Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

DYSPEPSIA

Repal Ilyas Nugraha

(2232311003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH SUKABUMI
2023
A. DEFINISI

Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang


terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan (Arif, 2000). Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang
terdiri dari nyeri ulu hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang,
sendawa (Dharmika, 2001).

Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan


gejala yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa
penuh, serta mual-mual.

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa


tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,
2007).

Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan


saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang
kadang-kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia,
kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2009).

Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan,


(2008). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.

B. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux.
Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju
esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam
lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-
inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum
dapat ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:

 Menelan udara (aerofagi)


 Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
 Iritasi lambung (gastritis)
 Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
 Kanker lambung
 Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
 Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
 Kelainan gerakan usus
 Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
 Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai


penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan
lainnya).
b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya.

C. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan,
membagi dispepsia menjadi tiga tipe :

1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :


a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal boating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas) (Mansjoer, et al,
2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut
atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik
berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai
dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita,
makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa
mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual,
sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak
memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau
gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.

D. PATOFISIOLOGI

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.

E. PATHWAY

DISPEPSIA
Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional

Stres Nikotin & Alkohol

Merangsang saraf simpati Respon mukosa lambung


N. Ke-V (Nervus Vagus)

Vasodilatasi mukosa gaster Eksfeliasi


(Pengelupasan)
↑ Produksi HCL
di Lambung

HCL kontak dengan

Mual mukosa gaster

Muntah Nyeri

Hipovolemia Nyeri Akut

Defisit Nutrisi Nausea


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik
lainnya seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil
laboratorium dalam batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter
pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)

G. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996,
ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan
dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi
dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal
beberapa golongan obat, yaitu:

1. Antasida 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir
sekresi asam lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3,
Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya
hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam
waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik,
namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa
MgCl2.

2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik


atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis
respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari
proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah
omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

5. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).


Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site
protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna
bagian atas (SCBA).

6. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan


metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional
dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam
lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2007).

7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti - depresi dan cemas)

Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang
muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin,
2005). Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah sebagai berikut:

 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.


 Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan
yang belebihan, nikotin rokok, dan stress.
 Atur pola makan
A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan

yaitu: Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus

yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati,

mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut

kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar

tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari

rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain,

perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa

penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya

(Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nausea b.d. iritasi lambung
2. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis
3. Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif
4. Defisit Nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrien
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari / tgl / waktu Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Keperawatan

Nausea b.d. iritasi lambung Setelah dilakukan intervensi Manajemen Mual (I.03117)
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Observasi
tingkat nausea menurun, dengan  Identifikasi pengalaman mual
kriteria hasil:  Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
1. Perasaan ingin muntah (mis: bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak
menurun dapat berkomunikasi secara efektif)
 Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
(mis: nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung
jawab peran, dan tidur)
 Identifikasi faktor penyebab mual (mis:
pengobatan dan prosedur)
 Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual
(kecuali mual pada kehamilan)
 Monitor mual (mis: frekuensi, durasi, dan tingkat
keparahan)
Terapeutik
 Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
(mis: bau tidak sedap, suara, dan rangsangan
visual yang tidak menyenangkan)
 Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
(mis: kecemasan, ketakutan, kelelahan)
 Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
 Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak
berbau, dan tidak berwarna, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
 Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali
jika merangsang mual
 Anjurkan makanan tinggi karbohidrat, dan rendah
lemak
 Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis
untuk mengatasi mual (mis: biofeedback,
hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antiemetik, jika perlu
Manajemen Muntah (I.03118)
Observasi
 Identifikasi pengalaman muntah
 Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
(mis: bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak
dapat berkomunikasi secara efektif)
 Identifikasi dampak muntah terhadap kualitas
hidup (mis: nafsu makan, aktivitas, kinerja,
tanggung jawab peran, dan tidur)
 Identifikasi faktor penyebab muntah (mis:
pengobatan dan prosedur)
 Identifikasi antiemetik untuk mencegah muntah
(kecuali muntah pada kehamilan)
 Monitor muntah (mis: frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
Terapeutik
 Kontrol lingkungan penyebab muntah (mis: bau
tidak sedap, suara, dan stimulasi visual yang tidak
menyenangkan)
 Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
muntah (mis: kecemasan, ketakutan)
 Atur posisi untuk mencegah aspirasi
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Bersihkan mulut dan hidung
 Berikan dukungan fisik saat muntah (mis:
membantu membungkuk atau menundukkan
kepala)
 Berikan kenyamanan selama muntah (mis:
kompres dingin di dahi, atau sediakan pakaian
kering dan bersih)
 Berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi
minimal 30 menit setelah muntah
Edukasi
 Anjurkan membawa kantong plastik untuk
menampung muntah
 Anjurkan memperbanyak istirahat
 Ajarkan penggunaan Teknik non farmakologis
untuk mengelola muntah (mis: biofeedback,
hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antiemetik, jika perlu
Nyeri Akut b.d. agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Observasi
tingkat nyeri menurun, dengan kriteria  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
hasil: kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun  Idenfitikasi respon nyeri non verbal
3. Sikap protektif menurun  Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Gelisah menurun memperingan nyeri
5. Kesulitan tidur menurun  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
6. Frekuensi nadi membaik nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Hipovolemia b.d. kehilangan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia (I.03116)


cairan aktif keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
maka keseimbangan cairan  Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis:
meningkat, dengan kriteria hasil: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
1. Output urin meningkat tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
2. Membrane mukosa lembab turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
meningkat volume urin menurun, hematokrit meningkat,
3. Tekanan darah membaik haus, lemah)
4. Frekuensi nadi membaik  Monitor intake dan output cairan
5. Kekuatan nadi membaik Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi modified Trendelenburg
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis:
NaCL, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis:
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin,
plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk darah
Defisit Nutrisi b.d. Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan mencerna keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
maka status nutrisi membaik, dengan  Identifikasi status nutrisi
makanan dan mengabsorbsi kriteria hasil:
nutrien  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
1. Porsi makan yang dihabiskan  Identifikasi makanan yang disukai
meningkat
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
2. Berat badan membaik
3. Indeks massa tubuh (IMT)  Identifikasi perlunya penggunaan selang
membaik nasogastrik

 Monitor asupan makanan


 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis:


piramida makanan)

 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang


sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi
 Ajarkan posisi duduk, jika mampu

 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan


jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana/intervensi keperawatan oleh
perawat terhadap pasien.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC

Doengoes. E. M, et al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC

Hadi, S.1995. Gastroenterologi Edisi 4. Bandung: Alumni

Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –

2017 Edisi 10. EGC : Jakarta

Manjoer, A, et al.2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medika aeusculapeus

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.1999. Kapita

Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Media Aesculapius

Price & Wilson.1994. Patofisiologi, Edisi 4, Jakarta: EGC

Suryono Slamet, et al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. Jakarta: FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan

Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Warpadji Sarwono, et al.1996. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FKUI


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R DENGAN DISPEPSIA

Disusun oleh

Repal Ilyas N

2232311003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
TAHUN 2023
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama : Tn. R
Usia : 21 tahun – 7 bulan – 15 hari
Tempat, tanggal lahir : Sukabumi, 23 September 2001
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Belum Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Pancalikan RT 03/RW 15, Sekarwangi,
Cibadak, Sukabumi, Jawa barat
Tanggal masuk RS : 08 Mei 2023 jam 16.00 WIB
Diagnosa medis : Dispepsia
No. RM : 721XXX
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 44 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pancalikan RT 03/RW 15, Sekarwangi,
Cibadak, Sukabumi, Jawa barat
Hub. dengan klien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan nyeri ulu hati, nyeri dirasakan seperti ditususk
tusuk, skala nyeri 4 ( 0 – 10 ), nyeri menurun apabila beristirahat, nyeri
hilang timbul.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit, dan tidak
mempunyai riwayat penyakit apapun.
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
e. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki : Garis perkawinan

: Perempuan : Garis keturunan

: Klien : Tinggal serumah

: Meninggal

3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu tubuh : 36, 3oC
c. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Warna rambut hitam sedikit beruban, bentuk kepalasimetris, tidak
ada lesi, tidak ada luka, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
2) Mata
Kelopak mata sedikit cekung, tidak terdapat kelainan pada mata,
klien tidak menggunakan alat batu penglihatan, tidak ada nyeri
tekan.
3) Hidung
Tidak ada kelainan pada hidung, bentuk hidung simetris, berfungsi
dengan baik, tidak ada nyeri tekan.
4) Mulut dan Faring
Mulut klien terlihat kering, tidak ada kelainan, tidak ada sianosis.
5) Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak ada kelainan, telinga tampak bersih,
tidak ada yeri tekan, klien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, telinga berfungsi dengan baik.
6) Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada kelainan, tidak
ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
7) Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada retralsi dada, tidak ada nyeri tekan,
bunyi jantung lup-dup, bunyi paru-paru vesikuler, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan.
8) Abdomen
Tidak terdapat luka, tidak ada pembengkakan, bentuk abdomen
simetris, pasien mengalami distensi abdomen, bising usus 28
x/menit, tidak terdapat nyeri tekan, perkusi hipertimpani.
9) Musculoskeletal/ Ektremitas
Turgor kulit baik, akal hangat, CRT < 2 detik.
10) Pemeriksaan Genetalia
Tidak dikaji.

4. Activities of daily living (ADL)


No Aktivitas Sehat Sakit
1 Pola nutrisi:
Makan Frekuensi: 3x sehari Frekuensi: 2 ( 1/2
Jenis: nasi, daging, porsi)
ikan, sayur Jenis: nasi, bubur,
Pantrangan: tidak ada ikan, sayur, daging
Keluhan: tidak ada Pantrangan: makanan
pedas
Keluhan: mual
muntah, tidak nafsu
makan
Minum Jumlah: ± 2 L/ hari Jumlah: ± 2,5 L/hari
Jenis: air putih, kopi, Jenis: air putih
teh Pantrangan: kopi, soda
Pantrangan: tidak ada Keluhan: diare
Keluhan tidak ada
2 Istirahat tidur Lama tidur Lama tidur
Malam: ± 8 jam Malam: tidak menentu
Siang: tidak tidur Siang: tidak menentu
Keluhan: tidak ada Keluhan: perut mulas,
sering ke toilet
3 Eliminasi:
BAK Frekuensi: ±7 kali Frekuesni: ± 8 kali
sehari sehari
Warna: kuning muda Warna: kuning
Bau: tidak berbau Bau: pesing
Keluhan: tidak ada Keluhan tidak ada
BAB Frekuensi: ± 2x sehari Frekuensi: 8x sehari
Warna: kuning Warna: kuning
Konsistensi: lembek Konsistensi: cair
Bau: khas Bau: khas
Keluhan: tidak ada Keluhan: diare
4 Personal hygiene
Mandi Frekuensi: 2 kali Frekuensi: belum
sehari mandi sejak di rawat
Dilakukan secara di RS
mandiri
Sikat gigi Frekuesnsi: 3 kali Frekuensi: belum sikat
sehari gigi sejak dirawat di
Dilakukan secara RS
mandiri
Berpakaian Frekuensi: 2 kali Frekuensi: tidak
sehari menentu
Dilakukan secara Dibantu oleh keluarga
mandiri

5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan satuan
Hematologi
HB (Hemoglobin) 16,7 13,0 – 17,5 g/dL
Leukosit 46,4 40 – 52 %
Thrombosit 8,700 4,000 – 9,000 /Ul
Hematokrit/PVC 137,000 150000 – 350000 /uL
6. Terapi farmakologi
a. RL 20 tpm
b. Ceftriaxone
c. Ranitidine
d. Ondansentron

7. Analisa data
No Data Etiolgi Masalah
1 Subjektif: Agen infeksius Diare
 Klien mengeluh BAB
cair 8x dalam sehari Merusak sel epitel
Objektif: mukosa
 Klien terlihat lemas
 Kelopak mata sedikit Absorbs air,
cekung elektrolit menurun

 Mulut klien terlihat


kering Sekresi cairan ke

 Bising usus 28 x/menit lume meningkat

 Perkusi hipertimpani
Diare

2 Subjektif: Hiperperistaltik usus Nyeri akut


 Klien mengatakan perut
terasa nyeri, perut mulas Usus tidak dapat
dan berkeinginan untuk menyerap makanan
BAB, skala 4, nyeri
terasa terus menerus Diare
Objektif:
 Klien terlihat meringis Iritasi usus halus
 P: Diare
Q: Perut mulas dan Nosiseptor
berkeinginan BAB terangsang
R: Nyeri terasa diperut
S: Skala 4 Nyeri akut
T: Terjadi terus menerus
 TD:110/70 mmHg, N:
87 x/menit, R: 20
x/menit, S: 36, 3oC
 Klien tampak
memegang perut

3 Subejektif: dyspepsia Defisit nutrisi


 Klien mengeluh lemas
 Klien mengeluh mual Distensi abdomen
 Klien mengatakan
muntah sudah 2x Mual muntah
Objektif:
 Klien terlihat tidak Nafsu makan
berselera makan menurun
 Palpasi perut
hipertimpani Defisit nutrisi

4 Subejektif: Dispepsia Nausea


 Klien mengeluh lemas
 Klien mengeluh mual Makanan pemicu
 Klien mengatakan
muntah sudah 2x Respon mukosa

 Klien mengatakan lambung

muntah sejak 2 hari yang


lalu Vasodilatsi mukosa

Objektif: gaster

 Klien terlihat tidak


berselera makan Produksi HCL

 Palpasi perut meningkat

hipertimpani
Nausea
B. Diagnosa keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbsi
nutrient
4. Nausea bd iritasi lambung

C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
1 Diare berhubungan Setelah diberikan asuhan Manajemen Diare (I.03101)
dengan proses infeksi keperawatan selama 2 x 8 Observasi:
jam diharapkan eliminasi 1. Identifikasi penyebab diare (mis. Inflamasi
fekal membaik dengan gastrointestinal, iritasi gastrointestinal)
kriteria hasil: 2. Identifikasi gejala invaginasi
a. Kontrol pengeluaran 3. Identifikasi riwayat pemberian makanan
feses meningkat 4. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
b. Distensi abdomen tinja
menurun 5. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
c. Nyeri abdomen 6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal
menurun 7. Monitor jumlah pengeluaran diare
d. Konsistensi feses 8. Monitor keamanan penyiapan makanan
membaik Terapeutik:
e. Frekuansi defekasi 1. Berikan asupan cairan oral pasang jalur intravena
membaik 2. Berikan cairan intravena
f. Peristatik usus 3. Berikan minum hangat
membaik 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan, pembentuk gas,
pedas, dan mengandung lactose
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat antimotilita
2. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/
spasmolitik
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
2 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Manajemen nyeri (I. 12391)
berhubungan dengan keerawtaan selama 2 X 8 Observasi:
agen pencedera jam diharapkan tingkat
fisiologis nyeri menurun dengan 1. Identifikasi Lokasi, karakteristik, durasi,

kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

a. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri

menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal

b. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan

c. Gelisah menurun memperingan nyeri

d. Kesulitan tidur 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang

menrun nyeri

e. Frekuensi nadi 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon

membaik nyeri

f. Tekanan darah 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

membaik 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang

g. Pola tidur membaik sudah diberikan


9. Monitor efek samping penggunaan analgetic

Terapeutik:

1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi:

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetic secara epat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi emberian analgetic, jika perlu
3 Defisit nutrisi Setelah diberikan asuhan Manajemen Nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 8 Observasi:
ketidak mampuan jam diharapkan status 1. Identifikasi status nutrisi
mengabsorbsi nutrisi membaik dengan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
nutrient kriteria hasil: 3. Identifikasi makanan yang disukai
a. Porsi makanan yang 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
dihabiskan meningkat 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
b. Nyeri abdomen nasogastrik
menurun 6. Monitor asupan makanan
c. Diare menurun 7. Monitor berat badan
d. Frekuensi makan 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
membaik Terapeutik:
e. Nafsu makan membaik 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
f. Bising usus membaik Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
2. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
3. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
5. Berikan suplemen makanan, jika perlu
6. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi:
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
4 Nausea berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Muntah (I.03118)
dengan iritasi intervensi keperawatan Observasi
lambung selama 2 x 24 jam, maka 1. Identifikasi pengalaman muntah
tingkat nausea menurun, 2. Identifikasi isyarat nonverbal
dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan (mis: bayi, anak-anak, dan
1. Perasaan ingin mereka yang tidak dapat berkomunikasi
muntah menurun secara efektif)
3. Identifikasi dampak muntah terhadap kualitas
hidup (mis: nafsu makan, aktivitas, kinerja,
tanggung jawab peran, dan tidur)
4. Identifikasi faktor penyebab muntah (mis:
pengobatan dan prosedur)
5. Identifikasi antiemetik untuk mencegah
muntah (kecuali muntah pada kehamilan)
6. Monitor muntah (mis: frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
Terapeutik
1. Kontrol lingkungan penyebab muntah (mis:
bau tidak sedap, suara, dan stimulasi visual
yang tidak menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
muntah (mis: kecemasan, ketakutan)
3. Atur posisi untuk mencegah aspirasi
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
5. Bersihkan mulut dan hidung
6. Berikan dukungan fisik saat muntah (mis:
membantu membungkuk atau menundukkan
kepala)
7. Berikan kenyamanan selama muntah (mis:
kompres dingin di dahi, atau sediakan pakaian
kering dan bersih)
8. Berikan cairan yang tidak mengandung
karbonasi minimal 30 menit setelah muntah
Edukasi
1. Anjurkan membawa kantong plastik untuk
menampung muntah
2. Anjurkan memperbanyak istirahat
3. Ajarkan penggunaan Teknik non
farmakologis untuk mengelola muntah (mis:
biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik,
akupresur)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiemetik, jika
perlu
D. Implementasi dan Evaluasi keperawatan
Dianosa
Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasia Keperawatan
Keperawatan
Rabu, Diare 1. Memeriksa TTV S:
08 Mei berhubungan Respon: TD: 110/70 mmHg, N: Klien mengeluh BAB masih cair
2023 dengan proses 89 x/menit, R: 21 x/menit, S: O:
infeksi 36,3oC, SPO2: 97% TD: 100/70 mmHg
2. Mengidentifikasi penyebab N: 89 x/menit
diare RR: 21 x/menit
Respon: klien mengatakan S: 36,3oC
bahwa sebelum sakit klien SPO2: 97
makan makanan pedas. A:
3. Mengidentifikasi frekuensi dan Diare teratasi sebagian
konsistensi tinja P:
Respon: klien mengatakan Intervensi dilanjutkan
sudah BAB 3 X, konsistensi 1.Kaji frekuensi dan konsistensi
masih cair tinja
4. Memberikan asupan cairan RL 2. Periksa TTV
20 tpm
Respon: klien terpasang infus
RL 20 tpm
5. Menganjurkan makan porsi
kecil dan sering secara bertahap
Respon: Klien dan keluarga
mengerti
6. Menganjurkan menghindari
makanan pedas
Respon: klien dan keluarga
klien mengerti
Nyeri akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
berhubungan karakteristik, durasi frekuensi,
dengan agen kualitas, dan skala nyeri
pencedera Respon: klien mengatakan Klein mengatakan perutnya
fisiologis nyeri perut, mulas dan terasa sakit, mulas, dan ingin
berkeinginan untuk BAB. BAB
Mengajarkan terapi relaksasi O:
nafas dalam untuk mengurangi P: Diare
nyeri Q: mulas dan berkeinginan BAB
Respon: klien dapat R: Nyeri terasa di ulu hati
mempraktekan secara mandiri S: Skala 3
2. Memfasilitasi istirahat dan tidur T: nyeri muncul secara tiba-tiba
Respon: klien terlihat ingin A:
beristirahat Nyeri akut teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi
frekuensi, kualitas, dan skala
nyeri

Defisit nutrisi 1. Mengidentifikasi alergi S:


berhubungan makanan Klien mengatakan makan
dengan ketidak Respon: klien mengatakan tidak sedikit-sedikit
mampuan
mempunyai alergi makanan O:
mengabsorbsi
2. Memonitor asupan makanan Klien masih terlihat lemas
nutrient
Respon: klien mengatakan A:
makan sedikit-sedikit Defisit nutrisi teratasi sebagian
Menganjurkan diet tinggi serat P:
Respon: Klien dan keluarga Intervensi dilanjutkan
klien mengerti 1. Monitor asupan makanan
Nausea bd 1. Identifikasi dampak muntah S:
iritasi lambung terhadap kualitas hidup Klien mengatakan masih terasa
Respon: mual tetapi tidak disertai muntah
Klien mengatakan tidak nafsu O:
makan Klien masih terlihat lemas dan
2. Monitor muntah dan muntah mual
Respon: A:
Klien mengatakan sudah muntah 2 Nausea teratasi sebagian
x sehari, muntah sejak 2 hari yang P:
lalu Intervensi dilanjutkan
3. Ajarkan penggunaan teknik 1. Monitor mual dan
relaksasi muntah
Respon:
Klien mengerti dan dapat
melakukannya secara mandiri
kamis, Diare 1. Mengkaji frekuensi dan S:
09 Mei berhubungan konsistensi tinja klien mengatakan frekuensi
2023 dengan proses Respon: klien mengatakan sudah BAB 2x, BAB sudah ada
infeksi frekuensi sudah BAB 2x, BAB ampasnya
sudah ada ampasnya O:
2. Memeriksa TTV TD: 110/80 mmHg, N: 88
Respon: TD: 110/80 mmHg, N: x/menit, R: 20 x/menit, S: 36oC,
88 x/menit, R: 20 x/menit, S: SPO2: 98%
36oC, SPO2: 98% A:
Diare teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Nyeri akut 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, S:
berhubungan durasi frekuensi, kualitas, dan Klien mengatakan nyeri perut
dengan agen skala nyeri berkurang, skala nyeri 2, nyeri
pencedera
Respon: klien mengatakan jarang muncul
fisiologis
nyeri perut berkurang, skala O:
nyeri 2, nyeri jarang muncul P: Diare
Q: Mulas dan berkeinginan BAB
R: Nyeri terasa diperut
S: Skala 2
T: nyeri jarang muncul
A:
Nyeri akut teratasi
P:
Intervensi dihentikan

Defisit nutrisi 1. Memonitor asupan makanan S:


berhubungan Respon: Klien mengatakan Klien mengatakan bahwa makan
dengan ketidak bahwa makan sudah lumayan sudah lumayan banyak, tidak
mampuan
banyak, tidak ada mual ada mual
mengabsorbsi
O:
nutrient
Klien terlihat lebih bertenaga
A:
Defisit nutrisi teratasi
P:
Intervensi dihentikan

Nausea bd 1. Monitor muntah dan muntah S:


iritasi lambung Respon: Klien mengatakan sudah tidak
Klien mengatakan sudah tidak mual mual dan muntah
dan muntah O:
 Klien terlihat sudah tidak
lemas
 Makan 1 porsi habis
A:
Nausea teratasi
P:
Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai