(Hemiselulosa)
Disusun Oleh :
1|Page
lainnya. Hemiselulosa memiliki sifat non-kristalin dan bukan serat, mudah
mengembang, larut dalam air, sangat hidrofolik, serta mudah larut dalam
alkali. Kandungan hemiselulosa yang tinggi memberikan kontribusi pada
ikatan antar serat, karena hemiselulosa bertindak sebagai perekat dalam setiap
serat tunggal. Pada saat proses pemasakan berlangsung, hemiselulosa akan
melunak, dan pada saat hemiselulosa melunak, serat yang sudah terpisah akan
lebih mudah menjadi berserabut (Indrainy, 2005).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hemiselulosa.
2. Mengetahui bagaimana struktur penyusun Hemiselulosa.
3. Mengetahui bagaimana sifat fisik dari Hemiselulosa.
4. Mengetahui bagaimana sifat kimia dari Hemiselulosa.
5. Mengetahui apa sajakah tumbuhan yang mengandung Hemiselulosa.
6. Mengetahui bagaimana cara mengekstrak Hemiselulosa.
7. Mengetahui bagaimana aplikasi Hemiselulosa dalam bidang industri.
2|Page
BAB II
ISI
Reaksi yang terjadi untuk mendegradasi xilan, dibutuhkan kerja sama dari
beberapa enzim hidrolitik. Dua enzim yang berperan penting untuk memecah
xilan menjadi xilosa adalah endo-1,4-β-xylanase dan xylan 1,4-β-xylosidase.
3|Page
Endo-1,4-β-xylanase bekerja dalam merusak ikatan non kovalen pada
struktur polimer hemiselulosa sehingga diperoleh xilan individu kemudian
xilan tersebut kembali dipecah menjadi monosakarida dengan bantuan enzim
xylan 1,4-β-xylosidase sehingga menghasilkan xilosa dan arabinosa. Jika
reaksi masih terjadi maka akan dihasilkan turunan dari xilosa, yaitu furfural
seperti pada gambar 6. Furfural merupakan produk yang tidak diharapkan
karena dapat menghambat proses degradasi senyawa lainnya. Hal itu dapat
terjadi jika proses degradasi dilakukan melalui hidrolisis asam (Fengel dan
Wegener, 1995).
4|Page
Hemiselulosa berikatan kuat secara kovalen dan non kovalen dengan lignin
dan selulosa. Hemiselulosa banyak ditemukan dalam limbah hasil pertanian.
Komponen terbesar hemiselulosa adalah xilan, yang merupakan polimer dari
β(1-4)D-xylopiranosa (xilosa) dengan ikatan β-1,4- glikosida. Rantai xilan
bercabang, kompleks dan strukturnya tidak berbentuk kristal, sehingga
mudah dimasuki pelarut. Sebagian besar xilan terdiri atas 2-4 heteroglikan
(Puspaningsih et al., 2007).
5|Page
yang digunakan untuk menghidrolisis substrat hemiselulosa kaya xilan
disebut xilanase. Enzim pendegradasinya dapat dikelompokkan menjadi
enzim pendegradasi rantai utama dan enzim pendegradasi rantai cabang.
Hidrolisis sempurna xilan memerlukan aktivitas sinergis enzim-enzim
pendegradasi hemiselulosa (Puspaningsih et al., 2007).
6|Page
2.2 Struktur Hemiselulosa
Berikut merupakan struktur unit-unit penyusun hemiselulosa
7|Page
Gambar 2.5 Struktur A. hardwood, dan B. softwood (Ibrahim, 1998)
8|Page
dan keadaan inilah yang membantu proses penggilingan. Oleh karena itu,
dalam batas-batas tertentu adanya hemiselulosa justru dikehendaki di dalam
pulp untuk kertas. Keberadaan hemiselulosa mereduksi waktu dan tenaga
yang diperlukan untuk melunakkan serat selama proses dalam air.
9|Page
hidrolisis hemiselulosa akan menghasilkan D-xilosa dan monosakarida
lainnya (Winarno, 1984).
10 | P a g e
2.5 Tumbuhan Yang Mengandung Hemiselulosa
Lignoselulosa tersusun dari microfibril-mikrofibril selulosa yang membentuk
kluster-kluster, dengan ruang antar microfibril terisi dengan hemiselulosa,
dan kluster-kluster tersebut terikat kuat menjadi satu kesatuan oleh lignin
(Soerawidjaja dan Amiruddin, 2007). Secara umum ada 2 jenis kayu, yang
mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin yakni softwood dan
hardwood. Berikut parameter ciri softwood dan hardwood:
Tabel 2.4. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dari beberapa jenis
tumbuhan
11 | P a g e
2.6 Cara Mengekstrak Hemiselulosa
Berikut merupakan langkah-langkah dalam mengekstrak kandungan
hemiselulosa pada lignoselulosa :
12 | P a g e
mudah terhidrolisis menghasilkan gula pereduksi tertinggi dengan
penurunan kadar selulosa sebesar 6,40% dan dengan penurunan
hemiselulosa sebesar 12,71%. Konsentrasi xilanase terbaik untuk
menghidrolisis bambu kuning adalah sebesar 400 U/g yang dapat
menghidrolisis hemiselulosa sebesar 54,31% selama 24 jam.
2. Pirolisis Isotermal Sludge Cake Dan Pulp Reject Pabrik Pulp Kraft
Sludge cake hasil pengolahan air limbah dan pulp reject dari pabrik pulp
kraft merupakan sumber energi terbarukan. Penelitian ini mengevaluasi
pengaruh suhu terhadap pirolisis untuk mengkonversi sludge cake dan
pulp reject menjadi produk tar dan arang. Sludge cake memiliki
komposisi (adb): air lembab 9,08%, zat terbang 57,53%, karbon tetap
8,72% dan abu 24,67% dengan nilai kalor 2931 kal/g, sedangkan pulp
reject mengandung air lembab 9,42%, zat terbang 68,16%, karbon tetap
17,00% dan abu 5,42% dengan nilai kalor 3656 kal/g. Kandungan zat
terbang yang tinggi menjadikan sludge cake dan pulp reject berpotensi
menghasilkan tar. Puncak pirolisis tercapai pada 349oC untuk sludge
cake dan 300oC untuk pulp reject. Konversi mencapai 30% pada 300oC
dan 80-90% pada 400oC, dengan hasil tar mencapai 39% untuk sludge
cake dan 47% untuk pulp reject. Pada suhu >400oC tar yang terbentuk
terdekomposisi menjadi gas pirolisis. Perbedaan komposisi bahan dan
kenaikan suhu pirolisis mempengaruhi komposisi tar yang dihasilkan.
Hasil arang pirolisis 300-500oC tidak berbeda jauh, baik pada sludge
cake maupun pulp reject. Semua komponen zat terbang pada sludge cake
maupun pulp reject habis tergedradasi dalam waktu tinggal 60 menit.
13 | P a g e
terhadap kadar ekstraktif, lignin, holoselulosa dan α-selulosa,
membandingkan perbedaan kadar komponen kimia antar bagian pangkal,
tengah dan ujung dari pelepah sawit varietas dura, mengindentifikasi
gugus fungsi yang ada pada sampel (lignin, holoselulosa dan α-selulosa)
dengan menggunakan metode spektroskopi FTIR, membandingkan
pengaruh perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi
pengembangan konsep makromolekul dengan melihat video yang
diaplikasikan pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) terhadap cara
berfikir kritis siswa Olimpiade Kimia. Zat ekstraktif, holoselulosa, α-
selulosa dan lignin dianalisis dengan menggunakan Tappi Test methode
:204, T 203, T:222 serta diidentifikasi dengan spektroskopi FTIR. Hasil
penelitian Kadar komponen kimia pada pelepah sawit varietas dura
menurut bagiannya dari pangkal, tengah, ujung berturut-turut dengan
rerata untuk kadar zat ekstraktif 8,92%, 7,80% , 7,23%. Lignin 24,89 %,
26,87 %, 24,17 %. Holoselulosa 84,11 %, 83,47 %, 82,24% dan α- selulosa
45,76 %, 45,76 %, 45,54%. Penelitian pendidikan dengan desain one-
group pretes-postes. Penelitian pendidikan dilakukan dengan melakukan
proses pembelajaran menggunakan Video dan LKPD sesuai dengan
keterampilan berpikir kritis. Pada implementasi dalam pembelajaran
terdapat perbedaan pada hasil belajar kimia sebelum dan sesudah proses
pembelajaran menggunakan video dan LKPD. Rata-rata nilai pretest 42,25
sedangkan rata-rata postest sebesar 83,50 dan terdapat peningkatan hasil
belajar setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan Video dan
LKPD secara signifikan sebesar 41.25.
14 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN
15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Hartoyo. 1989. Diktat kimia kayu. Pusat penelitian dan pengembangan hasil hutan
dan social ekonomi kehutanan.Bogor.
Lamtiar, Hotni. dkk. 2015.“Isolasi Lignin dari Jerami Padi dengan Metoda
Klason”.Program Studi Teknik Kimia S1, Fakultas Teknik Universitas
Riau.
Puspaningsih, et al. 2007. Hidrolisis beberapa jenis xilan dengan enzim xilanolitik
termofilik rekombinan. Berk. Penel.Hayati: 12 (191-194), 2007.
16 | P a g e
Soerawidjaja dan Amiruddin. 2007. Mengantisipasi pemanfaatan bahan
lignoselulosa untuk pembuatan bioethanol : peluang dan tantangan.
Seminar nasional diversifikasi sumber energi untuk mendukung kemajuan
industry dan sistem kelistrikan nasional, UNS-Surakarta.
Suparjo. 2008. Degradasi komponen lignoselulosa oleh kapang pelapuk putih. Jajo.
Wordpress.com.
Syamsudin,dkk. 2016.” Pirolisis Isotermal Sludge Cake Dan Pulp Reject Pabrik
Pulp Kraft”. Balai Besar Pulp dan Kertas. Bandung
17 | P a g e