Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ANFISKO
“PEMBUATAN LARUTAN BAKU”

DISUSUN OLEH:

Nama : MUHAMAD RAFLY AJI


NPM : 221FF04035

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA


PROGRAM PENDIDIKAN S1 EXT
PROGRAM STUDI FARMASI
BANDUNG
2022/2023
I. TUJUAN
- Untuk membuat variasi konsentrasi larutan baku paracetamol sebanyakj 6
seri konsentrasi.
- Untuk menentukan persamaan garis regresi kurva kalibrasi dengan metode
Spektrofotometri Uv-Vis

II. PRINSIP
Menggunakan persamaan A : E 1% 1cm . b . c . Agar variasi konsentrasi
larutan baku yang dibuat memenuhi syarat absorban yang baik menurut hukum
Lambert – Beer yaitu 0,2 – 0,8

III. DASAR TEORI


Larutan baku adalah suatu larutan yang menggandung konsentrasi yang
diketahui secara tepat dari unsur atau zat. Kadar senyawaq dalam suatu sampel
dapat ditentukan dengan cara kurva kalibrasi. Cara ini sebenarnya masih tetap
bertumpu pada hukum Lambert – Beer, yaitu absorban berbanding lurus dengan
konsentrasi.

Kosentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan.


Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat
dikatakan bahwa larutan itu pekat atau kosentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya bila
zat yang terlarut sedikit sedangkan pelarutrnya sangat banyak, maka dapat
dikatakan larutan itu encer atau kosentrasinya sangat rendah.

Larutan merupakan suatu jenis campuran yang bersifat homogen. Karena


suatu larutan tidak dapat dibedakan secara organoleptis antara zat pelarut dan zat
terlarutnya. Hal ini dapat terjadi dikarenakan molekul – molekul atau ion – ion yang
ada, bercampur dengan baik dengan zat pelarutnya, sehingga memiliki sifat
homogen (Department, 2018)

Larutan standar atau larutan baku merupakan suatu larutan yang dapat
diketahui secara pasti. Larutan ini berfungsi menjadi suatu titran, sehingga larutan
baku selalu berada di biuret. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya harus
diukur terlebih dahulu volumenya lalu disimpan dalam erlenmeyer (Freiser dan
Nancollas, 1987).

Suatu sampel yang tidak diketahui konsentrasinya dibandingkan dengan


seperangkat sampel standar (baku) yang kurva kalibrasi harus masuk ke rentang
larutan baku harus dengan konsentrasi yang bervariasi, minimal enam saeri
konsentrasi. Misalnya : 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm,10ppm, 12ppm larutan standar
dbagi menjadi dua yaitu:
1. Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk
membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi
larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya dan volume
larutan yang dibuat. syarat-syarat baku primer :
- Diketahui dengan pasti rumus molekulnya
- Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan
- Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO₂, cahaya dan uap air
- Mempunyai Mr yang tinggi

2. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku
primer kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk
membakukan larutan standar. Contoh : larutan natrium tiosulfat pada
pembakuan larutan iodium.

IV. ALAT DAN BAHAN


 ALAT
- Timbangan analitik
- Mikro pipet
- Beaker Glass
- Labu Ukur
- Pipet volume
 Bahan
- Paracetamol (Dirjen POM Edisi III, 1979)
- NaOH
- Aquadest

V. PROSEDUR KERJA

 Pembuatan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 500ml


Perhitungan
𝜔 1000
M = 𝑚𝑟 x 𝑣
𝜔 1000
0,1 𝑀 = 40 x 500𝑚𝑙
0,1 𝑥 20000
𝜔 = 1000
𝜔 =2g

1. Timbang NaOH sebanyak 2 g


2. Larutkan NaOH dengan air secukupnya dalam beaker glass
3. Dimasukkan larutan dalam labu ukur 500 ml
4. Dibilas beaker glass
5. Ditambahkan air hingga tanda batas, kemudian dikocok
 Pembuatan larutan induk 1000 bpj
1. Ditimbang paracetamol sebanyak 50 g
2. Dilarutkan paracetamol dengan Larutan NaOH 0,1 M secukupnya
dalam beaker glass
3. Dimasukkan larutan ke dalam labu ukur 500 ml
4. Dibilas beaker glass
5. Ditambahkan air hingga tanda batas 50 ml kemudian kocok

 Perhitungan

1%
𝐴 = 𝜀1𝑐𝑚 .𝑏 .𝑐
A = Absorban
1%
𝜀1𝑐𝑚 = absorbtivitas jenis
b = tebal kuvet
c = konsentrasi

maka kadar di tentukan dengan rumus


𝐴
𝑐 = 1%
𝜀1𝑐𝑚 . 𝑏
Rentang absorban Uv – Vis
0,2 – 0,8

 Panjang Gelombag 0,2


𝐴
𝑐 = 1%
𝜀1𝑐𝑚 . 𝑏
0,2
𝑐=
710 − 1
𝑐 = 0,000282 %
𝑐 = 0,000282 𝑔⁄100𝑚𝑙
𝑐 = 2,82 𝑏𝑝𝑗

 Panjang Gelombang 0,8


𝐴
𝑐 = 1%
𝜀1𝑐𝑚 . 𝑏
0,8
𝑐=
710 − 1
𝑐 = 0,001127 %
𝑐 = 0,001127 𝑔⁄100𝑚𝑙
𝑐 = 11,27 𝑏𝑝𝑗

Maka variasi konsentrasi larutan baku paracetamol yang dibuat harus


masuk ke dalam rentang 2,82 ppm sampai 11,27 ppm
 Pembuatan Larutan Baku
1. Ditimbang 50 mg paracetamol baku
2. Dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml
3. Dilarutkan dengan NaOH 0,1 dan add sampai tanda batas

 Peembuatan larutan baku 100 ppm sebanyak 50ml dengan metode


pengenceran dari larutan induk 1000 ppm
Rumus :
𝑣1. 𝑐1 = 𝑣2. 𝑐2
𝑣1.1000 = 500.1000
5000
𝑣1 = = 5𝑚𝑙
1000
Cara buat :
- dipipet 5ml larutaninduk paracetamol 1000ppm dengan
menggunakan pipet volume masukkan ke dalam labu ukur 50 ml
add dengan NaOH 0,1 M sampai tanda batas
 pembuatan larutan baku 6 seri konsentrasi ( 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm,
10ppm, 12ppm)

 2 ppm
𝑣1. 𝑐1 = 𝑣2. 𝑐2
𝑣1.100 = 10.2
𝑣1 = 0,2 𝑚𝑙
 4 ppm
𝑣1. 𝑐1 = 𝑣2. 𝑐2
𝑣1.100 = 10.4
𝑣1 = 0,4 𝑚𝑙
 6 ppm
𝑣1. 𝑐1 = 𝑣2. 𝑐2
𝑣1.100 = 10.6
𝑣1 = 0,6 𝑚𝑙
 8 ppm
𝑣1. 𝑐1 = 𝑣2. 𝑐2
𝑣1.100 = 10.2
𝑣1 = 0,8 𝑚𝑙
 10 ppm
𝑣1. 𝑐1 = 𝑣2. 𝑐2
𝑣1.100 = 10.10
𝑣1 = 1 𝑚𝑙
 12 ppm
𝑣1. 𝑐1 = 𝑣2. 𝑐2
𝑣1.100 = 10.12
𝑣1 = 1,2 𝑚𝑙
 Cara membuat larutan
1. Larutan baku paracetamol dipipet sebanyak x ml menggunakan
mikropipet
2. Dimasukkan ke dalam labu ukur 10ml
3. Ditambahkan NaOH 0,1 M sampai tanda batas
* Keterangan :
X : jumlah volume yang dipipet disesuaikan dengan konsentrasinya
masing masing.
VI. HASIL PENGAMATAN
 Absorban dalam 2,4,6,8,10,12 (ppm)

Konsentrasi ppm absorbansi (nm)


2 0,221
4 0,327
6 0,452
8 0,561
10 0,675
12 0,851
 Persamaan regresi linear
Diketahui  a = 0,0842
b = 0,0615
r2= 0,9931
persamaan regresi linear  Y = bx + a
= 0,0615 + 0,0842

 Kurva Absorbansi (nm)


Absorbansi
1 y = 0,0615x + 0,0842
R² = 0,9931
0,8

Absorbansi
0,6
0,4
0,2
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi

Absorbansi Linear (Absorbansi)

 Grafik

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu pembuatan larutan baku dengan variasi
konsentrasi yaitu, 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm, 10ppm, 12ppm dengan tujuan untuk
menentukan persamaan garis regresi kurva kalibrasi dengan metode
spektrofotometri Uv.

Pada spektrofotometri membutuhkan panjang gelombang maksimum,


dimana panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang yang
memberikan absrobansi maksimal terhadap komplek warna yang terbentuk dari
analit. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan karena panjang
gelombang suatu senyawa dapat berbeda bila ditentukan pada kondisi dan alat yang
berbeda. Panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang dimana
terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi maksimum. Tujuan
dilakukan pengukuran pada panjang gelombang maksimum adalah perubahan
absorbansi untuk setiap satuan kosentrasi adalah paling besar pada panjang
gelombang maksimum, sehingga akan disperoleh kepekaan analisis yang
maksimum (Gandjar dan Rohman, 2007).
Ketelitian dalam pengenceran merupakan salah satu faktor untuk
memperoleh ketetapan konsentrasi yang diinginkan, karena itu pengenceran akan
lebih baik bila dilakukan dalam labu ukur untuk membuat larutan dari bahan padat,
maka ditimbang sejumlah zat tertentu zat padat dilarutkan dalam air sampai volume
tertentu sesuai konsentrasi yang diinginkan. Konsentrasi larutan yang tepat akan
diperoleh pengambilan zat padat dan pengembangan dikerjakan dengan teliti dan
sebersih mungkin.

Pada pengukuran kadar parasetamol menggunakan spektrofotometri UV-


Vis diukur pada panjang gelombang 200-400 nm. Pertama baseline dengan
menggunakan NaOH 0,1 M, kemudian di lap dengan tisu lensa atau tisu yang halus
sehingga tidak mengakibatkan permukaan luar dari kuvet tergores. Kemudian
masukan kedalam spektro. Lalu lakukan pengukuran paracetamol. Kemudian akan
muncul spektrumnya, dan dilihat serapan panjang gelombang yang dihasilkan.

Penentuan kurva baku ini dilakukan dengan menganalisis serangkaian


konsentrasi adalah melalui persamaan garis lurus, semakin besar konsentrasi
larutan baku yang diukur, maka semakin tinggi juga konsentrasi yang didapatkan,
begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang dihasilkan makin
rendah. Dalam pengujian ini hasil yang didapatkan yaitu konsentrasi 2 ppm
absorbansi yang didapat yaitu 0,221 nm, 4 ppm yaitu 0,327 nm, 6 ppm yaitu
0,452nm, 8 ppm yaitu 0,561 nm, 10 ppm yaitu 0,675 nm, 12 ppm yaitu 0,851 nm.
Semakin besar konsentrasi larutan baku yang di ukur, makan semakin tinggi juga
konsentrasi yang didapatkan. Jadi hasil yang didapatkan memenuhi kriteria.

VIII. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini absorbansi yang didapat pada konsentrasi 2
ppm yaitu 0,221nm, 4 ppm yang didapat 0,327nm, 6ppm yang didapat 0,452nm,
8ppm yang didapat yaitu 0,561nm, 10ppm yang didapat 0,675nm, dan
absorbansi yang didapat dari 12 ppm yaitu 0,851 nm. Semakin besar konsentrasi
larutan baku yang diukur, maka semakin tinggi juga konsentrasi yang
didapatkan. Jadi hasil yang didapatkan memenuhi kriteria.
DAFTAR PUSTAKA

United State Departement of Agriculture, 2018. USDA National Nutrient


Database for Standar Reference. www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/search/
Freiser, H., Nancollas, George H. 1987. Compendium of Analytical
Nomenclature: Definitive Rules 1987. Oxford: Blackwell Scientific
Publications.
Gandjar, I. G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Kemenkes RI. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI.
LAMPIRAN

Larutan (2,4,6,8,10,12 ppm)

Dvs

Penimbangan Paracetamol Larutan Induk

Penimbangan NaOH

Anda mungkin juga menyukai