Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis instrumental yang
menggunakan dasar interaksi energy dan materi. Spektrofotometri dapat dipakai
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan melalui intensitas serapan pada panjang
gelombang tertentu. Panjang gelombang yang dipakai adalah panajang gelombang
maksimum yang memberikan absorbansi maksimum. Salah satu prinsip kerja
spektrofotometri didasarkan pada fenomena penyerapan sinar oleh spese kimia
tertentu didaerah ultra violet dan sinar tampak (visible).
Menurut Sastrohamidjojo (2007), spektrofotometer merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.
Sebagian dari cahaya tersebut akan di serap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai
absorbansi dari cahaya yang di serap sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam
kuvet. untuk mengukur serapan absorbansi, juga menggunakan oven dengan suhu
yang berbeda yaitu 40oC dan 60oC.
Panjang gelombang cahaya UV-VIS dan sinar tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiaatsi inframerah. Satuan yang digunakan untuk
-7
menentukan panjang gelombang ini adalah monokromator (1 nm = 10 cm).
Spektrum tampak sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah) sedangkan
spektrum UV adalah 100 – 400 nm (Day and Underwood, 2002).
Panjang gelombang cahaya UV dan VIS bergantung pada mudahnya promo
elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi
elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih sedikit akan menyerap
pada panjang gelombang yang lebih panjang. Cahaya yang menyerap cahaya pada
daerah tampak (yakni mudah dipromosikan dan pada senyawa yang menyerap
pada panjang gelombang UV yang lebih pendek (Day and Underwood, 2002).
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-
VIS terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis
dengan senyawa spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah
menjadi senyawa yang berwarna pembentukan molekul yang dianalisis tidak
menyerap pada daerah tersebut (Ibnu Ghalib, 2012).
2.2. Prinsip kerja Spektrofotometri UV-VIS
Prinsip kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh
larutan sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan. Proses ini disebut
”absorpsi spektrofotometri”, dan jika panjang gelombang yang digunakan adalah
gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai “kolorimetri”, karena memberikan
warna. Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri jugamenggunakan
panjang gelombang pada gelombang ultraviolet dan inframerah (Lestari, 2010).
Spektrum elektromagnetidibagi dalam beberapa daerah cahaya. Suatu daerah
akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya yang
diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti. Spektrum
elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang luas dari sinar
gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada panjang gelombang mikro
(Marzuki Asnah 2012).
Spektrum absorbsi dalam daerah-daerah ultra ungu dan sinar tampak
umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang lebar, semua molekul
dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak. Oleh karena itu mereka
mengandung electron, baik yang dipakai bersama atau tidak, yang dapat dieksitasi
ke tingkat yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada waktu absorbsi terjadi
tergantung pada bagaimana erat elektron terikat di dalam molekul. Elektron dalam
satu ikatan kovalen tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energy tinggi, atau
panjang gelombang pendek, diperlukan eksitasinya (Wunas,2011).
Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini
memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca langsung
dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik yang
sudah diregresikan (Yahya S,2013).
2.3. Mekanisme kerja Spektrofotometri UV-VIS
Mekanisme kerja alat spektrofotometri UV-Vis adalah sinar dilewatkan
melalui celah masuk, kemudian sinar dikumpulkan agar sampai ke prisma untuk
difraksikan menjadi sinar-sinar dengan panjang gelombang tertentu. Selanjutnya sinar
dilewatkan ke monokromator untuk menyeleksi panjang gelombang yang diinginkan.
Sinar monokromatis melewati sampel dan akan ada sinar yang diserap dan
diteruskan. Sinar yang akan diteruskan akan dideteksi oleh detektor. Radiasi yang
diterima oleh detektor diubah menjadi sinar listrik yang kemudian terbaca dalam
bentuk transmitan dan absorban (Sastrohamidjojo,2015).
Spektrofotometer UV-Vis biasa digunakan untuk analisa kimia kuantitatif
maupun analisa kimia semi kualitatif. Metode ini secara umum berdasarkan
pembentukan warna antara analit dengan pereaksi yang digunakan. Analisa dengan
cara ini memiliki keuntungan sensitif atau kepekaan yang cukup tinggi, batas
deteksinya rendah, dan relatif mudah dilakukan. Kelemahannya adalah perlu
perlakuan awal untuk menghilangkan unsur-unsur penggangu dan menggunakan
beberapa macam bahan kimia sebagai pereaksi (Huda, 2001; Purwanto, 2012). Sinar
ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm (Gandjar dan Rohman,
2007), sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-750 nm (Pavia
dkk, 2009). Secara sederhana instrument spektrofotometeri yang disebut
spektrofotometer terdiri dari :

Gambar 1. Pembacaan Spektrofotometri


Fungsi masing-masing bagian :
1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis
dengan berbagai macam rentang panjang gelombang.
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya
monokromatis. Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar
cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya
dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada gambar
di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses dispersi atau
penyebaran cahaya seperti yang tertera pada gambar.

Gambar 2. Proses Dispersi Cahaya

3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel


UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet
biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat
dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat
dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya
pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Kuvet biasanya berbentuk persegi
panjang dengan lebar 1 cm.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Macam-macam detector yaitu Detektor
foto (Photo detector),Photocell, misalnya CdS, Phototube, Hantaran foto,
Dioda foto, Detektor panas
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat
listrik yang berasal dari detector. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan
dalam spektrofotometri adalah :
a. Pada saat pengenceran alat alat pengenceran harus betul-betul bersih
tanpa adanya zat pengotor
b. Dalam penggunaan alat-alat harus betul-betul steril
c. Jumlah zat yang dipakai harus sesuai dengan yang telah ditentukan
d. Dalam penggunaan spektrofotometri uv, sampel harus jernih dan tidak
keruh
e. Dalam penggunaan spektrofotometri uv-vis, sampel harus berwarna.
Serapan dapat terjadi jika foton/radiasi yang mengenai cuplikan memiliki
energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan
terjadinyaperubahan tenaga. Jika sinar monokromatik dilewatkan melalui suatu
lapisan larutan dengan ketebalan (db), maka penurunan intesitas sinar (dl) karena
melewati lapisan larutan tersebut berbanding langsung dengan intensitas radiasi (I),
konsentrasi spesies yang menyerap (c), dan dengan ketebalan lapisan larutan (db).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis spektrofotometri
UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis
dengan spektrofotometri visible karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu
menjadi senyawa yang berwarna. Tahapan-tahapan yang harus diperhatikan yaitu
(Gandjar dan Rohman, 2007):
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar
UV-Vis Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap
pada daerah tersebut. Caranya yaitu dengan mengubah senyawa tersebut
menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi
yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: reaksinya
selektif dan sensitif; reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel; dan hasil
reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama.
b. Waktu operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan
warna. Tujuannya untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu
operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran
dengan absorbansi larutan.
c. Pemilihan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kualitatif yaitu panjang
gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh panjang
gelombang serapan maksimum dilakukan dengan membuat kurva hubungan
antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada
konsentrasi tertentu.
d. Pembuatan kurva baku Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis
dengan berbagai konsentrasi. Kemudian diukur absorbansi dari masing-
masing larutan dengan berbagai konsentrasi tersebut, dan dibuat kurva yang
merupakan hubungan antara absorbansi (Y) dengan konsentrasi (X). Bila
hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva baku berupa garis lurus.
Kemiringan atau slope adalah a (absorptivitas) atau (absorptivitas molar).
Penyimpangan dari garis lurus biasanya dapat disebabkan oleh kekuatan ion
yang tinggi, perubahan suhu, dan reaksi ikatan yang terjadi.
e. Pembacaan absorbansi sampel Absorban jika dibaca sebagai transmitans pada
spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,8 atau 15%-70%. Anjuran ini
berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005
atau 0,5% (kesalahan fotometrik).
Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini
memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Selain
itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca langsung dicatat
oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik yang sudah
diregresikan (Yahya S,2013).
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen kesehatan RI:Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V,


Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan .Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 220/Men.KesPer/IX/76, Pasal 2 ayat 1

Retno Iswari Tranggono, fatma Latifah, Buku pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik
(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 220/Men.KesPer/IX/76

Tranggono, fatma Latifah, Buku pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik

Hilda Butler, Poucher's Perfumes, Cosmetics and Soaps Tenth Edition (Amerika:
Kluwer Academic Publishers, 2000), h. 206

Butler,Poucher's Perfumes, Cosmetics and Soaps Tenth Edition, h. 2017

Budavari, Susan. The Merck Index Edisi 12 (USA: Merck&Co.,Inc.1996), dikutip


olehArfina, “Analisis Kandungan Rhodamin B Pada Kosmetik Perona Pipi
Yang Beredar Di Pasar Tradisional Kota Makassar” (Skripsi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar, 2012

Anda mungkin juga menyukai