Anda di halaman 1dari 24

PENETAPAN KADAR TABLET PARASETAMOL

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV


PERCOBAAN II
PENETAPAN KADAR TABLET PARASETAMOL DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI UV
1. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan panjang gelombang maksimum parasetamol
2. Menentukan kurva kalibrasi
3. Menetapkan kadar tablet parasetamol dengan metode spektrofotometri UV
2. PRINSIP ANALISIS
Spektrofotometer UV-Vis merupakan gabungan antara prinsip
spektrofotometri UV dan Visible. Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya
yang berbeda, yaitu sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Larutan yang
dianalisis diukur serapan sinar ultraviolet atau sinar tampaknya. Konsenstrasi
larutan yang dianalisis akan sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat
yang terdapat dalam larutan tersebut (Sembiring dkk., 2019).
Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk
mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau
kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan
hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini
sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Sinar ultraviolet berada pada
panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak (UV-Vis) berada pada
panjang gelombang 400-800 nm. Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara satu
lembah dan satu puncak, sedangkan frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi
dengan panjang gelombang (λ). Bilangan gelombang adalah (v) adalah satu satuan
per panjang gelombang (Dachriyanus, 2004).
Hukum Lambert-Beer (Beer’s law) adalah hubungan linearitas antara
absorban dengan konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi dari sampel di dalam
larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang

1
tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Biasanya hukum Lambert-
beer ditulis dengan :

A = ε . b .C

A = absorban (serapan)
ε = koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1)
b = tebal kuvet (cm)
C = konsentrasi (M)
(Underwood dan Day, 1981)
3. ALAT DAN BAHAN
3.1 Persiapan Alat
Penetapan kadar parasetamol dalam sediaan tablet pada praktikum kali ini
menggunakan metode spektrofotometri UV. Alat yang disiapkan untuk praktikum
ini diantaranya adalah neraca analitik, mortir dan stamper, pipet tetes, pipet ukur,
bulbfiller, sendok tanduk, batang pengaduk, kertas perkamen, tissue, alat – alat
gelas yang terdiri dari: labu ukur 5 ml, 50 ml, 100 ml dan 250 ml; gelas beaker 50
ml dan 500 ml; labu Erlenmeyer 250 ml sebanyak 3 buah, botol vial 10 ml, kuvet,
dan alat Spektrofotometer UV-Vis.
3.2 Persiapan Bahan
a. NaOH (Natrium Hidroksida) 0,1 N
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan NaOH 0,1 N berupa NaOH
yang berbentuk padatan dan akuades. Dalam praktikum ini diperlukan
NaOH 0,1 N sebanyak 200 mL. Maka massa NaOH yang dibutuhkan
adalah:
Diketahui : Normalitas = 0,1 N
Volume = 200 mL
BM NaOH = 40 g/mol
Ek NaOH = 1 grek/mol
Ditanya : Massa NaOH = … ?
Jawab :

2
N 0,1 N
M= = = 0,1 M
Ek 1
M x BM x V
Massa =
1000
g
0,1 M x 40 x 200 mL
mol
Massa =
1000
Massa = 0,8 gram
Jadi, massa NaOH yang ditimbang adalah sebanyak 0,8 gram.
Labu ukur yang tersedia di laboratorium berukuran 100 ml. Larutan
NaOH 0,1 N dibuat dengan cara ditimbang padatan NaOH sebanyak 0,4
gram pada neraca analitik dengan menggunakan gelas beaker. Selanjutnya,
ditambahkan akuades pada gelas beaker yang telah berisi 0,4 gram NaOH
dan diaduk hingga larut menggunakan batang pengaduk. Larutan
dimasukkan ke dalam labu ukur berukuran 100 ml, lalu pada gelas beaker
ditambahkan sedikit akuades untuk membilas larutan NaOH yang tersisa
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur. Berikutnya, ditambahkan
akuades ke dalam labu ukur hingga tanda batas, lalu digojog hingga
homogen dan diberi label pada labu ukur. Langkah kerja diulang dua kali
untuk mendapatkan larutan NaOH 200 ml.
b. Larutan Stok Parasetamol 1000 ppm
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan larutan stok Parasetamol 1000
ppm yaitu serbuk standar parasetamol dan larutan NaOH 0,1 N.
Diketahui : Serbuk Standar Paracetamol ditimbang (Mstok) = 10 mg
Volume aquadest add (Vstok) = 10 mL
Ditanya : Konsentrasi larutan stok (Cstok) ?
Jawab :
M stok
C stok = =
V stok
10 mg
C stok = = 1 mg/mL = 1000 ppm.
10 mL
Ditimbang serbuk standar parasetamol sebanyak 10 mg. Kemudian
dimasukkan ke dalam gelas beaker. Dilarutkan dengan akuades sedikit demi

3
sedikit dan diaduk dengan batang pengaduk. Larutan tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan NaOH 0,1 N
hingga tanda batas, lalu digojog hingga homogen dan diberi label.
c. Larutan Baku Parasetamol 100 ppm
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan larutan baku parasetamol 100
ppm yaitu larutan baku parasetamol 1000 ppm dan akuades.
Diketahui : Konsentrasi larutan stok parasetamol (Cstok) = 1000
ppm
(1 mg/mL)
Volume larutan baku parasetamol (Vbaku) = 10 mL
Konsentrasi larutan baku parasetamol = 100 ppm
Ditanya : Volume larutan stok yang dipipet?
Jawab :
Vbaku x Cbaku = Vstok x Cstok
10 mL x 100 ppm = Vstok x 1000 ppm
Vstok = 1 mL
Jadi, pembuatan baku parasetamol 100 ppm dilakukan dengan dipipet 1
mL larutan stok parasetamol, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10
mL. Selanjutnya ditambahkan akuades hingga tanda batas 10 mL, lalu
digojog hingga homogen dan diberi label.
d. Larutan Seri Parasetamol
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan larutan seri parasetamol berupa
larutan baku parasetamol 100 ppm dan akuades. Dalam praktikum ini
diperlukan larutan seri parasetamol dengan konsentrasi masing sebanyak 5
mL. Maka volume stok parasetamol 100 ppm yang dibutuhkan adalah :
Diketahui : Volume larutan seri masing-masing konsentrasi (Vseri) =
5 mL
Konsentrasi larutan baku Parasetamol (Cbaku) = 100 ppm
Seri konsentrasi larutan yang akan dibuat (Cseri) = 3, 4,
6, 8, dan 11 ppm
Ditanya : Volume larutan baku yang digunakan untuk masing-

4
masing seri konsentrasi (Vbaku)…?
 Konsentrasi 3 ppm
Vbaku x Cbaku =Vseri x Cseri
Vbaku x 100 ppm = 5 mL x 3 ppm
Vbaku = 0,15 mL
 Konsentrasi 4 ppm
Vbaku x Cbaku =Vseri x Cseri
Vbaku x 100 ppm = 5 mL x 4 ppm
Vbaku = 0,20 mL
 Konsentrasi 6 ppm
Vbaku x Cbaku =Vseri x Cseri
Vbaku x 100 ppm = 5 mL x 6 ppm
Vbaku = 0,30 mL
 Konsentrasi 8 ppm
Vbaku x Cbaku =Vseri x Cseri
Vbaku x 100 ppm = 5 mL x 8 ppm
Vbaku = 0,40 mL
 Konsentrasi 11 ppm
Vbaku x Cbaku =Vseri x Cseri
Vbaku x 100 ppm = 5 mL x 11 ppm
Vbaku = 0,55 mL
4. PROSEDUR KERJA
4.1 Penentuan Spektrum Absorbansi (Panjang Gelombang Maksimum)
Dimasukkan larutan seri parasetamol yang memiliki konsentrasi 9 ppm ke
dalam kuvet dan kuvet yang lain berisi larutan blanko atau berisi pelarut tanpa
parasetamol. Absorbansi larutan seri diukur sampai relatif terhadap larutan blanko
dengan menggunakan alat spektrofotometer UV pada daerah radiasi ultraviolet
dimulai dari panjang gelombang 220 nm hingga 350 nm dengan mencatat
pembacaan hasil absorbansi setiap interval 3 nm. Berikutnya, dibuat garis
spektrum yang telah diperoleh dengan memplot nilai absorbansi (sebagai ordinat)

5
terhadap panjang gelombang (sebagai absis) lalu ditentukan panjang gelombang
maksimum parasetamol (Sayuthi, 2017; Gandjar dan Rohman, 2007).
4.2 Pembuatan Kurva Baku Kalibrasi (Multiple Calibration)
Pertama, disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan.
Kemudian disiapkan lima macam konsentrasi larutan (7, 8, 9, 10, dan 11 ppm).
Selanjutnya, ditentukan absorbansi kelima macam larutan tersebut pada panjang
gelombang maksimum (λmaks). Plot hukum Lambert-Beer dibuat pada kertas
grafik antara absorbansi (sebagai ordinat) terhadap konsentrasi (sebagai absis).
Kemudian ditentukan persamaan regresi linier serta dihitung absorbtivitas jenis (a)
pada absorbtivitas molar dari parasetamol (Gandjar dan Rohman, 2007;
Kemenkes RI, 2014; Sayuthi, 2017).
4.3 Penetapan Kadar Tablet Parasetamol
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi III, penetapan kadar tablet
parasetamol dilakukan dengan cara ditimbang sejumlah serbuk tablet setara
dengan 150 mg, ditambahkan 50 mL natrium hidroksida 0,1 N, diencerkan dengan
100 mL akuades, dikocok selama 15 menit, ditambahkan akuades secukupnya
hingga 20 mL, dicampur dan disaring. Selanjutnya, diencerkan 10 mL filtrat
dengan air secukupnya hingga 100 mL. Pada 10 mL ditambahkan 10 mL natrium
hidroksida 0,1 N lalu diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 mL.
Berikutnya, diukur serapan larutan pada panjang gelombang maksimum (Depkes
RI, 1979).
5. SKEMA
5.1 Penentuan Spektrum Absorbansi (Panjang Gelombang Maksimum)

Dimasukkan larutan seri parasetamol yang memiliki konsentrasi 6 ppm


ke dalam kuvet dan kuvet yang lain berisi larutan blanko atau berisi
pelarut tanpa parasetamol.

Absorbansi larutan seri diukur sampai relatif terhadap larutan blanko


dengan alat spektrofotometer UV dimulai dari panjang gelombang 220
nm hingga 350 nm, dicatat hasil absorbansi setiap interval 3 nm

Dibuat garis spektrum yang telah diperoleh dengan memplot nilai 6


absorbansi (sebagai ordinat) terhadap panjang gelombang (sebagai
absis)
Ditentukan panjang gelombang maksimum parasetamol

5.2 Pembuatan Kurva Baku Kalibrasi (Multiple Calibration)

Disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan

Disiapkan lima macam konsentrasi larutan (3, 4, 6, 8 dan 11 ppm)

Ditentukan absorbansi kelima macam larutan tersebut pada panjang


gelombang maksimum

Dibuat plot hukum Lambert-Beer pada kertas grafik antara absorbansi


(sebagai ordinat) terhadap konsentrasi (sebagai absis)

Ditentukan persamaan regresi linier serta dihitung absorbtivitas jenis (a)


pada absorbtivitas molar dari parasetamol
5.3 Penetapan Kadar Tablet Parasetamol

Ditimbang sejumlah serbuk tablet setara dengan 150 mg menggunakan


kertas perkamen pada neraca analitik

Ditambahkan 50 mL natrium hidroksida 0,1 N

Diencerkan dengan 100 mL akuades lalu dikocok selama 15 menit 7


dan disaring

Diencerkan 10 mL filtrat dengan air secukupnya hingga 100 mL

Pada 10 mL ditambahkan 10 mL natrium hidroksida 0,1 N lalu


diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 mL

Diukur serapan larutan pada panjang gelombang maksimum

6. HASIL PENGAMATAN
6.1 Hasil Scanning pada Panjang Gelombang 250-350 nm Menggunakan
Larutan Seri 6 ppm

Panjang Gelombang (nm) Absorbansi

220 0,848

223 0,741

226 0,642

229 0,527

232 0,456

235 0,358

238 0,346

8
241 0,37

244 0,43

247 0,463

250 0,471

253 0,475

256 0,477

259 0,485

262 0,473

265 0,451

268 0,442

271 0,426

274 0,361

277 0,342

280 0,339

283 0,32

286 0,242

289 0,236

292 0,226

9
295 0,23

298 0,226

301 0,193

304 0,188

307 0,18

310 0,172

313 0,143

316 0,13

319 0,122

6.2 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Seri

Larutan Konsentrasi (ppm) Absorbansi

Seri 1 3 ppm 0,237

Seri 2 4 ppm 0,391

Seri 3 6 ppm 0,462

Seri 3 6 ppm 0,464

Seri 3 6 ppm 0,469

Seri 4 8 ppm 0,586

Seri 5 11 ppm 0,795

6.3 Hasil Pengukuran Absorbansi Sampel Parasetamol

Sampel Absorbansi

10
Sampel 1 0,688

Sampel 2 0,690

Sampel 3 0,730

7. ANALISIS DATA
7.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang gelombang maksimum ditunjukkan dari nilai absorbansi yang
paling tinggi yaitu pada panjang gelombang 259 nm dengan nilai absorbansi yang
dihasilkan adalah sebesar 0,485. Spektrum absorbansi parasetamol yang
dihasilkan adalah sebagai berikut :

SPEKTRUM ABSORBANSI
0.9
0.8
0.7
Absorbansi

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
200 220 240 260 280 300 320 340

Panjang Gelombang (nm)

Gambar 1. Spektrum Panjang Gelombang Maksimum Parasetamol


7.2 Penentuan Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi yang dibuat dari hasil pengukuran absorbansi larutan seri
merupakan hubungan antara konsentrasi larutan seri dengan absorbansi larutan
seri. Kurva kalibrasi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

11
KURVA KALIBRASI
0.9
0.8
0.7 f(x) = 0.07 x + 0.03
R² = 1
Absorbansi

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Konsentrasi

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Seri


Berdasarkan grafik kurva kalibrasi tersebut, diperoleh nilai a, b, r, dan R 2 sebagai
berikut :
a = 0,03494117647
b = 0,06929411765
r = 0,9994581703
R2 = 0,9989
Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, maka diperoleh persamaan regresi
linier sebagai berikut :
y = bx + a
y = 0,06929411765x + 0,03494117647
y = 0,0693x + 0,0349
Interpretasi : Nilai linieritas yang diperoleh dari kurva kalibrasi tersebut sudah
memenuhi syarat linieritas yaitu R2 ≥ 0,98 (Kemenkes RI, 2014) karena nilai R 2
yang diperoleh yaitu 0,9989.
7.3 Penetapan Kadar Tablet Parasetamol
7.3.1 Perhitungan Konsentrasi Parasetamol pada Larutan Sampel
Diketahui : Absorbansi larutan sampel 1 = 0,688
Absorbansi larutan sampel 2 = 0,690
Absorbansi larutan sampel 3 = 0,730

12
Persamaan regresi linier = y : 0,0693x + 0,0349
Ditanya : Konsentrasi masing-masing larutan sampel ?
Jawab :
 Konsentrasi larutan sampel parasetamol 1
y = 0,0693x + 0,0349
0,688 = 0,0693x + 0,0349
0,688 - 0,0349
x =
0,0693
x = 9,424242424 ppm
 Konsentrasi larutan sampel parasetamol 2
y = 0,0693x + 0,0349
0,690 = 0,0693x + 0,0349
0,690 - 0,0349
x =
0,0693
x = 9,453102453 ppm
 Konsentrasi larutan sampel parasetamol 3
y = 0,0693x + 0,0349
0,730 = 0,0693x + 0,0349
0,730 - 0,0349
x =
0,0693
x = 10,03030303 ppm
7.3.2 Penetapan Kadar Parasetamol dalam Tablet
Diketahui : Volume larutan awal = 170 ml
Bobot etiket = 500 mg
Bobot serbuk yang ditimbang = 165 mg
Bobot tablet = 550 mg
Bobot kesetaraan = 150 mg
Faktor pengenceran = 100 kali
Ditanya : Kadar parasetamol dalam tablet ?
Jawab :
 Kadar parasetamol dalam tablet 1

13
X = 9,42 ppm x fp

= 9,424242424 ppm x 100 = 942,4242424 ppm

= 0,9424242424 mg/mL.

 Kadar parasetamol dalam tablet 2


 Kadar parasetamol dalam tablet 3
7.3.3 Kadar Rata-Rata Parasetamol dalam Tablet
7.3.4 Penentuan Nilai Akurasi
7.3.5 Penentuan Nilai Presisi
8. PEMBAHASAN
Praktikum Penetapan Kadar Tablet Parasetamol dilakukan dengan
menggunakan metode spektofotometri UV (Depkes RI, 1979). Spektrofotometri
ultraviolet (UV) merupakan metode yang digunakan untuk analisa kualitatif dan
kuantitatif didasarkan pada kemampuan senyawa dalam mengabsorbsi sinar UV.
Struktur senyawa dengan pelarut tertentu menimbulkan panjang gelombang
maksimum yang berbeda-beda sebagai parameter uji kualitaif. Sedangkan uji
kuantitatif dilakukan dengan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang
maksimum yang telah didapat. Metode ini digunakan dalam penentuan absorbansi
dari larutan sampel yang diukur. Kadar parasetamol dalam sediaan tablet
ditentukan berdasarkan pengukuran serapan radiasi elektromagnetik (REM) yang
diserap oleh zat pada panjang gelombang daerah ultraviolet (panjang gelombang
190 nm - 380 nm) (Depkes RI, 1979). Absorbansi REM oleh analit terjadi jika
energi yang dibutuhkan untuk tereksitasi sama dengan energi diterima. Energi
cahaya akan mengeksitasi elektron terluar molekul ke orbital yang lebih tinggi.
Pada kondisi ini, elektron tidak stabil dan dapat melepaskan energi untuk kembali
ke tingkat dasar, dengan disertai emisi cahaya. Besarnya penyerapan cahaya
sebanding dengan jumlah molekul, sesuai hukum Lambert-Beer (Day dan
Underwood, 1981).
Tujuan penetapan kadar tablet parasetamol adalah untuk mengidentifikasi
kesesuaian kadar parasetamol yang terkandung dalam tablet dengan kadar yang

14
tertera pada etiket. Menurut Farmakope Indonesia III, kadar parasetamol dalam
tablet adalah tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105,0% (Depkes RI,

1979). Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah spektrofotometer UV-Vis,
namun sinar yang digunakan hanya sinar UV untuk penetapan kadar parasetamol.
Parasetamol dapat dianalisis dengan menggunakan metode spektrofotometri UV
karena parasetamol mempunyai gugus kromofor dan auksokrom yang
menyebabkan senyawa parasetamol dapat menyerap radiasi pada daerah
ultraviolet. Gugus auksokrom tidak menyerap pada panjang gelombang 200-800
nm, namun mempengaruhi spektrum kromofor dimana auksokrom tersebut
terikat. Sehingga dapat dianalisis kadarnya dengan menggunakan spektrofometri
UV (Roth dan Blaschke, 1985). Parasetamol memiliki sifat fisikokimia yaitu
berupa serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau, dan memiliki rasa yang
sedikit pahit, yang larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%), dalam
13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol
P, larut dalam larutan alkali hidroksida. Parasetamol memiliki bobot massa
sebesar 151,16 gr/mol, dengan rumus molekul C8H9NO2.
Dalam analisis dengan spektrofotometri UV, analit yang diukur harus
berada dalam bentuk larutan. Pertimbangan pemilihan pelarut untuk pengukuran
menggunakan spektrofotometri UV adalah pelarut harus melarutkan sampel
dengan sempurna, pelarut pakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi
pada struktur molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh mengabsorbsi sinar
yang dipakai oleh sampel), tidak menimbulkan interaksi dengan molekul senyawa
yang dianalisis serta memiliki kemurnian yang tinggi (Suhartati, 2017). Beberapa
pelarut mampu menyerap radiasi dan memiliki panjang gelombang penyerapan.
Oleh karenanya, dalam pengukuran spektrofotometri ditentukan nilai cut off
pelarut yang digunakan. Pelarut dalam sampel adalah air yang memiliki
absorbansi pada panjang gelombang 180-220 nm, serta UV cut off air adalah

15
220 nm. Senyawa alkohol seperti etanol memiliki batas rendah panjang
gelombang 220 nm sehingga penentuan panjang gelombang maksimum pada
praktikum ini dimulai dari panjang gelombang 220-320 nm agar absorbansi
pelarut tidak terdeteksi pada spektrum absorbansi analit (Moffat et al., 2011;
Skoog et al., 1998).

Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung absorbansi pada panjang


gelombang maksimum, sebab pada panjang gelombang maksimum nilai
absorptivitas molar (ε) bernilai konstan, perubahan absorbansi untuk setiap satuan
konsentrasi sangat jelas, dan Hukum Lambert Beer berlaku (Gandjar dan Rohman,
2007). Sehingga, kegagalan untuk mereproduksi secara tepat pengaturan panjang
gelombang instrumen memiliki pengaruh yang lebih kecil (Skoog et al., 2007).
Penentuan panjang gelombang maksimum mengikuti persamaan hukum lambert
beer dimana akan diperoleh garis lurus. Hukum Beer dapat berlaku bila berkas
yang digunakan monokromatis. Pada praktikum kali ini penentuan panjang
gelombang maksimum dilakukan dengan mengukur absorbansi larutan seri tengah
dan tidak menggunakan larutan standar karena konsentrasi larutan standar lebih
tinggi/pekat daripada konsentrasi larutan seri tengah. Konsentrasi larutan yang
lebih pekat akan mempengaruhi nilai absorbansi. Hal ini dikarenakan sinar
polikromatis akan makin melebar pada pita radiasi sehingga terjadi
penyimpangan. Penyimpangan akan jelas terlihat pada konsentrasi lebih besar
pada kurva absorbansi terhadap konsentrasi. Kurva akan mulai melengkung pada
daerah konsentrasi tinggi. Penyimpangan negatif dari hukum Beer menyebabkan
kesalahan relatif yang makin membesar dari konsentrasi sebenarnya (Pecsok and
Shield, 1968). Menurut pustaka, senyawa parasetamol memiliki panjang
gelombang maksimum pada panjang gelombang 245 nm untuk suasana asam dan
257 nm untuk suasana basa (Moffat et al., 2011).
Pengukuran dengan spektrofotometer dilakukan dengan cara memasukkan
larutan yang akan diukur ke dalam kuvet. Panjang gelombang maksimal yang
didapat dari pengukuran seri ke-3 (konsentrasi 6 ppm) ditunjukkan dengan nilai
absorbansi yang dihasilkan sebesar 0,485 pada panjang gelombang 259 nm.

16
Pemilihan seri tengah untuk penentuan panjang gelombang karena dianggap
mampu mewakili keseluruhan larutan seri serta diharapkan menimbulkan
absorbansi yang baik dan absorbansi sampel dapat berada di dalam rentang.
Konsentrasi yang terlalu pekat dapat menyebabkan terjadinya pembiasan di
permukaan kuvet sehingga sinar UV yang di transmisikan tidak sesuai, sedangkan
apabila konsentrasinya terlalu encer menyebabkan kurangnya interaksi serapan
antara analit dengan sinar UV sehingga terlalu banyak sinar yang di transmisikan
menyebabkan absorbansi terbaca terlalu sedikit.
Setelah didapatkan panjang gelombang maksimum, dilakukan pembuatan
kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi dibuat dengan metode multiple calibration.
Larutan seri diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Adapun
nilai absorbansi untuk seri konsentrasi 3 ppm, 4 ppm, 6 ppm (dilakukan sebanyak
3 kali), 8 ppm, dan 11 ppm secara berturut-turut yaitu 0,237; 0,391; 0,462; 0,464;
0,469; 0,586 dan 0,795. Setelah didapatkan nilai absorbansi dari masing-masing
larutan seri, dibuat kurva kalibrasi dan persamaan regresi linearnya dengan
memasukkan nilai absorbansi dan konsentrasi. Dari kurva kalibrasi tersebut juga
didapatkan nilai koefisien determinasi (r2 ) sebesar 0,9989. Nilai koefisien
determinasi yang diperoleh telah memenuhi parameter linieritas yang mana
koefisien determinasi nilainya ≥ 0,98 (Kemenkes RI, 2014).
Penetapan kadar dilakukan dengan menghitung nilai absorbansi ketiga
sampel parasetamol dengan spektrofotometri UV. Konsentrasi parasetamol pada
sampel dihitung dengan mensubstitusi nilai y pada regresi linear dengan nilai
absorbansi tiap sampel.
Validasi metode dilakukan dengan mengukur nilai recovery dan kadar rata-
rata pada sampel.

9. KESIMPULAN

17
DAFTAR PUSTAKA
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Padang : LPTIK Universitas Andalas.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Sayuthi, M. I., dan P. Kurniawati. 2017. Validasi Metode Analisis dan Penetapa
Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri UV-
Visible. Prosiding Seminar Nasional Kimia FMIPA UNESA. Universitas
Isalm Indonesia, Yogyakarta.
Sembiring, T., I. Dayana, dan M. Rianna. 2019. Alat Penguji Material. Bekasi:
Guepedia.
Underwood, J. H., dan R. A. Day. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Moffat, A. C., M. D. Osselton, and B. Widdop. 2011. Textbook of Clarke’s
Analysis of Drugs and Poisons. Fourth Edition. London: Pharmarceutical
Press.
Skoog, D.A., F.J. Holler, and S.R. Crouch. 1998. Principle of Instrumental
Analysis. Sixth Edition. California: Thomson Brooks/Cole.
Pecsok and Shield. 1968. Modern Methods of Chemical Analysis. New York :
John Wiley & Sons.
Skoog, D. A., E.J. Holler, S.R. Crouch. 2007. Principles of Instrumental Analysis.
6th Edition. USA: Thomson Higher Education.
Roth, H., G. Blasshe. 1985. Farmasi Analysis. Terjemahan S. Kisman dan S.
Ibrahim. Cetakan II. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
Suhartati, T.. 2017. Dasar-Dasar Spektrofotometri UV-VIS dan Spektrometri Massa untuk
Penentuan Struktur Senyawa Organik. Bandar Lampung : CV. Anugrah Utama
Raharja.

18
19
7.3.6 Penetapan Kadar Parasetamol dalam Tablet
Diketahui : Volume larutan awal = 170 ml
Bobot etiket = 500 mg
Bobot serbuk yang ditimbang = 165 mg
Bobot tablet = 550 mg
Bobot kesetaraan = 150 mg
Faktor pengenceran = 100 kali
Ditanya : Kadar parasetamol dalam tablet ?
Jawab :
 Kadar parasetamol dalam tablet 1
x = konsentrasi larutan sampel 1 x faktor pengenceran
x = 9,424242424 ppm x 100
x = 942,4242424 ppm
x = 0,9424 mg/ml
Kadar dalam larutan awal :
0,9424 mg x
=
1 ml 170 ml
0,9424 mg x 170 ml
x =
1 ml
x = 160,208 mg
Kadar dalam tablet :
Bobot serbuk yang ditimbang Kadar dalam larutan awal
=
Bobot tablet Kadar dalam tablet
165 mg 160,208 mg
=
550 mg x
160,208 mg x 550 mg
x =
165 mg
x = 534,0266667 mg
Kadar dalam tablet
% recovery = x 100%
Bobot etiket
534,0266667 mg
= x 100%
500 mg

20
= 106,805%
Kadar dalam tablet
% b/b = x 100%
Bobot tablet
534,0266667 mg
= x 100%
550 mg
= 97,096%
 Kadar parasetamol dalam tablet 2
x = konsentrasi larutan sampel 2 x faktor pengenceran
x = 9,453102453 ppm x 100
x = 945,3102453 ppm
x = 0,9453 mg/ml
Kadar dalam larutan awal :
0,9453 mg x
=
1 ml 170 ml
0,9453 mg x 170 ml
x =
1 ml
x = 160,701 mg
Kadar dalam tablet :
Bobot serbuk yang ditimbang Kadar dalam larutan awal
=
Bobot tablet Kadar dalam tablet
165 mg 160,701 mg
=
550 mg x
160,701 mg x 550 mg
x =
165 mg
x = 535,67 mg
Kadar dalam tablet
% recovery = x 100%
Bobot etiket
535,67 mg
= x 100%
500 mg
= 107,134%
Kadar dalam tablet
% b/b = x 100%
Bobot tablet

21
535,67 mg
= x 100%
550 mg
= 97,395%
 Kadar parasetamol dalam tablet 3
x = konsentrasi larutan sampel 3 x faktor pengenceran
x = 10,03030303 ppm x 100
x = 1003,030303 ppm
x = 1,0030 mg/ml
Kadar dalam larutan awal :
1,0030 mg x
=
1 ml 170 ml
1,0030 mg x 170 ml
x =
1 ml
x = 170,51 mg
Kadar dalam tablet :
Bobot serbuk yang ditimbang Kadar dalam larutan awal
=
Bobot tablet Kadar dalam tablet
165 mg 170,51 mg
=
550 mg x
170,51 mg x 550 mg
x =
165 mg
x = 568,3666667 mg
Kadar dalam tablet
% recovery = x 100%
Bobot etiket
568,3666667 mg
= x 100%
500 mg
= 113,673%
Kadar dalam tablet
% b/b = x 100%
Bobot tablet
568,3666667 mg
= x 100%
550 mg
= 103,340%
7.3.7 Kadar Rata-Rata Parasetamol dalam Tablet

22
%b/b 1 + %b/b 2 + %b/b 3
% b/b rata-rata =
3
97,096% + 97,395% + 103,340%
=
3
= 99,277%
Interpretasi : Kadar rata-rata yang diperoleh yaitu 99,277% sudah sesuai
dengan rentang kadar tablet parasetamol yang tercantum pada Farmakope
Indonesia Edisi III yaitu tablet parasetamol mengandung asetaminofen,
C8H9NO2, tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105% dari jumlah
yang tertera pada etiket.
7.3.8 Penentuan Nilai Akurasi
% recovery 1 + % recovery 2 + % recovery 3
% recovery rata-rata =
3
106,805% + 107,134% + 113,673%
=
3
= 109,204%
Interpretasi : nilai akurasi kadar parasetamol dalam tablet tidak memenuhi
persyaratan karena nilai % recovery yang diperoleh berada diluar rentang
95% - 105% yaitu 109,204%.
7.3.9 Penentuan Nilai Presisi
x x̅ (x - x̅)2
I 106,805 109,204 5,755201
II 107,134 109,204 4,2849
III 113,673 109,204 19,971961
∑(x - x̅)2 = 30,012062
2
30,012062
= ∑(x - x̅) =
SD
√n-1 2 √ = 3,873761867

SD
%RSD = x 100%

3,873761867
%RSD = x 100%
109,204
%RSD = 3,54727104%

23
Interpretasi : nilai presisi penetapan kadar parasetamol tidak memenuhi
syarat presisi yang diterima yaitu %RSD < 2% karena nilai presisi yang
diperoleh yaitu 3,54727104%.

24

Anda mungkin juga menyukai