Anda di halaman 1dari 4

1.

DASAR TEORI
1.1 Pengertian Ekstraksi Cair-Cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran
dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau
karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi
cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin.
Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk praperlakukan sampel atau clean up
sample untuk memisahkan analit dari komponen yang mungkin mengganggu pada saat deteksi
analit. Disamping itu, juga digunakan untuk memekatkan memekatkan analit dalam jumlah kecil
yang tidak memungkinkan untuk uji kuantitatif atau deteksi analitnya (Gandjar dan Rohman,
2007).
1.2 Prinsip dan Mekanisme Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair atau yang dikenaldengan ekstraksi solvent (solvent extraction)
merupakan proses pemisahan fase cair yang memanfaatkanperbedaan kelarutan zat terlarut yang
akan dipisahkan antara larutan asal dan pelarutpengekstrak (solvent).Prinsip dasar ekstraksi cair-
cair inimelibatkan pengontakan suatu larutandengan pelarut (solvent) lain yang tidaksaling
melarut (immisible) dengan pelarut asal yang mempunyai densitas yang berbedasehingga akan
terbentuk dua fase beberapasaat setelah penambahan solvent. Hal ini menyebabkan terjadinya
perpindahan massa dari pelarut asal ke pelarut pengekstrak (solvent). Perpindahan zat terlarut ke
dalam pelarut baru yang diberikan, disebabkan oleh adanya daya dorong (dirving force) yang
muncul akibat adanya beda potensial kimia antara kedua pelarut. Sehingga proses ektraksi cair-
cair merupakan proses perpindahan massa yang berlangsung secara difusional.Proses ekstraksi
cair-cair berlangsung pada suatu alat yang dirancang sedemikian rupa sehingga mempunyai luas
permukaan yang mencukupi untuk terjadinya kontak antar fase-fase yang terlibat (fase kontinyu
yang berisi zat terlarut dan fase dispersi) sehingga distribusi komposisi dalam kedua fase
menjadi lebih sempurna dan berhasil dengan baik (Mirwan, 2013). Pada ekstraksi cair-cair
(liquid extraction, solvent extraction) solute dipisahkan dari cairan pembawa (diluen)
menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen ( immiscible/tidak
saling campur). Jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven
(ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasadengan konsentrasi pada keadaan
setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) solute dari larutan yang ada.
1.3 Metode Ekstraksi Cair-Cair
Dalam ekstraksi cair-cair terdapat beberapa metode ekstraksi yaitu ekstraksi tunggal dan
ekstraksi berulang (kontinyu). Ekstraksi tunggal merupakan suatu metode yang paling sederhana.
Dalam ekstraksi ini, analit terekstrak dari fase air menuju fase organik. Ekstraksi ini dilakukan
dengan cara menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semmula
(pelarut yang mengandung analit) dan dikocok sehingga terjadi kesetimbanagn konsentrasi analit
diantara kedua fase. Selanjutnya kedua pelarut dipisahkan. Ekstraksi ini dilakukan dalam corong
pisah, dengan volume pelarut tertentu. Ekstraksi berulang sama dengan ekatraksi tunggal namun
dalam metode ini, proses ekstraksi dilakukan secara berulang-ulang dengan volume tertentu
pelarut. Tujuan dilakukan ekstraksi berulang adalah untuk memperbesar % ektraksi. dengan
volume pelarut yang sama, ekstraksi berulang dapat meningkatkan efiensi ekstraksi (Leba,
2013).
1.4 Hukum Nerst
Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang takdapat campur, ada suatu
hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fase pada kesetimbangan. Nerst
pertama kali memberikan pertnyataan yang jelas mengenai hukum distribusi ketika pada tahun
1981 ia menunjukan bahwa suatu zat akan terlarut membagi dirinya antara dua cairan yang tak
dapat campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah
konstanta pada suatu temperature tertentu (Noor, 2010).
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang menyatakan
bahwa “pada kosentrasi dan tekanan yang konstan, analit akan terdistribusi dalam proporsi yang
selalu sama diantara dua pelarut yang saling tidak bercampur”. Perbandingan konsentrasi pada
keadaan setimbang di dalam 2 fase disebut dengan koefisien distibusi atau koefisien partisi (KD)
yaitu dengan rumus sebagai berikut :

KD = [S]org / [S]aq

Keterangan :
[S]org : konsentrasi analit dalam fase organik
[S]aq : konsentrasi analit dalam fase air
KD : koefisien partisi.
Dalam praktiknya, analit seringkali berada dalam bentuk kimia yang berbeda karena
adanya disosiasi (ionisasi), protonasi, dan juga kompleksasi atau polimerisasi karenanya ekspresi
yang berguna adalah rasio distribusi atau rasio partisi (D).

D = [Cs]org / [Cs]aq

Keterangan:
(Cs)org : konsentrasi total analit (dalam segala bentuk) dalam fase organik
(Cs)aq : konsentrasi total analit (dalam segala bentuk) dalam fase air
D : rasio partisi
Jika tidak ada interaksi antar analit yang terjadi dalam kedua fase maka nilai K D dan D
adalah identik. Analit yang mempunyai rasio distribusi besar (10 4 atau lebih) akan mudah
terekstraksi ke dalam pelarut organik meskipun proses kesetimbangan (yang berarti 100% solute
terekstraksi atau tertahan) tidak pernah terjadi (Gandjar dan Rohman, 2007).
1.5 Masalah-Masalah dalam Ekstraksi Cair-Cair
Beberapa masalah yang sering dijumpai ketika melakukan ekstraksi pelarut yaitu :
terbentuknya emulsi; analit terikat kuat pada partikulat; analit terserap oleh partikulat yang
mungkin ada; analit terikat pada senyawa yang mempunyai berat molekul tinggi; dan adanya
kelarutan analit secara bersama-sama dalam kedua fase. Terjadinya emulsi merupakan hal yang
paling sering dijumpai. Oleh karena itu, jika emulsi antara kedua fase ini tidak dirusak maka
recovery yang diperoleh kurang bagus. Emulsi dapat dipecah dengan cara: penambahan garam
ke dalam fase air, pemanasan atau pendinginan corong pisah yang digunakan, penyaringan
melalui glass-wool, penyaringan dengan menggunakan kertas saring, penambahan sedikit pelarut
organik yang berbeda, dan sentrifugasi. Jika senyawa-senyawa yang akan dilakukan ekstraksi
pelarut berasal plasma maka ada kemungkinan senyawa tersebut terikat pada protein sehingga
recovery yang dihasilkan rendah. Teknik yang dapat digunakan untuk memisahkan senyawa
yang terikat pada protein meliputi : penambahan detergen, penambahan pelarut organik yang
lain, penambahan asam kuat, pengenceran dengan air, penggantian dengan senyawa yang mampu
mengikat lebih kuat (Gandjar dan Rohman, 2007).
,
Dapus

Gandjar, I.G & Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Leba, M. A. U. 2017. Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta : Deepublish

Mirwan, A. 2013. Keberlakuan Model Hb-GFT Sistem n-Heksana-Mek-Air pada Ekstraksi Cair-
Cair Kolom Isian. Jurnal Konversi. Vol 2(1)
Noor, I. 2010. Isolasi dan Karakterisasi β-Glukan dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus) dengan Metode Spektroskopi UV-Visibel dan FTIR. Skripsi.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai