Anda di halaman 1dari 55

Mechanism and Theory in Organic Chemistry,

Thomas H. Lowry, Kathlen S.R

CHAPTER 4

Presented by:

Syawal Abdurrahman

Institut Teknologi Bandung, 2014


PENGARUH PELARUT,
NUKLEOFIL, LEAVING GROUP
DAN SUBSTRAT

2
Peran Pelarut:
a) Mensolvasi starting material dan transition
state
b) Berfungsi sebagai nukleofil
Solvasi oleh Pelarut

a) Densitas muatan di starting material > densitas muatan di TS


 EA pd pelarut kurang polar < EA pd pelarut polar
 Tipikal SN2

b) Densitas muatan di TS > densitas muatan di starting material


 EA pd pelarut polar < EA pd pelarut non polar
 Tipikal SN1
a) SN2 berlangsung lebih cepat pada pelarut kurang polar dan
pelarut polar aprotik
 Aseton
 DMF, DMSO, Na etoksida

b) SN1 berlangsung lebih cepat pada pelarut polar


 Air
 Asam karboksilat
 Asam format
 SN2 : Pelarut kurang polar e.g. aseton

R
R Br
I Br RCH2I + NaBr
Na
O
I H H

 SN2 : Pelarut polar aprotik e.g. DMF

Ph3P Me I Ph3P I Ph3P Me


O
H H I
H NMe2
 Tipe reaksi SN2

 Hanya pada tipe kedua, densitas muatan TS > densitas


muatan starting material  mirip SN1
Pengaruh Nukleofil
SN1:
 Tidak berpengaruh pada laju reaksi
 Berpengaruh pada terbentuknya produk

H X
OH X
H2O

SN2:
 Terlibat dalam menentukan laju reaksi
 Pada nukleofil dengan jenis yang sama, misalnya
oksigen, maka nukleofilitas paralel dengan kebasaan
 Semakin lemah asam maka semakin kuat nukleofil
Laju reaksi relatif nukleofil pada reaksi MeBr dalam EtOH

Nukleofil pKa HX Laju Relatif


HO-- 15.7 1.2 x 104
PhO-- 10.0 2.0 x 103
AcO-- 4.8 9.0 x 102
H2O -1.7 1.0
ClO4-- -10 0

 Pada nukleofil dengan jenis berbeda, misalnya RO--


dan RS– maka ada faktor lain yang berperan.
Pengaruh Leaving Group

Senyawa C-X
 Kekuatan ikatan C-halida
 Stabilitas ion halida

Leaving group halida pada reaksi substitusi


Halida Kekuatan ikatan C-X pKa HX
F 118 +3
Cl 81 -7
Br 67 -9
I 54 -10
Laju reaksi relatif beberapa leaving group
pada SN1
Gugus Perkiraan kX / kBr Perkiraan pKaHX
--OSO2 CF3 5 x 108 0.3
1.5 x 104
O2SO Br

5 x 103 1
O2SO CH3

Br 1 -8
Cl 2.5 x 10-2 -7
O 2 x 10-6 3.4
O C NO2
Pengaruh Struktur Substrat

Laju relatif SN2 pada sistem alkil


R dalam R - X Laju Relatif
CH3 1
CH3CH2 3.3 x 10-2
CH3CH2CH2 1.3 x 10-2
(CH3) 2CH 8.5 x 10-4
(CH3) 3C 5.5 x 10-5
(CH3) 2CCH2 3.3 x 10-7
H2C=CHCH2 1.3
PhCH2 4.0
Efek dari gugus halogen, karbonil dan siano

1. Adanya gugus halogen pada posisi alfa akan menurunkan


laju rekasi pada substitusi SN2
CH3Cl > CH2Cl2 > CHCl3 > CCl4

2. Efek dari gugus α-karbonil dan α-nitril

C CH2Br

CH2Br

fenasil bromida benzil bromida


Efek Struktur Substrat pada Reaksi SN1

Perubahan dari struktur substrat


mempengaruhi laju dan sifat ionisasi dan
serangan nukleofilik.
Efek dari Substituen Alkil dan Aril

Senyawa R=H R = CH3 R = Ph kCH3/kH kPh/kCH3

CH3
H3C R
C 1,57 x 10- 0,086 394 55.000 4.580
6
Cl

CH3
Ph R
C 0,216 394 19.900 1.800 50
Cl

Ph
Ph R
C
575 19.900 578.000 34,6 29
Cl
SN2 Reaction in Gas Phase
Konstanta laju untuk reaksi SN2 pada fase gas
Reaction k((10-9cm3 dHo(kcal mol-1) dHo(kJ mol-1)
molecule-1s-1)

OH- + CH3Cl 1,6 -47,5 -199

F- + CH3Cl 0,8 -28,5 -119

CH3O- + CH3Cl 0,49 -39,3 -164

CH3S- + CH3Cl 0,78 -31,0 -130


37Cl- + CH335Cl 0,006 0,0 0,0

CN- + CH3Cl <0,001 -27,2 -114


Diagram energi untuk reaksi eksotermik
Nuc + RX -> NucR + X pada fase gas
(energi pada Ts lebih rendah dari starting material)

Ada pengaruh entropi

Double potensial:
sebagai molekul dan
ion
Diagram 3D Reaksi SN2

Produk
Reaktan ( Diagram 1)

• Reaktan (C-X dan Nukleofilik) posisi kiri belakang


berada pada keadaan energi minimum.
• Pergerakan koordinat dari reaktan ke arah depan, menunjukkan
jarak antara C dan X yang semakin menjauh.
• Pergerakan koordinat dari kiri ke arah kanan Mendekatnya
Nukelofilik ke atom C.
• Pada garis kurva tebal diagonal yang bergerak dari reaktan
langsung menuju produk terlihat tanda * yang menunjukkan
keadaan transisi yaitu, saat dimana tercapainya energi
maksimum.
Diagram 2D reaksi SN2

( Diagram 2)
 Keadaan transisi *p terbagi menjadi (a) *’ dan (b) *’’
 Keadaan transisi (a) menurunkan energi pada sudut S
menyebabkan karbokation menjadi lebih stabil
 Keadaan transisi (b) menurunkan energi SP menjadikan X
(substituen) leaving group yang lebih baik.
Diagram 3D Reaksi SN1

Nuc

Zat antara karbokation

( Diagram 3)
 Diagram 3 menggambarkan reaksi SN1 (a) dan (d) pada skema 1.
Dalam Reaksi SN1 terjadi 2 keadaan transisi yaitu *a dan *b.
 *a adalah keadaan transisi disaat pemutusan ikatan C-X tanpa disertai
oleh nukleofilik. Pada tahap ini terbentuk karbokation (C+)
 *b adalah keadaan transisi disaat pembentukan ikatan Nuc-C.
 Energi zat antara (karbokation) lebih rendah dibandingkan energi
transisi akan tetapi tetap lebih tinggi dari energi produk.
Diagram 2D Reaksi SN1

( Diagram 4)
 Beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi SN1 adalah kekuatan
nukleofilik, kecenderungan lepasnya leaving group, derajat
stabilisasi muatan positif dan kekuatan ionisasi pelarut.
 Reaksi diawali tanpa kehadiran nukleofilik, alur reaksi
*1a o1 *1b, ketidakstabilan ion menyebabkan energi
meningkat pada titik S dan mengubah alur reaksi menjadi
*2a o2 *2b.
Valence-bond Model
(oleh : Pross dan Shaik)
Model ini diterapkan untuk:
• Menentukan struktur keadaan transisi pada
reaksi SN2;
• Menentukan pasangan elektron dan
spektrum mekanisme radikal bebas yang
terkadang ditemukan pada reaksi substitusi
nukleofilik
Persamaan reaksi untuk reaksi substitui nukloefilik:

Nuc:- + R-X  Nuc-R + X:-


Pada reaksi SN2 terdapat empat elektron yang terlibat

Empat bentuk ikatan valensi secara energetika yang


mungkin terjadi:
I Nuc:- R ∙ ∙X
II Nuc ∙ ∙ R : X-
III Nuc:- R+ : X-
IV Nuc ∙ R:- ∙X
catatan: Nuc dan X tidak akan bermuatan positif karena keduanya lebih
elektronegatif dari R
Konfigurasi elektron untuk I:
Nuc:- R ∙ ∙X

Keadaan awal Keadaan akhir

Konfigurasi elektron untuk II:


Nuc ∙ ∙ R : X-

Keadaan akhir
Keadaan awal
Profil Reaksi SN2 Dari Reaktan (I)
Menjadi Produk (II)

Koordinat reaksi

Gambar diadopsi dari Pross, A.; Shaik, S. S. Acc. Chem. Res. 1983, 16, 363. Copyright 1983 American Chemical Society
Profil Reaksi SN2 Dari Reaktan (I)
Menjadi Produk (II)

Koordinat reaksi

Gambar diadopsi dari Pross, A.; Shaik, S. S. Acc. Chem. Res. 1983, 16, 363. Copyright 1983 American Chemical Society
Reaktifitas
Reaktifitas yang ditentukan oleh tingginya keadaan transisi
dari kurva tergantung pada empat faktor, yaitu:
• keeksoterman reaksi
• β yang bernilai konstan (β merupakan perbedaan
energi antara persilangan dua konfigurasi dan keadaan
transisi)
• Perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan
eksitasi pertama pada awal reaksi. Perbedaan ini
bergantung pada INuc – Arx . Dimana INuc adalah
potensial ionisasi dari nukleofil dan ARx adalah afinitas
elektron dari RX.
• Kekuatan ikatan tiga elektron dari keadaan eksitasi
pertama pada reaktan (jika reaktan stabil dan
terdelokalisasi, maka garis singgung yang terjadi
menjadi tinggi dan begitu pula sebaliknya)
Energi Keadaan Transisi
Pada Reaksi SN2
E* = f (INuc – ARx) - β

f : fraksi dari perbedaan energi yang berada dibawah garis


singgung
INuc : potensial ionisasi nukleofil
ARx : afinitas elektron dari RX
Β : perbedaan energi antara persilangan dua konfigurasi dan
keadaan transisi
• Konfigurasi III (Nuc:- R+ : X- ) digunakan untuk
senyawa yang mengadung gugus pendonor
elektron sebagai contohnya adalah p-
CH3PhCH2X.

• Konfigurasi IV (Nuc ∙ R:- ∙X) digunakan untuk


senyawa yang mengadung gugus penarik
elektron sebagai contohnya adalah p-
NO2PhCH2X.
Profil Reaksi substitusi dengan adanya
pencampuran

(a) (b)
(a) Reaktan (I) produk (II) karbokation (III) konfigurasi reaksi SN2 yang melibatkan R+
yang cukup stabil
(b) Tiga konfigurasi yang sama untuk kasus dimana R+ sangat stabil dan terbentuk
intermediet. Profil yang muncul melalui konfigurasi campuran.

Gambar diadopsi dari Pross, A.; Shaik, S. S. Acc. Chem. Res. 1983, 16, 363. Copyright 1983 American Chemical Society
Efek Struktur Substrat pada Reaksi SN2

• Semakin banyak substituen alkil yang


terikat pada C pusat reaksi maka, laju
reaksi akan semakin lambat.
• Kasus menarik pada neopentyl sistem dan
t-butyl sistem.
• Pada neopentyl dimana semua substituen
alkil terikat di C β, laju reaksi lebih lambat
daripada t-butyl yang semua substituen
alkil terikat pada C α.
Efek Substituen

Polar
Pengaruh kepolaran suatu substituen terhadap laju reaksi SN2.
• Substituen penarik elektron (EWG) bisa mempercepat atau
memperlambat reaksi.
• Contoh eksperimen yang dilakukan adalah reaksi benzyl klorida
tersubstitusi dengan nukleofil anionic dan nukleofil netral.
Efek Halogen, karbonil dan
cyano group
• Penggantian salah satu Hidrogen pada CH3Cl dengan
gugus klorin yang lain akan menimbulkan efek dominan
berupa delokalisasi
R . X- .
• Penggantian Hidrogen dengan gugus karbonil atau gugus
cyano akan menimbulkan efek dominan peningkatan
kemampuan menerima elektron .
• Jika nukleofil yang digunakan adalah nukleofil kuat, maka
jarak antara nukleofil dan ARX akan sempit sehingga laju
reaksi meningkat. Apabila nukleofil yang digunakan adalah
nukleofil lemah maka efek yang terjadi adalah sebaliknya.
Reaksi SN2’
• Reaksi serempak antara masuknya nukleofil,
delokalisasi ikatan rangkap dan lepasnya leaving
grup.

• Terbentuknya 2 produk, dikarenakan rotasi yang


terjadi pada ikatan sigma pada substrat.
Efek Struktur Substrat pada
Reaksi SN1
Efek Substituen Alkil dan Aril

 Gugus Ph akan lebih mempercepat laju reaksi


dibandingkan dengan gugus CH3 dan gugus
H.
Substituen Heteroatom

• Substrat yang memiliki heteroatom, kecepatan


reaksinya akan dipengaruhi oleh efek induktif dan
efek konjugasi.
• Efek induktif disebabkan oleh keberadaan
substituen EWG, sedangkan efek konjugasi
disebabkan oleh adanya substituen EDG.
• Selain oleh efek induktif dan efek konjugasi,
kecepatan reaksi juga dipengaruhi oleh kekuatan
nukleofilnya.
Bridgehead System
Substrat dengan sistem bridgehead pada
persimpangan dapat mengionisasi menjadi karbokation
yang planar hanya dengan cincin yang besar.

38
Approximate Solvolysis Rate of Bridgehead System
Relative to t-butyl

Sumber:
Kecepatan reaksi untuk senyawa (69) 3 x 10-5 dari
senyawa (68).
Pada senyawa 68:
- Efek hiperkonjugasi dari C3
- Posisi X trans periplanar terhadap C3
Vinyl Cations
• Pembentukkan kation vinil memerlukan energi yang
sangat besar dan sulit terjadi. Pembentukkan kation bisa
terjadi pada leaving grup yang sangat reaktif. Seperti
Trifelat (OTf)
Vinyl Cations

• Ketika vinil berikatan dengan 3 gugus pengaktif (ex: Aril)


maka pembetukan karbokation bisa terjadi dengan leaving
grup yang tidak terlalu reaktif seperti Br.
SRN1 REACTION
RX + Nuc- R-Nuc + X-

Exp :

Proposed mechanism
Initiation : +
Propagation :
e- +
+
+ +
82 83
84 85
Table 4.25 Rate of Dehalogenation
Compound k, s-1

4 x 103

Konjugasi – hiperkonjugasi
9.7 x 104

4.0 x 102

6.2 x 104

Efek konjugasi
1.1 x 103
Exp

86
87
+ (CH3)3SnNa

Na+ -
+ (CH3)3Sn + + Cl (4.61)

R3N - -
+ CCl4 R2N + CCl4 + Cl (4.62)
Reaksi Alkilasi via SRN1
NO2

CH2Cl H2C

CH3
NaCl
+ H3C NO2

Na

NO2 NO2

• Produk: C-alkylated (92%)


• Mekanisme: unimolekular
Reaksi Alkilasi via SN2
H O C(CH3)2
Cl
H H2C N

CH3 O
O
NaCl
+ H3C N

NO2 NO2

• Produk: O-alkylated
• Mekanisme: SN2
O-alkylation vs C-alkylation
CH3 CH3
O

H3C N H3C NO2

O
RCH2Cl

CH3 CH3
O

H3C N H3C NO2

O CH2R
CH2R

• Steric hindrance: produk utama o-


alkylated
Fragmentasi Anion Radikal
Intramolecular Electron Transition
Aryl Menstabilkan π*

Anda mungkin juga menyukai