Anda di halaman 1dari 26

PEMBUATAN KURVA BAKU

YANG MEMENUHI HUKUM LABERT-BEER


Laporan Praktikum Kelompok 1
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Teknologi Analisa Spektrofotometri
Dibina oleh Ibu Hanandayu Widwiastuti

Oleh:
Firda Widyarti
(P17120173016)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


JURUSAN GIZI
D3 Analis Farmasi dan Makanan
November 2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spektrofotometer UV-VIS banyak dimanfaatkan seperti dalam analisis
logam berbahaya dalam sampel pangan atau bahan yang sering digunakan dalam
kehidupan. Spektrofotometer UV-Vis merupakan alat dengan teknik
spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan Visible (Sinar Tampak). Alat ini
digunakan guna mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu
materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding
dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut.
Prinsip dasar dari spektrofotometer adalah adanya interaksi antara molekul sampel
dengan radiasi elektromagnetik.
Spektrofotometri ultra violet yang dipakai untuk aplikasi kuantitatif
menggunakan radiasi dengan panjang gelombang 200-380 nm, sedangkan
spektrofotometri Visible menggunakan reaksi dengan panjang gelombang 360-
620 nm.
Pada praktikum percobaan kali ini dilakukan analisis larutan KMnO4 dan
larutan K2Cr2O7 dengan pembuatan kurva baku yang memenuhi hukum Lambert-
Beer menggunakan spektrofotometer Visible.

1.2 Tujuan
 Membuat kurva standar antara absorbansi (sumbu y) terhadap
konsentrasi (sumbu x).
 Memilih konsentrasi yang memenuhi Hukum Lambert-beer (kurva
linier).
 Menghitung harga ekstingsi molar (ε) larutan yang diukur.

1.3 Manfaat
 Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja pembuatan kurva baku dari
spektrofotometer UV-Vis

2
 Mahasiswa dapat mengetahui cara membuat kurva standar antara
absorbansi (sumbu y) terhadap konsentrasi (sumbu x).
 Mahasiswa dapat mengetahui cara memilih konsentrasi yang memenuhi
Hukum Lambert-beer (kurva linier).
 Dapat menghitung harga ekstingsi molar (ε) larutan yang diukur

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

3
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar makromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan fototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu suatu alat yang di gunakan untuk menentukan suatu
senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan
atau absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi
spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya
tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam
kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini
dapat disebut juga spektrofotometri adsorbsi atomic (Hardjadi,
1990).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Kebetulan spektrofotometer dibandingkan dengan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada
fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh
panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang
gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat
pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan
sampel blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel
dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2003).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa
dalam larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis
senyawa yang ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin
tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap.
Spektrofotometri UV Vis merupakan alat dengan teknik spektrofotometer
pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan

4
sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan.
Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap
oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber beer
dapat menyatakan hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam
larutan. Dibawah ini adalah persamaan Lamber beer:

A = - log T = ε.b.c

Dimana :
A = Absorbans
T = Transmitan
ε = Ekstingsi molar (Lcm-4 . mol 1)
c = Panjang sel (cm)
b = Konsentrasi zat (mol/jam)

Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa


atau unsur adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut
dapat diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada
warna komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau
cahaya putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara
selektif sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan (Day dan
Underwood, 1986).
Bagian-bagian Spektrofotometer UV-Vis
1. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi
yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-
Vis ada dua macam :
a. Lampu Tungsten (Wolfram)
Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak.
Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang
gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung.
Umumnya memiliki waktu 1000jam pemakaian.

5
gambar 1 : Lampu Tungsten (Wolfram)

b. Lampu Deuterium
Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum
energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak
pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian

gambar 2 : Lampu Deuterium

2. Monokromator

6
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis
menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang
tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :

gambar 3 : Monokromator

a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin
supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

gambar 4 : Prisma

b. Grating (kisi difraksi)


Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi
sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi
akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh
jangkauan spektrum.

7
gambar 5 : Grating (kisi difraksi)

c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat,
maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang
gelombang yang diharapkan.

gambar 6 : Celah optis

d. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang
diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang
yang dipilih.

8
gambar 7 : Filter

3. Kompartemen sampel
Kompartemen ini digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet. kuvet
merupakan wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis.
Pada spektrofotometer double beam, terdapat dua tempat kuvet. Satu kuvet
digunakan sebagai tempat untuk menaruh sampel, sementara kuvet lain digunakan
untuk menaruh blanko. Sementara pada spektrofotometer single beam, hanya
terdapat satu kuvet.

gambar 8 : Kuvet plexiglass

Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :


a. Permukaannya harus sejajar secara optis
b. Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan
c. Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia
d. Tidak rapuh
e. Bentuknya sederhana

9
gambar 9 : Kuvet Kuarsa
Terdapat berbagai jenis dan bentuk kuvet pada spektrofotometer.
Umumnya pada pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang terbuat dari
bahan kuarsa atau plexiglass. Kuvet kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar uv,
sehingga tidak digunakan pada saat pengukuran di daerah UV. Oleh karena itu,
bahan kuvet dipilih berdasarkan daerah panjang gelombang yang digunakan.
Gunanya agar dapat melewatkan daerah panjang gelombang yang digunakan.
• UV : fused silika, kuarsa
• Visible : gelas biasa, silika atau plastik
• IR : KBr, NaCl, IRTRAN atau kristal dari senyawa ion

Bahan Panjang gelombang


Silika 150-3000
Gelas 375-2000
Plastik 380-800
Tabel 1 Bahan Kuvet Sesuai Panjang Gelombang

Gambar 10. Spektrofotometer UV-Vis

10
Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas kimia, dapat
dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan.Akurasi
menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk
menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari parameter yang
diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi
menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat
dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan
memberikan standar deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan
hasil pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan, misalnya dalam
penentuan nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan larutan dilakukan pengulangan
sebanyak n kali. Ilmu yang mempelajari interaksi radiasi dengan materi
sedangkan spektrofotometri adalahpengukuran kuantitatif dari intensitas radiasi
elektromagnetik pada satu atau lebih panjanggelombang dengan suatu transduser
(detektor). Spektrofotometri adalah analisis kuantitatif yang paling sering
digunakan karena mempunyai sensitivitas yang baik yaitu 10-4 sampai 10-6.
Analisis jenis ini juga relatif selektif dan spesifik, ketepatannya cukup tinggi,
relatif sederhana, dan murah ( Mathias, 2005 ).

11
BAB 3
METODE DAN WAKTU PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu


 Tempat : Jl. Besar Ijen No. 77C
Laboratorium Kimia, Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang
 Waktu : Kamis, 18 September 2018, Pukul 08.00 WIB

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat :
 Spektrofotometer  Botol semprot
Visible (Sinar  Labu takar
Tampak)  Gelas beker
 Kuvet  Pipet ukur
 Batang pengaduk  Tabung reaksi dan
 Pipet tetes rak tabung reaksi
3.2.2 Bahan :
 Larutan stok KMnO4 0,05 M
 Larutan stok K2Cr2O7 0,05 M
 Aquades
 Tissue

3.3 Metode
a. Menyiapkan larutan stok K2Cr2O7 5x10-2 M dan KMnO4 5x102 M.
b. Membuat sederet larutan K2Cr2O7 dengan konsentrasi 5×10-5 M,
1×10-4 M, 2×10-4 M, 3×10-4 M, dan 4×10-4M serta sederet larutan
KMnO4 dengan konsentrasi 1×10-4 M, 2×10-4 M, 4×10-4M, 6×10-4M,
8×10-4M, 1×10-3M dari larutan stok. Lalu larutan yang telah siap
diletakkan ke dalam tabung reaksi untuk mempermudah membawa
larutan.
c. Menyalakan spektrofotometri UV-VIS dan menyetting instrumen
untuk membuat kurva baku/standar.

12
d. Mengukur absorbansi blanko dan diset nolkan absorbansi blanko.
e. Mengukur absorbansi sederet larutan K2Cr2O7 dan KMnO4 pada
panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan sebelumnya,
pengukuran dilakukan dari larutan dengan konsentrasi terkecil.
f. Membuat kurva baku antara absorbansi (sumbu x) terhadap konsentrasi
(sumbu y) kemudian absorbansi yang diperoleh dapat digunakan untuk
perhitungan harga ekstingsi molar masing-masing larutan
menggunakan persamaan sesuai teori.

13
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur


Penentuan kurva standar dilakukan setelah didapat panjang gelombang
maksimum dari larutan K2Cr2O7 dan KMnO₄. Panjang gelombang maksimum
K2Cr2O7 sebesar 354 nm yang mempunyai nilai absorbansi sebesar 0.994 dan
panjang gelombang maksimum KMnO₄ adalah 526 nm yang mempunyai nilai
absorbansi 5.269. Panjang gelombang maksimum tersebut digunakan untuk
mencari nilai absorbansi dari larutan K2Cr2O7 dan KMnO₄ yang mempunyai
konsentrasi berbeda-beda. Untuk larutan K2Cr2O7 dengan konsentrasi 5×10-5 M,
1×10-4 M, 2×10-4 M, 3×10-4 M, dan 4×10-4M . Lalu untuk larutan KMnO4 dengan
konsentrasi 1×10-4 M, 2×10-4 M, 4×10-4M, 6×10-4M, 8×10-4M, 1×10-3M.
Pertama, sebelum melakukan pengukuran absorbansi larutan dengan
konsentrasi-konsentrasi diatas, langkah awal yang dilakukan adalah
mengencerkan larutan tersebut. Pengenceran dilakukan agar larutan tidak terlalu
pekat sehingga absorbansinya tidak terlalu tinggi nilainya. Konsentrasi larutan
K2Cr2O7 dan KMnO₄ yang tersedia adalah 5x10-2 M. Dengan menggunakan rumus
M₁ x V₁ = M₂ x V₂ dihasilkan volume larutan K2Cr2O7 yang akan diencerkan
sebanyak 2.5 ml, 5 ml, 10 ml, 15 ml, 30 m dan volume larutan KMnO₄ yang
diencerkan sebanyak 5 ml, 5 ml, 10ml, 20 ml, 30 ml, 40 ml. Kemudian masing-
masing larutan diencerkan dengan aquades dalam labu takar 50 ml. Lalu masing-
masing diletakkan ke dalam tabung reaksi agar mempermudah tempat.

Kemudian siapkan Spektrofotometer UV-Vis dan setting software advanced.


Kemudian melakukan pengenolan pada larutan blanko (aquades). Setelah itu,
dimasukkan kuvet yang berisi aquades ke dalam tempat kuvet pada
spektrofotometer. Posisi memegang kuvet haruslah benar bagian yang terlihat
lebih buramlah yang dipegang. Bagian yang bening haruslah menghadap ke arah
datangnya cahaya. Kemudian, ditutup penutup tempat kuvet lalu dikondisikan
panjang gelombang dengan rentang panjang 354 nm dan 526 nm.

14
Kemudian dikeluarkan aquades lalu diganti dengan kuvet yang berisi
larutan K2Cr2O7 dan KMnO4 dengan konsentrasi yang berbeda-beda secara
bergantian pada panjang gelombang 354 nm dan 526 nm lalu ditekan tombol OK.
Setelah muncul absorbansi dan dicatat. Kemudian setelah absorbansi diperoleh,
dapat dilakukan perhitungan ekstingsi molar larutan.

4.2 Analisa Hasil

Dalam penentuan kurva baku larutan K2Cr2O7 diperoleh data sebagai


berikut.
 Tabel Absorbansi larutan K2Cr2O7

NO Konsentrasi larutan Absorbansi


1 5x10-5 0.205

2 1x10-4 0.383

3 2x10-4 0.708

4 3x10-4 1.013

5 4x10-4 1.975

 Kurva Baku Larutan K2Cr2O7

Kurva Standart Larutan K2Cr2O7


2.5

2
y = 0.468x - 0.1252
R² = 0.9253
1.5

0.5

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Hasil pengukuran absorbansi larutan K2Cr2O7 dengan konsentrasi 5x10-5,


1x10-4, 2x10-4, 3x10-4, dan 4x10-4 M berturut turut ditemukan adalah 0.205 ; 0.383

15
; 0.708 ; 1.013 dan 1.975. Dengan data tersebut dapat ditentukan kurva standar
dengan acuan persamaan absorbansi kurva standar yaitu y = mx+c. dan
didapatkan kurva y = 0.468x – 0.1252 dan R2= 0.9253. Regresi yang masih
kurang ideal dalam analisis dengan nilai yang mendekati 1. Hal ini menyatakan
kurang keakuratannya dalam menganalisis.

Dalam penentuan kurva baku larutan KMnO4 diperoleh data sebagai


berikut.
 Tabel Absorbansi larutan KMnO4

No. Konsentrasi larutan Absorbansi


1 1x10-4 0.239

2 2x10-4 0.471

3 4x10-4 0.927

4 6x10-4 1.392

5 8x10-4 1.621

6 1x10-3 2.427

 Kurva Baku Larutan KMnO4

2.5

1.5

y = 0.4244x - 0.306
1
R² = 0.971

0.5

0
1.10-4 2.10-4 4.10-4 6.10-4 8.10-4 1.10-3

Hasil pengukuran absorbansi larutan KMnO4 dengan konsentrasi 1x10-4,


2x10-4,4x10-4, 6x10-4, 8x10-4 , dan 1x10-3 M berturut turut ditemukan adalah
0.239 ; 0.471 ; 0.927 ; 1.392 ;1,621; dan 2.427 . Dengan data tersebut dapat

16
ditentukan kurva standar dengan acuan persamaan absorbansi kurva standar yaitu
y = mx+c dan didapatkan kurva y = 0,4244x - 0,306 dengan R2= 0,971. R
merupakan regresi. Regresi dari suatu data apabila mendekati 1 menyatakan
bahwa data tersebut sangat baik/keakuratannya tinggi
Setelah diperoleh absorbansi pada masing-masing larutan, dihasilkan
harga ekstingsi molar pada larutan sebagai berikut.
Harga Ekstingsi
Larutan Konsentrasi Larutan (M-1cm-1)

0,5x10-4 M 4100

10-4 M 3830

K2Cr2O7 2x10-4 M 3540

3x10-4 M 3376.67

4x10-4 M 4937.5

10-4 M 2390

2x10-4 M 2355

4x10-4 M 2317.5
KmnO4
6x10-4 M 2320

8x10-4 M 2026

10-3 M 2427

17
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan praktikum yang telah dilakukan, larutan yang memiliki
konsentrasi tinggi juga mempunyai nilai absorbansi yang tinggi pula. Sehingga
disimpulkan bahwa nilai konsentrasi berbanding lurus dengan nilai absorbansi
suatu larutan. Kurva standar yang dihasilkan pada excel juga memiliki bentuk
yang linear karena konsentrasi berbanding lurus dengan absorbansi.
Pada larutan K2Cr2O7 di dapat persamaan regresi Y = 0.468 x – 0.1252 dan
harga koefesien korelasi (R2) yaitu 0.9253 . Diperoleh Nilai ekstingsi molar (ε) yaitu
pada konsentrasi 5x10-5 M sebesar 4100 M-1cm-1, pada konsentrasi 1x10-4 M sebesar
3830 M-1cm-1, pada konsentrasi 2 x10-4 M sebesar 3540 M-1cm-1, pada konsentrasi 3 x10-4
M sebesar 3376.67 M-1cm-1, pada konsentrasi 4 x10-4 M sebesar 4937.5 M-1cm-1.
Pada larutan KMnO4 di dapat persamaan regresi Y = 2.569 x – 0.306 dan harga
koefesien korelasi (R2) yaitu 0.971. Diperoleh ekstingsi molar (ε) yaitu pada konsentrasi
1x10-4 M. sebesar 2390 M-1cm-1, pada konsentrasi 2x10-4 M sebesar 2355 M-1cm-1,
pada konsentrasi 4x10-4 M sebesar 2317,5 M-1cm-1, pada konsentrasi 6x10-4 M sebesar
2320 M-1cm-1, pada konsentrasi 8x10-4 M sebesar 2026 M-1cm-1, dan pada konsentrasi
10-3 M sebesar 2427 M-1cm-1.

5.2 Saran
Praktikan sebaiknya lebih teliti lagi dalam melakukan analisis dan
preparasi sampel.

18
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A., Underwood, A.L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Eksplorasi di Bidang Ilmiah dan Teknologi. 2017. Spektrofotometer UV-Vis.
(https://tosuhar.blogspot.com/2017/01/uv-vis.html diakses tanggal 20 Sept
2018).
Mathias, Ahmad. 2005. Spektrofotometri. Exacta: Solo.

19
LAMPIRAN

Perhitungan Pembuatan Larutan Standar dari larutan stok KMnO4 5x10-2


M dan Larutan stok K2Cr2O7 5x10-2 M
Diketahui : M1 = Konsentrasi larutan stok
M2 = Konsentrasi larutan standar
V1 = Volume larutan stok
V2 = Volume larutan standar
Ditanya :
 Larutan KMnO4 dengan konsentrasi 1×10-4 M, 2×10-4 M, 4×10-4M, 6×10-
4
M, 8×10-4M, 1×10-3M
 Larutan K2Cr2O7 dengan konsentrasi 5×10-5 M, 1×10-4 M, 2×10-4 M,
3×10-4 M, dan 4×10-4M

 Larutan KMnO4 10-3 M


Diket. : M1 = 5x10-2 M
M2 = 10-3 M
V2 = 250 ml
Dit. : V1 ….?
Jwb : M1 x V1 = M2 x V2
5x10-2M x V1 = 10-3 M x 250 ml
V1 = 5 ml

 Larutan KMnO4 1x10-4 M


Diket. : M1 = 10-3 M
M2 = 1x10-4 M
V2 = 50 ml
Dit. : V1 ….?
Jwb : M1 x V1 = M2 x V2
10-3M x V1 = 1x10-4 M x 50 ml
V1 = 5 ml

20
 Larutan KMnO4 2x10-4 M
Diket. : M1 = 10-3 M
M2 = 2x10-4 M
V2 = 50 ml
Dit. : V1 ….?
Jwb : M1 x V1 = M2 x V2
10-3M x V1 = 2x10-4 M x 50 ml
V1 = 10 ml
 Larutan KMnO4 4x10-4 M
Diket. : M1 = 10-3 M
M2 = 4x10-4 M
V2 = 50 ml
Dit. : V1 ….?
Jwb : M1 x V1 = M2 x V2
10-3M x V1 = 4x10-4 M x 50 ml
V1 = 20 ml
 Larutan KMnO4 6x10-4 M
Diket. : M1 = 10-3 M
M2 = 6x10-4 M
V2 = 50 ml
Dit. : V1 ….?
Jwb : M1 x V1 = M2 x V2
10-3M x V1 = 6x10-4 M x 50 ml
V1 = 30 ml
 Larutan KMnO4 1x10-4 M
Diket. : M1 = 10-3 M
M2 = 8x10-4 M
V2 = 50 ml
Dit. : V1 ….?
Jwb : M1 x V1 = M2 x V2
10-3M x V1 = 8x10-4 M x 50 ml
V1 = 40 ml

21
 Larutan K2Cr2O7 10-3 M
Diket. : M1 = 5x10-2 M
M2 = 10-3 M
V2 = 250 ml
Dit. : V1 ….?
Jwb : M1 x V1 = M2 x V2
5x10-2 M x V1 = 10-3 M x 250 ml
V1 = 5 ml
 Larutan K2Cr2O7 5x10-5 M
Diket. : M1 = 10-3 M
M2 = 5x10-5 M
V2 = 50 ml
Dit. : V1 ….?
Jwb : M1 x V1 = M2 x V2
10-3 M x V1 = 5x10-5 M x 50 ml
V1 = 2.5 ml
 Larutan K2Cr2O7 1x10-4 M
Diket. : M1 = 10-3 M
M2 = 1x10-4 M
V2 = 50 ml
Dit. : V1 ….?
Jwb : M1 x V1 = M2 x V2
10-3 M x V1 = 1x10-4 M x 50 ml
V1 = 2.5 ml
 Larutan K2Cr2O7 2x10-4 M
Diket. : M1 = 10-3 M
M2 = 2x10-4 M
V2 = 50 ml
Dit. : V1 ….?
Jwb : M1 x V1 = M2 x V2
10-3 M x V1 = 2x10-4 M x 50 ml
V1 = 10 ml

22
 Larutan K2Cr2O7 3x10-4 M
Diket. : M1 = 10-3 M
M2 = 3x10-4 M
V2 = 50 ml
Dit. : V1 ….?
Jwb : M1 x V1 = M2 x V2
10-3 M x V1 = 3x10-4 M x 50 ml
V1 = 15 ml
 Larutan K2Cr2O7 4x10-4 M
Diket. : M1 = 10-3 M
M2 = 4x10-4 M
V2 = 50 ml
Dit. : V1 ….?
Jwb : M1 x V1 = M2 x V2
10-3 M x V1 = 4x10-4 M x 50 ml
V1 = 20 ml

Menghitung Harga Ekstingsi Molar (𝜺) larutan


a. Larutan KMnO4
1) Diketahui : Absorbansi larutan KMnO4 = 0,239
Konsentrasi larutan KMnO4 = 10-4 M
b/ tebal kuvet = 1 cm
Ditanya : Ekstingsi Molar (ε) Larutan KMnO4 ?
Jawab :
A𝜆
𝑚𝑎𝑘𝑠
ε = b ×konsentrasi
0,239
= 1𝑐𝑚 𝑥10−4

= 2390 M-1cm-1

2) Diketahui : Absorbansi larutan KMnO4 = 0,471


Konsentrasi larutan KMnO4 = 2x10-4 M
b/ tebal kuvet = 1 cm

23
Ditanya : Ekstingsi Molar (ε) Larutan KMnO4 ?
Jawab :
A𝜆
𝑚𝑎𝑘𝑠
ε = b ×konsentrasi
0,239
= 1𝑐𝑚 𝑥2.10−4

= 2355 M-1cm-1

3) Diketahui : Absorbansi larutan KMnO4 = 0,927


Konsentrasi larutan KMnO4 = 4x10-4 M
b/ tebal kuvet = 1 cm
Ditanya : Ekstingsi Molar (ε) Larutan KMnO4 ?
Jawab :
A𝜆
𝑚𝑎𝑘𝑠
ε = b ×konsentrasi
0,927
= 1𝑐𝑚 𝑥4.10−4

= 2317,5 M-1cm-1

4) Diketahui : Absorbansi larutan KMnO4 = 1,392


Konsentrasi larutan KMnO4 = 6x10-4 M
b/ tebal kuvet = 1 cm
Ditanya : Ekstingsi Molar (ε) Larutan KMnO4?
Jawab :
A𝜆
𝑚𝑎𝑘𝑠
ε = b ×konsentrasi
1,392
= 1𝑐𝑚 𝑥6.10−4

= 2320 M-1cm-1

5) Diketahui : Absorbansi larutan KMnO4 = 1,621


Konsentrasi larutan KMnO4 = 8x10-4 M
b/ tebal kuvet = 1 cm
Ditanya : Ekstingsi Molar (ε) Larutan KMnO4?
Jawab :
A𝜆
𝑚𝑎𝑘𝑠
ε = b ×konsentrasi

24
1,621
= 1𝑐𝑚 𝑥 8.10−4

= 2026 M-1cm-1

6) Diketahui : Absorbansi larutan KMnO4 = 2,427


Konsentrasi larutan KMnO4 = 10-3 M
b/ tebal kuvet = 1 cm
Ditanya : Ekstingsi Molar (ε) Larutan KMnO4?
Jawab :
A𝜆
𝑚𝑎𝑘𝑠
ε = b ×konsentrasi
2,427
= 1𝑐𝑚 𝑥 10−3

= 2427 M-1cm-1

b. Larutan K2Cr2O7
1) Diketahui : Absorbansi larutan K2Cr2O7 = 0,205
Konsentrasi larutan K2Cr2O7 = 0,5x10-4 M
b/ tebal kuvet = 1 cm
Ditanya : Ekstingsi Molar (ε) Larutan K2Cr2O7 ?
Jawab :
A𝜆
𝑚𝑎𝑘𝑠
ε = b × konsentrasi
0,205
= 1 𝑐𝑚 𝑥 0,5.10−4

= 4100 M-1cm-1

2) Diketahui : Absorbansi larutan K2Cr2O7 = 0,383


Konsentrasi larutan K2Cr2O7 = 1x10-4 M
b/ tebal kuvet = 1 cm
Ditanya : Ekstingsi Molar (ε) Larutan K2Cr2O7 ?
Jawab :
A𝜆
𝑚𝑎𝑘𝑠
ε = b × konsentrasi
0,383
= 1 𝑐𝑚 𝑥 1.10−4

= 3830 M-1cm-1

25
3) Diketahui : Absorbansi larutan K2Cr2O7 = 0,708
Konsentrasi larutan K2Cr2O7 = 2 x10-4 M
b/ tebal kuvet = 1 cm
Ditanya : Ekstingsi Molar (ε) Larutan K2Cr2O7 ?
Jawab :
A 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠
ε =
b × konsentrasi
0,708
= 1 𝑐𝑚 𝑥 2.10−4

= 3540 M-1cm-1

4) Diketahui : Absorbansi larutan K2Cr2O7 = 1,013


Konsentrasi larutan K2Cr2O7 = 3 x10-4 M
b/ tebal kuvet = 1 cm
Ditanya : Ekstingsi Molar (ε) Larutan K2Cr2O7 ?
Jawab :
A𝜆
𝑚𝑎𝑘𝑠
ε = b × konsentrasi
1,013
= 1 𝑐𝑚 𝑥 3 .10−4

= 3376,67 M-1cm-1

5) Diketahui : Absorbansi larutan K2Cr2O7 = 1,975


Konsentrasi larutan K2Cr2O7 = 4 x10-4 M
b/ tebal kuvet = 1 cm
Ditanya : Ekstingsi Molar (ε) Larutan K2Cr2O7 ?
Jawab :
A𝜆
𝑚𝑎𝑘𝑠
ε = b × konsentrasi
1,975
= 1 𝑐𝑚 𝑥 4.10−4

= 4937,5 M-1cm-1

26

Anda mungkin juga menyukai