Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KIMIA ANALISIS

SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET-VISIBLE

(UV-VIS)

DI SUSUN OLEH :

NAMA : ARIF DARWIS


NIM : F201902003
KELAS : C5NR

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
(ULTRA VIOLET-VISIBLE)

A. Definisi Spektrofotometri Uv-Vis


Spektrofotometri Uv-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur
transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang serta untuk pengukuran didaerah ultraviolet dan didaerah
tampak. Spektrofotometri Uv-Vis (Ultra Violet-Visibel) adalah salah satu dari
sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu
senyawa kimia.
Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya dalam
menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal
preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa.
Spektrofotometri Uv-Vismelibatkan energi elektronik yang cukup besar pada
molekul yang dianalisa, sehingga Spektrofotometri Uv-Vis lebih banyak
digunakan untuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif.
B. Prinsip kerja Spektrofotometri Uv-Vis

Spektrofotometri uv-Vis mengacu pada hukum Lambert-Beer.


Apabila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian
cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan
dipancarkan

C. Bagian-bagian dan fungsi Spektrofotometri Uv-Vis

Adapun bagian-bagian dan fungsi masing-masing dari


Spektofotometri Uv-Vis adalah sebgai berikut:
Gamb
ar 1. Spektrofotometri Uv-Vis

1. Sumber cahaya
Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar
polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang Untuk
Spektrofotometer. Sumber cahaya untuk Spektrofotometri:
a. Lampu Deuterium
Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm.
Spektrum energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur
sampel yang terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam
pemakaian.

Gambar 2. Lampu Deuterium


b. Lampu Tungsten (Wolfram)
Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah
tampak. Bentuk lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa.
Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum
radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000
jam pemakaian.
Gambar 3. Lampu Tungsten
2. Monokromator
Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang
yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis
menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak
digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik. Jika
digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya.
Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang
diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak
lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis
pemeriksaan.
Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar
cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya
dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada
gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses
dispersi atau penyebaran cahaya seperti yang tertera pada gambar dibawah

Gambar 4. Proses dispersi atau penyebaran cahaya


Adapun bagian-bagian dari Monokromator serta fungsinya antara lain:
a. Prisma, berfungsi mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar
mungkin supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi
polikromatis.
b. Kisi difraksi, berfungsi menghasilkan penyebaran dispersi sinar secara
merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik.
Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan
spektrum.
c. Celah optis, berfungsi untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang
tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh
panjang gelombang yang diharapkan.
3. Kompartemen sampel
Kompartemen ini digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet.
Kuvet merupakan wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang
akan dianalisis.Kuvet yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Permukaannya harus sejajar secara optis
b. Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan
c. Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia
d. Tidak rapuh
e. Bentuknya sederhana

Uv, Vis dan Uv-Vis menggunakan kuvet sebagai tempat sampel.


Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa
yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini
disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap Uv sehingga
penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (Vis). Cuvet
biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.IR, untuk sampel
cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua lempeng
natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam
sel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali
larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan
harganya mahal.
4. Detektor
Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel
dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
a. Kepekaan yang tinggi
b. Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
c. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
d. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
Macam-macam detector:
a. Detektor foto (Photo detector)
b. Photocell
c. Phototube
d. Hantara Foto
e. Dioda Foto
f. Detektor Panas
5. Read Out
Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detektor.

D. Cara kerja Spektrofotometri Uv-Vis


Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang
bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada
spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian
akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis
(tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan
dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi
tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada
pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh
detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan
mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding
dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan
diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.
E. Prosedur Pemakaian Spektrofometer UV-VIS
1. Putar tombol on-off (disebelah kiri) kekanan. Biarkan 15 menit untuk
memanaskan alat. Atur tombol sampai menunjuk angka nol pada petunjuk
%T.
2. Putar tombol pengatur panjang gelombang (yang ada di sebelah atas alat)
untuk memilah panjang gelombang sesuai panjang gelombang yang
diinginkan.
3. Masukkan kuvet yang berisi paling sedikit 3 ml aquadest kedalam tempat
sampel (sebelum memasukkan kuvet, pastikan kuvet dalam keadaan kering
dengan mengeringkannya dengan kertas tissue (tutup penutup sampel.
4. Putar tombol pengatur cahaya (tombol yang terletak disebelah kanan)
sehingga %T menunjuk angka 100 atau A menunjuk angka nol.
5. Angkat kuvet yang berisi aquadest deri tempat sampel dengan tutup. ganti
isi kuvet dengan larutan lampu, baca serapannya.
6. Ganti larutan blanko dalam kuvet dengan larutan standar atau larutan uji,
baca serapannya.

F. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Analisis Spektrofotometri


Uv - Vis
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri Uv-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak
berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena
senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang
berwarna.
Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan:
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar Uv-Vis hal ini perlu
dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah
tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa
lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan
harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu:
1. Reaksinya selektif dan sensitive
2. Reaksinya cepat, kuantitatif dan reprodusibel
3. Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama
b. Waktu operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur
hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.Pada saat
awal terjadi reaksi, absorbansi senyawa yang berwarna ini meningkat
smpai waktu tertentu hingga diperoleh absorbansi yang stabil. Semakin
lama waktu pengukuran, maka ada kemungkinan senyawa yang berwarna
tersebut menjadi rusak atau terurai sehingga intensitas warnanya turun
akibatnya absorbansinya juga turun. Karena alasan inilah, maka untunk
pengukuran senyawa berwarna (hasil suatu reaksi kimia) harus dilakukan
pada saat waktu operasional.
c. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif
adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk
memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva
hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan
baku pada konsenterasi tertentu.Kadang-kadang dijumpai keadaan yang
mana pemakaian panjang gelombang maksimal kurang baik. Hal ini
karena karena misalnya, selain zat yang akan dianalisis, juga terdapat zat
lain yang mempunyai absorbansi pada panjang gelombang tersebut. Ada
beberapa variable yang dapat mempengaruhi absorbansi yaitu jenis
pelarut, pH larutan, suhu, konsentrasi dan zat-zat pengganggu.
d. Pembuatan kurva baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianilisis dengen
berbagai konsenterasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai
konsentrasi kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara
absorbansi (y) dengan konsentrasi (X). bila hokum Lamber-Beer
terpenuhi, maka kurva baku berupa garis lurus.

e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan


Absorban yang terbaca pada spektrofotometri hendaknya antara 0,2
sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitansi.
Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T
adalah 0,005 atau 0,5% .

G. Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri Uv-Vis


Ketika cahaya dengan berbagai panjang gelombang (cahaya
polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang
tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang
peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga
terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul
dapat berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai
suatu energi.
Jika zat menyerap cahaya tampak dan Uv maka akan terjadi perpindahan
elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan
elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah
cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan
pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan
berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada
gelombang radio.
Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi
suatu suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel
sampel disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu.
Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan
dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.Pada spektrofotometri,
cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang mengenai permukaan zat
dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah
It/I0atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya setelah melewati
materi (sampel)). Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 5. Proses penyerapan cahaya

Gambar diatas merupakan proses penyerapan cahaya oleh zat dalam


sel sampel. dari gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih
terang atau lebih banyak di banding cahaya setelah melewati sel sampel.
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang
hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum
lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi:
“Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya)
yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi
eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”. Pengurangan intesitas
cahaya monokromatis yang melalui suatu larutan berwarna berlangsung
secara ekspnensial dan bergantung pada panjang larutanyang dilalui cahaya
dan kadar zat dalam larutan.

Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat


dualistik cahaya yaitu:

1) Sebagai gelombang

2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.

            Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui


misalnya panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang
gelombang (l) didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak.
              Hubungan dari ketiga parameter di atas dirumuskan oleh
Planck yang dikenal dengan persamaan Planck. Hubungan antara panjang
gelombang frekuensi dirumuskan sebagai

c = λ . v atau λ = c/v atau v = c/λ

Persamaan Planck: hubungan antara energi tiap foton dengan


frekuensi

E=h.v

E = h . c/ λ

dimana

          E = energi tiap foton

           h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s),

          v = frekuensi sinar

         c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1).


 Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi suatu
foton akan berbanding terbalik dengan panjang gelombang tetapi energi yang
dimiliki suatu foton akan berbanding lurus dengan frekuensinya.

Misalnya: energi yang dihasilkan cahaya UV lebih besar dari pada


energi yang dihasilkan sinar tampak. Hal ini disebabkan UV memiliki
panjang gelombang (λ) yang lebih pendek (100–400 nm) dibanding panjang
gelombang yang dimiliki sinar tampak (400–800 nm).

Berbagai satuan energi beserta faktor konversinya dapat dilihat pada


tabel:

Erg Joule Kalori l.atm E.volt

1 erg = 1 10-7 2,3901×10-8 9,8687×1010 6,2418×1011

J joule = 107 1 2,3901×10-1 9,8687×10-3 6,2418×1018

1 kalori 4,1840 1 4,1291×10-2 2,6116×1019


4,1849×107

1 atm = 1,0133×102 24,218 1 16,6248×1020


1,0133×109

1 E.volt = 1,6021x-19 3,8291×10-20 1,5611×10-20 1


1,6021×10-12

           Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi


penyerapan cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi sehingga
spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi.
Dimana: I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas
cahaya setelah melewati sampel,
I = intensitas cahaya keluar
k = konstanta yang didasarkan pada sifat-sifat zat dalam larutan
c = kensentrasi zat tersebut
l= panjang larutan yang dilalui cahaya
Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:
A= a . b . c atau A = ε . b . c
dimana:
A = absorbansi
b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga
umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
molar)
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).
Perbandingan I/I0 disebut sebagaitransmisi sinar (T) dan dinyatakan dalam
persen (%). Serapan absorbance) = A atau disebut juga kerapatan optic
(optical density) = OD, merupakan istilah yang lebih sering digunakan dan
berasal dari persamaan:
A = -log T, Jadi A=kcl
Pada alat spektrofotometer yang lebih canggih, sinar yang dating
benar-benar diusahakan berupa sinar monokromatis dengan cara membuat
container larutan (kuvet) yang sedemikian rupa, sehingga tidak ada sinar
yang tertahan. Jika jalur sinar pada setiap bagian kuvet itu sama, maka nilai k
untuk berbagai senyawa dalam berbagai larutan dan berbagai panjang
gelombang dapat dihitung. Bila konsentrasi dinyatakan mol/liter, jarak
tempuh cahaya dalam cm, maka nilai k disebut sebagai koefisien ekstingsi
molar yaitu serapan atau absorbansi satu molar suatu larutan dengan jarak
tempuh cahaya 1 cm. Pada pengenceran kadar dalam darah atau urin akan
terjadi pengenceran bahan-bahan yang diperiksa dengan berbagai pereaksi.
H. Aplikasi dari UV- VIS
1. Studi fotoelektrokimia lapisan tipis CdS Hasil Deposisi Metode CBD
Lapisan tipis CdS dideposisi pada substrat gelas berlapis TCO dengan
metode CBD (Chemical Bath Deposition) menggunakan bahan dasar CdCl 2
sebagi sumber ion Cd2+ dan (NH2)2SC (Thiourea) sebagai sumber ion S2-.
Karakterisasi XRD lapisan tipis yang diperoleh memperlihatkan puncak-puncak
karakteristik CdS polikristal dengan struktur kubik (zinkblended).
Absorbansi dan transmitansi optic dengan spektroskopi UV-VIS
memperlihatkan daerah absorbasi pada rentang cahaya tampak (300nm- 500nm)
dengan maksimumpada sekitar 330 nm. Karakterisasi fotoelektrokimia dilakukan
didalam sel elektrokimia yang berisi elektrolit 1M NaOH dan elektrolit
mengandung kompleks iodide. Respon arus foto (photocurrent) elektroda CdS
didalam sel fotoelektrokimia memperlihatkan kebergantungan pada panjang
gelombangcahaya dating dan bersesuaian dengan absorbansi optic spektroskopi
UV- VIS. Lebar celah pita energy (energy bandgap) ditentukan melalui kurva
(Jphhv)2 vs hv (energy foton), diperoleh lebar pita energy sebesar 2.45 eV.
Hubungan rapat arus foto terhadap energy foton cahaya (hv) juga diperlihatkan
dari kurva Jph vs hv.
2. Meneliti Pengaruh Kelembaban Terhadap Absorbansi Optic Lapisan Gelatin
Penelitian ini menyajikan studi tentang pengaruh kelembaban terhadap
absorbansi optik lapisan gelatin. Cahaya yang melewati atau diserap film gelatin
dideteksi menggunakan spectrometer dengan panjang gelombang antara 292 nm
sampai 591 nm dalam rentang daerah ultraviolet (UV)- cahaya tampak (visible).
Absorbansi optic lapisan gelatin dipindai (di-scan) dengan perlakuan variasi
kelembaban udara ( kelembaban nisbi, RH). Film gelatin dideposisi menggunakan
spincoaterpada kecepatan putar tertentu diatas substrat kaca.

Absorbansi optic lapisan gelatin diamati menggunakan teknik


spektroskopi dengan mengukur absorbansi dalam rentang UV-VIS.
Absorbansi optic lapisan gelatin dipindai (scan) dari panjang gelombang
292nm sampai dengan 591nm yaitu dalam rentang cahaya ultra violet
(UV)- cahaya tampak (visible). Hasil pengukuran nilai absorbansi untuk
setiap panjang gelombang dalam rentang pengukuran dari spectrum
absorbansi tersebut diketahui serapan optic lapisan gelatin berada pada
daerah ultra violet (UV) antara 292 nm sampai 335nm

Anda mungkin juga menyukai