Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak campur menawarkan banyak
kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan dimana tujuan primer
bukan analitis namun preparatif, ektraksi pelarut merupakan suatu langkah penting
dalam urutan menuju ke suatu produk murni itu dalam laboratorium organik,
anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-kadang digunakan peralatan yang rumit
namun seringkali diperlukan hanya sebuah corong pisah. Seringkali suatu
pemisahan ekstraksi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit, pemisahan
ektraksi biasanya bersih dalam arti tak ada analog kopresipitasi dengan suatu
system yang terjadi ( Underwood, 1986, hal: 461)
Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan
utamanya adalah bahwa peemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali
corong pisah. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti
benzene, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat
di transfer pada jumlah yang berbeda dalam keadaan dua fase pelarut. Teknik ini
dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, pemisahan serta analisis
pada semua skala kerja (Khopkar, 2008, hal: 90)
Berdasarkan penjabaran di atas maka untuk memperdalam pengetahuan tentang
ekstraksi maka dilakukanlah percobaan tentang ekstraksi pelarut cair-cair.

B.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan ini adalah:


1.
Bagaimana cara mengetahui metode pemisahan dan cara ekstraksi pelarut
pada sampel bayam ?
2.
Menentukan nilai presentasi kadar lemak yang terkandung dalam sampel
daun bayam ?

C.

Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:


1.

Mengetahui metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut daun bayam.

2.

Menentukan nilai presentasi kadar lemak pada sampel daun bayam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut atau dapat pula dikatakan ekstraksi merupakan
proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogeny
menggunakan pelarut cair sebagai separating gen, pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larut yang berbeda dari komponene-komponen dalam campuran.
Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran yang dipisahkan dengan bantuan pelarut, ektraksi cair-cair tidak
dapat digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi karena
kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti pada ekstraksi padatcair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair sempurna (Wibawads,
2012).
Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang
tidak dapat bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke
pelarut lain. Misalnya idion sebagai pencemar dalam air yang juga mengandung zat
terlarut lain yang tidak larut dalam karbon tetraklorida. dalam kasus seperti ini,
hampir semua iodion dapat diambil dengan mengaduk larutan air dengan
tetraklorida yang memungkinkan kedua fasa terpisah kemudian mengurangi lapisan
air dari lapisan karbon tetraklorida yang lebih besar. Makin besar tetapan
keseimbangan untuk partisi zat terlarut dari pelarut awalnya dalam pelarut pemisah
maka makin sempurna proses pemisahannya (Gillis, 2001, hal: 340).

Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan


pelarut yang pertarna sebagai media pembawa dan masuk ke dalam pelarut kedua
sebagai media ekstraksi. Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut
tidak. saling melarut atau hanya dalam daerah yang sempit. Agar terjadi
perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar
haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara
kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes
kecil. Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan
menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah.
Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas
tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin
segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah
terdistribusi menjadi tetes-tetes harus menyatu kembali menjadi sebuah fasa
homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat
dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan Pembentukan fasa homogen ikut
menentukan keluaran sebuah ekstraktor cair-cair (Ekstraksi Cair, 2012).

Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan pelarut Selektivitas Pelarut hanya boleh
melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan
ekstraksi. Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan
ekstrak yang besar atau kebutuhan pelarut lebih sedikit. Kemampuan tidak saling
bercampur Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh atau hanya secara terbatas
larut dalam bahan ekstraksi. Kerapatan Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat
mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan
ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fase dapat dengan mudah dipisahkan
kembali setelah pencampuran. Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan
harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal. Reaktivitas Pada umumnya
pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponenkornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya
reaksi kimia untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga
disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak
harus berada dalam bentuk larutan. Titik didih Karena ekstrak dan pelarut biasanya
harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih
kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk
ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses
ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (Ekstraksi, 2012).
Bila suatu zat-zat membagi diri antara kedua cairan yang tidak dapat bercampur,
ada satu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat pelarut dalam kedua fase
pada kesetimbangan. Nernst pertama kali memberikan pernyataan yang jelas
mengenai hukum distribusi yang menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan
membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat bercampur sedemikian rupa
sehingga angka banding konsentrasi pada keseimbangan adalah konstanta pada
temperatur tertentu (Underwood, 1986, hal: 462).
Menurut Khopkar (2008, hal: 92) mekanisme reaksi di bagi atas tiga tahap, antara
lain :
Pembentukan kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi
Distribusi dari kompleks yang terekstraksi
Interaksinya yang mungkin dalam fase organik
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3), Kloroform dikenal
karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan
sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang
berupa cairan, namun mudah menguap sedangkan Aseton, juga dikenal
sebagai propanon, dimetil keton,2-propanon, propan-2-on, dimetilformaldehida,
dan -ketopropana, adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan
mudah terbakar. Ia merupakan keton yang paling sederhana (Kloroform, 2012).
Aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil eter dan
sebagainya. Ia sendiri juga merupakan pelarut yang penting. Aseton digunakan
untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya.

Selain dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami,
termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil (Aseton, 2012

BAB III
METODE PERCOBAAN
A.

Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Selasa/16 April 2012

Pukul

: 14.00 16. 30 WITA

Tempat
Makassar

: Laboratorium Kimia Analitik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin

B.

Alat dan Bahan

1.

Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :


a.

Botol semprot

1 buah

b.

Pipet tetes

1 buah

c.

Pinset

1 buah

d.

Bulp

e.

Batang pengaduk

1 buah
1 buah

f.

Corong

1 buah

g.

Botol pial

1 buah

h.

Kaki tiga dan kasa

1 buah

i.

Lumpang dan mortal

1 buah

j.

Statif dan klem

1 buah

k.
l.

Spritus
Pipet volume 5 mL

1 buah
1 buah

m.
Gelas kimia 100 mL
n.

Corong pemisah 250 mL

2 buah
1 buah

o.

Neraca digital

2.

Bahan

1 buah

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :


a.

Aseton ( CH3COCH3 )

b.

Aquadest

c.

Daun bayam

d.

Kertas saring

e.

C.

Kloroform (CHCl3)

Prosedur Kerja

Prosedur kerja dari percobaan ini adalah:


1.
Menimbang 5 gram daun bayam lalu menggerus dengan menggunakan
lumpang dan mortal sampai mengeluarkan ekstrak yang kental.
2.
Memindahkan ekstrak sampel ke dalam corong pisah lalu menambahkan 5 mL
kloroform dan mengocoknya.
3.
Mendiamkan sampel tersebut sampai terjadi pemisahan lalu mengeluarkan
lapisan organiknya.
4.
Menambahkan pelarut organik ke dalam lapisan ekstraknya sampai terbentuk
pigmen warna dari sampel.
5.

Menambahkan lagi 5 mL kloroform ke dalam ekstraknya lalu

6.

Memisahkan ekstraknya dengan aseton lalu ditumpung dan menguapkannya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.

Hasil Pengamatan
5 gr bayam digerus

bayam

halus disaring ekstrak kental (berwarna hijau) + 5 ml kloroform


(berwarna hijau) + 5 ml kloroform
2fase (berwarna hijau) + aseton
hijau) diuapkan
Bayam

ekstrak kental 2 fase

hasil.
= 5 gram

2 fase

2 fase (merah dan

Berat botol kosong

= 5,50 gram

Bobot ekstrak kental sebelum pemanasan

= 8,92 gram 5,50 gram


= 3,42 gram

Bobot ekstrak setelah pemanasan

= 6,74 gram 5,50 gram


= 1,24 gram

Bobot ekstrak setelah penguapan

= 6,30 gram 5,50 gram


= 0.8 gram

Persentasi kadar

= 14,545 %

B.

Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan penimbangan terhadap sampel daun bayam sebanyak
5 gram lalu digerus sampai mengeluarkan ekstrak yang kental yang akan dijadikan
sebagai ekstrak kemudian di pindahkan ke dalam corong pisah, dimana corong
pisah ini adalah alat utama yang digunakan untuk melakukan esktraksi pelarut
secara cair-cair. Setelah itu ditambahkan 5 ml kloroform, fungsi penambahan
kloloform adalah sebagai pelarut non polar dan merupakan larutan yang mudah
menguap sehingga sampel ekstrak tersebut tidak larut atau tidak beraksi dengan
kloroform. Kemudian di kocok beberapa menit, fungsi pengocokan ini agar larutan
kloroform tersebut dapat bercampur dengan ekstrak kental dari daun bayam,
sehingga terbentuk 2 fase dari cairan tersebut. Diamkan beberapa menit agar
terjadi dua pemisahan yaitu lapisan organik dan lapisan ekstrak. Lapisan
organiknya di buang sedangkan lapisan ekstraknya dituangkan ke dalam gelas
kimia lalu ditambahkan dengan pelarut organik sampai terbentuk pigmen warna
dari sampel yang digunakan. Kemudian ditambahkan lagi 5 mL kloroform ke dalam
ekstrak tersebut lalu dilakukan dengan perlakuan yang sama seperti yang telah
dilakukan sebelumnya. Setelah itu ditambahkan aseton ke dalam ekstrak tersebut,
fungsi dari penambahan aseton ini adalah sebagai pelarut polar terhadap ekstrak
sampel tersebut kemudian hasil ekstrak tersebut di uapkan dengan cara
pemanasan agar larutan kloroform yang ada dalam larutan tersebut habis
menguap.

Dari hasil percobaan tersebut di dapatkan ekstrak kental dengan dua fase yaitu
pada penambahan kloroform fase berwarna hijau dan pada penambahan aseton
fase pada campuran tersebut berwarna hijau dan merah, dimana fase yang
berwarna hijau merupakan klorofil dan fase yang berwarna merah merupakan
santofil dari sampel tersebut. Dari perlakuan tersebut didapatkan ekstrak kental
sebelum pemanasan sebesar 3,42 g dan ekstrak kental setelah pemanasan sebesar
1,24 gr dengan berat wadah yang ditempati sebesar 5,50 gr sehingga bobot ekstrak
setelah penguapan sebesar 0,8 gr. Dengan demikan didapatkanlah Presentasi
kadar dari sampel daun bayam tersebut dimana sampel bobot ekstrak setelah
penguapan dibagi dengan bobot wadah yang digunakan dikali dengan 100
% adalah sebesar 14,545 %. Hal ini berarti dalam 5 gram sampel daun bayam di
peroleh kadar lemak sebesar 14,545 %.

BAB V
PENUTUP
A.

Kesimpulan

1.
Dalam metode pemisahan dengan cara esktraksi pelarut cair-cair dilakukan
dengan pemisahan lapisan ekstrak dan organiknya dalam suatu sampel daun
bayam dengan menggunakan corong pisah.
2.

Nilai persentasi kadar (KD) diperoleh sebesar 14,545 %.

B.

Saran

Saran dari percobaan ini sebaiknya untuk percobaan selanjutnya digunakan sampel
daun pandan atau daun ubi jalar agar dapat diketahui perbedaan warna dari sampel
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aseton. http//id. Wikipedia. Org/ 17 April2012

Ekstraksi. http//id. Wikipedia. Org/ 17 April 2012

Ekstraksi Cair http//www. Chem.-is-try. Org/ 17 April 2012

Gillis, oxtoby. Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid I. Jakarta: Erlangga, 2001

Kloroform. http//id. Wikipedia. Org/ 17 April2012

Khopkar, S.M. Dasar-dasar Kimia Analitik. Jakarta: Erlangga, 2008

Underwood, A.L. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 1986

Wibawads, Indra. Ekstraksi Cair-cair. http// indrawibawads. Wordpress.com/ 17 April


2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ekstraksi cair merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam
larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organik).
Ekstraksi cair dapat juga disebut ekstraksi pelarut. (Wikipedia., 2010).
Prinsip metode ini didasarkan pada zat terlarut dengan perbandingan tertentu antar
dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti eter, kloroform, karbontetra
klorida, dan karbon disulfida. Diantara berbagai jenis pemisahan, ekstraksi pelarut
merupakan metode yang paling baik dan popular, karena metode ini dapat
dilakukan baik tingkat mikro maupun makro. Pemisahannya tidak memerlukan
khusus atau canggih, melainkan hanya berupa corong pemisah. Seringkali untuk
melakukan pemisahan hanya dilakukan beberapa menit. (Yazid,. E,. 2005.)
Metode ini mula-mula digunakan pada kimia analitik, tidak hanya untuk pemisahan
tetapi juga untuk analisis kuantitatif. Selanjutnya metode ini berkembang dan dapat
digunakan untuk kegunaan preparative dan pemurniaan pada skala kerja termasuk
didalam bidang kimia organik, anorganik, dan biokimia. Dalam industri metode ini
banyak dipakai untuk menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan dalam hasil,
misalnya pada pemuniaan minyak tanah atau minyak goreng dan pemurniaan
natrium hidroksida yang dihasilkan dari proses elektrolisis. (Yazid,. E,. 2005.)
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan subtansi atau zat dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi dapat digolongkan

berdasarkan bentuk campuran yang diestraksi dan proses pelaksanaanya. (Yazid,.


E,. 2005.)
Berdasarkan bentuk campurannya (yang diekstraksi), suatu ekstraksi dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Ektraksi padat-cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang
berbentuk padatan.
2. Ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksi terdapat dalam campuran yang
berbentuk cairan. (Yazid,. E,. 2005.)
Berdasarkan proses pelaksanaannya, ekstraksi dibedakan atas dua, yaitu:
1. Ekstraksi kontinyu (continues extractions)
Pada ekstraksi kontinyu, pelarut yang sama digunakan secara berulang-ulang
sampai proses ekstraksi selesai.
2. Ekstraksi bertahap (batch)
Pada ekstraksi bertahap, setiap kali ekstraksi selalu digunakan pelarut yang baru
sampai proses ekstraksi selesai. (Yazid,. E,. 2005.)
B. MAKSUD PERCOBAAN
Untuk mengetahui nilai koefisien partisi
C. TUJUAN PERCOBAAN
untuk menentukan kadar koefisien partisi efedrin-phenobarbital dengan metode
ekstraksi cair-cair
D. PRINSIP PERCOBAAN
Berdasarkan pemisahan 2 fase secara titrasi asam dan basa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI UMUM
Pada ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang
berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut, banyak
dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod, atau logam-logam tertentu dalam
larutan air. (Yazid,. E,. 2005.)
Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk memperlakukan sampel atau
clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari komponen matrix yang
mungkin menggangu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit. Disamping itu,
ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada didalam
sampel dalam jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk
deteksi dan kuantifikasinya. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan faes
yanglain pelarut organik seperti kloroform atau petroleum eter. Senyawa-senyawa
yang bersifat polar akan ditemukan didalam fase air,sedangkan senyawa-senyawa
yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut anorganik. Analit yang tereksasi
kedalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut, sedangkan analit yang masuk kedalam fase air seringkali diinjeksikan
secara langsung kedalam kolom.( Rohman,. A,. 2009).
Hubungan zat terlarut yang terdistribusi diantara dua pelarut yang tidak saling
bercampur dinyatakan pertama kali oleh Walter nernst (1981) yang dikenal
dengan hukum distribusi atau partisi jika solut dilarutkan sekaligus kedalam dua
pelarut yang tidak saling bercampur, maka solut akan terdistribusi diantara kedua
pelarut. Pada saat setimbang perbandingan konsentrasi solut berharga tetap pada
suhu tetap. (Yazid,. E,. 2005.)
Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam dua fase disebut
dengan koefisien partisi (KD) dapat dituliskan :
=

= KD

Dimana KD adalah sebuah tetapan yand dikenal dengan koefisien distribusi atau
partisi. Harga KD tidak bergantung pada konsentrasi total solut pada kedua fase,
tetap bergantung pada suhu, jenis kedua pelarut dan solut. Hukum Nernst dalam
bentuknya yang sederhana hanya berlaku untuk larutan encer dan keadaan solut

sama atau tidak mengalami perubahan kedua dalam pelarut. Hukum ini tidak
berlaku jika solut yang terdistribusi mengalami asosiasi atau disosiasi pada fase
pelarut. (Yazid,. E,. 2005.)

B. URAIAN BAHAN
1.

Aquadest (FI edisi III hal 96)

Nama Resmi

: AQUA DESTILLATA

Nama Lain

: Air suling

Rumus molekul

: H2O

Berat Molekul

: 18,02

Pemerian
mempunyai rasa

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

: Zat tambahan dan pelarut

2.

Asam Klorida (FI Edisi III, hal 53)

Nama Resmi

: ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama Lain

: Asam Klorida

Rumus molekul

: HCl

Berat Molekul

: 36,46

Pemerian
: Cairan, tidak berwarna, berasap, bau meransang, jika
diencerkan dengan dua bagian air asap dan bau hilang
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

: Zat tambahan

3.

Efedrin HCl (FI Edisi III, hal 236)

Nama Resmi

: EPHEDRINI HYDROCHLORIDUM

Nama Lain

: Efedrin HCl

Rumus molekul

: C10H15NO,HCl

Berat Molekul

: 201,70

Pemerian

: Hablur putih, atau serbuk putih halus, tidak berbau, rasa pahit

Kelarutan
: Larut dalam lebih kurang 4 bagian air, dalam lebih kurang 14
bagian etanol (95%)P, praktis tidak larut dalam eter P
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

Kegunaan

: Simpatomimetikum

DM
4.

: 50 mg/ 150 mg
Eter (FI Edisi III, hal 66)

Nama Resmi

: AETHER ANAESTHETICUS

Nama Lain

: Eter

Rumus molekul

: C4H10O

Berat Molekul

: 74,12

Pemerian
: Cairan transparan, tudak berwarna, bau khas, rasa manis dan
membakar, sangat mudahmenguap, sangat mudah terbakar, campuran uapnya
dengan oksigen, udara atau dinitrogen oksida, pada kadar tertentu dapat meledak.
Kelarutan
: Larut dalam 10 bagian air, dapat bercampur dengan etanol
(95%)P, dengan kloroform P, dengan minyak lemak, dan dengan minyak atsiri.
Penyimpanan
tempat sejuk.
5.

: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di

Indikator PP(FI Edisi III, hal 662)

Nama Resmi

: PHENOLPHTHALEINUM

Nama Lain

: Fenolfthalein

Rumus molekul

: C20H14O4

Berat Molekul

: 318,33

Pemerian
: Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan, lemah, tidak
berbau, stabil diudara.
Kelarutan
larut dalam eter

: Praktis tidak larut dalam air,larut dalam etanol, agak sukar

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

6.

Natrium Hidroksida (FI Edisi III, hal )

Nama Resmi

: NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain

: Natrium hidroksida

Rumus molekul

: NaOH

Berat Molekul

: 40,00

Pemerian
: Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering,
keras, rapuh dan meunjukkan susunan hablur, putih, korosif, segera menyerap
karbondioksida
Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)P

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: Zat tambahan

7.

Natrium klorida (FI Edisi III, hal 403)

Nama Resmi

: NATRII CHLORIDUM

Nama Lain

: Natrium klorida

Rumus molekul

: NaCl

Berat Molekul

: 58,44

Pemerian
: Hablur heksahedral, tidak berwarna, atau serbuk hablur
putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan
: Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih,
dan lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol (95%)P
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

BAB III
METODE KERJA
A. ALAT YANG DIGUNAKAN
1.

Buret

2.

Corong gelas

3.

Coroh pisah

4.

Erlenmeyer

5.

Gelas kimia

6.

Gelas ukur

7.

Sendok tanduk

8.

Statif

9.

Pipet tetes

10. Timbangan analitik


B. BAHAN YANG DIGUNAKAN
1.

Aquadest

2.

Asam klorida

3.

Efedrin HCl

4.

Eter

5.

Indikator PP

6.

Natrium hidroksida

7.

Natrium klorida

C. CARA KERJA
1.

Pembuatan fase air

a.

Disiapkan alat dan bahan

b.

Diukur aquadest sebanyak 100 mL dimasukkan kedalam Erlenmeyer

c.

Diukur 50 mL NaOH 0,1N, dimasukkan kedalam Erlenmeyer

d.

Ditimbang 30 g NaCl dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer, diaduk hingga larut

e.

Dimasukkan kedalam corong pisah

f.

Diukur 30 mL eter, dimasukkan kedalam corong pisah

g.

Dikocok dan dipisahkan.

2.

Pembuatan koefisien partisi efedrin

a.

Disiapkan alat dan bahan

b.

Ditimbang efedrin HCl sebanyak 400mg, dimasukkan kedalam erlenmeyer

c.

Diukur 50 mL fase air, dimasukkan kedalam Erlenmeyer

d.

Dimasukkan kedalam corong pisah

e.

Diukur 50 mL eter, dimasukkan kedalam corong pisah

f.

Dikocok dan dipisahkan

g.

Disimpan fase air pada wadah 1 dan fase eter pada wadah 2

h.

Fase eter pada wadah 2 diuapkan sampai membentuk Kristal

i.

Ditambahkan 15 mL aquadest

j.

Ditetesi 2-3 tetes indikator PP

k.
l.

Dititrasi dengan larutan baku HCl


DicatDAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM,. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Gandjar., I,.G,. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Rohman,. A,. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Tim Dosen UIT,. 2010. Penuntun Praktikum Analisis Instrumen Farmasi.Universitas
Indonesia Timur. Makassar.
Yazid,. E,. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi. Yogyakarta.
http://digilib.itb.ac.id/
http://en.wikipedia.org/wiki/liquid-liquid-extraction.
at volume titrasi pada saat terjadi perubahan warna dari ungu menjadi benin

Anda mungkin juga menyukai