Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Industri
Penyusun :
Laelaturrohmah
140210130036
Dewina Nurjanah
140210130038
Gizca Desya M.
140210130040
Iqbal Kamaly R.
140210130046
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN MATEMATIKA
DEPARTEMEN KIMIA
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................i
BAB I TEORI DASAR...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
Ukuran Kinerja................................................................................................................13
2.7
Aplikasi Leaching...........................................................................................................14
BAB I
TEORI DASAR
Ekstraksi (Pemisahan) itu sendiri dibagi menjadi bermacam-macam menurut asal dan
bahan yang akan dipisah. Secara garis besar, ada dua macam pemisahan.
1. Ekstraksi padat-cair (leaching) adalah proses pemisahan cairan dari padatan dengan
menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya.
2. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan cairan dari suatu larutan dengan menggunakan
cairan sebagai bahan pelarutnya.
adalah :
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin kecil ukurannya,
semakin besar lusa permukaan antara padat dan cair; sehingga laju perpindahannya menjadi
semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam
padatan adalah kecil.
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut pilihan yang
terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat bersikulasi dengan mudah.
Biasanya, zat pelarut murni akan dipakai pada awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi
berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju ekstraksinya turun, pertama karena
gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kental.
3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam pelarut
akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang
lebih tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses difusi, sehingga
menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat pelarut.
2
Pemilihan pelarut pada proses ekstraksi umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantarnya adalah sebagai berikut :
Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain
dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga
bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang
diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu
misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan
pelarut lebih sedikit).
Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan
ekstraksi.
Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan kerapatan yaitu
besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan
mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda
kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal
(misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponenkomponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia
(misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali
ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan
mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau
rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak
membentuk azeotrop. ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses
ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan
yang rendah).
Kriteria yang lain
Pelarut sedapat mungkin harus:
- Murah
- Tersedia dalam jumlah besar
- Tidak beracun
- Tidak dapat terbakar
- Tidak eksplosif bila bercampur dengan udara
- Tidak korosif
3
kelarutan ekstrak dalam pelarut. Selain itu kecenderungan pembentukan emulsi berkurang pada
suhu yang tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Ekstraksi padat-cair atau lebih dikenal dengan sebutan leaching merupakan proses
pemisahan zat padat yang dapat melarut (zat terlarut) dari campurannya dengan zat padat lain
yang tidak dapat larut atau inert dengan cara pelarutan. Secara garis besar, proses pemisahan
secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu:
1. Penambahan sejumlah massa solven untuk dikontakkan dengan sampel, biasanya melalui
proses difusi.
2. Solut akan terpisah dari sampel dan larut oleh solven membentuk fase ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel.
Prinsip kerja dari proses leaching adalah pelarut akan melarutkan sebagian bahan
padatan sehingga bahan terlarut yang diinginkan diperoleh setelah itu dilakukan proses
pemisahan larutan yang terbentuk dari padatan sisa. Pemisahan fasa padat dari cair dapat
dilakukan dengan operasi sedimentasi, filtrasi, ataupun sentrifugasi. Operasi leaching dapat
dilakukan dengan sistem batch, semibatch, ataupun continue. Operasi ini biasanya dilakukan
pada suhu tinggi untuk meningkatkan kelarutan solut di dalam pelarut. Untuk meningkatkan
performance, sistem aliran dapat dibuat secara co-current ataupun counter current.
Setelah operasi leaching selesai, pemisahan fasa padat dari fasa cair dapat dilakukan
dengan operasi sedimentasi, filtrasi atau sentrifugasi. Pemisahan sempurna hampir tidak
mungkin dilakukan karena adanya kesetimbangan fasa, di samping secara mekanis sangat
sulit untuk mencapainya. Oleh karena itu akan selalu ada bagian yang basah atau air yang
terperangkap di dalam padatan.
Perhitungan dalam operasi ini melibatkan 3 komponen, yaitu padatan, pelarut dan
solut. Asupan umumnya berupa padatan yang terdiri dari bahan pembawa tak larut dan
senyawa dapat larut. senyawa dapat larut inilah yang biasanya merupakan bahan atau
mengandung bahan yang diinginkan.
Bahan yang diinginkan akan larut sampai titik tertentu dan keluar dari ekstraktor pada
aliran atas, sementara padatan keluar pada aliran bawah. Sebagaimana disebutkan di atas,
aliran bawah biasanya basah karena campuran pelarut/solut masih terbawa juga. Bagian atau
persentase solut yang dapat dipisahkan dari padatan basah/kering disebut sebagai rendemen.
2.2
2. Operasi
secara
kontinu
dengan aliran
berlawanan.
Dalam
sistem
ini,
aliran
bawah
dan
atas mengalir secara berlawanan. Operasi dimulai pada tahap pertama dengan
mengontakkan larutan pekat yang merupakan aliran atas tahap kedua, dan padatan baru.
Operasi berakhir pada tahap ke-n (tahap terakhir), dimana terjadi pencampuran antara
pelarut baru dan padatan yang berasal dari tahap ke-n (n-1).
3. Operasi secara batch dengan sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan.
Di dalam sistem ini, padatan dibiarkan stationer dalam setiap tangki dan dikontakkan
dengan beberapa larutan yang konsentrasinya makin menurun. Padatan yang hampir tidak
mengandung solut meninggalkan rangkaian setelah dikontakkan dengan pelarut baru,
sedangkan larutan pekat sebelum ke luar dari rangkaian terlebih dahulu dikontakkan
dengan padatan baru di dalam tangki yang lain.
4. Operasi dengan sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar atau aliran silang.
Operasi ini dimulai dengan pencampuran umpan padatan dan pelarut dalam tahap
pertama; kemudian aliran bawah dari tahap ini dikontakkan dengan pelarut baru pada
8
tahap berikutnya, dan demikian seterusnya. Larutan yang diperoleh sebagai aliran atas
dapat dikumpulkan menjadi satu seperti yang terjadi pada sistem dengan aliran sejajar,
atau ditampung secara terpisah, seperti pada sistem dengan aliran silang
2.4
ekstraksi
padat-
cair
Packing Column
kemurnian pelarut.
10
berfungsi
pelarut
untuk
sebelum
meningkatkan
2.5
1. Ekstraktor Sabuk
Pada ekstraktor sabuk ini, bahan ekstraksi diumpan secara kontinu di atas sabuk ayak
yang melingkar. Di sepanjang sabuk bahan dibasahi oleh pelarut atau larutan ekstrak
dengan konsentrasi yang meningkat dan arah aliran berlawanan setelah itu bahan
dikeluarkan dari ekstraktor.
2. Ekstraktor Keranjang
Pada ekstraktor keranjang (Keranjang putar Rotary Extractor), bahan ekstraksi terusmenerus dimasukkan ke dalam sel-sel yang berbentuk juring atau sector dari sebuah rotor
yang berputar lambat mengelilingi poros vertical. Bagian bawah sel-sel ditutup sebuah
Pelat ayak. Selama satu putaran, bahan padat dibasahi dari arah berlawanan oleh pelarut
atau larutan ekstrak yang konsentrasinya meningkat. Pelarut atau larutan tersebut
dipompa dari sel ke sel dan disiramkan ke atas bahan padat. Akhirnya, bahan dikeluarkan
dan keseluruhan proses ini berlangsung secara otomatik.
11
3. Ekstraktor Hildebrandt
Pada ekstraktor Hildebrandt, screw conveyor digunakan untuk membawa material padat.
Pelarut mengalir counter-current terhadap padatan. Biasanya conveyor digunakan
tergantung pada orientasi peralatan.
4. Ekstraktor Bollman
Pada ekstraktor Bollman, material solid dibawa dengan keranjang berlubang melalui
pelarut, keranjang ini diisi dengan material padat pada bagian atas bejana. Dari bagian
atas, material padat dibawa menuju tahap dissolution, dimana keranjang bergerak
kebawah searah dengan pelarut. Setelah itu keranjang kembali bergerak ke atas
berlawanan arah dengan pelarut. Penggunaaan pelarut pada tahap ini seringkali di daur
ulang pada alat yang lain.
12
5. Ekstraktor Bonotto
Pada ekstraktor Bonotto, ada beberapa plat atau tray horizontal. Padatan bergerak
kebawah melalui lubang-lubang pada tray. Ada sebuah alat pengupas pada bagian atas
setiap tray yang menggerakkan padatan mendekati lubang. Screw conveyor digunakan
pada bagian bawah ekstraktor untuk menggerakkan padatan.
13
2.6
Ukuran Kinerja
Operasi leaching dapat dilakukan dengan sistem batch, semibatch, ataupun continue.
Pada sistem batch umpan hanya dimasukan satu kali ke dalam basket (wadah umpan).
Tekanan yang digunakan di jaga antara 1-3 bar. Pelarut yang telah dipanaskan oleh heater
akan terkondensasi sehingga fasanya akan berubah dari uap menjadi cair. Pelarut yang
dihasilkan merupakan pelarut murni yang kemudian dikontakan dengan umpan pada basket.
Pemanasan pada pelarut dengan suhu yang optimal akan menghasilkan pross leaching yang
baik. Proses leaching sendiri terjadi pada basket (wadah umpan). Sistem batch akan berakhir
ketika semua solute yang terkadung di dalam padatan telah terekstrak Hasil dari proses
ekstraksi diukur kualitasnya dengan pengukuran kekeruhan (turbidity).
2.7
Aplikasi Leaching
Ekstraksi padat cair (leaching) biasanya diterapkan pada industri pembuatan Teh.
Dalam industri Teh kandungan kafein haruslah serendah mungkin karena dalam kadar yang
14
tinggi dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan. Oleh karena efek negatif tersebut maka
proses ekstraksi padat-cair digunakan untuk mengurangi kadar kafein. Beberapa pelarut yang
digunakan untuk ekstraksi adalah air, diklorometan, etanol, etil asetat, benzen, kloroform.
Selain industri teh, ekstraksi padat cair (leaching) banyak digunakan dalam industri
metalurgi alumunium, cobalt, mangan, nikel dan timah. Juga digunakan dalam industri kopi,
minyak kedelai, dan dalam pembuatan gula.
Salah satu contoh aplikasi lainya adalah leaching gula dari gula bit, dimana secara
khusus digunakan 10-14 leaching vessel. Suhu air pelarut tinggi untuk membantu pelarutan
gula. Ukuran vessel antara 4-12 m3, dan waktu tinggal sekitar 60-100 menit. Perbandingan
air dan gula bit sekitar 1,1, jika konsentrasi gula dalam produk adalah 13-16%.
15