Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DISPEPSIA

Di susun untuk memenuhi


Tugas Stase Keperawatan Medical Bedah

Oleh:
IMBAR SESWANTO
NIM.2018131005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
TA.2018/2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DISPEPSIA


DI RUANG MELATI TIMUR
RSUD dr.SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

Oleh:

IMBAR SESWANTO
2018131005

Laporan Pendahuluan ini telah diterima dan disahkan oleh CI Ruangan


Program Studi Profesi Ners
Universitas Sahid Surakarta

Pada Hari : ………………..


Tanggal : ………………..

CI Ruangan Mahasiswa

Dwi Retnowati S.Kep., Ns. Imbar Seswanto,S.Kep

Dosen pembimbing

Widiyono, S.Kep., Ns., M.Kep

2
LAPORAN PENDAHULUAN DISPEPSIA

A. DEFINISI

Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis


yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan (Herdman, T.H dan Kamitsuru, 2015).

Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri


dari nyeri ulu hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang,
sendawa (Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015).

Sedangkan menurut (Suryono Slamet,.2011), sindrom dyspepsia


merupakan kumpulan gejala yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa
nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual.

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri


dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di
dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk
dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2010).

Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari


kelainan saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas,
perih, mual, yang kadang-kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas
kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam
dari mulut (Hadi, 2011). Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri,
Wardhani dan Setiowulan, (2010). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan
gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas
yang menetap atau mengalami kekambuhan.

3
B. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit
acid reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung
terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang
membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di
dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat
menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat
ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:

 Menelan udara (aerofagi)


 Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
 Iritasi lambung (gastritis)
 Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
 Kanker lambung
 Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
 Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
 Kelainan gerakan usus
 Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
 Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik


sebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis,
pankreastitis, kolesistitis dan lainnya).
b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia
non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

C. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang
dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe :

1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :

4
a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal boating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)
(Mansjoer, et al, 2010).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta
dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian
akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin
disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada
beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita
yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu
makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut
kembung). Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu,
atau tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan
berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus
menjalani pemeriksaan.

D. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak
jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,

5
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.

6
E. PATWAY
DISPEPSIA

Dispepsia Organik Dispepsia fungsional

Dispepsia Organik Nikotin & Alkohol

Merangsang saraf simpati Respon mukosa lambung


N Ke-V ( Nerves Vagus)

Vasodilatasi mukosa gaster Eksfeliasi


(penelupasan)
↑ produski HCL
Di lambung

HCL kontak dengan Ansietas


Mukosa gaster
Mual

Muntah Nyeri Perubahan pada


status kesehatan

Nyeri akut
Kekurangan volume
cairan Defisit pengetahuan

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Sumber : Dharma (2011) dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKU

7
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab
organik lainnya seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada
dispepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi
helicobacter pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)
e. USG abdomen
f. CT-scan Abdomen

G. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori
2017, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra
kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai
fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat.
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:

1. Antasida sirup

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan


generalisir sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung Na
bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid
jangan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa
nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat
sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar
akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

8
2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang
agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik
yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin
juga memiliki efek sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia


organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan
antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan
famotidin.

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium


akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk
golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

5. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil


(PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung
oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin
endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan
produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta
membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan
protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).

6. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan


metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan

9
memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoer et al,
2010).

7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti - depresi dan cemas)

Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang


keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas
dan depresi (Sawaludin, 2010). Sedangkan penatalaksanaan Non
Farmakologinya adalah sebagai berikut:

 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.


 Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-
obatan yang belebihan, nikotin rokok, dan stress.

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA DISPEPSIA

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan

yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus

yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu

hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut

kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar

tiba-tiba). (Mansjoer A, 2010).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri

dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan

lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut

terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan

lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 2011)

10
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis
a. Defenisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa : awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan
b. Batasan Karakteristik :
 Perubahan selera makan
 Mengekspresikan perilaku (misalnya : gelisah, merengek, menangis )
 Sikap melindungi area nyeri
 Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
c. Factor yang berhubungan
- gejala terkait penyakit
- Kurang control situasi lingkungan
- Kurang privasi
- Program pengobatan
- Stimuli lingkungan yang mengganggu
- Sumber daya tidak adekuat
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
a. Defenisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intraseluler.
Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saat tanpa perubahan pada
natrium
b. Batasan karakteristik :
 Penurunan turgor kulit
 Membran mukosa kering
 Peningkatan hematokrit
 Peningkatan frekuensi nadi
 Kelemahan
 Penurunsn volume nadi
 Peunrunan tekanan darah
c. Factor yang berhubungan
- Haluan urine yang berlebih skunder akibat diabetes insipidus

11
- Kehilangan cairan ,skunder akibat demam ,drainaseabnormal dari luka
,diare
- Gangguan laksatif ,diereticatau alcohol yang berlebih
- Mual dan muntah
- Motivasi untuk minum skunder akibat depresi atau keletihan
- Masalah diet
- Pemeberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi
- Konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri mulut
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
a. Defenisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
b. Batasan karakteristik :
 Nyeri abdomen
 Menghindari makanan
 Kurang makanan
 Mengeluh gangguan sensasi rasa
 Cepat kenyang setelah makan
c. Factor yang berhubungan
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Menghindari makanan
- Berat bada di bawah 20%
- Kerspuhan kapiler
- Kuang makanan
- Kurang informasi
- Membrane mukosa pucat
- Kurang minat makanan
- Cepat kenyang setelah makan
- Sariawan rongga mulut
4. Defisit Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan kurang
terpapar informasi
a. Defenisi : ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu

12
b. Batasan karakteristik :
 Pengungkapan masalah
 Ketidaktahuan mengikuti perintah
5. Ansietas berhubungan dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi
a. Defenisi : Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar disertai
respon autonom ( sumber sering kali tidak spesefik atau tidak diketahui oleh
invdividu ): perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman
b. Batasan karakteristik :
Perilaku :
 Gelisah
 Tampak waspada

Fisiologis :

 Wajah tegang
 Diare, mulut kering
 Wajah merah
 Peningkatan denyut nadi

Parasimpatik :

 Nyeri abdomen
 kwatir, melamun
c. factor yang berhubungan
- perubahan dalam status ekonomi,kesehatan,pola intraksi ,peran,status
peran
- pemajaan toksin
- tekait keluarga
- infeksi/kontaminan interpersonal
- penularan penyakit interpersonal
- krisis maturasi
- krisis situasional/stres

13
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari / tgl / waktu Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Keperawatan

Nyeri Akut b.d. agen cedera NOC : NIC :


biologis - Pain management
- Pain level,
a. Lakukan pengkajian nyeri secara
- Pain control,
komperehensif termasuk lokasi,
- Comfort level
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
dan faktor presipitasi
selama 3x24 jam pasien tidak mengalami
b. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, dengan kriteria hasil:
ketidaknyamanan
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab c. Evaluasi pengalaman nyeri masa
nyeri, mampu menggunakan tehnik lampau
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
mencari bantuan) (farmakologi, non farmakologi, dan
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang interpersonal)
dengan menggunakan manajemen nyeri e. Ajarkan tentang tehnik non farmakologi
c. Mampu mengenali nyeri (skala, f. Evaluasi keefektifan control nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) - Analgesic administration
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
berkurang dan derajat nyeri sebelum pemeberian

14
obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan
gejala.
Kekurangan volume cairan NOC : NIC :
berhubungan dengan
- Fluid balance - Fluid management
kehilangan cairan aktif
- Hydration a. Pertahankan catatan intake dan output
- Nutritional status: Food and Fluid Intake yang akurat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan b. Monitor status hidrasi (kelembaban
selama 3x24 kekurangan cairan dapat teratasi membrane mukosa, nadi adekuat,
dengan kriteria hasil: tekanan darah ortostatik), jika
a. Mempertahankan urine output sesuai diperlukan.
dengan usia dan BB, BJ urine normal, c. Monitor vital sign
HT normal d. Monitor masukan makanan/ cairan dan
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam hitung intake kalori harian
batas normal e. Kolaborasikan pemberian cairan IV
c. Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas f. Monitor status nutrisi
turgor kulit baik, membrane mukosa g. Dorong masukan oral
lembab, tidak ada rasa haus yang h. Dorong keluarga untuk membantu

15
berlebihan pasien makan
i. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
j. Atur kemungkinan transfuse
- Hypovolemia management
a. Monitor status cairan termasuk intake
dan output cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
d. Monitor tanda vital
e. Dorong pasien untuk menambah intake
oral
Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh - Nutritional status: - Nutrition management
b.d. ketidakmampuan untuk - Nutritional status: Food and Fluid Intake a. Kaji adanya alergi makanan
mencerna makanan - Nutritional status: Nutrient Intake b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Weight control menunjukkan jumlah kalori dan nutrisi
Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 yang dibutuhkan pasien
diharapkan ada peningkatan BB pada pasien c. Berikan makanan yang terpilih (sudah
dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi dengan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
kriteria hasil: d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai kalori

16
dengan tujuan - Nutrition monitoring
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi a. BB
badan b. asien dalam batas normal
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan c. Monitor adanya penurunan berat badan
nutrisi d. Monitor kulit kering dan perubahan
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi pigmentasi
e. Menunjukkan peningkatan fungsi e. Monitor turgor kulit
pengecapan dari menelan f. Monitor mual dan muntah
f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang g. Monitor kadar albumin, total protein,
berarti Hb, dan kadar Ht.
h. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
i. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
j. Monitor kalori dan intake nutrisi
Defisit Pengetahuan b.d. NOC : NIC :
ketidaktahuan menemukan
- Knowledge : disease process - Teaching : disease process
sumber informasi dan kurang
- Knowledge : helat behavior a. Berikan penilaian tentang tingkat
terpapar informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan pasien tantang proses
selama 3x24 pasien tidak mengalami masalah penyakit yang spesifik
b. Jelaksan patofisiologi dari penyakit dan

17
pada nafasnya dengan kriteria hasil: bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
a. Pasien dan keluarga menyatakan
tepat
pemahaman tentang penyakit, kondisi,
c. Gambarakan tanda dan gejala yang
prognosis, dan program pengobatan.
biasa muncul pada penyakit, dengan
b. Pasien dan keluarga mampu
cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang dijelaskan
d. Gambarakan proses penyakit, dengan
secara benar.
cara yang tepat
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan
e. Identifikasi kemungkinan penyebab,
kembali apa yang dijelaskan perawat /
dengan cara yang tepat
tim kesehatan lainnya.
f. Sedikan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
g. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit.
h. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
i. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau

18
diindikasikan
Ansietas berhubungan dengan NOC : NIC :
kebutuhan yang tidak
- Anxiety self - control - Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
terpenuhi
- Anxiety level a. Gunakan pendekatan yang
- Coping menenangkan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
selama 3x24 pasien tidak mengalami masalah pelaku pasien.
pada nafasnya dengan kriteria hasil: c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur.
a. Klien mampu mengidentifikasi dan
d. Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan gejala cemas.
keamanan dan mengurangi takut
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
e. Dengarkan penuh perhatian.
menunjukkan teknik untuk mengontrol
f. Identifikasi tingkat kecemasan
cemas.
g. Bantu pasien mengenal situasi yang
c. Vital sign dalam batas normal
menimbulkan kecemasan.
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
h. Dorong pasien mengungkapkan
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
perasaan, ketakutan, persepsi.
berkurangnya kecemasan.
i. Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
j. Berikan obat untuk mengurangai
kecemasan.

19
20

Anda mungkin juga menyukai