Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi pemisahan menggunakan membran semakin


berkembang pesat dari tahun ke tahun. Pemanfatan
membran sebagai proses pemisahan dapat dijumpai pada
hampir semua industri, baik industri pupuk, industri tekstil,
makanan, dan minuman dan sebagainya. Membran
merupakan suatu lapisan tipis selektif dan semipermiabel
yang berada diantara dua fasa, yaitu fasa umpan dan fasa
permeat. Fasa umpan atau konsentrat mengandung
komponen yang tertahan, sedangkan fasa permeat
mengandung komponen yang lolos melalui membran.
Pemisahan dicapai karena membran mempunyai
kemampuan untuk melewatkan suatu komponen, yang
ukurannya lebih kecil dari pori membran. Kinerja membran
ditentukan oleh dua parameter yaitu selektifitas dan laju alir
(fluks) pada membran (Mulder, 1996).

Teknologi membran memiliki banyak keunggulan.


Keunggulan tersebut yaitu pemisahan dengan membran

1
tidak membutuhkan zat kimia tambahan dan juga
kebutuhan energinya sangat minimum. Beberapa material
membran terus dikembangkan untuk menghasilan
membran yang baik dalam proses fitrasi diantaranya
membran keramik (Mulder, 1996). Saat ini, aplikasi dari
membran keramik telah mengalami peningkatan yang
pesat dikarenakan membran keramik memiliki kemampuan
yang baik dalam proses pemisahan serta stabilitas termal
dan mekanik (Hristov et al., 2012).

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,


membran keramik merupakan salah satu alat yang bisa
dimanfaatkan untuk pemisahan gas. Ketahanan membran
keramik terhadap temperatur yang tinggi membuat material
ini sangat disukai untuk pemisahan gas pada suhu tinggi,
khususnya dalam kombinasi dengan reaksi kimia dimana
membran digunakan sebagai katalis maupun pembawa
selektif yang akan memisahkan komponen yang sudah
dibentuk. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas
membran keramik sebagai media yang akan digunakan
untuk mengetahui daya adsorbsi gas H2S yang terdapat
pada gas alam.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam masalah ini yaitu:
1. Bagaimana sintesis membran keramik?
2. Bagaimanakah daya adsorbsi gas H2S pada membran
keramik?

2
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses sintesis membran keramik
2. Untuk mengatahui daya adsorbsi gas H2S pada
membran keramik.

3
BAB II

URAIAN

2.1 Membran keramik

Membran keramik adalah membran yang terbentuk dari


kombinasi logam (aluminium, titanium, zirkonium) dengan
non logam dalam bentuk oksida, nitrida atau karbida.
Contohnya adalah pada membran alumina atau zirkonia.
Pada membran keramik susunan, bentuk, dan ukuran pori
menjadi kunci karakterisasi membran, karena bentuk dan
ukuran partikel bahan mentah sangat menentukan susunan,
ukuran, dan bentuk dari pori membran. Beberapa tahun
terakhir ini, perkembangan membran keramik semakin
pesat untuk berbagai proses pemisahan dan pemekatan.
Sebab, membran keramik memiliki keunggulan yaitu
kestabilan termal,kimia ,dan mekanik yang cukup tinggi.
Sehingga membran keramik tersebut memiliki waktu
pemakaian (life-time) yang lama dan mudah dilakukan
pencucian (Bave, 1991).

Membran keramik banyak digunakan untuk proses


mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi, bahkan untuk pemisahan gas

4
yang memerlukan suhu tinggi. Ketahanan membran keramik
terhadap temperatur yang tinggi membuat material ini
sangat disukai untuk pemisahan gas pada suhu tinggi,
khususnya dalam kombinasi dengan reaksi kimia dimana
membran digunakan sebagai katalis maupun pembawa
selektif yang akan memisahkan komponen yang sudah
dibentuk. Fluks membran keramik secara langsung
berhubungan dengan porositas, dimana membran keramik
yang bagus adalah membran dengan porositas tinggi, tetapi
tidak menurunkan kekuatan mekanik membran tersebut.
Porositas membran keramik dapat ditingkatkan dengan
aglomerisasi partikelpartikel bahan keramik pada tahap awal
pemprosessan, yaitu pada saat pembentukan adonan
(suspensi) dan proses pencetakan. Dalam proses
pembuatannya membrane keramik dapat menghasilkan
ukuran pori-pori yang sama. Membran keramik mempunyai
aplikasi yang sangat luas, baik dilaboratorium
maupun industri. Membran keramik banyak digunakan
dalam industri karena memiliki banyak kelebihan
dipandingkan dengan membrane polimer, yaitu mempunyai
ketahan kimiawi, ketahan mekanik, dan juga ketahanan
termal yang lebih baik.

Membran keramik banyak diaplikasikan pada proses


pemisahan gas pada industri gas dan minyak bumi,
pemurnian air, pemurnian oksigen, klarifikasi dan sterilisasi
produk minuman, material pendukung katalis, sensor,
penyekat termal, dan sebagainya. (Anonim, 2012)

5
2.2 Sintesis Membran Keramik

Membran keramik merupakan media yang akan


digunakan untuk mengetahui daya adsorbsi gas H2S yang
terdapat pada gas alam, dengan menggunakan adsorber
yang berbentuk vessel, gas alam masuk melalui bagian
bawah adsorber melewati membran keramik yang
terdapat didalamnya, keluaran dari atas vessal
diharapkan akan menghasilkan kadar H2S yang lebih
rendah.

Adapun proses pembuatannya sebagai berikut:

1. Siapkan bahan-bahan yang akan digunakan berupa


tanah liat, zeolit, zink oxide, dan semen putih.

2. Haluskan setiap bahan dengan menggunakan mortar


sehingga berukuran 150 mesh.

3. Saring bahan-bahan yang telah dihaluskan agar tidak


terdapat partikel-partikel padat yang masih kasar.

4. Lakukan pencampuran dengan perbandingan


komposisi Membran keramik A (75% tanah liat, 10%
ZnO, 10% Zeolit, 5% semen putih), membran keramik
B (75% tanah liat, 15% ZnO, 5 % Zeolit, 5% semen
putih), membran keramik C (70% tanah liat, 20% ZnO,
5% Zeolit, 5% semen putih), dan membran keramik D
(75% tanah liat, 25% ZnO, 5% semen putih).

5. Cetak semua jenis membran.

6
6. Keringkan campuran yang telah dicetak selama 3-5
hari dengan panas matahari.

7. Lakukan pembakaran dengan mengunakan furnace


pada suhu 700oC s.d. 900oC.

Pada pengeringan langkah 5 berbeda dengan 6, untuk


langkah 5 berfungsi untuk mengurangi kandungan air
pada permukaan membran sehingga cukup dengan sinar
matahari. Sedangkan untuk langkah 6 merupakan proses
kalsinasi yang diperlukan sebagai penyiapan serbuk
untuk diproses lebih lanjut dan juga untuk mendapatkan
ukuran partikel yang optimum serta menguraikan
senyawa-senyawa dalam bentuk garam atau dihidrat
menjadi oksida, membentuk fase Kristal. Peristiwa yang
terjadi selama proses kalsinasi antara lain (james
S.R,1988):

1. Pelepasan air bebas (H2O) dan terikat (OH)


berlangsung sekitar suhu 100oC hingga 300oC.
2. Pelepasan gas-gas, seperti : CO2 berlangsung sekitar
suhu 600oC dan pada tahap ini disertai terjadinya
pengurangan berat yang cukup berarti.
3. Pada suhu lebih tinggi, sekitar 800oC struktur
kristalnya sudah terbentuk, dimana pada kondisi ini
ikatan diantara partikel serbuk belum kuat dan mudah
lepas.

7
2.3 Analisa H2S dengan Metode Titrasi Iodometri

Iodimetri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor


seperti natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan
larutan iodin baku secara langsung. Iodometri adalah
analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor dengan
penambahan larutan iodin baku berlebihan dan
kelebihannya dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat
baku. Pada titrasi iodimetri titrasi oksidasi reduksinya
menggunakan larutan iodum. Artinya titrasi iodometri
suatu larutan oksidator ditambahkan dengan kalium
iodida berlebih dan iodium yang dilepaskan (setara
dengan jumlah oksidator) ditirasi dengan larutan baku
natrium tiosulfat. Adapun dalan analisa H2S
menggunakan metode titrasi iodometri adalah sebagai
berikut :

1. Masukkan Cd asetat 1% (Cd (CH3COOH)2.2H2O) ke


dalam Erlenmeyer 500 ml sebanyak 150 ml.

2. Tambahkan NaOH sebanyak 5 ml.

3. Masukkan penyebar gas alam sampai ke permukaan


penyebar gas alam terendam ke dalam larutan.

4. Alirkan gas alam dengan kecepatan 3 liter/menit


menggunakan Wet Test Meter (WTM) sampai 40 liter

5. Tambahkan larutan iodin 0,01 N sebanyak 20 ml


dengan menggunakan pipet ukur.

8
6. Tambahkan larutan HCl sebanyak 10 ml dengan
menggunakan pipet ukur.

7. Titrasi dengan menggunakan larutan Na2S2O3 0,01 N


sampai larutan berwarna kuning gading.

8. Tambahkan indikator starch.

9. Lakukan titrasi kembali dengan larutan Na2S2O3 0,01 N


sampai larutan tidak berwarna.

2.4 Hidrogen Sulfida (H2S)

Hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas yang tidak


berwarna dan berbau tidak enak, seperti bau telur busuk.
Gas ini banyak dihasilkan pada proses letusan gunung
berapi, peruraian senyawa organik oleh bakteri anaerob,
dan gas alam yang keluar bersama-sama dengan uap air
panas dari perut bumi. Selain itu, gas ini juga dihasilkan
pada proses industri (misalnya pabrik kertas) dan
pengolahan limbah.

Pada konsentrasi yang relatif rendah gas H2S dapat


menyebabkan iritasi pada sel-sel sensorik, sedangkan
pada konsentrasi yang tinggi gas tersebut dapat merusak
syaraf pusat. Selain itu, gas H2S dapat memudarkan
warna cat, dan memudarkan warna paduan logam
kuningan serta logam perak. Di udara, gas H2S mudah
teroksidasi menghasilkan gas SO2, sehingga gas H2S
hanya berumur antara satu sampai dua hari saja.
(Prodjosantoso, 2011)

9
Apabila gas H2S dilepaskan ke atmosfer, maka akan
beraksi dengan oksigen kemudian akan membentuk gas
SO2 yang beracun dan dapat menyebabkan hujan asam
yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Reaksinya
adalah sebagai berikut:

Sifat Fisik dan Kimia H2S :


a. Keadaan fisik : Gas
b. Penampilan : Gas tak berwarna. Cairan
tak berwarna pada suhu rendah atau pada tekanan
tinggi.
c. Massa molekuler : 34 g/mol
d. Warna : Tak warna.
e. Bau : Bau seperti telur busuk.
Bau bisa bertahan lama. Peringatan bersifat ringan
pada konsentrasi rendah.
f. Ambang bau : Ambang bau bersifat
subjektif
g. Titik lebur : -86 ° C
h. Titik didih : -60,3 ° C
i. Suhu kritis : 100,4 °C
j. Suhu pengapian otomatis : 260 °C
k. Flammability (padat, gas) : 4.3 - 46 vol%
l. Tekanan uap : 1880 kPa
m. Tekanan kritis : 8940 kPa

10
n. Kerapatan gas relatif : 1.2
o. Kelarutan Air : 3980 mg / l
p. Kelompok gas : Gas cair
q. Informasi tambahan : Gas / uap lebih berat dari
udara.Dapat terakumulasi di ruang tertutup, terutama
pada atau di bawah permukaan tanah.

Stabilitas dan reaktivitas :


a. Reaktivitas
Tidak ada bahaya reaktivitas.
b. Stabilitas kimia
Stabil dalam kondisi normal.
c. Kemungkinan reaksi berbahaya
Bisa bereaksi hebat dengan oksidan. Bisa membentuk
campuran peledak dengan udara.
d. Kondisi yang harus dihindari
Hindari kelembaban pada sistem instalasi. Jauhkan
dari panas / percikan api / lidah api terbuka /
permukaan yang panas.

Angka Bahaya untuk H2S :


a. Bahaya kesehatan :
4 - Paparan yang sangat pendek dapat menyebabkan
kematian atau luka sisa yang serius meskipun segera
diberikan perawatan medis.
b. Bahaya kebakaran :
4 – Dapat dengan cepat menguap pada tekanan dan
suhu normal, atau segera terdispersi di udara dan
akan terbakar dengan mudah.

11
c. Reaktivitas :
0 - Biasanya stabil, bahkan di bawah kondisi
pemaparan api, dan tidak reaktif dengan air.
(PRAXAIR, 2016)

2.5 Mekanisme Penyerapan Gas H2S oleh Membran Keramik

Setiap proses pemisahan membran ditandai dengan


penggunaan membran untuk mencapai pemisahan
tertentu. Membran memiliki kemampuan untuk
mengangkut salah satu komponen atau lebih mudah
dipisahkan dari komponen yang lain berdasarkan
perbedaan sifat fisik atau kimia antara membran dan
komponen menyerap.

Membran merupakan alat pemisah berupa penghalang


yang bersifat selektif yang dapat memisahkan dua fase
dari berbagai campuran. Campuran tersebut dapat
bersifat homogen atau heterogen dan dapat berupa
padatan, cairan maupun gas. Proses pemisahan dengan
membran terjadi karena adanya driving force yang
mengakibatkan adanya perpindahan suatu zat melalui
membran. (Mulder, 1996)

Membran keramik banyak digunakan dalam industri


karena memiliki banyak kelebihan dipandingkan dengan
membran polimer, yaitu mempunyai ketahan kimiawi,
ketahan mekanik, dan juga ketahanan termal yang lebih
baik.

12
Gambar 2.1 Proses pemisahan gas H2S dengan menggunakan
membran (Sumber : http://www.mtrinc.com/h2s_removal.html)

Agar gas alam yang akan dipisahkan kandungan H2S nya


dapat melewati permukaan membran, pertama-tama gas harus
dilarutkan pada bagian dengan tekanan tinggi pada membran,
berdifusi melalui dinding membran, dan terevaporasi dari
bagian dengan tekanan rendah. Pemisahan gas tersebut
berkerja dengan prinsip bahwa gas yang akan dimurnikan lebih
mudah larut, dan dapat melewati dengan mudah membran
keramik daripada gas lainnya.

Pada proses membran, feed gas di pretreatment sebelum


memasuki membran untuk mendapatkan operasi yang efisien.
Proses preteratment bergantung kepada kondisi dan komposisi
feed gas. Biasanya untuk gas alam, feed gas di filter untuk
menghilangkan pengotor yang masuk. Beberapa condense
liquid dihilangkan dengan gas/liquid separator. Setelah liquid
dihilangkan, kemudian feed gas memasuki feed preheater.
Kemudian, gas yang tekah dipanaskan memasuki membran
separator dimana akan dipisahkan menjadi 2 stream, yaitu
permeate (low ressure H2S-rich stream) dan non permeate
(high hydrocarbon rich stream).

13
Proses pemisahan gas H2S dengan membrane dapat dilakukan
dengan satu atau 2 stage.

Gambar 2.2 Jumlah Stage Proses Pemisahan Gas dengan


Membran

Dalam beberapa kasus, sistem dengan dua stage lebih banyak


digunakan untuk mendapatkan komponen yang akan
dipisahkan.

14
BAB III
KESIMPULAN

15

Anda mungkin juga menyukai