Spektrofotometri UV (ultraviolet)

Gambar II.4 Spektrofotometer Ultraviolet
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan
interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm.
Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy
hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan
daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara
hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium
diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti dua, mengacu pada intinya yang
memiliki dua pertikel.
II-15

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat
menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan
transparan. Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa
preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi
atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan
larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.
Sebagai contoh pada analisa protein terlarut (soluble protein). Jika menggunakan
spektrofotometri visible, sample terlebih dulu dibuat berwarna dengan reagent Folin,
maka bila menggunakan spektrofotometri UV, sample dapat langsung dianalisa. Ikatan
peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV pada panjang gelombang sekitar
280 nm. Sehingga semakin banyak sinar yang diserap sample (Absorbansi tinggi), maka
konsentrasi protein terlarut semakin besar.
Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding
spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sample. Namun harus hati-hati
juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain analat yang
juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada
hasil analisa.
3. Spektrofotometri UV-Vis

Gambar II.5Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan
Visible.Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber
cahaya visible.Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu
II-16

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromator.
Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer
digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna
juga untuk sample tak berwarna.
4. Spektrofotometri IR (Infra Red)

Gambar II.6 Spektrofotometer Infra Red
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar pada
penyerapan panjang gelombang infra merah. Cahaya infra merah terbagi menjadi infra
merah dekat, pertengahan, dan jauh. Infra merah pada spektrofotometri adalah infra
merah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2,5-000 m.
Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun
biasanya lebih kepada analisa kualitatif. Umumnya spektro IR digunakan untuk
mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik. Setiap
serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi
spesifik.
Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan intensitas IR
terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sample akan dibandingkan
dengan signal standard. Perlu juga diketahui bahwa sample untuk metode ini harus dalam
bentuk murni. Karena bila tidak, gangguan dari gugus fungsi kontaminan akan
mengganggu signal kurva yang diperoleh.
Terdapat juga satu jenis spektrofotometri IR lainnya yang berdasar pada
penyerapan sinar IR pendek. Spektrofotometri ini di sebut Near Infrared
II-17

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Spectropgotometry (NIR). Aplikasi NIR banyak digunakan pada industri pakan dan pangan
guna analisa bahan baku yang bersifat rutin dan cepat.
Mendukung teori dari Riyadi tentang spekrofotometri inframerah, menurut
(Underwood,1999) Spektrum inframerah senyawa organik (dan juga senyawa-senyawa
anorganik) merupakan sifat-sifat fisik yang khas bagi senyawa-senyawa tersebut. Kecuali
senyawa-senyawa isomer optik, tidak ada du senyawa yang mempunyai kurva serapan
infra merah yang identik.
Walaupun dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan analisa kuantitatif,
tetapi penggunaan spektrofotometri infra merah untuk keperluan ini tidak sebanyak dan
sesering analisa kuantitatif yang menggunakan spektrofotometri ultra lembayung atau
sinar tampak. Berlainan dengan spektrum sinar ultra lembayung atau sinar tampak,
spektrum infra merah jauh lebih rumit, mengandung lebih banyak sekali puncak-puncak
serapan.
Spektrum inframerah biasanya dialurkan dengan persen T (dan bukan absorbans)
sebagai ordinat dan sering dengan bilangan gelombang (cm
-1
) sebagai absis. Bilangan
gelombang lebih disukai sebagai absis dan bukan panjang gelombang karena energi sinar
(E) berbanding lurus baik dengan frekuensi, maupun dengan bilangan gelombang sinar :
E =

hc


Frekuensi sinar dapat dikaitkan langsung dengan frekuensi hantaran molekul.
Apabila panjang gelombang yang dipergunakan, maka satuan yang dipergunakan bukan
lagi nanometer (nm) melainkan mikrometer (m) : satuan ini identik dengan mikron (m).
Alat spektrofotometer inframerah pada dasarnya terdiri dari komponen-
komponen pokok yang sama, seperti alat spektrofotometer yang dipergunakan untuk
menyelidiki penyerapan sinar ultra lembayung dan sinar tampak, yaitu terdiri dari sumber
sinar, monokhromator berikut alat alat optik seperti cermin dan lensa, sel tempat
cuplikan, dtektor atau amplifier, dan alat dengan skala pembacaan atau alat perekam
spektrum (recorder). Akan tetapi, oleh karena sifat-sifat kebanyakan bahan dalam
mentransmisikan sinar ultra lembayung sinar tampak, maka sifat-sifat dan kemampuan
tiap komponen alat tersebut di atas adalah berbeda pada kedua jenis alat
II-18

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

spektrofotometer tersebut.
Spektrofotometri infra merah sangat penting dalam kimia modern, yang utama
dalam bidang organik. Merupakan alat rutin dalam penemuan gugus fungsional,
pengenalan senyawa dan analisa campuran. Instrumen yang merekam spektra
inframerah tersedia secara komersial dan mudah digunakan secara rutin.
Apabila menguraikan struktur sebuah molekul dinyatakan dalam panjang ikatan
dan sudut ikatan, ini melukiskan keadaan rata- rata. Dalam suatu molekul, fibrasi analog
terjadi yaitu ketika pasangan atom sedang dalam keadaan fibrasi satu terhadap yang lain
sewaktu ikatan individual memenjang dan mengkerut, kelompok keseluruhan berosilasi
terhadap atom atau kelompok lain, struktur lingakaran "bertarik nafas" (berkembang,
berkerut, dan seterusnya). Sekarang jika ada suatu di polismik berosilasi yang
berhubungan dengan suatu cara fibrasi khusus, maka akan terjadi interaksi dengan vektor
lismik dari radiasi elektromagnetik dengan frekuensi yang sama, yang menyebabkan
absorpsi energi yang menampakkan diri sebagai amplituda frekuensi yang meningkat.
Kebanyakan gugus C-H, O-H, C=O, dan C=N, akan menimbulkan serapan infra
merah yang hanya sangat sedikit berubah dari satu ke lain molekul tergantung pada
subtituen-subtituen lain. Disamping frekuensi-frekuensi gugus ini, yang biasanya dapat
terkendali secara terpastikan, namun sangat luar biasa manfaatnya untuk indentifikasi
kualitatif. Banyaknya pita terdapat dalam daerah yang disebut daerah sidik spektrum
(kira-kira 6,5 - 14 nm).

II.1.7 Macam-macam Spektrofotometri
Spektrofotometri dapat dibagi menjadi 2 macam berdasarkan instrumen yang
digunakan, yaitu berkas tunggal dan berkas rangkap. Dimana instrumen berkas tunggal
dijalankan secara manual dan instrumen berkas rangkap dijalankan melalui perekaman
automatic terhadap spektra absorbsi. Menurut (Underwood, 1999) spektrofotometri
tersebut dapat dibagi sebagai berikut.
1. Spektrofotometer Berkas Tunggal
Unsur-unsur terpenting dalam suatu spektrofotometer berkas tunggal dapat
ditunjukkan secara sistematik, yaitu :
II-19

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

a. Sumber energi radiasi yang kontinyu dan meliputi daerah spektrum, di mana alat
ditujukan untuk dijalankan.
b. Monokromator, yang merupakan suatu berkas sempit dari panjang gelombang
dari spektrum luas yang disiarkan oleh sumber.
c. Wadah untuk contoh (sel)
d. Detektor yang merupakan suatu tranducer yang mengubah energi radiasi menjadi
listrik.
e. Penguat dan rangkaian yang bersangkutan yang membuat isyarat listrik.
f. Sistem pembacaan yang dapat menunjukkan besarnya isyarat listrik.

Gambar II.7 Spektrofotometer dengan Sinar Tunggal
2. Spektrofotometer Berkas Rangkap
Instrumen berkas rangkap berupa spektrofotometer perekam yang menyalurkan
secara otomatis adsorban suatu sampel suatu panjang gelombang.
Cara kerja spektrofotometer secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tempatkan larutan pembanding, semisal blanko dalam sel pertama sedangkan larutan
yang dianalisa pada sel kedua. Kemudian memilih fotosel yang cocok 200 nm 650 nm
(650 nm 1100 nm) agar daerah yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang fotosel
daam keadaan tertutup no gavanometer didapat dengan memutar tombo
sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitasi, kemudian mengatur besarnya
II-20

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

pada 100%. Lewatnya berkas cahaya pada larutan sampel akan dianalisa. Skala absorbansi
menunjukkan absorbansi larutan sampel.
Hampir semua alat-alat spektrofotometer inframerah yang diperdagangkan
menggunakan sistem berkas rangkap, dimana sinar yang datang dari sumber cahaya
secara bergantian melalui cuplikan dan melalui zat pembanding (blanko) menuju kesatu
detektor. Keuntungan-keuntungan yang dimiliki oleh sistem berkas rangkap alat
spektrofotometer inframerah adalah:
a. Memperkecil pengaruh penyerapan sinar inframerah oleh air diudara.
b. Mengurangi pengaruh hamburan (scattering) sinar inframerah oleh partikel-
partikel debu, yang ukurannya mendekati ukuran rata-rata panjang gelombang
sinar inframerah.
c. Apabila blanko yang dipakai adalah pelarut yang dipergunakan, maka dengan
sistem berkas rangkap itu, pita-pita serapan dari pelarut tidak
d. akan muncul dalam spektrum yang direkam. Sistem berkas rangkap mengurangi
atau meniadakan pengaruh pancaran sumber sinar dan ketidakstabilan detektor.
e. Dengan sistem berkas rangkap perekaman secara otomatis (automatic recording)
dapat dilakukan.

Gambar II. 8 Spektrofotometer dengan Sinar Rangkap

II.1.8 Pembuatan Kurva Kalibrasi dalam Spektrofotometri
II-21

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Menurut (Emel Seran, 2011) Kurva kalibrasi dalam spektrofotometri mengacu pada
Hukum Beer dimana absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi, karena (b)
atau (l) harganya cm dapat diabaikan dan merupakan suatu tetapan. Artinya
konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin tinggi, begitupun
sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang dihasilkan makin rendah.
Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan inear AC apabia niai
absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 A 0,8 atau sering disebut sebagai daerah
berlaku hukum Lambert-Beer. Jika absorbansi yang diperoleh lebih besar maka hubungan
absorbansi tidak linear lagi. Kurva kalibarasi hubungan antara absorbansi versus
konsentrasi dapat dilihat pada Gambar II.6


Gambar II.9 Hubungan Absorbansi vs Konsentrasi
Faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linear:
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blanko, yaitu
larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk
warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa. Namun
kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah
atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan
kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
II-22

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Sehingga dari kurva tersebut dapat ditentukan konsentrasinya atau menggunakan
hukum dari Lambert Beer yaitu :

Dimana : A = absorban
absorptivitas moar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi

II.1.9 Sulfat
Ion sulfat merupakan sejenis ion padatan dengan rumus empiris SO
4
dengan massa
molekul 96,06 satuan massa atom. Sulfat terdiri atom pusat sulfur dikelilingi oleh empat
atom oksigen dalam susunan tetrahidron ion sulfat bermuatan dua negatif dan
merupakan basa konjugat ion hidrogen sulfat (Anonim, 2010).
Ion sulfat adalah salah satu anion utama yang muncul di air alami atau alam.Sulfat
adalah salah satu ion penting dalam ketersediaan air karena efek pentingnya bagi
manusia saat ketersediaannya dalam jumlah besar. Untuk hal sulfat direkomendasikan
batas maksimal sulfat dalam air sekitar 250 ppm untuk air yang dikonsumsi manusia
menurut PERMENKES No :492/MENKES/PER/IV/2010 (Sawyer and Mc. Carthy, 1978).
Konsentrasi standart maksimal yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Nomor :492/MENKES/PER/IV/2010 untuk SO
4
dalam air minum adalah
250 ppm.
Menurut (Anonim, 2010) ciri-ciri dari sulfat diantaranya adalah :
1. Sulfat sangat larut dalam air, kecuali kalsium sulfat, stronsium sulfat, dan barium sulfat.
Barium sulfat yang sangat berguna dalam analisis gravimetri sulfat dengan
panambahan barium klorida pada suatu larutan yang mengandung ion sulfat. Kelihatan
endapan putih, yaitu Barium Sulfat menunjukkan adanya anion sulfat.
2. Ion sulfat bias menjadi satu ligan, menghubungkan satu dengan oksigen (mono dentat)
atau dua oksigen sebagai kelas atau jembatan.
3. Sulfat berwujud sebagai zat mikroskopik (aerosol) yang merupakan dari hasil
pembakaran bahan bakar fosil dan biomassa. Zat yang dihasilkan menambahkan
keasaman atmosfer dan mengakibatkan hujan asam.
A x b x c

II-23

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Peningkatan kadar sulfat dapat ditentukan dengan timbulnya bau, rasa tidak enak
dari air serta masalah korosi pada perpipaan. Hal ini diakibatkan oleh reduksi sulfat
menjadi hidrogen sulfida dalam kondisi anaerobik.
Sulfat cukup sulit dihilangkan dari air, karena sifat sulfat yang sempurna larut
dalam air, sehingga untuk memisahkannya harus memakai membran elektrodialisis.Cara
untuk mendeteksi kandungan sulfat dalam air dapat dilakukan dengan mempergunakan
alat spektrofotometer (uji kuantitatif). Pengujian dengan spektrofotometer akan
mengukur absorban larutan melalui instensitas warna larutan. Oleh karena itu, sampel
yang akan digunakan harus jernih agar tidak mengganggu proses pembacaan absorban
pada spektrofotometer.
Penentuan sulfat dapat dilakukan dengan metode turbidimetri. Pada metode ini
digunakan reagen kondisi dan kristal barium klorida. Prinsipnya yaitu terbentuknya koloid
BaSO
4
berupa larutan keruh karena anion sulfat akan bereaksi dengan barium klorida
dalam suasana asam. Larutan ini kemudian diukur dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm (Aprianti, 2008).
Batas kadar sulfat terlarut yang terdapat dalam air yang dapat diukur adalah 1-40
mg/L pada panjang gelombang 420 nm (SNI 06-2426-1991). Ion sulfat diendapkan dalam
suatu medium HCl dengan BaCl
2
sehingga terbentuk koloid barium sulfat.

SO
4
2-
+ BaCl
2
putih BaSO
4
+ 2Cl
-

II.1.10 Pengaruh Sulfat dalam Kehidupan
Banyak pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh sulfat sebagai salah satu penyumbang
polutan di bumi ini. pengaruh tersebut diantaranya:
a. Dampak Sulfat bagi Kesehatan Manusia
Pada dasarnya SO
2
dan NO
2
bersifat membahayakan bagi kesehatan. Kedua
gas tersebut akan bereaksi di udara membentuk sulfat dan nitrat yang berupa
partikel halus yang dapat masuk terhirup ke saluran pernapasan manusia,
sehingga menyebabkan seseorang sakit asma atau bronktis.
b. Dampak Sulfat bagi Tumbuhan
II-24

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Air yang bersifat asam dan jatuh ke tanah dapat melarutkan berbagai
macam nutrient dan juga mineral yang sangat diperlukan tumbuhan. Selain itu
akan menyebabkan meningkatnya kendungan elemen toksk seperti alumunium di
tanah. Akibatnya daun-daun akan berubah warna menjadi coklat hingga akhirnya
mati.
c. Dampak Sulfat bagi Perairan
Hujan asam dapat mengubah pH lingkungan. Adanya hujan asam dapat
menyebabkan meningkatnya konsentrasi alumunium dan magnesium di
lingkungan air yang akan membuat pH perairan menjadi turun mencapai 5 atau
bahkan kurang dari 4,8. Pada keadaan itu, banyak hewan di perairan yang mati
karena ketidakmampuan dirinya untuk beradaptasi. Menurut PERMENKES Nomor:
416/MENKES/PER/IX/1990dalam air sungai kandungan sulfat sebesar maksimal
sebesar 400 ppm.
d. Dampak Sulfat bagi Mesin
Adanya hujan asam, mesin-mesin kendaraan yang terbuat dari logam akan
mengalami karat, sehingga mesin tidak dapat berfungsi seperti sedia kala. Sulfat
dapat menyebabkan korosi pada mesin karena sulfat merupakan asam kuat yang
bersifat korosif tinggi. Dan mekanisme sulfat jika terkena pada mesin yang
nantinya akan menimbulkan korosi yaitu :
2S + O
2
+ H
2
O S
2
O
3
+ 2H
+
. SO
4
+ 2C + 2H
2
O
2HS + 2O
2
S
2
O
3
+ H
2
O . 1 HCO
3
+ H
2
S
H
2
S + 2O
2
H
2
SO
4

H
2
SO
4
merupakan asam kuat yang selanjutnya akan bereaksi dengan
logam-logam yang merupakan bahan dari pipa yang digunakan sehingga terjadi
korosi. Sementara itu, masalah bau disebabkan karena terbentuknya H
2
S yang
merupakan suatu gas yang berbau (Aprianti, 2008).
e. Sulfat dalam Air Minum
Konsentrasi maksimum yang diperbolehkan dalam air minum yaitu 250
mg/L. Sulfat yang berlebih akan menimbulkan penyakit seperti diare yang dapat
menimbulkan efek pencahar dan efek rasa.
II-25

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Pada proses pembuatan produk minuman yang dilakukan oleh industry
rumah tangga sebagian besar bahan baku yang digunakan berasal dari air sungai.
Diindikasikan dalam air sungai banyak terkandung kontaminan, salah satunya ialah
ion sulfat.Terdapat spesi diantaranya H
2
SO
4
, HSO
4
-
dan SO
4
2-
.Bila dikonsumsi,
maka dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan efek laxatif.

II.1.11 PERMENKES Kandungan Sulfat dalam Air
Adapun dalam PERMENKES No : 416/MENKES/PER/IX/1990 diatur mengenai
persyaratan kualitas air bersih dalam Tabel II.3
Tabel II.1PERMENKES Persyaratan Kualitas Air Bersih
No. Parameter Satuan
Kadar Maksimum
Yang Diperbolehkan
Keterangan
KIMIA ANORGANIK
1. Air Raksa mg/L 0,001
2. Arsan mg/L 0,05
3. Besi mg/L 1,0
4. Kadmium mg/L 0,005
5. Klorida mg/L 600
6. Kronium mg/L 0,05
7. Mangan mg/L 0,5
8. Nitrat mg/L 10
9. Nitrit mg/L 1,0
10. Salenium mg/L 0,01
11. Seng mg/L 15
12. Sianida mg/L 0,1
13. Sulfat mg/L 400
14. Timbal mg/L 0,05




II-26

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

Adapun dalam PERMENKES No :492/MENKES/PER/IV/2010 diatur mengenai
persyaratan kualitas air minum dalam Tabel II.4
Tabel II.2PERMENKES Persyaratan Kualitas Air Minum
No. Jenis Parameter Satuan
Kadar Maksimum
Yang Diperbolehkan
Parameter Yang Tidak Langsung Berhubungan Dengan Kesehatan (Parameter Fisik)
1. Bau 0,001
2. Warna TCU 0,05
3. TDS mg/l 1,0
4. Kekeruhan NTU 0,005
5. Rasa 600
6. Suhu
o
C 0,05
Parameter Yang Tidak Langsung Berhubungan Dengan Kesehatan (Parameter Kimia)
1. Alumunium mg/L 0,2
2. Besi mg/L 0,3
3. Kesadahan mg/L 500
4. Khlorida mg/L 250
5. Mangan mg/L 0,4
6. pH mg/L 6,5-8,5
7. Seng mg/L 3
8. Sulfat mg/L 250
9. Tembaga mg/L 2
10. Amonia mg/L 1,5
Sehingga dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa standart kualitas air bersih
menurut PERMENKES No : 416/MENKES/PER/IX/1990yaitu 400 ppm dan standart kualitas
air minum menurut PERMENKES No : 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu 250 ppm.

II.1.12 Karakteristik Sampel
Sampel yang digunakan dalam praktikum spektro sulfat kali ini adalah air sumur
yang diambil di Sidorejo Madiun, air sungai Bandaran Bangkalan, dan air minum isi ulang
di Rungkut:
II-27

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II.1.12.1 Air Sungai Bandaran Bangkalan



Gambar II.10 Foto Pengambilan Sampel Air Sungai
Air sungai Bandaran Bangkalan adalah air sungai yang memiliki siklus pasang surut
dan memiliki banyak anak sungai yang berasal dari. Adapun air sungai tersebut
mempunyai ciri-ciri: Intensitas warna yang sedang (berwarna hijau keruh), pH rendah dan
apabila didiamkan dalam suatu wadah air memiliki endapan. Air sungai yang sudah
diendapkan dalam suatu wadah maka ia tampak lebih jernih tetapi warna dan rasa tidak
berubah.Air sungai merupakan air baku yang umum digunakan oleh Perusahaan
DaerahAir Minum (PDAM) di Indonesia. Untuk menjadi air baku air minum, air sungai
tersebut harus memenuhi parameter baku mutu yang berlaku. Keberhasilan proses
pengolahan air minum berkaitan erat dengan penurunan kekeruhan dan kontaminan lain
yang terkandung di dalam air baku. Air yang memenuhi standar atau persyaratan
kesehatan adalah air yang tidak berbau, berwarna dan berasa serta memenuhi bakumutu
yang dipersyaratkan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasankualitas air minum.
Kontaminan utama pada air adalah zat padat dengan mineral-mineral yang terikut
didalamnya.Sungai bandaran merupakan sungai hilir yang langsung lepas ke lautan,
kegiatan rumah tangga dapat menyebabkan kandungan senyawa senyawa kimia yang
terkandung dalam sungai menjadi melimpah.Apalagi terlihat bahwa limbah rumah tangga
langsung dibuang kesungai melalui pipa-pipa dari rumah warga. Karena terletak
dikampung nelayan yang cukup padat, kesadaran masyarakat akan limbah yang mereka
hasilkan sangat kurang. Sampah berserakan dan dibiarkan mengotori sungai.
Pukul 09.00 Pukul 16.00
II-28

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II.1.12.2 Air Sumur Sidorejo Madiun

Pukul 14.20 Pukul 23.15
Gambar II.11 Pengambilan Sampel Air Sumur Sidorejo Madiun
Di dalam sumur biasanya kerap dijumpai kandungan sulfat.Kandungan sulfat ini
tergantung pada kondisi sumur tersebut. Adapun faktor lain yaitu terdapat pupuk di
sekitar sumur ataupun bakteri sulfur yang dapat mengikat oksigen dan menimbulkan
reaksi :
H
2
S + O
2
H
2
SO
4
+ Energi
Batas dari kandungan sulfur yang terdapat dalam air sumur adalah 400 ppm
menurut PERMENKES Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990.Di daerah Sidorejo terdapat
beberapa rumah yang masih menggunakan air sumur tersebut.
Dalam pengambilan sampel dilakukan 2 kali pengambilan sampel yaitu pukul 14.20
(pagi) dan 23.15 (malam).Kandungan sulfat pada malam dan siang hari itu berbeda.

II.1.12.3 Air Minum Isi Ulang
Dalam air isi ulang terdapat terkadang tidak sepenuhnya benar-benar bersih,
terdapat kandungan zat berbahaya yang dapat mengganggu kestabilan tubuh.Beberapa
diantaranya adalah Fe, Cu, Pb, Sulfat dan lainnya.Batas kandungan sulfat pada air yang
dapat diminum adalah 250 mg/liter.Jika lebih dari itu maka efek nya pun juga cukup
berbahaya.
Pengambilan sampel dilakukan satu kali.Karena disini air isi ulang tidak pengaruh
terhadap perbedaan waktu.Adanya kandungan sulfat di dalam air isi ulang bisa
disebabkan karena pengolahan air yang kurang bersih.
II.2 Jurnal Aplikasi Industri
II-29

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI
ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO2)

Penggunaan bahan bakar fosil seperti bensin dan batu bara yang semakin
meningkat, menyebabkan kandungan oksiba belerang (SO
x
) diudara semakin meningkat.
Penemaran oleh gas SO
x
terutama disebabkan oleh komponen gas belerang dioksida
(SO
2
) dan trioksida belerang (SO
3
).Keduanya disebut SO
x
.Gas SO
2
mempunyai karakteristik
bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan gas SO
3
merupakan komponen
yang tidak reaktif.Keberadaan gas SO
x
di udara dalam bentuk gas hanya mungkin jika
konsentrasi uap sangat rendah. Gas belerang dioksida (SO
2
) mempunyai sifat tidak
berwarna, tetapi berbau sangat menyengat dan dapat menyesakkan napas meskipun
dalam kadar rendah. Gas SO
2
terbentuk dari pembakaran bahan bakar fosil seperti
minyak bumi, batubara dan industri yang memakai bahan baku belerang. Berdasarkan
struktur senyawa SO
2
, atom S berikatan rangkap dan berikatan tunggal dengan atom O,
berbentuk bengkok, dan merupakan senyawa polar, sehingga dapat dijadikan sebagai
adsorbat. Adsorben serbuk ampas kelapa bersifat polar, sehingga lebih efektif menyerap
senyawa yang polar daripada senyawa yang kurang polar.Pada penelitian ini digunakn
metode absorpsi dengan menggunakan adsorben ampas kelapa, yang menggunakan
Telah dilakukan penelitian skala laboratorium untuk mengetahui karakteristik
serbuk ampas kelapa asetat, mengetahui kemampuan adsorpsi serbuk ampas kelapa
asetat terhadap gas SO
2
, dan mempelajari kemampuan adsorpsi serbuk ampas kelapa
asetat pada variasi panjang kolom.
Tahap awal: pembuatan serbuk ampas kelapa dan serbuk ampas kelapa asetat.
Karakterisasi adsorben: uji kadar air, kadar abu, daya serap terhadap larutan iod, kadar
asetil, SEM dan FT-IR. Adsorben serbuk ampas kelapa dimasukkan ke dalam kolom yang
dengan variasi panjang kolom 5, 7, dan 10 cm. Gas SO
2
yang terbuat dari pemanasan
campuran HCl dan Na
2
S
2
O
3
dialirkan melewati kolom menuju wadah berisi larutan H2O2
dan BaCl
2
. Gas SO2 yang lolos akan bereaksi membentuk BaSO
4
dan dianalisis dengan
metode turbidimetri menggunakan spektrootometer pada 420 nm. Disiapkan 2 buah
erlenmeyer, erlenmeyer (a) untuk pembuatan gas SO2 dan erlenmeyer (b) untuk larutan
penampung gas SO2. Masing-masing erlenmeyer disumbat dengan karet dan
dihubungkan pada kolom. Kolom yang digunakan kan diisi dengan adsorben serbuk
II-30

BAB II Tinjaan Pustaka




Laboratorium Analisa Instrumen
Program Studi D-3 Teknik Kimia
FTI - ITS

ampas kelapa, dengan variasi panjang kolom yaitu 5, 7, dan 10 cm. Sebanyak 5,00 gram
kristal Na2S2O3 dan 10 mL larutan HCl 32 % dimasukkan dalam erlenmeyer (a). Campuran
tersebut dipanaskan dengan pemanas listrik pada suhu 120 C selama 60 menit.Gas yang
terbentuk dilewatkan pada kolom yang berisi adsorben serbuk ampas kelapa, kemudian
dialirkan ke dalam erlenmeyer (b) yang berisi larutan penampung. Larutan penampung
tersebut berisi 3,11 gram larutan H2O2 35% dalam 100 mL. Larutan penampung yang
sudah bercampur dengan gas SO2 tersebut lalu diukur turbidansinya menggunakan
turbidimeter. Sebelum diukur turbidansinya, ditambahkan 0,1 gram serbuk BaCl2.2H2O.
Nilai turbidansi yang diperoleh tersebut dianggap sebagai turbidansi karena metode yang
digunakan adalah turbidimetri.
Dengan mengetahui nilai absorbansi kadar sulfat, maka dapat diketahui
persentase gas SO
2
yang teradsorpsi oleh adsorben serbuk ampas kelapa. Pada serbuk
ampas kelapa terjadi peningkatan % teradsorpsi: 41,38 %, 45,62 %, dan 50,56 %,
sedangkan pada serbuk ampas kelapa asetat: 50,56 %, 75,40 %, dan 78,11 %.
(Puspita, 2012)

Anda mungkin juga menyukai