Selulosa dan hemiselulosa adalah dua jenis polimer alam yang banyak ditemukan di
dinding sel tanaman dan merupakan komponen penting dari bahan lignoselulosa alami.
Tapi, dua komponen ini berbeda dalam komposisi kimia dan struktur. Perbedaan utama
antara selulosa dan hemiselulosa adalah yaitu selulosa merupakan molekul polisakarida
organik sedangkan hemiselulosa adalah matriks polisakarida.
Perbedaan Hemiselulosa dengan Selulosa yaitu : Hemiselulosa mudah larut dalam alkali tapi
sukar larut dalam asam, sedangkan selulosa adalah sebaliknya.
Hemiselulosa bukan merupakan serat-serat panjang seperti selulosa. Hasil hidrolisis selulosa
akan menghasilkan D-glukosa, sedangkan hasil hidrolisis hemiselulosa menghasilkan D-xilosis
dan monosakarida. Kandungan hemiselulosa yang tinggi memberikan kontribusi pada ikatan
antara serat, karena hemiselulosa bertindak sebagai perekat dalam setiap serat tunggal.
Hemiselulosa kayu lunak tersusun atas galaktoglukomanan (15-20%) dan xylan (7-10%). Xylan
kayu lunak adalah arabio 4 0 - methylglucuronoxylan, dimana tidak terasetilasi, tapi rangka
xylan disubtitusi pada karbon 2 dan 3 secara berurutan dengan asam 4 0 - methyl - D
glucuronic dan residu L arabinofuranosyl.
Struktur:
Hemiselulosa: hemiselulosa mengandung rantai lebih pendek dari 500-3,000 unit gula
dan merupakan polimer bercabang.
Sifat:
Selulosa: Selulosa memiliki struktur yang kuat, kristal dan tahan terhadap hidrolisis.
Berbeda dengan hemiselulosa, ini memiliki berat molekul tinggi. Selulosa bertindak
sebagai bahan pendukung dalam dinding sel tanaman.
Aplikasi:
Selulosa: selulosa dalam jumlah besar terutama digunakan untuk memproduksi kertas
karton dan kertas. Jumlah yang lebih kecil diubah menjadi berbagai macam produk
derivatif seperti plastik dan rayon. Konversi selulosa menjadi biofuel seperti etanol
selulosa adalah pada tahap penelitian untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar
alternatif. Bubur kayu dan kapas merupakan sumber selulosa utama untuk aplikasi
industri.
Hemiselulosa: Hal ini digunakan sebagai film dan gel dalam kemasan. Sejak,
hemiselulosa adalah non-beracun dan bio-degradable digunakan dalam film-film yang
dapat dimakan untuk melapisi bahan makanan untuk menjaga tekstur dan rasa. Dan
juga, digunakan sebagai serat makanan.
Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan suatu polisakarida lain yang terdapat dalam tanaman dan tergolong
senyawa organik. Hemiselulosa bersifat nonkristalin dan tidak bersifat serat, mudah
mengembang karena itu hemiselulosa sangat berpengaruh terhadap terbentuknya jalinan
antara serat pada saat pembentukan lembaran, lebih mudah larut dalam pelarut alkali dan
lebih mudah dihidrolisis dengan asam menjadi komponen monomernya yang terdiri dari D-
glukosa, Dmanosa, D-galaktosa, D-silosa dan L-arabinosa (Humala Simanjuntak, 2007).
Hemiselulosa berfungsi sebagai bahan pendukung dalam dinding sel dan berlaku sebagai
perekat antara sel tunggal yang terdapat didalam batang pisang dan tanaman lainnya.
Hemiselulosa adalah polisakarida pada dinding sel tanaman yang larut dalam alkali dan
menyatu dengan selulosa. Hemiselulosa terdiri atas unit D-glukosa, D-galaktosa,D-
manosa, D-xylosa, dan L-arabinosa yang terbentuk bersamaan dalam kombinasi dan
ikatan glikosilik yang bermacam-macam. Hemiselulosa terdapat bersama-sama dengan
selulosa dalam struktur daun dan kayu dari semua bagian tanaman dan juga dalam biji
tanaman tertentu. Hemiselulosa yang terhidrolisis akan menghasilkan heksosa, pentosa
dan asam uronat. Hemiselulosa dihidrolisa oleh jasad renik dalam saluran pencernaan
dengan enzim hemiselulase, hasil akhir fermentasinya adalah VFA.
Jumlah hemiselulosa biasanya antara 15-30% dari berat kering bahan lignoselulosa.
Hemiselulosa mengikat lembaran serat selulosa membentuk mikrofibril yang
meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga berikatan silang dengan lignin
membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur yang kuat.
2. Molekulnya bercabang yang terdiri dari rantai linear dengan 2 atau tiga
cabang.
6. Hmiselulosa tidak memiliki bentuk yang sama baik dari segi komposisi
maupun tipe monomer penyusun, derajat polmerisasi dan subtitusi cabang.
Bervariasi menurut jenis dan tipe kayunya.
Struktur Hemiselulosa
Jumlah hemiselulosa biasanya antara 15-30% dari berat kering bahan lignoselulosa.
Hemiselulosa mengikat lembaran serat selulosa membentuk mikrofibril yang
meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga berikatan silang dengan lignin
membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur yang kuat (Suparjo et al.,
2008b). Berikut ini merupakan struktur hemiselulosa (Gambar 2)
Eceng gondok (Eichornia crassipes Solm) merupakan tanaman air yang memiliki kecepatan pertumbuhan
yang sangat tinggi sehingga dapat mengganggu lingkungan. Untuk mengurangi efek negatif yang
ditimbulkan perlu dilakukan pengolahan eceng gondok. Eceng gondok memiliki kadar selulosa yang
tinggi sehingga dapat dijadikan sumber selulosa alternatif dan dapat dimodifikasi menjadi turunan
selulosa seperti carboxymethyl cellulose (CMC). Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan cara isolasi
selulosa eceng gondok dan cara sintesis CMC dari selulosa eceng gondok. Penelitian ini dilakukan dua
tahap yaitu isolasi selulosa dan sintesis CMC. Isolasi selulosa dari tepung tangkai eceng gondok
menggunakan NaOH 10%; 12,5%; 15% dan 17,5% selama 3 jam pada suhu 100C. Hasil isolasi berupa
pulp dibleaching dengan perendaman dalam Na metabisulfit 3% selama 3 jam pada 60C dilanjutkan
dengan perendaman dalam NaOCl 6% selama 3 jam pada 60C. Pulp kemudian dikeringkan dan
dihaluskan. Selulosa yang dihasilkan dianalisa rendemen, kadar air dan abu, kadar selulosa, oil holding
capacity (OHC), water holding capacity (WHC), lightness, derajat depolimerisasi (DP), dan gugus
fungsional. Tahap kedua yaitu sintesis CMC dilakukan 3 perlakuan yaitu konsentrasi NaOH (6,59%; 10%;
15%; 20%; 23,41%), berat NaMCA (3,318g; 4g; 5g; 6g; 6,682g), dan suhu karboksimetilasi (46,59C; 50C;
55C; 60C; 63,41C). Untuk menguji efek kombinasi dari ketiga variabel tersebut pada derajat substitusi
(DS) CMC eceng gondok dilakukan simulasi sintesis CMC menggunakan RSM (Response Surface
Methodology) central composite design dengan 20 perlakuan.Sintesis diawali dengan proses alkalisasi
selama 1 jam pada suhu 25C, dilanjutkan dengan penambahan NaMCA selama 3 jam dan pencucian
menggunakan etanol. CMC yang diperoleh dikarakterisasi dengan parameter rendemen, DS, tingkat
kemurnian, viskositas, OHC, WHC, lightness dan gugus fungsional CMC. Berdasarkan hasil pengamatan
diketahui kondisi terbaik dalam isolasi selulosa menggunakan larutan NaOH 15% dengan rendemen
46,21%, kadar air 9,42%, kadar abu 7,37%, kadar selulosa 94,12%, lightness 81,33, OHC 3,5 g/g, DP >41
AGU, dan WHC 3,57 g/g. Kondisi optimum sintesis CMC yaitu pada konsentrasi NaOH 15% (w/v), berat
NaMCA 5g pada suhu 55C. Karakterisasi CMC yang dihasilkan berupa rendemen 153,31%, DS sebesar
0,75, OHC 3,02 g/g, WHC 4,42 g/g, lightness 64,1, kemurnian 96,92%, kandungan CMC 65,79%, pH 8,54
serta viskositas 7,49 cps. CMC yang dihasilkan termasuk dalam klasifikasi food grade.
APLIKASI SELULOSA
Selulosa merupakan unsur struktural dan komponen utama dinding sel dari pohon dan
tanaman tinggi lainnya. Selulosa ditemukan sebagai kulit bagian dalam yang terdapat
pada kayu yang berserat (serat batang) dan sebagai komponen berserat dari beberapa
tangkai daun (serat-serat daun).
Jumlah selulosa dalam serat bervariasi menurut sumbernya dan biasanya berkaitan
dengan bahan-bahan lain seperti air, lilin, pektin, protein dan mineral-mineral pada
tanaman.
Selulosa bersifat tidak larut dalam air dan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia.
Beberapa tanaman yang telah diteliti dan diketahui mengandung kadar selulosa yang
cukup tinggi antara lain kapas, umbi bit, tandan kosong dan pelepah kelapa sawit, serat
tebu, kulit pisang, kulit kakao, dan enceng gondok. Sebelum digunakan sebagai bahan
dasar untuk berbagai keperluan, selulosa perlu diisolasi dari tanaman agar didapatkan
selulosa yang bebas dari komponen lainnya seperti hemiselulosa dan lignin. Secara
umum, isolasi selulosa dilakukan melalui proses ekstraksi dengan menggunakan
larutan alkali (Abe, 2009).
Pengubahan selulosa menjadi bentuk yang larut dalam air sangat dibutuhkan dalam
aplikasinya di bidang pangan. Proses pengubahan sifat selulosa dapat dilakukan
melalui proses modifikasi kimia sehingga akan dihasilkan produk turunan selulosa
yang mempunyai nilai fungsional lebih tinggi.
Carboxymethyl Cellulose (CMC) merupakan produk turunan selulosa yang
mempunyai banyak manfaat dalam bidang teknologi pangan. CMC merupakan eter
polimer selulosa linear dan berupa senyawa anion. Struktur CMC dasar adalah 1,4-
Glukopiranosa yang merupakan polimer selulosa. Molekul CMC umumnya agak
pendek dibandingkan selulosa alami.
Proses pembuatan CMC meliputi tahapan proses alkalisasi, karboksimetilasi,
pemanasan, netralisasi, pemurnian yang meliputi pencucian dan pengeringan. Proses
alkalisasi, netralisasi, karboksimetilasi merupakan tahapan proses yang menentukan
terhadap karakteristik CMC yang dihasilkan. Pembuatan CMC meliputi tahap
alkalisasi yaitu pereaksian antara selulosa dengan NaOH (alkali), yang dilanjutkan
dengan reaksi karboksimetilasi antara alkali selulosa dengan garam sodium
monokloroasetat (Heinze dan Pfeiffer, 1999).
CMC dimanfaatkan sebagai penstabil, pengental dan pengemulsi pada bahan pangan.
Salah satu contoh penggunaan CMC adalah pada pembuatan es krim. CMC digunakan
karena mudah larut dalam adonan es krim. Menurut Winarno (1996), air yang
sebelumnya berada di luar granula dan bebas bergerak dengan adanya CMC maka tidak
dapat bergerak bebas lagi karena terserap dan terikat pada butiran-butiran CMC yang
bersifat hidrofil dan terjadi pembengkakan sehingga keadaan larutan menjadi lebih
mantap akibat terjadinya peningkatan kekentalan.
Pembentukan larutan yang lebih kental ini diharapkan dapat memperlambat
melelehnya es krim. Partikel-partikel akan terperangkap dalam sistem tersebut atau
tetap tinggal di tempatnya dan memperlambat proses pengendapan karena adanya
pengaruh gaya gravitasi (Potter, 1986). CMC juga dapat menstabilkan minuman
berprotein pada pH rendah.
Fermentasi menyebabkan terbentuknya asam yang justru akan menyebabkan
penggumpalanprotein di susu atau susu kedelai. Kompleks CMC-protein akan
meningkatkan stabilitas protein pada produk minuman susu asam atau kedelai sehingga
akan menghasilkan minuman protein flavor buah dan menstabilkan yogurt.
Bentuk alami CMC menunjukan adanya suatu interaksi di bagian positif protein pada
titik isoelektrinya atau dekat dengan titik isoelektriknya. Dari penjelasan tersebut
diketahui bahwa penambahan CMC dapat meningkatkan kualitas beberapa produk
pangan. Peningkatan kualitas tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap
peningkatan nilai ekonomi dari produk pangan yang dihasilkan