DYSPEPSIA
OLEH:
A. DEFINISI
D. PATOFISIOLOGI
E. PATHWAY
DISPEPSIA
Perubahan pada
Muntah Nyeri
status kesehatan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan
penyebab organik lainnya seperti antara lain pankreasitis kronis, DM.
Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi
helicobacter pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)
G. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter
pylori 1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang
dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog
atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan
dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal beberapa
golongan obat, yaitu:
2. Antikolinergik
3. Antagonis reseptor H2
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil
(PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam
lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi
prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki
mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan
sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site
protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa
saluran cerna bagian atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
A. PENGKAJIAN
data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri
perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan
berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut,
Hal. 488).
terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nausea b.d. iritasi lambung
2. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis
3. Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif
4. Defisit Nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi
nutrien
5. Defisit Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan
kurang terpapar informasi
6. Ansietas b.d. krisis situasional
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Fluid/ Electrolit
Management
a. Berikan terapi IV
sesuai dengan
anjuran
b. Berikan obat
antimetic sesuai
anjuran
c. Pantau tanda-
tanda vital, bila
diperlukan
d. Pantau makanan
dan cairan yang
dikonsumsi dan
hitung asupan
kalori setiap hari,
jika diperlukan
e. Pantau status
hidrasi (misalnya
membrane
mukosa lembab,
keadekuatan
nadi, tekanan
darah ortostatik)
jika diperlukan
- Medication
Management
a. Memantau
efektivitas
modalitas
administrasi
pengobatan
b. Memantau pasien
untuk efek terapi
obat
c. Pantau tanda –
tanda dan gejala
dari keracunan
obat
d. Memonitor efek
samping obat
e. Memonitor
interaksi obat
nontherapeutic
- Analgesic
administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemeberian obat
b. Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
c. Cek riwayat
alergi
d. Berikan
analgesic tepat
waktu terutama
saat nyeri hebat
e. Evaluasi
efektivitas
analgesic, tanda
dan gejala.
- Hypovolemia
management
a. Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat
Hb dan
hematokrit
d. Monitor tanda
vital
e. Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015 –
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
PPNI
https://www.academia.edu/33840059/LP_DISPEPSIA.docx