Anda di halaman 1dari 33

BAB II

LANDASAN TEORI

1. KONSEP DASAR
1.1 Definisi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Sistem pencernaan berhubungan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkan nya
untuk diasimilasi tubuh. Selain itu mulut memuat gigi untuk mengunyah makanan, dan lidah
yang membantu untuk cita rasa dan menelan. Beberapa kelenjar atau kelompok kelenjar
menuangkan cairan pencerna penting ke dalam saluran pencernaan. Saluran-saluran
pencernaan dibatasi selaput lendir (membran mukosa), dari bibir sampai ujung akhir
esofagus, ditambah lapisan-lapisan epitelium (Pearce Evelin C. 2009).

1.2 Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Pencernaan


Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
1) Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk
memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
2) Rontgen
3) Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis,
menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan. Pada
beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu, ada juga
pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan
pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat
medis dan pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar
sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti. Kelainan
psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan
menimbulkan gejala-gejalanya.  

2. Asuhan Keperawatan

PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PENCERNAAN

Data Biografi

Nama

Usia

Jenis kelamin

Suku

Status perkawinan

Agama

Pekerjaan

Keluhan Utama

Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang


dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien
gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain:

Nyeri

Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk
meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah saluran
gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat
melakukan pendekatan PQRST, sehingga pengkajian dapat lebih
komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar
yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri.
Mual muntah

Keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan


biasanya selalu berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal.
Mual (nausea) adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan
sering mendahului muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi dari
bagian manasaja dari saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-
pusat otak yang lebih tinggi. Interpretasi mual terjadi di medulla, bagian
samping, atau bagian dari pusat muntah. Muntah merupakan salah satu
cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari isinya
ketika hampir semua bagian atau traktus gastrointestinal teriritasi secara
luas, sangat mengembang, atau sangat terangsang.

Kembung dan Sendawa (Flatulens).

Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan


sendawa yaitu pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens)
yaitu pengeluaran gas dari rektm. Sendawa terjadi jika menelan udara
dimana cepat dikeluarkan bila mencapai lambung. Biasanya, gas di usus
halus melewati kolon dan di keluarkan. Pasien sering mengeluh kembung,
distensi, atau merasa penuh dengan gas.

Ketidaknyamanan Abdomen

Ketidaknyamanan pada abdomen secara lazim berhubngan dengan


gangguan saraf lambung dan gangguan saluran gastrointestinal atau
bagian lain tubuh. Makanan berlemak cenderung menyebabkan
ketidaknyamanan karena lemak tetap berada di bawah lambung lebih
lama dari protein atau karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang
sangat berbumbu dapat juga mengakibatkan penyakit berat.
Ketidaknyamanan atau distress abdomen bagian atas yang berhubungan
dengan makanan yang merupakan keluhan utama dari pasien dengan
disfungsi gastrointestinal. Dasar distress gerakan abdomen ini merupakan
gerakan peristaltic lambung pasien sendiri. Defekasi dapat atau tidak
dapat menghilangkan nyeri.
Diare

Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat


terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses,
yang disebut diare osmotic, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab
tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau
usus besar. Iritasi usus oleh suatu pathogen mempengaruhi lapisan
mukosa usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik
termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba jga mempengaruhi lapisan otot
sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang
tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkuran. Individu
yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik
dan kelainan elektrolit.

Konstipasi

Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang.


Frekuensi defekasi berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini
bersifat subjektif dan dianggap sebagai penurunan relative jumlah buang
air besar pada seseorang. Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses
mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila individu mengalami
dehidrasi atau apabila tindakan BAB ditunda sehingga memungkinkan
lebih banyak air yang terserap keluar sewaktu feses berada di usus
besar.diet berserat tinggi mempertahankan kelembaban feses dengan
cara menarik air secara osmosis ke dalam feses dan dengan merangsang
peristaltic kolon melalui peregangan. Dengan demikian, orang yang
makan makanan rendah serat atau makananan yang sangat dimurnikan
beresiko lebih besar mengalami konstipasi. Olah raga mendorong
defekasi dengan merangsang saluran GE secara fisik. Dengan demikian,
orang yang sehari-harinya jarang bergerak berisiko tinggi mengalami
konstipasi.

Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara
untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dari
pasiennya. Perawat memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan
masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan
harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat mempengaruhi
masalah kesehatan.

Riwayat kesehatan sekarang

Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien seditail-ditailnya


dan semuanya di buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk
menjelaskan keluhannya dari gejala awal sampai sekarang.

Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi bemberikan


dampak terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat
perubahan berat badan? Pengkajian ini akan memberikan kemudahan
pada perawat untuk merencanakan intervensi dalam pemenuhan nutrisi
yang tepat sesuai kondisi pasien. Tanyakan pada pasien apakah baru-
baru ini mendapat tablet atau obat-obatan yang sering kali dijelaskan
warna atau ukurannya dari pada nama dan dosisnya. Kemudian pasien
diminta untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika membawanya dan
catat semuanya. Masalah ini menjadi petunjuk yang bermanfaat
melengkapi pengkajian.

Riwayat kesehatan dahulu

Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai


kondisi yang memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji
riwayat MRS (masuk rumah sakit) dan penyakit berat yang pernah
diderita, penggunaan obat2 dan adanya alergi.

Riwayat penyakit dan riwayat MRS

Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya? Apabila ada, maka


perlu ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan, berapa
lama dirawat dan apakah berhubungan dengan penyakit pada saluran
gastrointestinal. Pasien yang pernah dirawat dengan ulkus peptikum,
jaundice, panyakit kandung empedu, kolitis ,kanker gastrointestinal, pada
pasca pembedahan pada seluran intestinal mempunya predisposisi
penting untuk dilakukan rawat lanjutan. Dengan mengetahui adanya
riwayat MRS, perawat dapat mengumpulkan data-data penunjang
masalulu seperti status rekam medis saat dirawat sebelumnya, serta
data-data diagnostik dan pembedahan.

Riwayat penggunaan obat-obatan

Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi
kuantitas maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada
pasien akaibat efeksamping dari obat atau zat yang telah dikonsumsi.
Beberapa obat akan mempengaruhi mukosa GI seperti obat anti inflamasi
non-steroid (NSAIDs), asam salisilat dan kortiko steroid yang memberikan
resiko peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah
pasien menggunakan preparat besi atau ferum karna obatini akan
mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna feses (agak kehitaman)
atau meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia /laksatik
pada saat melakukan BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat
efatotoksik atau bersifat racun terhadap fisiologis kerja hati yang
memberikan resiko pada peningkatan peraadangan atau keganasan pada
hati.

Riwayat alergi

Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan


atau agen obat pada masa lalu dan bagai mana pengaruh dari alergi
tersebut, apakah memberikan dampak terjadinya diare atau konstipasi.

Pemerikasaan fisik

Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga mulut,


abdomen, rectum dan anus.

Bibir

Bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya
lesi. Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke
ujung. Normalnya bibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan
halus. Pasien wanita harus menghapus lipstik mereka sebelum
pemeriksaan. Bibr yang pucat dapat disebabkan karna anemia,
sedangkan sianosis desebabkan oleh masalah pernapasan atau
kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan
infeksi, iritasi, atau kanker kulit.

Rongga mulut

Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan atau


lesi yang mempengaruhi pada fungsi ingesti dan digesti. Untuk mengkaji
rongga oral,perawat menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa
tunggal segi empat. Sarung tangan harus dipakai selama pemeringksaan.
Selama pemeriksaan, pasien dapat duduk dan berbaring. Pengkajian
rongga mulut dilakukan perawat denganmengingat kembali struktur
rongga mulut.

Untuk melihat mukosa bukal,pasien meminta perawat untuk membuka


mulut, kemudian merektrasi pipi dengan lembut menggunakan spatel lidah
atau jari bersarung tangan yang ditutupi dengan kasa. Permukaan mukosa
harus dilihat dari kanan kekiri dan dari atas kebawah.senter menerangi
bagian paling posterior dari mukosa. Mukosa normal berkilau merah
muda,lunak, basah, dan halus. Dengan pasien dengan pigmentasi normal,
mukosa bukal merupakan tempat yang paling baik untuk menginspeksi
adanya interik atau pucat.

Lidah dan dasar mulut

Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar
mulut. Terlebih dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit
menjulurkan lidah keluar. Perawat mencatat adanya penyimpangan,
tremor, atau keterbatasan gerak. Hal tersebut dilakukan untuk menguji
fungsi safar hipoglosum. Jika pasien menjulurkan lidahnya terlalu jauh,
dapat terlihat adanya reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan, lidah
berada digaris tengah.

Pada beberapa keeadaan, gangguan neuro logis didapatkan


ketidaksimetrisan lidah akibat kelemahan otot lidah pada pasien yang
mengalami Miastenia gravis dengan tanda khas triple forroed . untuk
menguji mobilitas lidah, perawat meminta pasien untuk menaikan lidah
keatas dan kesemping. Lidah harus bergerak dengan bebas.

Dengan menggunakan senter untuk pencahayaan, perawat memeriksa


warna, ukuran posisi, tekstur, dan adanya lapisan atau lesi pada lidah.
Lidah harus berwarna merah sedang atau merah pudar, lembab, sedikit
kasar pada bagian permukaan atasnya, dan halus sepanjang tepi lateral.
Permukaan bawah lidah dan bagian dasar mulut sangat bersifat faskular.
Kecermatan ekstra harus dilakukan pada saat minginspeksi area-area
yang umumnya terkena lesi kanker oral.

Pada pengkajian dasar mulut dengan kondisi klinik dengan trauma


mandibula akan terlihat pada dasar mulut garis patah dari tulang
mandibula

» Kelenjar parotis

Pemeriksaan kelenjar parotis dengan melakukan palpasi kedua pipi


pada daerah parotis untuk mencari adanya pembesaran parotis.
Pasien disuruh mengatupkan giginya sehingga otot masseter dapt
teraba; kelenjar parotis paling baik diraba dibelakang otot messeter
dan didepan telinga. Parotidomegali berkaitan dengan pasta alkohol
daripada penyakit hepar itu sendiri. Hal ini disebabkan infiltrasi lemak,
mungkin akibat sekunder dari toksisitas alkohol dengan atau tanpa
malnutrisi.

Pemeriksaan fisik Abdomen

Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi,


palpasi, dan perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi
dan perkusi dengan tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat
karena kita belum melakukan manipulasi terhadap abdomen.bila dilakukan
palpasi dan perkusi terlebih dahulu , maka dapat mengubah frekuensi dan
karakter bising usus.

 Topografi Anatomi Abdomen

Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum


dipakai untuk menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:
Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal
melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan
bawah, dan kiri bawah.

Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua
garis vertikal.

Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang


rawan iga kesepuluh dan yang kedua dibuat melalui titik
spina iliaka anterior superior (SIAS).

Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan


antara SIAS dan mid-line abdomen.

Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium,


hipokondrium kiri, lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan,
iliaka kanan, hipogastrium/suprapubik, dan iliaka kiri.

Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak


kurus dapat terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ
dalam keadaan normal dapat teraba di daerah tertentu, misalnya
kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah,
kolon asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan
bawah. Ginjal yang merupakan organ retroperitoneal dalam
keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih pada retensio urine
dan uterus gravid teraba di daerah suprapubik.
Gambar 1 : abdomen 4 kuadran

Gambar 2 : abdomen 9 kuadran

INSPEKSI

Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan
seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun
pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya
bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut
(tentukan lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh
darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).

Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).

Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali,


splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis).Gerakan dinding abdomen pada peritonitis
terbatas.

Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau
tumor apa.

Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada
dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).

Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan


gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.

Perhatikan juga gerakan pasien:

Pasien sering merubah posisi → adanya obstruksi usus.

Pasien sering menghindari gerakan → adanya iritasi peritoneum generalisata.

Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi →
adanya peritonitis.

Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri →
adanya pankreatitis parah.

AUSKULTASI

Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan


bising pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.

Mendengarkan suara peristaltik usus.

Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan


keseluruh bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya
gerakan cairan dan udara dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34
kali/ menit.

Bila terdapat obstruksi usus, peristaltik meningkat disertai rasa


sakit (borborigmi).

Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan tegang,


peristaltik lebih tinggi seperti dentingan keeping uang logam (metallic-
sound).

Bila terjadi peritonitis, peristaltik usus akan melemah, frekuensinya


lambat, bahkan sampai hilang.

 Suara usus terdengar tidak ada

 Hipoaktif/sangat lambat ( misalnya sekali dalam 1 menit )

Mendengarkan suara pembuluh darah.

Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase.
Misalnya pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit).
Pada hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di
daerah epigastrium.

PALPASI

Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:

Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.

Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan.


Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari.
Diusahakan agar tidak melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul
tahanan pada dinding abdomen.

Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang
dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta
untuk menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati dengan
menekan daerah muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika
muskulus rectus relaksasi, maka itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku
tegang selama siklus pernapasan, itu adalah spasme sejati.

Palpasi bimanual : palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan
kiri berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di
bagian depan dinding abdomen.

Pemeriksaan ballottement : cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites.


Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen &
dengan cepat tangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk
sementara, sehingga organ atau massa tumor yang membesar dalam rongga
abdomen dapat teraba saat memantul.Teknik ballottement juga dipakai untuk
memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan pada organ oleh satu tangan akan
dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.

Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya,


konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan,
dan warna kulit di atasnya. Palpasi hati : dilakukan dengan satu tangan atau
bimanual pada kuadran kanan atas. Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada
garis pertengahan antara mid-line & SIAS. Bila perlu pasien diminta untuk menarik
napas dalam, sehingga hati dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan dengan
berapa sentimeter di bawah lengkung costa dan berapa sentimeter di bawah
prosesus xiphoideus. Sebaiknya digambar.
PERKUSI

Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara


keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa
padat atau massa berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam
lambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara
perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisi udara),
kecuali di daerah hati (redup; organ yang padat).

Orientasi abdomen secara umum.

Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis


untuk mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness).
Pada perforasi usus, pekak hati akan menghilang.

Cairan bebas dalam rongga abdomen

Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan


suara perkusi timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau
suara dullness dominant. Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen,
maka bila pasien dimiringkan akan terjadi perpindahan cairan ke sisi
terendah. Cara pemeriksaan asites:

Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).

Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah
ketukan pada satu sisi dinding abdomen akan menimbulkan
gelombang cairan yang akan diteruskan ke sisi yang lain. Pasien tidur
terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri pada satu sisi
abdomen dan tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada
dinding abdomen sisi yang lain. Tangan kiri kan merasakan adanya
tekanan gelombang.

Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).

Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen


terendah. Pasien tidur terlentang, lakukan perkusi dan tandai
peralihan suara timpani ke redup pada kedua sisi. Lalu pasien diminta
tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai tempat
peralihan suara timpani ke redup maka akan tampak adanya
peralihan suara redup.

Pemeriksaan Rektal Anus

INSPEKSI

Setelah menjelaskan apa yang akan dilakukan, pasien disuruh


berbaring pada sisi kirinya dengan lutut ditekuk. Posisi ini yang disebut
dengan posisi lateral kiri. Perawat yang mengenakan sarung tangan dan
mulai melakukan inspeksi pada anus dan daerah perianal dengan
menyisihkan kedua belah pantatnya. Perawat perlu menilai adanya
konsistensi abnormalitas pada anus, meliputi hal-hal berikut ini:

Fisura-in-ano, Fisura ini merupakan retakan dari dinding anus yang cukup
nyeri sehingga menghambat pemeriksaan rectal dengan jari. Fisura-
in-ano biasanya terjadi secara berlangsung pada bagian posterior dan
garis tengah. Mungkin perlu menyuruh pasien mengedan agar fisura
dapat terlihat
Hemoroid, merupakan suatu kondisi pemekaran pembuluh darah vena
akibat bendungan vena usus.

Prolaps rekti, merupakan lipatan sirkum firesial dari mukosa yang


berwarna merah terlihat menonjol dari anus.

Fistel-in-ano, lubang dari fistel mungkin dapat terlihat, biasanya dalam 4


cm dari anus. Mulut lubang fistel tampak berwarna merah yang
disebabkan jaringan granulasi. Fistel ini mempunyai hubungan
dengan penyakit Crohn.

Karsinoma anus, dapat terlihat sebagai massa yang terbentuk kembang


kol pada pinggir anus.

PALPASI

Colok anus (Colok dubur). Perawat yang menggunakan ujung jari


telunjuk yang terbungkus sarung tangan dilubrikasi dan diletakkan pada
anus. Pasien diminta bernapas melalui mulut dengan tenaga dan rileks.
Dengan perlahan-lahan meningkatkan tekanan pada jari telunjuk kea rah
bawah sampai sfingter terasa agak lemas. pada saat ini dimasukkan
perlahan-lahan kedalam rectum.

Palpasi dinding anterior dari rectum dilakukan untuk menilai kelenjar


prostat pada pria dan serviks wanita. Prostat yang normal merupakan
massa kenyal berlobus dua dengan lekukan sentral. Prostat menjadi
semakin keras sesuai umur ang bertambahdan akan menjadi sangat keras
bila terdapat karsinoma prostat. Massa di atas prostat atau serviks dapat
menunjukkan adanya metastatic.

Jari kemudian diputar sesuai arah jarum jam sehingga dinding lateral
kanan, dinding posterior, dan dinding laterl kiri dari rectum dapat dipalpasi
secara berurutan. Kemudian jari dimasukkan sedalam mungkin ke dalam
rectum dan perlahan ditarik keluar menyusuri dinding rectum. Lesi yag
lunak, seperti karsinoma rekti yang kecil atau polip, lebih mungkin teraba
dengan cara ini

Setelah jari ditarik keluar, sarung tangan diinspeksi apakah terdapat


darah segar atau melena, mucus atau pus, dan warna dari feses diamati.
Hemoroid tidak teraba kecuali mengalami thrombosis. Timbulnya nyeri
yang nyata selama pemeriksaan menunjukkan kemungkinan fisura anal,
abses isiorektal, hemoroid eksternal yang baru mengalami thrombosis,
prokitis, atau ekskoriasi anal.

Penyebab-penyebab dan massa yang teraba di rectum:

1. Karsinoma rekti

2. Polip rekti

3. Karsinoma kolon sigmoid (prolaps ke dalam kavum Douglas)

4. Deposit metastatic pada pelvis

5. Keganasan uterus atau ovarium

6. Keganasan prostat atau serviks uteri (ekstensi langsung)

7. Endometriosis
Pengkajian organ aksesori

Pengkajian organ aksesori biasanya dilakukan bersamaan dengan


peemriksaan abdomen. Foks pemeriksaan adalah menilai adanya
abnormalitas dari organ hati dengan teknik palpasi-perkusi hati dan
memeriksa kondisi abnormalitas, seperti pada kondisi asites.

a. Palpasi dan perkusi hati

Hati terdapat dikuadran kanan atas dibawah rongga iga. Perawat


menggunakan palpasi dalam untuk mencari tepi bawh hati. Teknik ini
mendeteksi pembesaran hati. Untuk memalpasi hati, peraawat
meletakkan tangan kiri dibawah toraks posterior kanan pasien pada iga
kesebelas dan dua belas kemudian memberi tekanan ke atas. Manuver
ini mempermudah perabaan hati dibagian anterior. Dengan jari-jari
tangan kanan mengarah ke tepi kosta kanan, perawat meletakkan
tangan diatas kuadran kanan atas tepat dibawah tepi bawah hati. Pada
saan perawat menekan kebawah dan keatas secara berlahan pasien
menarik nafas dalam melalui abdomen. Pada saat pasien berinhalasi,
perawat mencoba memalpasi tepi hati pada saat hati menurun. Hati
normal tidak dapat dipalpasi. Selain itu, hati tidak mengalami nyeri
tekan dan memiliki teepi yang tegas, teratur, dan tajam. Jika hati dapat
di palpasi, perawat melacak tepiannya secara medial dan lateral
dengan mengulang manuver tersebut.

Hati yang teraba akan memperlihatkan tepi yang tajam, padat


dengan permukaan yang rata. Besar hati diperkirakan dengan
melakukan perkusi batas atas dan bawah hati. Apabila hati tidak
teraba, tetapi terdapat kecurigaan adanya nyeri tekan, maka perkusi
toraks yang dilakukan dengan cepat didaerah kanan bawah dapat
mengakibatkan nyeri tekan tersebut. Respon pasien kemudian
dibandigkan dengan melakukan pemeriksaan yang serupa pada toraks
kiri bawah.

Jika hati hati dapat diraba,pemeriksaan harus memperhatikan dan


mencat ukuran dalam jari (misalnya dua jari dari iga), serta
konsistensinya apakah pada organ tersebut terdapat nyeri tekan dan
apakah garis bentuknya reguler ataukah ireguler. Apa bila hati
membesar, maka derajat pembesarannya hingga dibawah morga kosta
kanan harus dicatat untuk menunjukan ukuran hati. Pemeriksaan harus
menentukan apakah tepi hati tajam dan rata ataukah tumpul dan
apakahh hati yang membesar tersebut teraba noduler ataukah rata.
Hati seorang pasien sirosis akan teraba mengecil dan keras,
sementara hati pasien hepatis teraba cukup lunak dan tepian mudah
digerakkan dengan tangan.

Nyeri tekan pada hati menunjukan pembesaran akut yang baru saja
terjadi disertai peregangan kapsul hepar. Tidak adanya nyeri tekan
dapat berarti bahwa pembesaran tersebut tidak berlangsung lama. Hati
pasien hepatis virus terasa nyeri jika ditekan, sedangkan hati pasien
hepatitis alkoholik tidak menunjukan gejala nyeri tekan tersebut.
Pembesaran hati merupakan gejala abnormal yang memerlukan
evaluasi lebih lanjut.

Pemerikasaan Diagnostik

Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:

Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam
dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh)

Rontgen

Ultrasonografi (USG)

Perunut radioaktif

Pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan
diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada
sistem pencernaan. Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus
dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12
jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak
memerlukan persiapan khusus.

Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah


riwayat medis dan pemeriksaan fisik.Tetapi gejala dari kelainan pencernaan
seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam
menentukan kelainan secara pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan
depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-
gejalanya.

Pemeriksaan Kerongkongan

Pemeriksaan barium.

Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan


dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang
memungkinkan barium diamati atau difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter
bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan (misalnya
penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film
atau kaset video.

Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh
barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian
kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal.

Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi


oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti:

selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan


fibrosa)

divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)

erosi dan ulkus kerongkongan


varises kerongkongan

tumor.

Manometri.

Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat


pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan. Dengan alat ini
(alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi
kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.

Pengukuran pH kerongkongan.

Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.


Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam
atau tidak.

Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).

Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam


kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan
untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi
kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan
adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).

Intubasi

Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui
hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur ini bisa
digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.Intubasi bisa
menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri. Ukuran selang
yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini
(apakah untuk diagnosik atau pengobatan).

Intubasi Nasogastrik.

Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung


menuju ke lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh
cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung mengandung darah
atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya. Pada
korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui
racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak
contoh cairan yang bisa didapat.Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan
untuk memperbaiki keadaan tertentu:

Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin

Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif

Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami


kesulitan menelan.

Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk


mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan
alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem
pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Intubasi Nasoenterik.

Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih


panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:

mendapatkan contoh isi usus

mengeluarkan cairan

memberikan makanan.

Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya


bisa digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk
diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).

Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur
diatas tidak menimbulkan nyeri.

Endoskopi

Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan


selang/tabung serat optik yang disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan
melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:

kerongkongan (esofagoskopi)

lambung (gastroskopi)

usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).

Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:

rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)

keseluruhan usus besar (kolonoskopi).

Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya


berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm. Sistem video serat-optik memungkinkan
endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan
sistem penglihatan. Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah
penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk
menghancurkan jaringan yang abnormal.

Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan,


daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan
yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan
lainnya. Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang
berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:

Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan


menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises
kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.

Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya


dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung
bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan
dilakukan.

Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita


biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.Endoskopi dapat
mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya
endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
Laparoskopi

Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan


endoskop. Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.

Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di


dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam
rongga perut. Dengan laparoskopi dokter dapat:

mencari tumor atau kelainan lainnya

mengamati organ-organ di dalam rongga perut

memperoleh contoh jaringan

melakukan pembedahan perbaikan.

Rontgen

Foto polos perut.

Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak
memerlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X biasanya digunakan
untuk menunjukkan:

suatu penyumbatan

kelumpuhan saluran pencernaan

pola udara abnormal di dalam rongga perut

pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).

Pemeriksaan barium.

Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada
foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan
lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul
di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises
kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan
keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati
pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa
direkam. Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran
pencernaan, dokter dapat menilai:

fungsi kerongkongan dan lambung

kontraksi kerongkongan dan lambung

penyumbatan dalam saluran pencernaan.

Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus
besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan
adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa
menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.

Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan
dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa
menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk
mempercepat pembuangan barium.

Parasentesis

Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan


mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran
pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul
dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit
hati, kanker atau pecahnya limpa.

Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan


pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan. Pemeriksaan fisik
(kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk
memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan
larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut,
dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga
perut dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan
laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi
pembengkakan perut.

USG Perut

USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari


organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ
(misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di
dalamnya.

USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang
baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak
digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus
halus atau usus besar.

USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki
resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan
gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut.
Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau
direkam dalam filem video.

Pemeriksaan Darah Samar

Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi


ringan maupun kanker yang serius. Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi
muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja
berwarna kehitaman (melena). Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak
tampak atau tidak merubah penampilan tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal
ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker dan kelainan
lainnya. Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja .
Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia.
Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat
darah.

2.2 Diagnosa Keperawatan


Pre Operasi:
1) Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia, mual
3) Ansietas berhubungan dengan akan dilakukannya operasi
Post Operasi:
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi)
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan)
3) Kerusakan intregritas kulit/jaringan b/d dengan insisi bedah.

2.2 Intervensi Keperawatan


Setelah merumuskan diagnosa keperwatan, dibuat rencana tindakan untuk mengurangi,
menghilangkan dan mencegah masalah klien. (Budianna Keliet, 2002).
Pre operasi:
1) Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : keluhan nyeri berkurang atau tidak ada.
Kriteria Hasil yang diharapkan :
(1) Melaporkan nyeri yang dirasakan menuran atau menghilang
(2) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
(3) Tidak terdapatnya respon autonomic gelisah

Intervensi Rasional
1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, 1) Membantu dalam mengidentifikasi
lamanya, dan intensitas (skala 0-10) derajat ketidaknyamanan dan
perhatikan petunjuk verbal dan non kebutuhan untuk keefektifan analgesic.
verbal. 2) Untuk mengetahui adanya peningkatan
2) Ukur tanda-tanda vital nyeri.
3) Anjurkan keluarga untuk mengusap 3) Mengalihkan rasa nyeri yang dirasakan.
punggung pasien. 4) Memberikan relaksasi pada pasien.
4) Ajarkan pasien untuk nafas dalam. 5) Untuk pengontrol nyeri sehingga
5) Kolaborasi pemberian obat analgesic. pemberian obat dengan tepat waktu.

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia, mual


Tujuan : pemenuhan nutrisi dapat teratasi
Kriteria Hasil :
(1) Berat badan naik
(2) Tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan
(3) Nafsu makan meningkat
(4) Tidak terjadi mula muntah.

Intervensi Rasional
1) Pantau makanan setiap hari 1) Mengidentifikasi kekuatan/ defisiensi
2) Anjurkan untuk perwatan oral. nutrisi.
3) Anjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering 2) Membantu untuk meningkatkan nafsu
4) Anjurkan untuk makan makanan dalam makan.
keadaan hangat. 3) Makan sedikit tapi sering memungkin
5) Dorong penggunaan tehknik relaksasi. untuk intake per oral yang adekut.
6) Dorong komunikasi terbuka mengenai 4) Makan makanan dalam keadan hangat
masalah makan. akan meransang nafsu makan dan
menghindari rasa mual dan muntah.
5) Memungkinkan pasien meningkatkan
masukan oral.
6) Sering sebagai sumber distress emosi,
khususnya untuk orang terdekat yang
menginginkan untuk memberikan
makanan pasien dengan sering, bila
pasien menolak maka orang terdekat
merasa ditolak.

3) Ansietas berhubungan dengan akan dilakukannya operasi


Tujuan : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut.
Kriteria Hasil :
(1) Klien mengungkapkan tentang kecemasannya
(2) Klien terlihat tenang
(3) Klien mendapatkan dukungan dari keluarga.

Intervensi Rasional
1) Kaji penyebab dari kecemasan klien. 1) Mempermudah perawat melakukan
2) Dorong klien untuk mengungkapkan intervensi yang tepat.
pikiran atau perasaan. 2) Meberikan kesempatan untuk memeriksa
3) Berikan lingkungan terbuka dimana takut realistis serta kesalahan konsep
klien merasa aman untuk tentang diagnosis.
mendiskusikan perasaanya. 3) Membantu klien untuk merasa diterima
4) Pertahankan kontak sesering pada adanya kondisi tanpa perasaan
mungkin dengan klien. dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat.
5) Bantu klien/keluarga dalam 4) Memberikan keyakinan bahwa klien tidak
mengenali dan mengklasifikasikan sendiri atau ditolak.
rasa takut untuk memulai 5) Dukungan dan konseling sesering
mengembangkan strategi koping. diperlukan untuk memungkinkan individu
mengenal dan menghadapi rasa takut.

Post operasi:
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi)
Tujuan : nyeri hilang dan terkontrol,
Kriteria hasil :
(1) Klien mengungkapkan nyeri berkurang atau terkontrol
(2) Ekspresi wajah rileks
(3) Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat nyeri. 1) Mengetahui tingkat nyeri yang dapat
2) Observasi TTV. memudahkan untuk melakukan
3) Ajarkan tehnik reklasasi nafas dalam. tindakan selanjutnya
4) Beri posisi yang menyenangkan bagi klien. 2) Untuk mengetahui keadaan umum
klien
3) Untuk merelaksasi otot sehingga
mengurangi nyeri
4) Posisi yang menyenangkan dapat
memberi rasa nyaman sehingga
mengurangi rasa nyeri

2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan)


Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
Luka sembuh dengan baik,
verband tidak basah dan tidak ada tanda infeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsio laesa).
Intervensi Rasional
1) Kaji tanda-tanda infeksi dan vital sign 1) Mengetahui tanda-tanda infeksi dan
2) Gunakan tehnik septik dan antiseptik menentukan intervensi selanjutnya.
3) Ganti Verban 2) Dapat mencegah terjadinya
4) Berikan penyuluhan tentang cara kontaminasi dengan kuman penyebab
pencegahan infeksi infeksi
5) Penatalaksanaan pemberian obat 3) Verban yang basah dan kotor dapat
antibiotik menjadi tempat berkembang biaknya
kuman penyebab infeksi.
4) Memberikan pengertian kepada kien
agar dapat mengetahui tentang
perawatan luka.
5) Obat antibiotik dapat membunuh
kuman penyebab infeksi.

3) Kerusakan intregritas kulit/jaringan b/d dengan insisi bedah.


Tujuan : mencapai pemulihan luka tepat waktu tanda komplikasi
Kriteria Hasil :
(1) Tidak terjadi infeksi
(2) Adanya pertumbuhan jaringan garanula baru.
(3) Jahitan luka tetap kering
(4) Luka post op ttap bersih
Intervensi Rasional
1) Pantau tanda-tanda vital, perhatikan 1) Pembentukan hematoma/terjadinya
demam, periksa luka dengan sering infeksi, yang menunjang lambatnya
terhadap bengkak insisi berlebihan pemulihan luka dan meningkatkan
2) Berikan pengikat atau penyokong untuk resiko pemisahan luka.
klien gemuk bila di indikasikan 2) Jaringan lemak sulit menyatuh, dan
3) Gunakan plester kertas untuk balutan garis jahitan lebih udah terganggu.
sesuai indikasi 3) Penggantian baluta sering dapat
4) Tinjau ulang nilai laboraturium terhadap mengakibatkan kerusakan kulit karena
anemia dan penurunan albumin serum. perlekatan yang kuat.
4) Anemia dan pembentukan edema dapat
memenuhi pemulihan.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, ed.8, Vo.2, EGC,
Jakarta.
Doenges E. Marilynn,1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edt. Monica Ester, Yasmin Asih,- Ed.3.-
EGC, Jakarta.
Rondhianto, Keperawatan Perioperatif, http//www.google.co.id, diambil tanggal 4 Maret
2008
PP HIPKABI, 2007, Buku Panduan Dasar-Dasar Keterampilan Bagi Perawat Kamar Bedah,
HIPKABI Press, Jakarta.
A.Aziz Halimul Hidayat, 2004, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salema
Medika.
Budi Kusuma, 2001, Ilmu Patologi, Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai