LANDASAN TEORI
1. KONSEP DASAR
1.1 Definisi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Sistem pencernaan berhubungan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkan nya
untuk diasimilasi tubuh. Selain itu mulut memuat gigi untuk mengunyah makanan, dan lidah
yang membantu untuk cita rasa dan menelan. Beberapa kelenjar atau kelompok kelenjar
menuangkan cairan pencerna penting ke dalam saluran pencernaan. Saluran-saluran
pencernaan dibatasi selaput lendir (membran mukosa), dari bibir sampai ujung akhir
esofagus, ditambah lapisan-lapisan epitelium (Pearce Evelin C. 2009).
2. Asuhan Keperawatan
Data Biografi
Nama
Usia
Jenis kelamin
Suku
Status perkawinan
Agama
Pekerjaan
Keluhan Utama
Nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien untuk
meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah saluran
gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat
melakukan pendekatan PQRST, sehingga pengkajian dapat lebih
komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar
yang juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri.
Mual muntah
Ketidaknyamanan Abdomen
Konstipasi
Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara
untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dari
pasiennya. Perawat memperoleh data subyektif dari pasien mengenai awitan
masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan
harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat mempengaruhi
masalah kesehatan.
Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi
kuantitas maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada
pasien akaibat efeksamping dari obat atau zat yang telah dikonsumsi.
Beberapa obat akan mempengaruhi mukosa GI seperti obat anti inflamasi
non-steroid (NSAIDs), asam salisilat dan kortiko steroid yang memberikan
resiko peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah
pasien menggunakan preparat besi atau ferum karna obatini akan
mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna feses (agak kehitaman)
atau meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia /laksatik
pada saat melakukan BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat
efatotoksik atau bersifat racun terhadap fisiologis kerja hati yang
memberikan resiko pada peningkatan peraadangan atau keganasan pada
hati.
Riwayat alergi
Pemerikasaan fisik
Bibir
Bibir dikajia terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi, kontur, serta adanya
lesi. Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke
ujung. Normalnya bibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan
halus. Pasien wanita harus menghapus lipstik mereka sebelum
pemeriksaan. Bibr yang pucat dapat disebabkan karna anemia,
sedangkan sianosis desebabkan oleh masalah pernapasan atau
kardiovaskular. Lesi seperti nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan
infeksi, iritasi, atau kanker kulit.
Rongga mulut
Lidah dan diinspeksi dengan cermat pada semua sisi dan bagian dasar
mulut. Terlebih dahulu pasien harus merilekskan mulut dan sedikit
menjulurkan lidah keluar. Perawat mencatat adanya penyimpangan,
tremor, atau keterbatasan gerak. Hal tersebut dilakukan untuk menguji
fungsi safar hipoglosum. Jika pasien menjulurkan lidahnya terlalu jauh,
dapat terlihat adanya reflek muntah. Pada saat lidah dijulurkan, lidah
berada digaris tengah.
» Kelenjar parotis
Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua
garis vertikal.
INSPEKSI
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan
seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun
pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya
bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut
(tentukan lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh
darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).
Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau
tumor apa.
Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada
dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi →
adanya peritonitis.
Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri →
adanya pankreatitis parah.
AUSKULTASI
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase.
Misalnya pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit).
Pada hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di
daerah epigastrium.
PALPASI
Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang
dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta
untuk menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme sejati dengan
menekan daerah muskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika
muskulus rectus relaksasi, maka itu adalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku
tegang selama siklus pernapasan, itu adalah spasme sejati.
Palpasi bimanual : palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan
kiri berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di
bagian depan dinding abdomen.
Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah
ketukan pada satu sisi dinding abdomen akan menimbulkan
gelombang cairan yang akan diteruskan ke sisi yang lain. Pasien tidur
terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri pada satu sisi
abdomen dan tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada
dinding abdomen sisi yang lain. Tangan kiri kan merasakan adanya
tekanan gelombang.
INSPEKSI
Fisura-in-ano, Fisura ini merupakan retakan dari dinding anus yang cukup
nyeri sehingga menghambat pemeriksaan rectal dengan jari. Fisura-
in-ano biasanya terjadi secara berlangsung pada bagian posterior dan
garis tengah. Mungkin perlu menyuruh pasien mengedan agar fisura
dapat terlihat
Hemoroid, merupakan suatu kondisi pemekaran pembuluh darah vena
akibat bendungan vena usus.
PALPASI
Jari kemudian diputar sesuai arah jarum jam sehingga dinding lateral
kanan, dinding posterior, dan dinding laterl kiri dari rectum dapat dipalpasi
secara berurutan. Kemudian jari dimasukkan sedalam mungkin ke dalam
rectum dan perlahan ditarik keluar menyusuri dinding rectum. Lesi yag
lunak, seperti karsinoma rekti yang kecil atau polip, lebih mungkin teraba
dengan cara ini
1. Karsinoma rekti
2. Polip rekti
7. Endometriosis
Pengkajian organ aksesori
Nyeri tekan pada hati menunjukan pembesaran akut yang baru saja
terjadi disertai peregangan kapsul hepar. Tidak adanya nyeri tekan
dapat berarti bahwa pembesaran tersebut tidak berlangsung lama. Hati
pasien hepatis virus terasa nyeri jika ditekan, sedangkan hati pasien
hepatitis alkoholik tidak menunjukan gejala nyeri tekan tersebut.
Pembesaran hati merupakan gejala abnormal yang memerlukan
evaluasi lebih lanjut.
Pemerikasaan Diagnostik
Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam
dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
Rontgen
Ultrasonografi (USG)
Perunut radioaktif
Pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan
diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada
sistem pencernaan. Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus
dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12
jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak
memerlukan persiapan khusus.
Pemeriksaan Kerongkongan
Pemeriksaan barium.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh
barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian
kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal.
tumor.
Manometri.
Pengukuran pH kerongkongan.
Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui
hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur ini bisa
digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.Intubasi bisa
menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri. Ukuran selang
yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini
(apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
Intubasi Nasogastrik.
Intubasi Nasoenterik.
mengeluarkan cairan
memberikan makanan.
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur
diatas tidak menimbulkan nyeri.
Endoskopi
kerongkongan (esofagoskopi)
lambung (gastroskopi)
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
Rontgen
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak
memerlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X biasanya digunakan
untuk menunjukkan:
suatu penyumbatan
Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada
foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan
lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul
di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises
kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan
keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati
pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa
direkam. Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran
pencernaan, dokter dapat menilai:
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus
besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan
adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa
menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan
dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa
menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk
mempercepat pembuangan barium.
Parasentesis
USG Perut
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang
baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak
digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus
halus atau usus besar.
USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki
resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan
gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut.
Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau
direkam dalam filem video.
Intervensi Rasional
1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, 1) Membantu dalam mengidentifikasi
lamanya, dan intensitas (skala 0-10) derajat ketidaknyamanan dan
perhatikan petunjuk verbal dan non kebutuhan untuk keefektifan analgesic.
verbal. 2) Untuk mengetahui adanya peningkatan
2) Ukur tanda-tanda vital nyeri.
3) Anjurkan keluarga untuk mengusap 3) Mengalihkan rasa nyeri yang dirasakan.
punggung pasien. 4) Memberikan relaksasi pada pasien.
4) Ajarkan pasien untuk nafas dalam. 5) Untuk pengontrol nyeri sehingga
5) Kolaborasi pemberian obat analgesic. pemberian obat dengan tepat waktu.
Intervensi Rasional
1) Pantau makanan setiap hari 1) Mengidentifikasi kekuatan/ defisiensi
2) Anjurkan untuk perwatan oral. nutrisi.
3) Anjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering 2) Membantu untuk meningkatkan nafsu
4) Anjurkan untuk makan makanan dalam makan.
keadaan hangat. 3) Makan sedikit tapi sering memungkin
5) Dorong penggunaan tehknik relaksasi. untuk intake per oral yang adekut.
6) Dorong komunikasi terbuka mengenai 4) Makan makanan dalam keadan hangat
masalah makan. akan meransang nafsu makan dan
menghindari rasa mual dan muntah.
5) Memungkinkan pasien meningkatkan
masukan oral.
6) Sering sebagai sumber distress emosi,
khususnya untuk orang terdekat yang
menginginkan untuk memberikan
makanan pasien dengan sering, bila
pasien menolak maka orang terdekat
merasa ditolak.
Intervensi Rasional
1) Kaji penyebab dari kecemasan klien. 1) Mempermudah perawat melakukan
2) Dorong klien untuk mengungkapkan intervensi yang tepat.
pikiran atau perasaan. 2) Meberikan kesempatan untuk memeriksa
3) Berikan lingkungan terbuka dimana takut realistis serta kesalahan konsep
klien merasa aman untuk tentang diagnosis.
mendiskusikan perasaanya. 3) Membantu klien untuk merasa diterima
4) Pertahankan kontak sesering pada adanya kondisi tanpa perasaan
mungkin dengan klien. dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat.
5) Bantu klien/keluarga dalam 4) Memberikan keyakinan bahwa klien tidak
mengenali dan mengklasifikasikan sendiri atau ditolak.
rasa takut untuk memulai 5) Dukungan dan konseling sesering
mengembangkan strategi koping. diperlukan untuk memungkinkan individu
mengenal dan menghadapi rasa takut.
Post operasi:
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi)
Tujuan : nyeri hilang dan terkontrol,
Kriteria hasil :
(1) Klien mengungkapkan nyeri berkurang atau terkontrol
(2) Ekspresi wajah rileks
(3) Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat nyeri. 1) Mengetahui tingkat nyeri yang dapat
2) Observasi TTV. memudahkan untuk melakukan
3) Ajarkan tehnik reklasasi nafas dalam. tindakan selanjutnya
4) Beri posisi yang menyenangkan bagi klien. 2) Untuk mengetahui keadaan umum
klien
3) Untuk merelaksasi otot sehingga
mengurangi nyeri
4) Posisi yang menyenangkan dapat
memberi rasa nyaman sehingga
mengurangi rasa nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, ed.8, Vo.2, EGC,
Jakarta.
Doenges E. Marilynn,1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edt. Monica Ester, Yasmin Asih,- Ed.3.-
EGC, Jakarta.
Rondhianto, Keperawatan Perioperatif, http//www.google.co.id, diambil tanggal 4 Maret
2008
PP HIPKABI, 2007, Buku Panduan Dasar-Dasar Keterampilan Bagi Perawat Kamar Bedah,
HIPKABI Press, Jakarta.
A.Aziz Halimul Hidayat, 2004, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salema
Medika.
Budi Kusuma, 2001, Ilmu Patologi, Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta: EGC