CHAPTER 4
Presented by:
Syawal Abdurrahman
2
Peran Pelarut:
a) Mensolvasi starting material dan transition
state
b) Berfungsi sebagai nukleofil
Solvasi oleh Pelarut
R
R Br
I Br RCH2I + NaBr
Na
O
I H H
H X
OH X
H2O
SN2:
Terlibat dalam menentukan laju reaksi
Pada nukleofil dengan jenis yang sama, misalnya
oksigen, maka nukleofilitas paralel dengan kebasaan
Semakin lemah asam maka semakin kuat nukleofil
Laju reaksi relatif nukleofil pada reaksi MeBr dalam EtOH
Senyawa C-X
Kekuatan ikatan C-halida
Stabilitas ion halida
5 x 103 1
O2SO CH3
Br 1 -8
Cl 2.5 x 10-2 -7
O 2 x 10-6 3.4
O C NO2
Pengaruh Struktur Substrat
C CH2Br
CH2Br
CH3
H3C R
C 1,57 x 10- 0,086 394 55.000 4.580
6
Cl
CH3
Ph R
C 0,216 394 19.900 1.800 50
Cl
Ph
Ph R
C
575 19.900 578.000 34,6 29
Cl
SN2 Reaction in Gas Phase
Konstanta laju untuk reaksi SN2 pada fase gas
Reaction k((10-9cm3 dHo(kcal mol-1) dHo(kJ mol-1)
molecule-1s-1)
Double potensial:
sebagai molekul dan
ion
Diagram 3D Reaksi SN2
Produk
Reaktan ( Diagram 1)
( Diagram 2)
Keadaan transisi *p terbagi menjadi (a) *’ dan (b) *’’
Keadaan transisi (a) menurunkan energi pada sudut S
menyebabkan karbokation menjadi lebih stabil
Keadaan transisi (b) menurunkan energi SP menjadikan X
(substituen) leaving group yang lebih baik.
Diagram 3D Reaksi SN1
Nuc
( Diagram 3)
Diagram 3 menggambarkan reaksi SN1 (a) dan (d) pada skema 1.
Dalam Reaksi SN1 terjadi 2 keadaan transisi yaitu *a dan *b.
*a adalah keadaan transisi disaat pemutusan ikatan C-X tanpa disertai
oleh nukleofilik. Pada tahap ini terbentuk karbokation (C+)
*b adalah keadaan transisi disaat pembentukan ikatan Nuc-C.
Energi zat antara (karbokation) lebih rendah dibandingkan energi
transisi akan tetapi tetap lebih tinggi dari energi produk.
Diagram 2D Reaksi SN1
( Diagram 4)
Beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi SN1 adalah kekuatan
nukleofilik, kecenderungan lepasnya leaving group, derajat
stabilisasi muatan positif dan kekuatan ionisasi pelarut.
Reaksi diawali tanpa kehadiran nukleofilik, alur reaksi
*1a o1 *1b, ketidakstabilan ion menyebabkan energi
meningkat pada titik S dan mengubah alur reaksi menjadi
*2a o2 *2b.
Valence-bond Model
(oleh : Pross dan Shaik)
Model ini diterapkan untuk:
• Menentukan struktur keadaan transisi pada
reaksi SN2;
• Menentukan pasangan elektron dan
spektrum mekanisme radikal bebas yang
terkadang ditemukan pada reaksi substitusi
nukleofilik
Persamaan reaksi untuk reaksi substitui nukloefilik:
Keadaan akhir
Keadaan awal
Profil Reaksi SN2 Dari Reaktan (I)
Menjadi Produk (II)
Koordinat reaksi
Gambar diadopsi dari Pross, A.; Shaik, S. S. Acc. Chem. Res. 1983, 16, 363. Copyright 1983 American Chemical Society
Profil Reaksi SN2 Dari Reaktan (I)
Menjadi Produk (II)
Koordinat reaksi
Gambar diadopsi dari Pross, A.; Shaik, S. S. Acc. Chem. Res. 1983, 16, 363. Copyright 1983 American Chemical Society
Reaktifitas
Reaktifitas yang ditentukan oleh tingginya keadaan transisi
dari kurva tergantung pada empat faktor, yaitu:
• keeksoterman reaksi
• β yang bernilai konstan (β merupakan perbedaan
energi antara persilangan dua konfigurasi dan keadaan
transisi)
• Perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan
eksitasi pertama pada awal reaksi. Perbedaan ini
bergantung pada INuc – Arx . Dimana INuc adalah
potensial ionisasi dari nukleofil dan ARx adalah afinitas
elektron dari RX.
• Kekuatan ikatan tiga elektron dari keadaan eksitasi
pertama pada reaktan (jika reaktan stabil dan
terdelokalisasi, maka garis singgung yang terjadi
menjadi tinggi dan begitu pula sebaliknya)
Energi Keadaan Transisi
Pada Reaksi SN2
E* = f (INuc – ARx) - β
(a) (b)
(a) Reaktan (I) produk (II) karbokation (III) konfigurasi reaksi SN2 yang melibatkan R+
yang cukup stabil
(b) Tiga konfigurasi yang sama untuk kasus dimana R+ sangat stabil dan terbentuk
intermediet. Profil yang muncul melalui konfigurasi campuran.
Gambar diadopsi dari Pross, A.; Shaik, S. S. Acc. Chem. Res. 1983, 16, 363. Copyright 1983 American Chemical Society
Efek Struktur Substrat pada Reaksi SN2
38
Approximate Solvolysis Rate of Bridgehead System
Relative to t-butyl
Sumber:
Kecepatan reaksi untuk senyawa (69) 3 x 10-5 dari
senyawa (68).
Pada senyawa 68:
- Efek hiperkonjugasi dari C3
- Posisi X trans periplanar terhadap C3
Vinyl Cations
• Pembentukkan kation vinil memerlukan energi yang
sangat besar dan sulit terjadi. Pembentukkan kation bisa
terjadi pada leaving grup yang sangat reaktif. Seperti
Trifelat (OTf)
Vinyl Cations
Exp :
Proposed mechanism
Initiation : +
Propagation :
e- +
+
+ +
82 83
84 85
Table 4.25 Rate of Dehalogenation
Compound k, s-1
4 x 103
Konjugasi – hiperkonjugasi
9.7 x 104
4.0 x 102
6.2 x 104
Efek konjugasi
1.1 x 103
Exp
86
87
+ (CH3)3SnNa
Na+ -
+ (CH3)3Sn + + Cl (4.61)
R3N - -
+ CCl4 R2N + CCl4 + Cl (4.62)
Reaksi Alkilasi via SRN1
NO2
CH2Cl H2C
CH3
NaCl
+ H3C NO2
Na
NO2 NO2
CH3 O
O
NaCl
+ H3C N
NO2 NO2
• Produk: O-alkylated
• Mekanisme: SN2
O-alkylation vs C-alkylation
CH3 CH3
O
O
RCH2Cl
CH3 CH3
O
O CH2R
CH2R