Anda di halaman 1dari 9

LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol …… No ……, Bulan Tahun

P-ISSN : …………….
E-ISSN : …………….

Pemilihan terapi mual muntah Ny. AA, pasien dengan riwayat


cholelitiasis dan unilateral renal agenesis (URA) menggunakan
metode SOAP: Studi Literatur

Afifah Jihan Febriana a, 1*, Andini putri sabihib, 2, Effi kurniasihc, 3, , Nur’ain DJ. Silakad, 4, Fhigra
Marfiahe, 5
a
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jendral Sudirman No. 247 Gorontalo, 96211
b
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jendral Sudirman No. 247 Gorontalo, 96211
c
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jendral Sudirman No. 247 Gorontalo, 96211
d
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jendral Sudirman No. 247 Gorontalo, 96211
e
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jendral Sudirman No. 247 Gorontalo, 96211
1
afifahfebrior354@gmail.com*; 2andiniputrisabihi@gmail.com; 3effikrn08@gmail.com:
4
nurainsilaka19@gmail.com; 5fhigra.marfiah@gmail.com
*korespondensi penulis

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Sejarah artikel: Mual biasanya didefiniskan sebagai kecenderungan untuk muntah atau
Diterima sebagai perasaan di tenggorokan atau daerah epigastrium yang
Revisi memperingatkan seseorang bahwa muntah akan segera terjadi. Mual dan
Dipublikasikan
muntah sering kali berikatan dengan serangan kolik biliaris yang disebabkan
oleh batu empedu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita
Kata kunci: mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena batu empedu dibandingkan
Mual muntah dengan pria. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan obat
Kolelitiasis pada pasien dewasa dan rawat jalan yang meliputi golongan obat, jenis obat,
Ginjal ektopik dosis dan frekuensi pemberian, lama penggunaan dan cara penggunaan pada
Gastritis kasus mual muntah di RSUD Hasri Ainun Habibie, kabupaten Gorontalo
Terapi menggunakan studi literatur serta pengolahan data digunakan metode SOAP.
Hasil analisis diperoleh bahwa terapi menggunakan domperidone diketahui
memiliki dosis yang tinggi untuk pasien dengan riwayat kolelitiasis dan
unilateral renal agenesis (URA). Oleh karena itu penggunaan domperidone
disarankan diturunkan dosisnya dari 3x1 menjadi 2x1. Olahraga teratur seperti
jalan maupun jogging juga disarankan kepada pasien.
Key word: ABSTRACT
Nausea vomiting
Cholelitiasis Nausea is usually defined as a tendency to vomit or as a feeling in the throat
Ectopic kidney or epigastric region that warns a person that vomiting is imminent. Nausea
Gastritic and vomiting are often associated with attacks of biliary colic caused by
Therapy gallstones. Several studies have shown that women have twice the risk of
developing gallstones compared to men. This analysis purposed to determine
the pattern of drug prescribing in adult and outpatient patients that includes
drug class, type of drug, dosage, frequency of administration, duration of use,
and method of use in cases of nausea and vomiting at Hasri Ainun Habibie
Hospital, Gorontalo using literature studies and data processing with SOAP
method. The results of the analysis obtained that the therapy utilizing
domperidone was known to have high dosage for patients with a history of
cholelithiasis and unilateral renal agenesis (URA). Therefore the domperidone
utilization is suggested to reduce the dosage from 3x1 to 2x1. Regular
exercise as walking or jogging also recommended for patients.
This is an open access article under the CC–BY-SA license.

Pendahuluan Mual biasanya didefinisikan sebagai


perasaan atau kecenderungan untuk muntah di
daerah tenggorokan atau daerah epigastrium

1
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol …… No ……, Bulan Tahun
P-ISSN : …………….
E-ISSN : …………….

yang memperingatkan seseorang bahwa muntah punggung dan bahu kanan (Murphy sign), Pasien
akan segera terjadi. Muntah juga dapat diartikan dapat berkeringat banyak dan berguling ke
sebagai pengeluaran isi lambung melalui mulut, kanan-kiri saat tidur, Nausea dan muntah sering
seringkali pada prosesnya membutuhkan terjadi. Bahkan biasanya, pada orang yang
peristiwa yang kuat (Dipiro, 2015). memiliki batu empedu akan merasakan sakit
Etiologi ( mual dan muntah yang diderita yang terasa di bagian perut kanan dan bisa
pasien diduga disebabkan oleh penyakit menyebar ke punggung atas atau tulang belikat.
cholelitiasis yang diderita pasien dikarenakan Pada sebagian orang juga mengalami nyeri di
adanya gejala dari batu empedu yaitu berupa bagian tengah perut, tepat di bawah tulang dada.
nyeri kolik. Menurut Jewaqa (2017), terjadinya Nyeri yang ditimbulkan dapat berlangsung
nyeri disebabkan adanya obstruksi intermitten di selama hampir berjam-jam atau bahkan dapat
prut bagian kanan atas atau epigastrium, dan bisa kembali terulang (Doherty, 2010).
saja menyebar sampai ke bagian punggung. Sebagian besar penderita batu empedu,
Nyeri ini bisa ditandai dengan rasa yang biasanya didiagnosa menderita maag
mengakibatkan perut tidak nyaman (mulas), dikarenakan rasa nyeri pada bagian ulu hati,
konstan dan stabil (persisten), derajat berat, padahal sebenarnya secara anatomi empedu
durasi nyerinya dapat bersifat lama yaitu sekitar terletak pada perut sebelah kanan atas.
kurang lebih 15 – 30 menit bahkan hingga kebanyakan pasien tak menyadari dirinya sering
berjam-jam, serta nyeri biasanya dimulai tiba- mengeluh sakit maag, sebenarnya mengalami
tiba serta berhenti atau mereda secara sakit batu empedu. sakit batu empedu memang
bertahap/cepat. Kolik bilier ini bisa saja dipicu hampir mirip sekali dengan sakit maag.
oleh makanan berlemak, atau bahkan makan Kebanyakan penderita sering melakukan
dengan porsi banyak sekaligus setelah beberapa pemeriksaan ke dokter dan diberi obat maag, tapi
saat tidak makan atau dalam periode puasa yang tak pernah kunjung membaik. Hal itu
lama. dikarenakan keluhan dirasakan di tempat yang
Kontraksi yang sering berulang ini dapat berdekatan, yakni kantong empedu dan
menyebabkan distensi viskus saluran empedu lambung, di mana sama-sama terletak di ulu hati.
yang bisa mengakibatkan overdistensi, sehingga apabila salah satu dari organ ini mengalami
pada pasien batu empedu ditemukan gejala mual suatu peradangan, rasanya akan mirip atau
dan muntah karena adanya kontraksi yang hampir sama. Hampir semua orang mengira
menyebabkan stimulasi pada nervus vagal. maag, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan
Menurut Sjamsuhidayat (2005) dan Davide F ternyata terdapat batu di saluran empedunya.
(2008), batu empedu dapat dikatakan sebagai Sehingga untuk membedakannya dengan maag,
batu yang ditemukan dalam kandung empedu, perlu diperhatikan penjalaran dan frekuensi nyeri
batu ini terbentuk dikarenakan adanya endapan (Uswatun, 2015).
atau gabungan dari berbagai unsur yang Gejala yang lebih spesifik pada batu
mengeras di kandung empedu sehingga empedu, terdapat nyeri perut di ulu hati atau di
membentuk menyerupai batu. Batu empedu bagian perut kanan atas yang dapat menjalar
seiring berjalannya waktu akan menimbulkan sampai ke punggung kanan dan atau bahu kanan,
berbagai tanda klinis atau gejala yang bahkan dapat disertai dengan kondisi mual
menimbulkan rasa tidak nyaman pada dan muntah.
kebanyakan pasien. Menurut Muhammad Falah (2020), keadaan
Perkembangan gejala batu empedu mirip mual dan muntah dapat disebabkan oleh
dengan gangguan pencernaan dan nyeri pada beberapa penyakit yakni dyspepsia dan gastritis,
bagian ulu hati seperti mulas, refluks asam, dan dari hasil pengelompokan berdasarkan penyakit
kram. Lalu Kemudian menjalar hingga bagian penyebab mual dan muntah diperoleh hasil
ulu hati juga terasa seperti diremas, dan panas dimana pasien Dyspepsia sebanyak 335 pasien
terbakar sampai ke bagian dada (heartburn). dengan persentase 55,4%, Gastritis sebanyak 238
Menurut Made Agus (2014), pada pasien batu pasien dengan persentase 39,5%, pasien selain
empedu juga sering ditemui gejala-gejala yang itu berdasarkan pengelompokan pasien yang
menunjukkan kolestitis akut atau kronik. mengalami mual dan muntah berdasarkan jenis
Ditandai dengan nyeri hebat mendadak pada kelamin menunjukkan, laki laki sebanyak 205
abdomen bagian atas, terutama ditengah (33,9%) dan perempuan sebanyak 399 (66,1%).
epigastrium, kemudian nyeri menjalar ke bagian Wanita dewasa akan lebih beresiko terjadi gejala

2
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol …… No ……, Bulan Tahun
P-ISSN : …………….
E-ISSN : …………….

mual dan muntah dibanding laki- laki, hal ini usia, walaupun umumnya selalu pada wanita.
disebabkan oleh hormon. Menurut Beat (2008), Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi,
Mual dan muntah sering kali berikatan dengan mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi
serangan kolik biliaris yang disebabkan oleh batu kolelitiasis, ini dikarenakan dengan tingginya
empedu. Adapun Menurut Ulfatun (2019), pada BMI maka kadar kolesterol dalam kandung
pasien cholelithiasis terdapat gangguan sistem empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam
pencernaan karena pasien mengeluh mual, hal ini empedu serta mengurangi
disebabkan karena adanya kumulasi gas dan kontraksi/pengosongan kandung empedu.
cairan dalam lumen usus sehingga terjadi Menurut Koplen (2014), unilateral renal
obstruksi komplet, dari obstruksi inilah terjadi agenenis (URA) adalah tidak adanya satu ginjal
gelombang peristaltic yang berbalik arah dan bawaan karena kegagalan pembentukan jaringan
menyebabkan isi usus terdorong kemulut ginjal pada tahap embrionik. Menurut Robson
sehingga menyebabkan pasien mengalami (1995), Agenesis ginjal unilateral (URA)
muntah atau mual. didefinisikan sebagai tidak adanya jaringan
Orang yang mengalami gejala dari batu ginjal kongenital satu sisi akibat kegagalan
empedu biasanya memerlukan operasi untuk pembentukan ginjal embrio. Studi sebelumnya
mengangkat kantong empedu. Ukuran batu telah menyarankan bahwa agenesis ginjal
empedu berkisar dari sekecil sebutir pasir hingga unilateral adalah kelainan bawaan yang tidak
sebesar bola golf. Pada sebagian orang bisa berbahaya, namun data menunjukkan bahwa 40-
memiliki hanya satu batu empedu, sementara 50% orang dewasa dengan agenesis ginjal
yang lain memiliki banyak batu empedu pada unilateral membutuhkan dialisis pada usia 30
saat yang bersamaan. tahun. Sehingga dari kasus kami penggunaan
Menurut Uswatun (2015), batu empedu obat-obatan harus diperhatikan mengingat pasien
lebih umum pada mereka yang berusia di atas 40 ini hanya memiliki satu ginjal dan didiagnosa
tahun, wanita, kegemukan dan punya riwayat kolelitiasis dan gastritis kronik.
keluarga terkena batu empedu. faktor risiko batu Pasien dengan gangguan fungsi ginjal
empedu dikenal dengan singkatan 4F, yaitu seringkali memiliki parameter farmakokinetik,
Forty, Female, Fat, Family. Artinya, Batu misalnya pada absorbsi obat, distribusi, ikatan
empedu jarang menyerang di usia 25 tahun ke protein, biotransformasi dan ekskresi ginjal, yang
bawah. Sekitar 30% lansia memiliki batu berbeda dengan pasien dengan fungsi ginjal
empedu, meskipun sebagian besar tidak normal. Kebanyakan obat dan metabolitnya
menimbulkan gejala. Selain itu juga di dieliminasi melalui ginjal, sehingga dibutuhkan
perkirakan Wanita lebih banyak terkena batu fungsi ginjal yang kuat untuk menghindari
empedu dibandingkan pria. Pada saat kehamilan, toksisitas obat. Pasien juga dapat menunjukkan
kandung empedu menjadi lebih rendah dan batu respon farmakodinamik yang berubah terhadap
empedu bisa saja berkembang. Hal ini obat yang diberikan karena adanya perubahan
disebabkan Hormon wanita serta penggunaan pil fisiologis dan biokimiawi yang terkait dengan
KB juga dapat menjadi faktor pemicunya. fungsi ginjal. Menurut Andriani dkk ( 2019)
Kelebihan berat badan (overweight) juga Pemilihan dan dosis obat yang tepat untuk pasien
merupakan faktor risiko yang kuat untuk batu dengan unilateral renal agenesis (URA) penting
empedu, terutama di kalangan wanita. Wanita untuk menghindari efek obat yang tidak
dengan memiliki BMI lebih dari 32 memiliki diinginkan serta untuk memastikan terapi yang
risiko lebih besar untuk mengalami batu empedu optimal pada pasien. Namun, hilangnya fungsi
dibandingkan yang memiliki BMI antara 24 s.d. ginjal biasanya sangat ringan, dan rentang hidup
25. Dan bahkan risiko meningkat tujuh kali lipat normal. Sebagian besar orang dengan satu ginjal
pada wanita dengan BMI lebih dari 45. hidup sehat, hidup normal dengan sedikit
Menurut penelitian Nurhikmah, wanita masalah. Dengan kata lain, satu ginjal yang sehat
mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena dapat bekerja sebaik dua ginjal. Namun,
kolelitiasis dibandingkan dengan pria. Ini penurunan fungsi ginjal biasanya sangat ringan,
dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh dan masa hidup normal. Kebanyakan orang
terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh dengan satu ginjal hidup sehat, hidup normal
kandung empedu. Hingga dekade ke-6, 20% dengan sedikit masalah. Sehingga dapat
wanita dan 10% pria menderita batu empedu dan dikatakan, satu ginjal yang sehat dapat bekerja
prevalensinya meningkat dengan bertambahnya sebaik dua ginjal.

3
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol …… No ……, Bulan Tahun
P-ISSN : …………….
E-ISSN : …………….

Agenesis ginjal adalah nama yang diberikan Keluhan : Pusing, mual muntah, nyeri
untuk suatu kondisi yang ada saat lahir yaitu perut kanan atas tembus
tidak adanya satu atau kedua ginjal sedangkan belakang kurang lebih 1
Ginjal ektopik adalah ginjal yang terletak di minggu, kembung, menggigil,
bawah, di atas, atau berseberangan dengan posisi dan tidak haid kurang lebih 4
normal ginjal di saluran kemih. bulan.
Berdasarkan latar belakang ini penulis telah Diagnosis : Choletiasis, Gastritis, dan
melaksanakan observasi mengenai pola Ectopic kidney
peresepan obat pada pasien dewasa dan rawat Terapi : Lansoprazole 2x1
jalan yang meliputi golongan obat, jenis obat, Metocloperamid 3x1
dosis dan frekuensi pemberian, serta lama Urdahex 3x1
penggunaan dan cara penggunaan pada kasus Gitas 3x1
mual muntah. Tujuan dari analisis ini untuk 2. Kunjungan 2 tanggal 20 April 2017
mengetahui pola pemberian atau peresepan obat Keluhan : Pusing, mual muntah, nyeri
pada pasien dewasa dan rawat jalan yang perut kanan atas tembus
meliputi golongan obat, jenis obat, dosis dan belakang kurang lebih 1
frekuensi pemberian, lama penggunaan dan cara minggu, kembung, menggigil,
penggunaan pada kasus mual muntah di RSUD dan tidak haid kurang lebih 4
Hasri Ainun Habibie, kabupaten Gorontalo. bulan.
Diagnosis : Choletiasis, Gastritis, dan
Metode Ectopic kidney
Terapi : Lansoprazole 2x1
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Metocloperamid 3x1
oktober 2022, bertempat dirumah sakit umum Urdahex 3x1
daerah Hasri Ainun Habibie, Kabupaten Gitas 3x1
Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode 3. Kunjungan 3 tanggal 27 April 2017
studi literatur dengan penelusuran jurnal Keluhan : Nyeri perut kanan atas
terindeks nasional maupun internasional sebagai Diagnosis : Choletiasis, Gastritis, dan
referensi pendukung data/informasi terkait terapi Ectopic kidney
obat untuk penyakit mual muntah pada pasien Terapi : Lansoprazole 2x1
dengan riwayat penyakit cholelitiasis dan Urdahex 3x1
unilateral renal agenesis (URA). Cara Gitas 3x1
pengolahan data dan analisis dalam penelitian ini 4. Kunjungan 4 tanggal 2 mei 2017
dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Keluhan : Pusing, dada terasa berdebar-
Objective, Assesment, dan Plan). debar, perut kembung
Diagnosis : Choletiasis,Gastritis kronic
Terapi : Lansoprazole
Hasil dan Pembahasan 2x1
Ibu AA datang ke Rumah sakit umum daerah Urdahex 3x1
Ainun Habibie, provinsi Gorontalo pada tanggal Neurodex 3x1
11 maret 2017. Pada kasus ini, pasien berusia 43 5. Kunjungan 5 tanggal 8 mei 2017
tahun dengan keluhan nyeri perut, nyeri ulu hati, Keluhan : -
diare 3-4 kali sehari, lemas dan pusing. Menurut Diagnosis : Choletiasis, Gastritis kronic
diagnosa dokter pasien ini mengalami dispepsia. Terapi : Lansoprazole
Dokter memberikan sukralfat 500 mg 3x1, 2x1
domperidone 3x1, dan probiostim 1x1. Urdahex 3x1
Anamnesa awal pasien mengeluhkan mual 6. Kunjungan 6 tanggal 13 Agustus 2017
dan muntah diserta dengan nyeri perut kanan atas Keluhan : Pusing, lemas
tembus belakang, kembung, menggigil dan tidak Diagnosis : Ginjal kanan dari lahir tidak
haid selama kurang leibh 4 bulan. Berdasarkan ada, gangguan perfusi
hasil laboratorium diketahui pasien mengidap jaringan
penyakit ektopik ginjal, penyakit batu empedu, serebral, choleilitiasis
dan gastritis. Terapi : Betahistin 6 mg 3x1
1. Kunjungan 1 tanggal 11 maret 2017 7. Kunjangan 7 tanggal 13 Agustus 2017

4
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol …… No ……, Bulan Tahun
P-ISSN : …………….
E-ISSN : …………….

Keluhan : Nyeri dada kanan, batuk, diakibatkan oleh penyakit cholelitiasis dan
pusing penyakit gastritis.
Diagnosis : Chest pain, vertigo Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Terapi : Vesitab 6 mg Pradhan (2009), mual dan muntah adalah
3x1 salah satu keluhan yang sering di
Na-diklofenak 2x1 keluhkan oleh pasien terkait dengan
8. Kunjungan 8 tanggal 7 November 2019 kasus kolelitiasis. Mual dan muntah adalah
Keluhan : Melihat tulisan seperti tanda-tanda yang paling sering terjadi
berbayang pada gangguan gastrointestinal. Selain itu,
Diagnosis : Gangguan fungsi sensorik Keluhan mual dan muntah juga menjadi
Terapi : Lanjutkan instruksi gejala pada penyakit batu empedu yang
9. Kunjungan 9 tanggal 20 Januari 2020 dimana mual dan muntah ini dirangsang
Keluhan : sakit perut, sakit ulu hati, oleh adanya kolik biliaris melalui serabut aferen
BAB cair kurang lebih 10 kali nervus Vagus yang berasal dari lapisan
Diagnosis : Cholelitiasis gastrointestinal. Oleh karena itu, Pasien batu
Terapi : Deolit 250 mg 2x1 empedu juga mengeluhkan nyeri abdomen
Spasmolit 1x1 disertai dengan keluhan lain seperti mual,
paracetamol 500 mg 1x2 muntah perut kembung, bersendawa, atau susah
USG abdomen buang air besar. Sedangkan menurut Sukarmin
10. Kunjungan 10 tanggal 11 mei 2020 (2013), adanya keluhan mual dan muntah, nyeri
Keluhan : Sakit perut, maag, cholelitasis epigastrum merupakan keluhan yang dirasakan
Diagnosis : Dyspepsia dan cholelitasis oleh pasien gastritis. Munculnya keluhan karena
Terapi : deolit 250 mg diakibatkan oleh iritasi mukosa lambung dan
2x1 menyebabkan keluhan lain yang menyertai
11. Kunjungan 11 tanggal 13 mei 2020 seperti sakit ulu hati.
Keluhan : - Berdasarkan keluhan dan diagnosa yang
Diagnosis : Kista ovarium dilakukaan dokter, dokter meresepkan obat
Terapi : Diolit 250 mg Lansometazole 2x1, Metocloperamid 3x1,
Sefixim 3x100 mg Urdahex 3x1, dan Gitas 3x1.
Meloxicam 2x 15 mg Menurut pionas (2018), Lansometazole 2x1
12. Kunjungan 12 tanggal 8 juni 2020 dengan indikasi mengatasi peningkatan asam
Keluhan : Sakit belakang lambung, Metocloperamid 3x1 dengan indikasi
Diagnosis : Dyspepsia dan cholelitasis untuk mengatasi mual dan muntah pada
Terapi : Deolit 250 mg gangguan cerna dan pada pengobatan sitotoksik
Domperidone 10 mg 3x1 atau radioterapi , Urdahex 3x1 dengan indikasi
13. Kunjungan 13 tanggal 11 maret 2022 untuk pelarutan batu empedu dan sirosis empedu
Keluhan : Sakit ulu hati, nyeri perut, primer, Gitas 3x1 dengan indikasi untuk terapi
kembung, Diare kurang lebih tambahan gangguan saluran cerna dan saluran
3-4 kali perhari,pusing, lemah kemih yang ditandai dengan spasmus otot polos.
Diagnosis : Dyspepsia, inanisi Pada kunjungan ke-3 pasien ke rumah sakit,
Terapi : Sukralfat 3x10 mg pasien mengeluhkan nyeri perut kanan atas
Domperidone 3x10 mg dengan diagnosa penyakit gastritis, cholelitiasis,
Probiostim 1x1 dan ectopic kidney, dan dokter memberikan obat
Pada kunjungan pertama dan kedua pasien dengan jenis yang sama seperti pada kunjungan 1
ke rumah sakit, pasien mengeluhkan mual dan 2 yiatu obat Lansoprazole 2x1, Urdahex 3x1,
muntah, nyeri perut kanan atas tembus belakang Gitas 3x. Namun, dokter sudah tidak
kurang lebih 1 minggu, kembung, menggigil dan memberikan obat metocloperamid lagi kepada
tidak haid selama kurang lebih 4 bulan. Dokter pasien dikarenakan pasien sudah tidak
mendiagnosa pasien mengidap penyakit mengeluhkan mual dan muntah.
cholelitiasis, gastritis, dan ectopic kidney. Pada kunjungan ke-4, pasien mengeluhkan
Berdasarkan keluhan yang dialami pasien dan Pusing, dada terasa berdebar-debar,
pemeriksaan yang telah dilakukan oleh dokter, perut kembung. dengan diagnosa penyakit
keluhan yang dirasakan pasien seperti mual dan Gastritis kronic dan Cholelitiasis. Dokter
muntah, kembung, dan nyeri perut kanan atas memberikan obat Lansoprazole 2x1, Urdahex

5
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol …… No ……, Bulan Tahun
P-ISSN : …………….
E-ISSN : …………….

3x1, Neurodex 3x1. Menurut Pionas (2018), terapi rebamipide dan kombinasi meskipun
Neurodex adalah kombinasi dari vitamin B1, penyembuhan ulkus peptikum, melalui
B6, dan B12, yang biasanya di perlukan peningkatan level menunjukkan perbaikan pada
untuk pengobatan pada pasien yang jam ke 36 tetapi tidak dapat PGE(2), penurunan
mengalami kekurangan zat besi. kadar MDA dan IL-8) dibandingkan mencapai
Pada kunjungan ke-5 tidak terdapat kondisi normal. Menurut BNF (2019),
kunjungan tetapi dokter mendiagnosis pasien Penggunaan lansoprazol yaitu 30 mg setiap 12
cholelitiasis, gastritis kronik dan diberikan terpai jam, untuk pigmen terapi Helicobacteri pylori
lansoprazole 2×1 sehari. Menurut MedScape dikombinasikan dengan antibiotik. Terapi
(2019), Lansoprazole bekerja dengan cara urdahex juga diberikan paada kunjungan kelima
menghambat sekresi asam lambung dimana yang untuk peluruhan batu empedu yang dialaminya
secara spesifik menghambat H+/K+-ATPase yang diberikan 3×1.
(pompa proton) dari sel pariental mukosa Pada kunjungan ke-6 pasien mengeluhkan
lambung dalam kondisi pH kurang dari 4. pusing, lemas dan diagnosis dokter ginjal kanan
Lansoprazole sering digunakan untuk dari lahir tidak ada, gangguan perfusi jaringan
pengobatan penyakit asam lambung seperti serebral, choleilitiasis. Terpai yang diberikan
penyakit refluks gastrointestinal (GERD), tukak yaitu betahistin 6 mg 3×1. Menurut Lacour
lambung (PUD), perdarahan gastrointestinal (2007), betahistin merupakan obat histamin
(GI), dan infeksi Helicobacter pylori. Selain itu yang diindikasikan sebagai agonis reseptor H1
menurut Liu et al (2020), lansoprazol juga sering dan antagonis reseptor H3 yang bekerja di sistem
digunakan untuk pencegahan tukak lambung syaraf pusat secara khusus di neuron yang
pada pasien yang mengkonsumsi obat terlibat dalam pemulihan gangguan vestibular,
antiinflamasi non steroid (NSAID), dengan cara mengaktifkan reseptor sehingga
glukokortikosteroid (GC), antiplatelet dan menyebabkan pembesaran pembuluh darah serta
antikoagulan. peningkatan sirkulasi darah yang membantu
Dari hasil penelitia Sholihah yang telah menghilangkan tekanan didalam telinga dan
dilakukan pada tahun 2019 tentang evaluasi frekuensi serangan penyebab vertigo khususnya
penggunaan golongan obat pada penderita untuk penyakit meniere.
GERD rawat inap di rumah sakit umum daerah Pemberian obat untuk meningkatkan aliran
kota Madiun didapatkan hasil bahwa, pasien darah pada pentakit vertigo lebih sering
rawat inal yang menerima obat golongan Proton diberikan. Sejalan dengan hasil survey
Pomp Inhibitor (PPI) efektif dalam mengobati internasional yang dilakukan oleh Sokolova et al
penyakit GERD ditandai dengan kurangnya atau (2014) didapatkan hasil bahwa obat betahistin
menghilangnya keluhan pasien dan dikatan lebih sering digunakan untuk pengobatan
sembuh oleh dokter apabila obat ini digunakan berbagai jenis vergito, termasuk benign
dengan tepat. paroximal posisional vertigo (BPPV) dan
Lansoprazol merupakan golongan Pomp pentakit meniere.
Proton Inhibitor (PPI) generasi baru yang dimana Berdasarkan penelitian wahyudi (2012),
struktr kimianya mirip dengam omeprazole dikatakan bahwa obat golongan histaminergik
namun pada cincin pyridine mengandung adalah obat yang sering digunakan untuk terapi
fluoride tambahan. Lansoprazol dapat menembus vertigo contohnya yaitu bathistin yang memiliki
sel membran untuk mengkonversi asam sulfonat efek vasodilatasi dan perbaikan aliran darah pada
dan derifat sulfonil karena bersifat lebih lipofilik mikrosirkulasi di daerah telinga serta sistem
dari pada omeprazol dan menghasilkan efek vestibuler untuk mengatasi pusing berputar.
hambatan asam yang lebih cepat. Lansoprazol Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
juga tidak menyebabkan defisiensi vitamin B12 Heike et al (2010), dijelaskan bahwa penggunaan
seperti kasus yang terjadi pada pasien yang obat antivertigo yang paling banayk di Eropa
mengkonsumsi omeprazol. Pemberian Penelitian adalah betahistin. Terapi vertigo parifer yang
yang dilakukan oleh Qi et al mendapatkan hasil dilakukan di instalasi rawat jalan di Rumah Sakit
lansoprazole memberikan perbaikan derajat Bethesda dalam penelitian ini tertera
ulkus sejak bahwa pada tikus yang diberi obat menggunakan dua jenis betahistin yaitu
(rebamipide, pada jam ke 24 mencapat kondisi betahistin mesylate (64%) dan betahistin
normal pada jam ke 48, omeprazole dan dihydrochlorode (33,33%) dengan frekuensi
kombinasi) memperbaiki kualitas sedangkan penggunaan 2-3 kali sehari. Hal tersebut sesuai

6
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol …… No ……, Bulan Tahun
P-ISSN : …………….
E-ISSN : …………….

dengan penelitian yang dilakukan oleh Heike dkk non-steroid yang merupakan senyawa aktif
(2015), bahwa betahistine merupakan obat yang dengan efek farmakologis sebagai analgetik,
digunakan untuk antivertigo di Eropa. antipiretik dan antiradang Mekanisme kerja
Menurut MIMS Treatment Guidelines natrium diklofenak yaitu menghambat sintesa
(2016), betahistin mesyilate memiliki dosis prostaglandin yaitu suatu mediator nyeri.
mininal yaitu 6 mg dalam 3×1 dengan dosis Selanjutnya pada kunjungan ke-9 pasien
yang direkomendasikan yaitu 12 mg 3×1. Pada datang dengan keluhan sakir perut dan uluhati
kasus ny. AA dokter juga memberikan terapi BAB cair kurang lebih 10 kali dengan diagnose
betahistin 6 mg 3×1. Selanjutnya pada kenjungan dokter yaitu cholelithiasis dan diberikan terapi
ke tujuh pasien datang dengan keluhan Nyeri Spasmolit 1x1 paracetamol 500 mg 1x2 serta
dada kanan, batuk, pusing dengan diagnosa Deolit 2x1 250 mg Pemberian spasolit pada
Chest pain, vertigo dan diberikan terapi pasien sudah tepat dikarenakan indikasinya
betahistin 6 mg 3×1 dan natrium diklofenak 2×1. untuk menangani kram dan sakit perut.
Menurut Widodo (1993), natrium diklofenak Spasmolit juga digunakan untuk
merupakan golongan NSAID yang memiliki membantu mengurangi mual, muntah,
potensi yang tinggi untuk pemulihan dan dan pusing menurut Pionas (2021),
memiliki tinggat toleransi yang baik bagi tubuh, indikasi penggunaan hyoscine-N-
dengan dosis lazim yang biasa digunakan butylbromide yang berfungsi sebagai
yaitun100-200 mg perhari, yang diberikan dalam spasmolitik adalah merelaksasi otot
beberapa dosis terbagi. halus seperti pada saluran pencernaan,
Menurut Iso Indonesia (2014), Natrium kandung empedu dan saluran kemih
diklofenak biasa digunakan di kalangan dan genitalia. Sebagai derivat amonium
masyarakat untuk pengobatan nyeri ringan kuartener, hyoscine-N-butylbromide
hingga sedang seperti rematoid, artritis, tidak masuk kedalam sistem saraf
osteoarthritis, spondilitis ankilosa dan gout. pusat. Sehingga, efek samping
Sediaan natrium diklofenak yang beredar antikolinergik pada sistem saraf pusat
dipasaran berupa tablet, topikal emulgel, tetes tidak terjadi.
mata, injeksi dan suppositoria. Sehingga dalam Sedangkan studi kedua meneliti obat
hal ini natrium diklofenak di indikasikan untuk hyoscine butylbromide dan penggunaannya
keluhan pasien nyeri dada. dalam mengobati kram / kejang perut; untuk
Selanjutnya pada kunjungan ke-8 pasien diagnostic tujuan; kemanjuran terapi dan
datang dengan keluhan Melihat seperti keamanan pemberian parenteral HBB untuk
berbayang, dengan diagnose dokter yaitu vertigo mengobati kolik bilier dan ginjal dan kejang akut
dan diberikan terapi lanjutan dari terapi di saluran genito-kemih; dan untuk persalinan
sebelumnya atau melanjutkan terapi obat dari (Leslie, 2014).
kunjungan ke-7 yaitu Vesitab 6 mg 3×1 dan Pada pemberian parasetamol dengan dosis
natrium diklofenak 2×1. Pemberian vesitab 500 mg sudah tepat dikarenakan obat spasmolit
sudah tepat karena didalamnya terdapat atau hyoscine-N-butylbromide biasa
betahistin dengan indikasi untuk pengobatan dikombinasikan dengan parasetamol
vertigo, Menurut literatur Kristina dkk (2017) dengan indikasinya untuk mengobati
Penggunaan awal terapi yang paling sering sakit pada bagian abdominal Menurut
diresepkan pada penderita vertigo adalah Pionas (2021) Kombinasi hyoscine-N-
betahistin 26.6%, Sedangkan pada studi butylbromide dengan parasetamol
epidemiologis menunjukkan penggunaan dapat menyembuhkan sakit bagian
betahistin lebih banyak daripada difenhidramin,
abdominal atau kram perut Sedangkan
dan obat vertigo lainnya karena pasien dengan
menurut Ida Ayu (2020) Parasetamol
penggunaan betahistin dilaporkan lebih sedikit
merupakan obat analgesik lini pertama yang
mengalami efek samping daripada obat vertigo
digunakan dalam tata laksana nyeri.
lainnya walaupun dengan dosis yang lebih tinggi.
Sedangkan pada pemberian deolit 250 mg
(Benecke, 2010)
2x1 sudah tepat karena obat deolit mempunyai
Untuk pemberian Na- diklofenak sudah tepat
indikasi sebagai pelarut batu empedu. Menurut
diakrenakan indikasinya sebagai antinyeri dan
Pionas (2021) Asam Ursodeoksikolat Memiliki
banyak lagi. Menurut Rini angustin (2015)
indikasi sebagai peluruh batu empedu dan sirosis
Natrium diklofenak adalah obat anti inflamasi
empedu primer. Sedangkan Menurut Konas dan

7
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol …… No ……, Bulan Tahun
P-ISSN : …………….
E-ISSN : …………….

Pin (2016) Asam Ursodeoksikolat asam empedu pasien dengan kolelitiasis juga dengan adanya
hidrofilik yang umumnya digunakan sebagai mual muntah menurut Uli (2018) Domperidon
terapi pilihan pada kondisi klinik kolelitiasis dan berkhasiat sebagai antiemetik berdasarkan
penyakit batu empedu yang berperan sebagai perintangan reseptor dopamin di CTZ (Chemo
agen litolitik dan agen prokinrtik pada penyakit Trigger Zone).
batu empedu dengan cara mengurangi Selanjutnya pada kunjungan ketigabelas
penyerapan kolesterol di usus dan mempercepat dokter tetap melanjutkan pemberian
pengosongan kantung empedu prostpandial domperidone 3x10 mg dan tambahan
(Portincasa et al 2012). memberikan Sukralfat 3x10 mg
Pada kunjungan ke-10 pasien datang Dan Probiostim 1x1 pemberian domperidone
dengan keluhan yang sama dengan keluhan sudah tepat dikarenakan pasien masih mengalami
sebelumnya sehingga dokter melanjut kan terapi mual dan muntah sehingga ia sulit untuk makan
deolit 250 mg 2x1 Pemberian deolit sudah tepat (inanisi) sehingga memerlukan asupan gizi yang
dikarenakan indikasinya sebagai peluruh batu cukup karena itu dokter menambahkan
empedu. pemberian suplemen yaitu probiostim. Untuk
Pada Kunjungan ke-11 pasien dating pemberian sukralafat sendiri sebenatnya sudah
Kembali dengan keluhan yang sama seperti tepat jika pasien benar mengalami gangguan
sebelumnya dan dokter tetap melanjutkan terapi pada ulkus yag biasa ditandai dengan mual dan
dengan deolit 250 mg 2x1 dengan penambahan muntah serta sakit perut tetapi pada kasus pasien
obat cefixime 3x100 mg Meloxicam 2x15 mg dengan kolelitiasis juga cenderung mengalami
pada pemberian cefixime sudah tepat mual dan muntah serta sakit pada perutnya
dikarenakan cevixime juga digunakan untuk bagian kanan atas karena itulah terkadang pasien
pasien dengan infeksi dimana nyeri hebat dengan gejala ini mirip dengan gejala gangguan
dibagian perut kana atas hingga ke bagian pada ulkus. Pada ulkus kronis, sucralfate
belakang menandai adanya peradangan pada mengikat dan mengkonsentrasikan bFGF pada
kantung empedu pasien. menurut Pradipta (2015) permukaan ulkus, mempercepat produksi
antibiotic levofloksasin, cefotaxime, dan jaringan granulasi, angiogenesis dan reepitelisasi
cefixime merupakan antibiotik golongan – yaitu dasar-dasar kualitas penyembuhan ulkus
quinolone dan sepalosporin, merupakan (Begawan, 2011).
antibiotik yang sering digunakan sebagai lini
terapi untuk pasien infeksi pada tubuh bagian Tabel 1. Sukralfat
dalam. Pada pemberian Meloxicam sudah tepat
No Kategori Deskripsi
karena indikasinya sebagai antinyeri yang mana
1. Indikasi pada kasus Dispepsia
dketahui pasien dengan kolelitiasis disertai nyeri 2. Indikasi pada Ulkus peptikum
perut kanan atas. Menurut Tody (2018) literatur (Begawan, 2011)
Meloxicam sering digunakan sebagai analgetik 3. Dosis pada kasus 500 mg 3x1
dan anti inflamasi sedangakan meloksikam 4. Dosis pada literatur 4 g/ hari
(Begawan,2011)
merupakan obat golongan non steroidal 5. Efek samping konstipasi
antiinflamantory drug (NSAID) yang 6. Interaksi obat Fenitoin
menghambat enzim siklooksigenase-2 (COX-2) (Begawan,2011)
dan biasanya digunakan dengan rute peroral
dalam pengobatan berbagai macam penyakit Tabel 2. Domperidone
rematik, termasuk rheumatoid arthritis (RA), No Kategori Deskripsi
osteoarthritis, nyeri pinggang (Indarto dkk, 1. Indikasi pada kasus Mual dan muntah
2015). 2. Indikasi pada Mual dan muntah
Pada kunjungan ke-12 dan ke-13 pasien literatur (Nunik dkk, 2020)
sama dating dengan keluhan sakit uluhati dan 3. Dosis pada kasus 3x1
dyspepsia sehingga dokter pada kunjungan ke 4. Dosis pada literatur 10 – 20 mg/ oral
(Rowshan et al,
duabelas meresepkan deolit dan domperidone 2015)
pada pemberian deolit sudah tepat karena 5. Efek samping Depresi CNS
merupakan terapi lanjutan untuk kolelitiasis yang 6. Interaksi obat Bromocriptine
(British national
diderita pasien sedangkan untuk pemberian formulary, 2004)
domperidone sudah tepat karena memiliki
indikasi sebagai antiemetic diamana gejala dari Tabel 3. Probiostim

8
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol …… No ……, Bulan Tahun
P-ISSN : …………….
E-ISSN : …………….

No Kategori Deskripsi
1. Indikasi pada kasus Suplemen
2. Indikasi pada Menjaga
literatur pencernaan
(Naidu, 2016)
3. Dosis pada kasus 1x1
4. Dosis pada literatur 1-4 mg
(Naidu, 2016)
5. Efek samping Sakit perut dan sakit
kepala (Aritonang,
2019)
6. Interaksi obat Ketokensazol

Tabel 4. Tabel DRP


No Kategori Deskripsi
1. Indikasi tanpa terapi No
2. Terapi tanpa indikasi No
3. Dosis terlalu tinggi Yes
4. Dosis terlalu rendah No
5. Reaksi merugikan No
6. Interaksi obat No

Simpulan
Berdasarkan hasil analisis, dapat
disimpulkan bahwa terapi menggunakan
domperidone diketahui memiliki dosis yang
tinggi untuk pasien dengan riwayat kolelitiasis
dan unilateral renal agenesis (URA). Oleh karena
itu penggunaan domperidone disarankan
diturunkan dosisnya dari 3x1 menjadi 2x1
mengingat pasien hanya memiliki satu ginjal.
Pasien disarankan melakukan olahraga teratur
seperti jalan maupun jogging agar kadar
kolesterol dalam kandung empedu dapat
terkontrol sehingga tidak memperparah kondisi
dari pasien.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai