Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK BIOREFINERY

(Hemiselulosa)

Disusun Oleh :

Aris Setiawan (1415041007)


Eva Martha Pratiwi (1515041003)
Yuni Puspita Sari (1515041004)
Puput Dwi Ratna Sari (1515041013)
Kherani Hana Pinania (1515041021)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hemiselulosa merupakan suatu polisakarida lain yang terdapat dalam
tanaman dan tergolong senyawa organik (Simanjuntak,1994). Casey (1960)
menyatakan bahwa hemiselulosa bersifat non-kristalin dan tidak bersifat
serat, mudah mengembang karena itu hemiselulosa sangat berpengaruh
terhadap bentuknya jalinan antara serat pada saat pembentukan lembaran,
lebih mudah larut dalam pelarut alkali dan lebih mudah dihidrolisis dengan
asam.

Perbedaan hemiselulosa dengan selulosa yaitu hemiselulosa mudah larut


dalam alkali tapi sukar larut dalam asam, sedang selulosa adalah sebaliknya.
Hemiselulosa juga bukan merupakan serat-serat panjang seperti selulosa.
Hasil hidrolisis selulosa akan menghasilkan D-glukosa, sedangkan hasil
hidrolisis hemiselulosa akan menghasilkan D-xilosa dan monosakarida
lainnya (Winarno, 1984).

Menurut Hartoyo (1989 dalam Hidayati 2000), hemiselulosa tersusun dari


gabungan gula-gula sederhana dengan lima atau enam atom karbon.
Degradasi hemiselulosa dalam asam lebih tinggi dibandingkan dengan
delignifikasi, dan hidrolisis dalam suasana basa tidak semudah dalam suasana
asam (Achmadi , 1980). Mac Donal dan Franklin (1969) menyatakan bahwa
adanya hemiselulosa mengurangi waktu dan tenaga yang diperlukan untuk
melunakkan serat selama proses mekanis dalam air.

Hemiselulosa berfungsi sebagai pendukung dinding sel dan berlaku sebagai


perekat antar sel tunggal yang terdapat didalam batang pisang dan tanaman

1|Page
lainnya. Hemiselulosa memiliki sifat non-kristalin dan bukan serat, mudah
mengembang, larut dalam air, sangat hidrofolik, serta mudah larut dalam
alkali. Kandungan hemiselulosa yang tinggi memberikan kontribusi pada
ikatan antar serat, karena hemiselulosa bertindak sebagai perekat dalam setiap
serat tunggal. Pada saat proses pemasakan berlangsung, hemiselulosa akan
melunak, dan pada saat hemiselulosa melunak, serat yang sudah terpisah akan
lebih mudah menjadi berserabut (Indrainy, 2005).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Hemiselulosa?
2. Bagaimana struktur penyusun Hemiselulosa?
3. Bagaimana sifat fisik dari Hemiselulosa?
4. Bagaimana sifat kimia dari Hemiselulosa?
5. Apa sajakah tumbuhan yang mengandung Hemiselulosa?
6. Bagaimana cara mengekstrak Hemiselulosa?
7. Bagaimana aplikasi Hemiselulosa dalam bidang industri?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hemiselulosa.
2. Mengetahui bagaimana struktur penyusun Hemiselulosa.
3. Mengetahui bagaimana sifat fisik dari Hemiselulosa.
4. Mengetahui bagaimana sifat kimia dari Hemiselulosa.
5. Mengetahui apa sajakah tumbuhan yang mengandung Hemiselulosa.
6. Mengetahui bagaimana cara mengekstrak Hemiselulosa.
7. Mengetahui bagaimana aplikasi Hemiselulosa dalam bidang industri.

2|Page
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Hemiselulosa


Hemiselulosa merupakan istilah yang umum bagi senyawa polisakarida yang
larut dalam alkali. Empat gula utama, yaitu glukosa, mannosa, xilosa, dan
arabinosa merupakan komponen utama penyusun senyawa hemiselulosa.
Rantai utamanya terdiri atas satu jenis homopolimer, yaitu xilan. Xilan
merupakan polimer dari xilosa yang diikat oleh ikatan β-1,4-glikosidik.
Rantai xilan dapat bercabang dan berbentuk amorf sehingga mudah dimasuki
pelarut. Dengan demikian, molekul hemiselulosa memiliki karakteristik
senyawa yang lebih mudah menyerap air, tidak tahan panas, bersifat plastis,
mempunyai permukaan kontak antar molekul yang lebih luas dari selulosa,
dan ikatannya lemah sehingga mudah dihidrolisis (Oshima, 1965).

Gambar 2.1 Monomer Penyusun Hemiselulosa

Reaksi yang terjadi untuk mendegradasi xilan, dibutuhkan kerja sama dari
beberapa enzim hidrolitik. Dua enzim yang berperan penting untuk memecah
xilan menjadi xilosa adalah endo-1,4-β-xylanase dan xylan 1,4-β-xylosidase.

3|Page
Endo-1,4-β-xylanase bekerja dalam merusak ikatan non kovalen pada
struktur polimer hemiselulosa sehingga diperoleh xilan individu kemudian
xilan tersebut kembali dipecah menjadi monosakarida dengan bantuan enzim
xylan 1,4-β-xylosidase sehingga menghasilkan xilosa dan arabinosa. Jika
reaksi masih terjadi maka akan dihasilkan turunan dari xilosa, yaitu furfural
seperti pada gambar 6. Furfural merupakan produk yang tidak diharapkan
karena dapat menghambat proses degradasi senyawa lainnya. Hal itu dapat
terjadi jika proses degradasi dilakukan melalui hidrolisis asam (Fengel dan
Wegener, 1995).

Gambar 2.2 Struktur Hemiselulosa dan Turunannya

Hemiselulosa merupakan polisakarida terbanyak kedua setelah selulosa yang


ditemukan pada tumbuhan. Komponen polisakaridanya baik yang linier
maupun bercabang banyak ditemukan sebagai heteroglikan pada tumbuhan
tingkat tinggi (Hilge et al., 1996 dalam Saha 2003). Berdasarkan komposisi
gulanya, hemiselulosa diklasifikasikan sebagai xilan, manan,
arabinogalaktan, dan arabinan. Hemiselulosa bersama-sama dengan selulosa
dan lignin merupakan komponen terbesar penyusun struktur dinding sel
tumbuhan.

4|Page
Hemiselulosa berikatan kuat secara kovalen dan non kovalen dengan lignin
dan selulosa. Hemiselulosa banyak ditemukan dalam limbah hasil pertanian.
Komponen terbesar hemiselulosa adalah xilan, yang merupakan polimer dari
β(1-4)D-xylopiranosa (xilosa) dengan ikatan β-1,4- glikosida. Rantai xilan
bercabang, kompleks dan strukturnya tidak berbentuk kristal, sehingga
mudah dimasuki pelarut. Sebagian besar xilan terdiri atas 2-4 heteroglikan
(Puspaningsih et al., 2007).

Hemiselulosa merupakan heteropolisakarida yang mengandung berbagai


gula, terutama pentose. Hemiselulosa umumnya terdiri dari dua atau lebih
residu pentose yang berbeda. Komposis polimer hemiselulosa sering
mengandung asam uronat sehingga mempunyai sifat asam. Hemiselulosa
memiliki derajat polimerisasi yang lebih rendah, lebih mudah dibandingkan
selulosa dan tidak berbentuk serat-serat yang panjang. Selain itu, umumnya
hemiselulosa larut dalam alkali dengan konsentrasi rendah, dimana semakin
banyak cabangnya semakin tinggi kelarutannya. Hemiselulosa dapat
dihidrolisis dengan enzim hemiselulase (xylanase) (Kusnandar, 2010).

Hemiselulosa merupakan kelompok polisakarida heterogen dengan berat


molekul rendah. Jumlah hemiselulosa biasanya antara 15 dan 30 persen dari
berat kering bahan lignoselulosa. Hemiselulosa relatif lebih mudah
dihidrolisis dengan asam menjadi monomer yang mengandung glukosa,
mannosa, galaktosa, xilosa dan arabinosa. Hemiselulosa mengikat lembaran
serat selulosa membentuk mikrofibril yang meningkatkan stabilitas dinding
sel. Hemiselulosa juga berikatan silang dengan lignin membentuk jaringan
kompleks dan memberikan struktur yang kuat (Suparjo, 2008).

Senyawa terbanyak pada hemiselulosa adalah xilan. Xilan dapat dihidrolisis


menjadi monomernya secara enzimatik. Komposisi penyusun xilan sangat
heterogen dan tergantung pada jenis tumbuhannya. Oleh karena itu enzim
yang mampu menghidrolisisnya juga sangat beragam dan kompleks. Enzim

5|Page
yang digunakan untuk menghidrolisis substrat hemiselulosa kaya xilan
disebut xilanase. Enzim pendegradasinya dapat dikelompokkan menjadi
enzim pendegradasi rantai utama dan enzim pendegradasi rantai cabang.
Hidrolisis sempurna xilan memerlukan aktivitas sinergis enzim-enzim
pendegradasi hemiselulosa (Puspaningsih et al., 2007).

Xilanase merupakan enzim yang mempunyai manfaat cukup luas dalam


kehidupan manusia terutama dalam berbagai industri penting. Hal ini
dikarenakan kemampuannya dalam memodifikasi dan mengubah bahan-
bahan organik dari tumbuhan. Salah satu prospek pemanfaatan xilanase
adalah penggunaannya dalam industri pulp (bubur kertas) dan kertas, yaitu
pada tahap pemutihan (bleaching) pulp. Dalam proses ini, xilanase yang
digunakan mempunyai karakteristik khusus yaitu optimum pada pH tinggi
(alkali) dan bebas dari aktivitas selulase. Hal ini dikarenakan pengolahan
kayu menjadi pulp dalam industri pulp dan kertas umumnya menggunakan
larutan alkali sehingga pH pulp yang dihasilkan masih tinggi.

Gambar 2.3 Struktur Xylan dan Xylanase

6|Page
2.2 Struktur Hemiselulosa
Berikut merupakan struktur unit-unit penyusun hemiselulosa

Gambar 2.4 Struktur unit-unit penyusun hemiselulosa (Ibrahim, 1998).

Hemiselulosa yang terkandung pada hardwood utamanya adalah xilan (15%–


30%) yang terdiri atas unit-unit xilosa yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4-
glikosida dengan percabangan berupa unit asam 4-0-methylglucuronic dan
ikatan α-(1,2)-glikosida. Gugus O-asetil terkadang menggantikan gugus OH
pada posisi C2 dan C3. Pada softwood kandungan hemiselulosa terbesar
adalah galakto-glukomanan (15%-20%), xilan (7%-10%), dan gugus asetil.
Xilan pada softwood memiliki cabang berupa unit arabiofuranosa yang
dihubungkan oleh ikatan α-(1,3)-glikosida (Ibrahim, 1998).

7|Page
Gambar 2.5 Struktur A. hardwood, dan B. softwood (Ibrahim, 1998)

Gambar 2.6 contoh struktur hemiselulosa; a. 0-acetil-4-0-methylglucuronoxylan


dari hardwood, dan b. 0-acetyl-galactoglukomannan dari softwood (Perez, et al.,
2002)

2.3 Sifat Fisik Hemiselulosa


Molekul hemiselulosa mudah menyerap air, bersifat plastis dan mempunyai
permukaan kontak antar molekul yang lebih luas, sehingga dapat
memperbaiki ikatan antar serat pada pembuatan kertas. hemiselulosa
mempunyai sifat mudah membengkak kalau terkena air karena sifat hidrofil

8|Page
dan keadaan inilah yang membantu proses penggilingan. Oleh karena itu,
dalam batas-batas tertentu adanya hemiselulosa justru dikehendaki di dalam
pulp untuk kertas. Keberadaan hemiselulosa mereduksi waktu dan tenaga
yang diperlukan untuk melunakkan serat selama proses dalam air.

2.4 Sifat Kimia Hemiselulosa


Hemiselulosa merupakan heteropolisakarida yang tergolong polimer organik
dan relatif mudah dioksidasi oleh asam menjadi komponen–komponen
monomer yang terdiri dari D Glukosa, D manosa, D-xylosa, L-arabinosa dan
sejumlah kecil L-ramnosa disertai oleh asam D glukuronat, asam 4-O-metil-
D-glukoronat dan asam D-galakturonat. Hemiselulosa bersifat non kristalin
dan tidak bersifat serat, mudah mengembang, oleh karena itu hemiselulosa
sangat berpengaruh terhadap terbentuknya jalinan antar serat pada saat
pembentukkan lembaran, lebih mudah larut dalam pelarut alkali dan lebih
mudah dihidrolisis dengan asam.

Hemiselulosa mirip dengan selulosa yang merupakan polymer gula. Namun


berbeda dengan selulosa yang hanya tersusun dari glukosa, hemiselulosa
tersusun dari bermacam-macam jenis gula. Monomer gula penyusun
hemiselulosa terdiri dari monomer gula berkarbon 5 (C-5) dan 6 (C-6),
misalnya: xylosa, mannose, glukosa, galaktosa, arabinosa dan sejumlah kecil
rhamnosa, asam glukoroat, asam metal glukoronat dan asam galaturonat.
Xylosa adalah salah satu gula C-5 dan merupakan gula terbanyak kedua di
biosfer setelah glukosa. Kandungan hemiselulosa di dalam biomassa
lignoselulosa berkisar antara 11% hinga 37 % (berat kering biomassa).
Hemiselulosa lebih mudah dihidrolisis daripada selulosa, tetapi gula C-5
lebih sulit Difermentasi.

Perbedaan hemiselulosa dengan selulosa yaitu hemiselulosa mudah larut


dalam alkali tapi sukar larut dalam asam, sedang selulosa adalah sebaliknya.
Hemiselulosa juga bukan merupakan serat-serat panjang seperti selulosa.
Hasil hidrolisis selulosa akan menghasilkan D-glukosa, sedangkan hasil

9|Page
hidrolisis hemiselulosa akan menghasilkan D-xilosa dan monosakarida
lainnya (Winarno, 1984).

Menurut Hartoyo (1989), hemiselulosa tersusun dari gabungan gula-gula


sederhana dengan lima atau enam atom karbon. Degradasi hemiselulosa
dalam asam lebih tinggi dibandingkan dengan delignifikasi dan hidrolisis
dalam suasana basa tidak semudah dalam suasana asam. Dengan adanya
hemiselulosa mengurangi waktu dan tenaga yang diperlukan untuk
melunakkan serat selama proses mekanis dalam air.

Tabel 2.1. Kelarutan masing-masing komponen

Tabel 2.2. Sifat kimia selulosa, hemiselulosa, dan lignin

10 | P a g e
2.5 Tumbuhan Yang Mengandung Hemiselulosa
Lignoselulosa tersusun dari microfibril-mikrofibril selulosa yang membentuk
kluster-kluster, dengan ruang antar microfibril terisi dengan hemiselulosa,
dan kluster-kluster tersebut terikat kuat menjadi satu kesatuan oleh lignin
(Soerawidjaja dan Amiruddin, 2007). Secara umum ada 2 jenis kayu, yang
mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin yakni softwood dan
hardwood. Berikut parameter ciri softwood dan hardwood:

Tabel 2.3. Parameter ciri softwood dan hardwood

Tabel 2.4. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dari beberapa jenis
tumbuhan

11 | P a g e
2.6 Cara Mengekstrak Hemiselulosa
Berikut merupakan langkah-langkah dalam mengekstrak kandungan
hemiselulosa pada lignoselulosa :

Pertama, dilakukan pemisahan terhadap lignin dan ekstraktif lain dengan


menggunakan pelarut (proses delignifikasi). Pelarut yang digunakan harus
mampu melarutkan sebagian besar lignin dan kemudian dapat dipisahkan
kembali dengan mudah.

Kedua, setelah dilakukan pelarutan komponen lignin selanjutnya dilakukan


hidrolisis terhadap hemiselulosa dalam bentuk monomernya (xylosa). Asam
yang sering digunakan dalam hidrolisis yakni asam klorida encer, dengan
temperature 100 – 108 °C dan asam asetat encer, dengan temperature 130 –
150°C. Setelah di hidrolisis diambil cairan hidrolisat yang mengandung
hemiselulosa yang telah terpisah dari lignin dan selulosa untuk di proses lebih
lanjut.

2.7 Aplikasi Hemiselulosa Dalam Bidang Industri


1. Penghilangan Hemiselulosa Serat Bambu Secara Enzimatik Untuk
Pembuatan Serat Bambu
Proses penghilangan hemiselulosa dan lignin dari serat bambu atau
degumming dengan menggunakan selulase dan xilanase dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis bambu yang sesuai
dalam proses degumming serat bambu didasarkan atas mutu dan untuk
menentukan konsentrasi enzim xilanase terbaik untuk hidrolisis
hemiselulosa serat bambu terpilih. Bambu yang digunakan adalah bambu
kuning, bambu tali, dan bambu hitam. Penelitian dilakukan dengan
menghidrolisis serat bambu secara enzimatik dan mengukur rendemen,
kadar selulosa, kadar hemiselulosa, dan kadar gula pereduksi. Hidrolisis
serat bambu menggunakan konsentrasi selulase 25 U/g dan xilanase 50
sampai dengan 500 U/g. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bambu
kuning mempunyai kandungan selulosa dan hemiselulosa yang paling

12 | P a g e
mudah terhidrolisis menghasilkan gula pereduksi tertinggi dengan
penurunan kadar selulosa sebesar 6,40% dan dengan penurunan
hemiselulosa sebesar 12,71%. Konsentrasi xilanase terbaik untuk
menghidrolisis bambu kuning adalah sebesar 400 U/g yang dapat
menghidrolisis hemiselulosa sebesar 54,31% selama 24 jam.

2. Pirolisis Isotermal Sludge Cake Dan Pulp Reject Pabrik Pulp Kraft
Sludge cake hasil pengolahan air limbah dan pulp reject dari pabrik pulp
kraft merupakan sumber energi terbarukan. Penelitian ini mengevaluasi
pengaruh suhu terhadap pirolisis untuk mengkonversi sludge cake dan
pulp reject menjadi produk tar dan arang. Sludge cake memiliki
komposisi (adb): air lembab 9,08%, zat terbang 57,53%, karbon tetap
8,72% dan abu 24,67% dengan nilai kalor 2931 kal/g, sedangkan pulp
reject mengandung air lembab 9,42%, zat terbang 68,16%, karbon tetap
17,00% dan abu 5,42% dengan nilai kalor 3656 kal/g. Kandungan zat
terbang yang tinggi menjadikan sludge cake dan pulp reject berpotensi
menghasilkan tar. Puncak pirolisis tercapai pada 349oC untuk sludge
cake dan 300oC untuk pulp reject. Konversi mencapai 30% pada 300oC
dan 80-90% pada 400oC, dengan hasil tar mencapai 39% untuk sludge
cake dan 47% untuk pulp reject. Pada suhu >400oC tar yang terbentuk
terdekomposisi menjadi gas pirolisis. Perbedaan komposisi bahan dan
kenaikan suhu pirolisis mempengaruhi komposisi tar yang dihasilkan.
Hasil arang pirolisis 300-500oC tidak berbeda jauh, baik pada sludge
cake maupun pulp reject. Semua komponen zat terbang pada sludge cake
maupun pulp reject habis tergedradasi dalam waktu tinggal 60 menit.

3. Analisis Kadar Komponen Kimia Pelepah Sawit Varietas Dura Sebagai


Bahan Baku Pulp Yang Diterapkan Pada Pembelajaran Kimia

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar komponen kimia yang


meliputi zat ekstraktif, lignin, holoselulosa dan α-selulosa pelepah sawit
varietas dura, menjelaskan pengaruh bagian pelepah sawit varietas dura

13 | P a g e
terhadap kadar ekstraktif, lignin, holoselulosa dan α-selulosa,
membandingkan perbedaan kadar komponen kimia antar bagian pangkal,
tengah dan ujung dari pelepah sawit varietas dura, mengindentifikasi
gugus fungsi yang ada pada sampel (lignin, holoselulosa dan α-selulosa)
dengan menggunakan metode spektroskopi FTIR, membandingkan
pengaruh perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberi
pengembangan konsep makromolekul dengan melihat video yang
diaplikasikan pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) terhadap cara
berfikir kritis siswa Olimpiade Kimia. Zat ekstraktif, holoselulosa, α-
selulosa dan lignin dianalisis dengan menggunakan Tappi Test methode
:204, T 203, T:222 serta diidentifikasi dengan spektroskopi FTIR. Hasil
penelitian Kadar komponen kimia pada pelepah sawit varietas dura
menurut bagiannya dari pangkal, tengah, ujung berturut-turut dengan
rerata untuk kadar zat ekstraktif 8,92%, 7,80% , 7,23%. Lignin 24,89 %,
26,87 %, 24,17 %. Holoselulosa 84,11 %, 83,47 %, 82,24% dan α- selulosa
45,76 %, 45,76 %, 45,54%. Penelitian pendidikan dengan desain one-
group pretes-postes. Penelitian pendidikan dilakukan dengan melakukan
proses pembelajaran menggunakan Video dan LKPD sesuai dengan
keterampilan berpikir kritis. Pada implementasi dalam pembelajaran
terdapat perbedaan pada hasil belajar kimia sebelum dan sesudah proses
pembelajaran menggunakan video dan LKPD. Rata-rata nilai pretest 42,25
sedangkan rata-rata postest sebesar 83,50 dan terdapat peningkatan hasil
belajar setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan Video dan
LKPD secara signifikan sebesar 41.25.

14 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN

Hemiselulosa merupakan polisakarida terbanyak kedua setelah selulosa yang


ditemukan pada tumbuhan. Berdasarkan komposisi gulanya, hemiselulosa
diklasifikasikan sebagai xilan, manan, arabinogalaktan, dan arabinan.
Hemiselulosa bersama-sama dengan selulosa dan lignin merupakan
komponen terbesar penyusun struktur dinding sel tumbuhan.
Hemiselulosa di industri banyak digunakan sebagai berikut :
1. Penghilangan Hemiselulosa Serat Bambu Secara Enzimatik Untuk
Pembuatan Serat Bambu
2. Pirolisis Isotermal Sludge Cake Dan Pulp Reject Pabrik Pulp Kraft

3. Analisis Kadar Komponen Kimia Pelepah Sawit Varietas Dura Sebagai


Bahan Baku Pulp Yang Diterapkan Pada Pembelajaran Kimia

15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Astuti,Sri,dkk. 2018.”Analisis Kadar Komponen Kimia Pelepah Sawit Varietas


Dura Sebagai Bahan Baku Pulp Yang Diterapkan Pada Pembelajaran
Kimia”.Pascasarjana Pendidikan IPA FKIP dan Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu

Hartoyo. 1989. Diktat kimia kayu. Pusat penelitian dan pengembangan hasil hutan
dan social ekonomi kehutanan.Bogor.

Ibrahim, M. 1998. Clean Fractionation of biomass – steam explosion and


extraction. Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State
University.

Kusnandar. 2010. Kimia Pangan Mikro. Jakarta : Dian Rakyat.

Lamtiar, Hotni. dkk. 2015.“Isolasi Lignin dari Jerami Padi dengan Metoda
Klason”.Program Studi Teknik Kimia S1, Fakultas Teknik Universitas
Riau.

Perez et al. 2002. Biodegradation and biological treatments of cellulose,


hemicellulose and lignin: an overview. Int Microbiol. 5:53-63.

Puspaningsih, et al. 2007. Hidrolisis beberapa jenis xilan dengan enzim xilanolitik
termofilik rekombinan. Berk. Penel.Hayati: 12 (191-194), 2007.

Saha, Badal C. 2003. Hemicellulose bioconversion. J Ind Microbiol Biotechnol.


(2003) 30: 279-291 DOI 10.1007/s10295-003-0049-x

16 | P a g e
Soerawidjaja dan Amiruddin. 2007. Mengantisipasi pemanfaatan bahan
lignoselulosa untuk pembuatan bioethanol : peluang dan tantangan.
Seminar nasional diversifikasi sumber energi untuk mendukung kemajuan
industry dan sistem kelistrikan nasional, UNS-Surakarta.

Suparjo. 2008. Degradasi komponen lignoselulosa oleh kapang pelapuk putih. Jajo.
Wordpress.com.

Suparno, Uno.dkk. 2017. “Penghilangan Hemiselulosa Serat Bambu Secara


Enzimatik Untuk Pembuatan Serat Bambu”. Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Syamsudin,dkk. 2016.” Pirolisis Isotermal Sludge Cake Dan Pulp Reject Pabrik
Pulp Kraft”. Balai Besar Pulp dan Kertas. Bandung

Winarno, F.G. 1984. Pengantar teknologi pangan. Jakarta : Gramedia.

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai