1
tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Biasanya hukum Lambert-
beer ditulis dengan :
A = ε . b .C
A = absorban (serapan)
ε = koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1)
b = tebal kuvet (cm)
C = konsentrasi (M)
(Underwood dan Day, 1981)
3. ALAT DAN BAHAN
3.1 Persiapan Alat
Penetapan kadar parasetamol dalam sediaan tablet pada praktikum kali ini
menggunakan metode spektrofotometri UV. Alat yang disiapkan untuk praktikum
ini diantaranya adalah neraca analitik, mortir dan stamper, pipet tetes, pipet ukur,
bulbfiller, sendok tanduk, batang pengaduk, kertas perkamen, tissue, alat – alat
gelas yang terdiri dari: labu ukur 5 ml, 50 ml, 100 ml dan 250 ml; gelas beaker 50
ml dan 500 ml; labu Erlenmeyer 250 ml sebanyak 3 buah, botol vial 10 ml, kuvet,
dan alat Spektrofotometer UV-Vis.
3.2 Persiapan Bahan
a. NaOH (Natrium Hidroksida) 0,1 N
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan NaOH 0,1 N berupa NaOH
yang berbentuk padatan dan akuades. Dalam praktikum ini diperlukan
NaOH 0,1 N sebanyak 200 mL. Maka massa NaOH yang dibutuhkan
adalah:
Diketahui : Normalitas = 0,1 N
Volume = 200 mL
BM NaOH = 40 g/mol
Ek NaOH = 1 grek/mol
Ditanya : Massa NaOH = … ?
Jawab :
2
N 0,1 N
M= = = 0,1 M
Ek 1
M x BM x V
Massa =
1000
g
0,1 M x 40 x 200 mL
mol
Massa =
1000
Massa = 0,8 gram
Jadi, massa NaOH yang ditimbang adalah sebanyak 0,8 gram.
Labu ukur yang tersedia di laboratorium berukuran 100 ml. Larutan
NaOH 0,1 N dibuat dengan cara ditimbang padatan NaOH sebanyak 0,4
gram pada neraca analitik dengan menggunakan gelas beaker. Selanjutnya,
ditambahkan akuades pada gelas beaker yang telah berisi 0,4 gram NaOH
dan diaduk hingga larut menggunakan batang pengaduk. Larutan
dimasukkan ke dalam labu ukur berukuran 100 ml, lalu pada gelas beaker
ditambahkan sedikit akuades untuk membilas larutan NaOH yang tersisa
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur. Berikutnya, ditambahkan
akuades ke dalam labu ukur hingga tanda batas, lalu digojog hingga
homogen dan diberi label pada labu ukur. Langkah kerja diulang dua kali
untuk mendapatkan larutan NaOH 200 ml.
b. Larutan Stok Parasetamol 1000 ppm
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan larutan stok Parasetamol 1000
ppm yaitu serbuk standar parasetamol dan larutan NaOH 0,1 N.
Diketahui : Serbuk Standar Paracetamol ditimbang (Mstok) = 10 mg
Volume aquadest add (Vstok) = 10 mL
Ditanya : Konsentrasi larutan stok (Cstok) ?
Jawab :
M stok
C stok = =
V stok
10 mg
C stok = = 1 mg/mL = 1000 ppm.
10 mL
Ditimbang serbuk standar parasetamol sebanyak 10 mg. Kemudian
dimasukkan ke dalam gelas beaker. Dilarutkan dengan akuades sedikit demi
3
sedikit dan diaduk dengan batang pengaduk. Larutan tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan NaOH 0,1 N
hingga tanda batas, lalu digojog hingga homogen dan diberi label.
c. Larutan Baku Parasetamol 100 ppm
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan larutan baku parasetamol 100
ppm yaitu larutan baku parasetamol 1000 ppm dan akuades.
Diketahui : Konsentrasi larutan stok parasetamol (Cstok) = 1000
ppm
(1 mg/mL)
Volume larutan baku parasetamol (Vbaku) = 10 mL
Konsentrasi larutan baku parasetamol = 100 ppm
Ditanya : Volume larutan stok yang dipipet?
Jawab :
Vbaku x Cbaku = Vstok x Cstok
10 mL x 100 ppm = Vstok x 1000 ppm
Vstok = 1 mL
Jadi, pembuatan baku parasetamol 100 ppm dilakukan dengan dipipet 1
mL larutan stok parasetamol, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10
mL. Selanjutnya ditambahkan akuades hingga tanda batas 10 mL, lalu
digojog hingga homogen dan diberi label.
d. Larutan Seri Parasetamol
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan larutan seri parasetamol berupa
larutan baku parasetamol 100 ppm dan akuades. Dalam praktikum ini
diperlukan larutan seri parasetamol dengan konsentrasi masing sebanyak 5
mL. Maka volume stok parasetamol 100 ppm yang dibutuhkan adalah :
Diketahui : Volume larutan seri masing-masing konsentrasi (Vseri) =
5 mL
Konsentrasi larutan baku Parasetamol (Cbaku) = 100 ppm
Seri konsentrasi larutan yang akan dibuat (Cseri) = 3, 4,
6, 8, dan 11 ppm
Ditanya : Volume larutan baku yang digunakan untuk masing-
4
masing seri konsentrasi (Vbaku)…?
Konsentrasi 3 ppm
Vbaku x Cbaku =Vseri x Cseri
Vbaku x 100 ppm = 5 mL x 3 ppm
Vbaku = 0,15 mL
Konsentrasi 4 ppm
Vbaku x Cbaku =Vseri x Cseri
Vbaku x 100 ppm = 5 mL x 4 ppm
Vbaku = 0,20 mL
Konsentrasi 6 ppm
Vbaku x Cbaku =Vseri x Cseri
Vbaku x 100 ppm = 5 mL x 6 ppm
Vbaku = 0,30 mL
Konsentrasi 8 ppm
Vbaku x Cbaku =Vseri x Cseri
Vbaku x 100 ppm = 5 mL x 8 ppm
Vbaku = 0,40 mL
Konsentrasi 11 ppm
Vbaku x Cbaku =Vseri x Cseri
Vbaku x 100 ppm = 5 mL x 11 ppm
Vbaku = 0,55 mL
4. PROSEDUR KERJA
4.1 Penentuan Spektrum Absorbansi (Panjang Gelombang Maksimum)
Dimasukkan larutan seri parasetamol yang memiliki konsentrasi 9 ppm ke
dalam kuvet dan kuvet yang lain berisi larutan blanko atau berisi pelarut tanpa
parasetamol. Absorbansi larutan seri diukur sampai relatif terhadap larutan blanko
dengan menggunakan alat spektrofotometer UV pada daerah radiasi ultraviolet
dimulai dari panjang gelombang 220 nm hingga 350 nm dengan mencatat
pembacaan hasil absorbansi setiap interval 3 nm. Berikutnya, dibuat garis
spektrum yang telah diperoleh dengan memplot nilai absorbansi (sebagai ordinat)
5
terhadap panjang gelombang (sebagai absis) lalu ditentukan panjang gelombang
maksimum parasetamol (Sayuthi, 2017; Gandjar dan Rohman, 2007).
4.2 Pembuatan Kurva Baku Kalibrasi (Multiple Calibration)
Pertama, disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan.
Kemudian disiapkan lima macam konsentrasi larutan (7, 8, 9, 10, dan 11 ppm).
Selanjutnya, ditentukan absorbansi kelima macam larutan tersebut pada panjang
gelombang maksimum (λmaks). Plot hukum Lambert-Beer dibuat pada kertas
grafik antara absorbansi (sebagai ordinat) terhadap konsentrasi (sebagai absis).
Kemudian ditentukan persamaan regresi linier serta dihitung absorbtivitas jenis (a)
pada absorbtivitas molar dari parasetamol (Gandjar dan Rohman, 2007;
Kemenkes RI, 2014; Sayuthi, 2017).
4.3 Penetapan Kadar Tablet Parasetamol
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi III, penetapan kadar tablet
parasetamol dilakukan dengan cara ditimbang sejumlah serbuk tablet setara
dengan 150 mg, ditambahkan 50 mL natrium hidroksida 0,1 N, diencerkan dengan
100 mL akuades, dikocok selama 15 menit, ditambahkan akuades secukupnya
hingga 20 mL, dicampur dan disaring. Selanjutnya, diencerkan 10 mL filtrat
dengan air secukupnya hingga 100 mL. Pada 10 mL ditambahkan 10 mL natrium
hidroksida 0,1 N lalu diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 mL.
Berikutnya, diukur serapan larutan pada panjang gelombang maksimum (Depkes
RI, 1979).
5. SKEMA
5.1 Penentuan Spektrum Absorbansi (Panjang Gelombang Maksimum)
6. HASIL PENGAMATAN
6.1 Hasil Scanning pada Panjang Gelombang 250-350 nm Menggunakan
Larutan Seri 6 ppm
220 0,848
223 0,741
226 0,642
229 0,527
232 0,456
235 0,358
238 0,346
8
241 0,37
244 0,43
247 0,463
250 0,471
253 0,475
256 0,477
259 0,485
262 0,473
265 0,451
268 0,442
271 0,426
274 0,361
277 0,342
280 0,339
283 0,32
286 0,242
289 0,236
292 0,226
9
295 0,23
298 0,226
301 0,193
304 0,188
307 0,18
310 0,172
313 0,143
316 0,13
319 0,122
Sampel Absorbansi
10
Sampel 1 0,688
Sampel 2 0,690
Sampel 3 0,730
7. ANALISIS DATA
7.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang gelombang maksimum ditunjukkan dari nilai absorbansi yang
paling tinggi yaitu pada panjang gelombang 259 nm dengan nilai absorbansi yang
dihasilkan adalah sebesar 0,485. Spektrum absorbansi parasetamol yang
dihasilkan adalah sebagai berikut :
SPEKTRUM ABSORBANSI
0.9
0.8
0.7
Absorbansi
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
200 220 240 260 280 300 320 340
11
KURVA KALIBRASI
0.9
0.8
0.7 f(x) = 0.07 x + 0.03
R² = 1
Absorbansi
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Konsentrasi
12
Persamaan regresi linier = y : 0,0693x + 0,0349
Ditanya : Konsentrasi masing-masing larutan sampel ?
Jawab :
Konsentrasi larutan sampel parasetamol 1
y = 0,0693x + 0,0349
0,688 = 0,0693x + 0,0349
0,688 - 0,0349
x =
0,0693
x = 9,424242424 ppm
Konsentrasi larutan sampel parasetamol 2
y = 0,0693x + 0,0349
0,690 = 0,0693x + 0,0349
0,690 - 0,0349
x =
0,0693
x = 9,453102453 ppm
Konsentrasi larutan sampel parasetamol 3
y = 0,0693x + 0,0349
0,730 = 0,0693x + 0,0349
0,730 - 0,0349
x =
0,0693
x = 10,03030303 ppm
7.3.2 Penetapan Kadar Parasetamol dalam Tablet
Diketahui : Volume larutan awal = 170 ml
Bobot etiket = 500 mg
Bobot serbuk yang ditimbang = 165 mg
Bobot tablet = 550 mg
Bobot kesetaraan = 150 mg
Faktor pengenceran = 100 kali
Ditanya : Kadar parasetamol dalam tablet ?
Jawab :
Kadar parasetamol dalam tablet 1
13
X = 9,42 ppm x fp
= 0,9424242424 mg/mL.
14
tertera pada etiket. Menurut Farmakope Indonesia III, kadar parasetamol dalam
tablet adalah tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105,0% (Depkes RI,
1979). Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah spektrofotometer UV-Vis,
namun sinar yang digunakan hanya sinar UV untuk penetapan kadar parasetamol.
Parasetamol dapat dianalisis dengan menggunakan metode spektrofotometri UV
karena parasetamol mempunyai gugus kromofor dan auksokrom yang
menyebabkan senyawa parasetamol dapat menyerap radiasi pada daerah
ultraviolet. Gugus auksokrom tidak menyerap pada panjang gelombang 200-800
nm, namun mempengaruhi spektrum kromofor dimana auksokrom tersebut
terikat. Sehingga dapat dianalisis kadarnya dengan menggunakan spektrofometri
UV (Roth dan Blaschke, 1985). Parasetamol memiliki sifat fisikokimia yaitu
berupa serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau, dan memiliki rasa yang
sedikit pahit, yang larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%), dalam
13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol
P, larut dalam larutan alkali hidroksida. Parasetamol memiliki bobot massa
sebesar 151,16 gr/mol, dengan rumus molekul C8H9NO2.
Dalam analisis dengan spektrofotometri UV, analit yang diukur harus
berada dalam bentuk larutan. Pertimbangan pemilihan pelarut untuk pengukuran
menggunakan spektrofotometri UV adalah pelarut harus melarutkan sampel
dengan sempurna, pelarut pakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi
pada struktur molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh mengabsorbsi sinar
yang dipakai oleh sampel), tidak menimbulkan interaksi dengan molekul senyawa
yang dianalisis serta memiliki kemurnian yang tinggi (Suhartati, 2017). Beberapa
pelarut mampu menyerap radiasi dan memiliki panjang gelombang penyerapan.
Oleh karenanya, dalam pengukuran spektrofotometri ditentukan nilai cut off
pelarut yang digunakan. Pelarut dalam sampel adalah air yang memiliki
absorbansi pada panjang gelombang 180-220 nm, serta UV cut off air adalah
15
220 nm. Senyawa alkohol seperti etanol memiliki batas rendah panjang
gelombang 220 nm sehingga penentuan panjang gelombang maksimum pada
praktikum ini dimulai dari panjang gelombang 220-320 nm agar absorbansi
pelarut tidak terdeteksi pada spektrum absorbansi analit (Moffat et al., 2011;
Skoog et al., 1998).
16
Pemilihan seri tengah untuk penentuan panjang gelombang karena dianggap
mampu mewakili keseluruhan larutan seri serta diharapkan menimbulkan
absorbansi yang baik dan absorbansi sampel dapat berada di dalam rentang.
Konsentrasi yang terlalu pekat dapat menyebabkan terjadinya pembiasan di
permukaan kuvet sehingga sinar UV yang di transmisikan tidak sesuai, sedangkan
apabila konsentrasinya terlalu encer menyebabkan kurangnya interaksi serapan
antara analit dengan sinar UV sehingga terlalu banyak sinar yang di transmisikan
menyebabkan absorbansi terbaca terlalu sedikit.
Setelah didapatkan panjang gelombang maksimum, dilakukan pembuatan
kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi dibuat dengan metode multiple calibration.
Larutan seri diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Adapun
nilai absorbansi untuk seri konsentrasi 3 ppm, 4 ppm, 6 ppm (dilakukan sebanyak
3 kali), 8 ppm, dan 11 ppm secara berturut-turut yaitu 0,237; 0,391; 0,462; 0,464;
0,469; 0,586 dan 0,795. Setelah didapatkan nilai absorbansi dari masing-masing
larutan seri, dibuat kurva kalibrasi dan persamaan regresi linearnya dengan
memasukkan nilai absorbansi dan konsentrasi. Dari kurva kalibrasi tersebut juga
didapatkan nilai koefisien determinasi (r2 ) sebesar 0,9989. Nilai koefisien
determinasi yang diperoleh telah memenuhi parameter linieritas yang mana
koefisien determinasi nilainya ≥ 0,98 (Kemenkes RI, 2014).
Penetapan kadar dilakukan dengan menghitung nilai absorbansi ketiga
sampel parasetamol dengan spektrofotometri UV. Konsentrasi parasetamol pada
sampel dihitung dengan mensubstitusi nilai y pada regresi linear dengan nilai
absorbansi tiap sampel.
Validasi metode dilakukan dengan mengukur nilai recovery dan kadar rata-
rata pada sampel.
9. KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Padang : LPTIK Universitas Andalas.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Sayuthi, M. I., dan P. Kurniawati. 2017. Validasi Metode Analisis dan Penetapa
Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri UV-
Visible. Prosiding Seminar Nasional Kimia FMIPA UNESA. Universitas
Isalm Indonesia, Yogyakarta.
Sembiring, T., I. Dayana, dan M. Rianna. 2019. Alat Penguji Material. Bekasi:
Guepedia.
Underwood, J. H., dan R. A. Day. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Moffat, A. C., M. D. Osselton, and B. Widdop. 2011. Textbook of Clarke’s
Analysis of Drugs and Poisons. Fourth Edition. London: Pharmarceutical
Press.
Skoog, D.A., F.J. Holler, and S.R. Crouch. 1998. Principle of Instrumental
Analysis. Sixth Edition. California: Thomson Brooks/Cole.
Pecsok and Shield. 1968. Modern Methods of Chemical Analysis. New York :
John Wiley & Sons.
Skoog, D. A., E.J. Holler, S.R. Crouch. 2007. Principles of Instrumental Analysis.
6th Edition. USA: Thomson Higher Education.
Roth, H., G. Blasshe. 1985. Farmasi Analysis. Terjemahan S. Kisman dan S.
Ibrahim. Cetakan II. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
Suhartati, T.. 2017. Dasar-Dasar Spektrofotometri UV-VIS dan Spektrometri Massa untuk
Penentuan Struktur Senyawa Organik. Bandar Lampung : CV. Anugrah Utama
Raharja.
18
19
7.3.6 Penetapan Kadar Parasetamol dalam Tablet
Diketahui : Volume larutan awal = 170 ml
Bobot etiket = 500 mg
Bobot serbuk yang ditimbang = 165 mg
Bobot tablet = 550 mg
Bobot kesetaraan = 150 mg
Faktor pengenceran = 100 kali
Ditanya : Kadar parasetamol dalam tablet ?
Jawab :
Kadar parasetamol dalam tablet 1
x = konsentrasi larutan sampel 1 x faktor pengenceran
x = 9,424242424 ppm x 100
x = 942,4242424 ppm
x = 0,9424 mg/ml
Kadar dalam larutan awal :
0,9424 mg x
=
1 ml 170 ml
0,9424 mg x 170 ml
x =
1 ml
x = 160,208 mg
Kadar dalam tablet :
Bobot serbuk yang ditimbang Kadar dalam larutan awal
=
Bobot tablet Kadar dalam tablet
165 mg 160,208 mg
=
550 mg x
160,208 mg x 550 mg
x =
165 mg
x = 534,0266667 mg
Kadar dalam tablet
% recovery = x 100%
Bobot etiket
534,0266667 mg
= x 100%
500 mg
20
= 106,805%
Kadar dalam tablet
% b/b = x 100%
Bobot tablet
534,0266667 mg
= x 100%
550 mg
= 97,096%
Kadar parasetamol dalam tablet 2
x = konsentrasi larutan sampel 2 x faktor pengenceran
x = 9,453102453 ppm x 100
x = 945,3102453 ppm
x = 0,9453 mg/ml
Kadar dalam larutan awal :
0,9453 mg x
=
1 ml 170 ml
0,9453 mg x 170 ml
x =
1 ml
x = 160,701 mg
Kadar dalam tablet :
Bobot serbuk yang ditimbang Kadar dalam larutan awal
=
Bobot tablet Kadar dalam tablet
165 mg 160,701 mg
=
550 mg x
160,701 mg x 550 mg
x =
165 mg
x = 535,67 mg
Kadar dalam tablet
% recovery = x 100%
Bobot etiket
535,67 mg
= x 100%
500 mg
= 107,134%
Kadar dalam tablet
% b/b = x 100%
Bobot tablet
21
535,67 mg
= x 100%
550 mg
= 97,395%
Kadar parasetamol dalam tablet 3
x = konsentrasi larutan sampel 3 x faktor pengenceran
x = 10,03030303 ppm x 100
x = 1003,030303 ppm
x = 1,0030 mg/ml
Kadar dalam larutan awal :
1,0030 mg x
=
1 ml 170 ml
1,0030 mg x 170 ml
x =
1 ml
x = 170,51 mg
Kadar dalam tablet :
Bobot serbuk yang ditimbang Kadar dalam larutan awal
=
Bobot tablet Kadar dalam tablet
165 mg 170,51 mg
=
550 mg x
170,51 mg x 550 mg
x =
165 mg
x = 568,3666667 mg
Kadar dalam tablet
% recovery = x 100%
Bobot etiket
568,3666667 mg
= x 100%
500 mg
= 113,673%
Kadar dalam tablet
% b/b = x 100%
Bobot tablet
568,3666667 mg
= x 100%
550 mg
= 103,340%
7.3.7 Kadar Rata-Rata Parasetamol dalam Tablet
22
%b/b 1 + %b/b 2 + %b/b 3
% b/b rata-rata =
3
97,096% + 97,395% + 103,340%
=
3
= 99,277%
Interpretasi : Kadar rata-rata yang diperoleh yaitu 99,277% sudah sesuai
dengan rentang kadar tablet parasetamol yang tercantum pada Farmakope
Indonesia Edisi III yaitu tablet parasetamol mengandung asetaminofen,
C8H9NO2, tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105% dari jumlah
yang tertera pada etiket.
7.3.8 Penentuan Nilai Akurasi
% recovery 1 + % recovery 2 + % recovery 3
% recovery rata-rata =
3
106,805% + 107,134% + 113,673%
=
3
= 109,204%
Interpretasi : nilai akurasi kadar parasetamol dalam tablet tidak memenuhi
persyaratan karena nilai % recovery yang diperoleh berada diluar rentang
95% - 105% yaitu 109,204%.
7.3.9 Penentuan Nilai Presisi
x x̅ (x - x̅)2
I 106,805 109,204 5,755201
II 107,134 109,204 4,2849
III 113,673 109,204 19,971961
∑(x - x̅)2 = 30,012062
2
30,012062
= ∑(x - x̅) =
SD
√n-1 2 √ = 3,873761867
SD
%RSD = x 100%
x̅
3,873761867
%RSD = x 100%
109,204
%RSD = 3,54727104%
23
Interpretasi : nilai presisi penetapan kadar parasetamol tidak memenuhi
syarat presisi yang diterima yaitu %RSD < 2% karena nilai presisi yang
diperoleh yaitu 3,54727104%.
24