Anda di halaman 1dari 14

SELULOSA HEMISELULOSA DAN LIGNIN

OLEH :

EFRON LAMALENGGA

M1A123074

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENADARI
2023
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3

A. Pengertian Selulosa..................................................................................................3
B. Ciri-ciri Selulosa......................................................................................................4
C. Tipe-tipe Selulosa....................................................................................................4
D. Hemiselulosa............................................................................................................4
E. Lignin.......................................................................................................................5
F. Zat Ekstraktif...........................................................................................................7
G. Struktur Dari Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin..................................................8
H. Fungsi Dari Selulosa, Hemiselulosa, Lignin dan Zat Ekstraktif.............................9

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11

A. Keksimpulan............................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….12
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kayu merupakan sumber bahan baku pulp dan kertas yang paling utama, karena
mengandung kadar serat yang tinggi dibandingkan dengan tanaman berserat lainnya.
Komponen kimia kayu sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh,
iklim dan letaknya di dalam batang atau cabang. Pada komponen kimia kayu terdiri dari
selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat eksraktif masing-masing sangat dbutuhkan oleh
tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan yang mengandung selulosa cukup melimpah di Indonesia dan
merupakan sumber alam yang dapat diperbaharui dengan pembudidayaan. Selulosa
merupakan komponen yang mendominasi karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
hampir mencapai 50%, karena selulosa merupakan unsur struktural dan komponen utama
bagian yang terpenting dari dinding sel tumbuh-tumbuhan. Hemiselulosa merupakan suatu
polisakarida lain yang terdapat dalam tanaman dan tergolong senyawa organik. Casey (1960)
yang menyatakan bahwa hemiselulosa bersifat non-kristalin dan tidak bersifat serat, mudah
mengembang karena itu hemiselulosa sangat berpengaruh terhadap bentuknya jalinan antara
serat pada saat pembentukan lembaran, lebih mudah larut dalam pelarut alkali dan lebih
mudah dihidrolisis dengan asam.
Lignin adalah komponen penyusun utama dari dinding sel tumbuhan dan beberapa
algae. Lignin juga masih berikatan erat dengan selulosa dan hemiselulosa. Komponen ini
merupakan komponen rantai atau cabang panjang yang terbentuk di dalam dinding sel.
Keberadaan lignin sangat melimpah di alam yang mana merupakan komponen polimer
organic kedua terbanyak di bumi setelah selulosa. Struktur dari lignin adalah kompleks, tidak
teratur, acak, dan penyusun utamanya dari senyawa aromatic, yang mana menambah
elastisitas matrik selulosa dan hemiselulosa. Akibat dari kekompleksan inilah lignin
merupakan komponen linoselulosa yang sulit untuk dipecah. Hal ini dikarenakan struktur
kristal pada lignin lebih tinggi daripada selulosa dan hemiselulosa. Zat ekstraktif adalah zat
yang mudah larut dalam pelarut seperti: eter, alkohol, bensin dan air. Jumlah zat ekstraktif
rata-rata 3 – 8%, dari berat kayu karing tanur. Termasuk di dalamnya minyak-minyakan,
resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati dan zat warna. Zat ekstraktif tidak merupakan bagian
struktur dinding sel, tetapi terdapat dalam rongga sel.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat
ektraktif.

1
2. Untuk mengetahui struktur yang menyusun selulosa, hemiselulosa, dan lignin. 3.
untuk mengetahui fungsi dari selulosa, hemiselulosa, liginin, dan zat ektraktif.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Selulosa
Selulosa adalah zat penyusun tanaman yang jumlahnya banyak, sebagai material
struktur dinding sel semua tanaman.Selulosa adalah karbohidrat utama yang disintesis oleh
tanaman dan menempati hampir 60% komponen penyusun struktur kayu. Selulosa
merupakan serat-serat panjang yang bersama-sama hemiselulosa, pektin, dan protein
membentuk struktur jaringan yang memperkuat dinding sel tanaman. Jumlah selulosa di alam
sangat berlimpah sebagai sisa tanaman atau dalam bentuk sisa pertanian seperti jerami padi,
kulit jagung, gandum,kulit tebu dan lain-lain tumbuhan.
Secara kimia, selulosa merupakan senyawa polisakarida yang terdapat banyak di
alam.Bobot molekulnya tinggi, strukturnya teratur berupa polimer yang linear terdiri dari unit
ulangan β-D-Glukopiranosa. Karakteristik selulosa antara lain muncul karena adanya struktur
kristalin dan amorf serta pembentukan mikro fibril dan fibril yang pada akhirnya menjadi
serat selulosa. Sifat selulosa sebagai polimer tercermin dari bobot molekul rata-rata,
polidispersitas dan konfigurasi rantainya. Sebagai sumber serat, batang pisang cukup
potensial untuk di kembangkan menjadi pulp karena memiliki kandungan selulosa yang
cukup tinggi. Selulosa hampir sama dengan amilosa yaitu sama-sama polimer berantai lurus
hanya saja berbeda pada jenis ikatan glukosidanya. Selulosa bila dihidrolisis oleh enzim
selobiase yang cara kerjanya serupa denga beta- amilase akan menghasilkan dua molekul
glukosa dari ujung rantai sehingga dihasilkan selobiosa beta-1,4 - G-G.
Beberapa molekul selulosa akan membentuk mikrofibril dengan diameter 2-20 nm
dan panjang 100-40000 nm yang sebagian berupa daerah teratur (kristalin) dan diselingi
daerah amorf yang kurang teratur. Beberapa mikrofibril membentuk fibril yang akhirnya
menjadi serat selulosa. Selulosa memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan tidak larut dalam
kebanyakan pelarut. Hal ini berkaitan dengan struktur serat dan kuatnya ikatan hidrogen.
Menurut hasil diskusi, dalam penyusun kayu terdapat beberapa komponen kimia yang
menyusun kayu, Diantaranya selulosa dan hemiselulosa. Selulosa adalah suatu polisakarida
yang tersusun dari unit D-glukosa yang mempunyai tiga gugus hidroksil yang artinya tidak
larut dalam air mempunyai sifat krisnalitas yang tinggi dan berat molekulnya yang tinggi dan
selulosa juga mempunyai rantai yang panjang dan bercabang.

3
B. Ciri-Ciri Selulosa

Adapun ciri-ciri dari selulosa, adalah sebagai berikut:


a. Dapat mengembang dalam air.
b. Berbentuk kristalin.
c. Adanya kelompok fungsional yang spesifik dan dapat bereaksi dengan enzim seulotik
d. Tidak larut dalam air panas maupun dingin, juga dalam asam panas dan basa panas.

C. Tipe-tipe selulosa
a. Selulosa murni
- α selulosa : 97 - 99% (kapas).
- α selulosa : 45 - 50% (kayu).
- α selulosa : 30 - 43% (jerami).
b. Selulosa alam/tumbuhan : terutama pada kayu
c. Selulosa komersial/teknis : Pulp
- dengan proses pulping dan bleaching (pemutihan pulp)
- dengan perlakuan fisika dan mekanik yg drastis
- selulosa banyak mengalami kerusakan/degradasi.
d. Selulosa laboratories : holoselulosa, selulosa Cross & Bevan, alfa, beta, gamma
selulosa.

D. Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah polisakarida pada dinding sel tanaman yang larut dalam alkali
dan menyatu dengan selulosa. Hemiselulosa terdiri atas unit D-glukosa, D-
galaktosa,Dmanosa, D-xylosa, dan L-arabinosa yang terbentuk bersamaan dalam kombinasi
dan ikatan glikosilik yang bermacam-macam. Hemiselulosa terdapat bersama-sama dengan
selulosa dalam struktur daun dan kayu dari semua bagian tanaman dan juga dalam biji
tanaman tertentu. Hemiselulosa yang terhidrolisis akan menghasilkan heksosa, pentosa dan
asam uronat. Hemiselulosa dihidrolisa oleh jasad renik dalam saluran pencernaan dengan
enzim hemiselulase, hasil akhir fermentasinya adalah VFA. Jumlah hemiselulosa biasanya
antara 15-30% dari berat kering bahan lignoselulosa. Hemiselulosa mengikat lembaran serat
selulosa membentuk mikrofibril yang meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga
berikatan silang dengan lignin membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur yang
kuat.

4
Hemiselulosa terdiri atas banyak jenis gula sehingga seringkali juga disebut
heteropolisakarida. Rantai polimernya bercabang, relatif pendek dengan derajat polimerisasi
antara 100-200. Akibatnya hemiselulosa lebih mudah larut dalam kebanyakan pelarut organik
dibandingkan selulosa. Kandungan hemiselulosa dalam kayu berkisar antara 20-30 %.
Hemiselulosa disusun oleh unit-unit gula penyusun sebagai berikut:
a. Pentosa yaitu xilosa, Arabinopiranosa, Arabinofuranosa.
b. Hexosa yaitu glukosa, Mannosa, Galaktosa.
c. Asam Heksuronat yaitu asam glukuronat, 4-O-asam metilglukuronat, asam galakturonat.
d. Deoksi-Heksosa yaitu Ramnosa, Fukosa.
Adapun hemiselulosa softwood dan hardwood berbeda dalam hal:
a. Kandungan total hemiselulosa.
b. Kandungan individu penyusun hemiselulosa.
c. Komposisi hemiselulosa (KDJ memiliki kandungan manosa tinggi dan lebih banyak
galaktosa, sementara KDL memiliki kandungan xilosa tinggi dan lebih banyak asetil
groups.

E. Lignin
Lignin merupakan salah satu komponen kimia penyusun kayu selain dari selulosa,
hemiselulosa dan ekstraktif. Lignin adalah gabungan beberapa senyawa yang hubungannya
erat satu sama lain, mengandung karbon, hidrogen dan oksigen, namun proporsi karbonnya
lebih tinggi dibanding senyawa karbohidrat. Sifat kimia lignin yang penting untuk diketahui
diantaranya adalah kadar lignin dan reaktifitasnya. Metode Klason merupakan prosedur
umum yang digunakan dalam penentuan kadar lignin. Prosedur ini memisahkan lignin
sebagai material yang tidak larut dengan depolimerisasi selulosa dan hemiselulosa dalam
asam sulfat 72% yang diikuti oleh hidrolisis polisakarida terlarut dalam asam sulfat 3% yang
dipanaskan. Bagian dari lignin yang larut menjadi filtrat disebut lignin terlarut asam. Lignin
terlarut asam merupakan parameter yang dapat menunjukkan tingkat reaktivitas monomer
penyusun polimer lignin. Lignin terlarut asam juga sangat penting untuk dianalisis mengingat
hubungannya dengan kandungan lignin dan proses pulping. Lignin terlarut asam merupakan
bagian dari kandungan total lignin dalam kayu, akan tetapi seringkali diabaikan karena
jumlahnya yang relative kecil khususnya pada jenis softwood.
Lignin adalah salah satu komponen utama sel tanaman, karena itu lignin juga
memiliki dampak langsung terhadap karakteristik tanaman. Misalnya saja, lignin sangat
berpengaruh pada proses pembuatan pulp dan kertas. Kebutuhan bahan kimia untuk

5
‘memasak’ kayu dihitung berdasarkan kandungan ligninnya. Kandungan lignin pada pakan
ternak ruminansia sangat perpengaruh pada kemudahan pakan itu untuk dicerna. Pakan yang
rendah kandungan ligninnya mudah dicerna oleh binantang. Di alam keberadaan lignin pada
kayu berkisar antara 25-30%, tergantung pada jenis kayu atau faktor lain yang mempengaruhi
perkembangan kayu. Pada kayu, lignin umumnya terdapat di daerah lamela tengah dan
berfungsi pengikat antar sel serta menguatkan dinding sel kayu. Kulit kayu, biji, bagian
serabut kasar, batang dan daun mengandung lignin yang berupa substansi kompleks oleh
adanya lignin dan polisakarida yang lain. Kadar lignin akan bertambah dengan bertambahnya
umur tanaman.
Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul tinggi, tersusun
atas unit-unit fenilpropana. Lignin sangat stabil, sukar diubah dan mempunyai bentuk yang
bermacam-macam, sehingga susunan lignin yang pasti dalam kayu tidak menentu. Lignin
terdapat di antara sel-sel dan di dalam dinding sel. Lignin sangat erat hubungannya dengan
selulosa dan berfungsi untuk memberikan ketegaran pada sel atau sebagai rangka dari
selulosa yang terdapat pada bagian batang dan ranting pohon. Lignin juga berpengaruh dalam
memperkecil perubahan dimensi sehubungan dengan perubahan kadar air kayu. Hal ini
terkait dengan sifat hidrofobik (menolak air) dari lignin sehingga bagian kayu yang banyak
mengandung lignin akan mempunyai kandungan air yang lebih kecil dan demikian pula
sebaliknya. Kayu yang berasal dari pangkal batang mempunyai kandungan lignin yang lebih
besar dibanding dengan ujung karena bagian ujung mempunyai kadar air yang tinggi maka
kandungan lignin pada bagian tersebut mempunyai persentase kecil dan mempertinggi sifat
ketahanan kayu terhadap serangan cendawan dan serangga karena sebagai proteksi
enzimenzim perusak dan mikro organisme di dalam sel (Supartini, 2009).
Fengel dan Wegener (1995), menyatakan bahwa adanya lignin pada kayu dapat
menaikkan sifat-sifat kekuatan mekaniknya. Kandungan lignin juga erat kaitannya dengan
kekerasan kayu misalnya pada bagian pangkal yang relatif memiliki berat jenis yang tinggi
relatif lebih kuat dan keras. Namun di sisi lain lignin tidak dibutuhkan dalam industri kertas
karena lignin menyebabkan kertas berwarna coklat. Kadar lignin berpengaruh pada
banyaknya pemakaian bahan kimia dalam pembuatan pulp dengan proses kimia. Untuk
menghilangkan lignin diperlukan senyawa chlor yang banyak sehingga akan menambah
biaya produksi (Kasmudjo, 2010).
Achmadi (1990) menyebutkan bahwa lignin dapat dibagi dalam kelompok menurut
unsur strukturalnya, yaitu lignin guaiasil dan lignin guaiasil-siringil. Lignin guaiasil terdapat
pada kayu daun jarum (23-32%), dengan prazat koniferil alkohol. Lignin merupakan senyawa

6
fenolik berupa heteropolimer kompleks yang terdapat pada dinding sel dan berperan penting
dalam strategi adaptasi tanaman terhadap cekaman biotik seperti hama dan penyakit. Akan
tetapi dari perspektif agroindustri, lignin memiliki dampak negatif dalam pemanfaatan
biomassa untuk produk pulp dan kertas, industri tekstil, produksi pakan ternak dan produksi
biofuel (Verma, 2014).
Kadar dan komposisi lignin pada setiap tanaman bervariasi tergantung umur tanaman,
jenis sel dan jaringan serta lokasi tumbuh. Kadar dan komposisi lignin pada setiap tanaman
bervariasi tergantung umur tanaman, jenis sel dan jaringan serta lokasi tumbuh. Berdasarkan
klasifikasi komponen kimia kayu Indonesia, prosentase kadar lignin kayu dikelompokkan
menjadi tiga kategori yaitu lignin tinggi (33%), lignin sedang (18-33%) dan lignin rendah
(18%) (Pari, 1996).
Distribusi lignin di dalam dinding sel dan pada bagian pohon yang berbeda tidak
sama. Kadar lignin yang tinggi adalah khas untuk bagian batang yang paling rendah dan
paling dalam (Fengel and Wegener, 1995). Perbedaan kadar lignin tidak saja terdapat pada
bagian pohon yang berbeda tetapi juga tergantung provenans, seperti pada Acacia mangium
yang kadar ligninnya pada tiga provenans yaitu Queensland, Papua New Guinea dan
Indonesia Bagian Timur bervariasi yaitu 21.98, 24.54 dan 23.33%. Berdasarkan komposisi
unit strukturalnya, lignin diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe. Lignin pada softwood
(kayu daun jarum) atau disebut lignin guaiasil atau G lignin sebagian besar disusun oleh unit
guaiasil (sekitar 90%) dan p-kumaril alkohol (sekitar 10%). Lignin pada hardwood (kayu
daun lebar) atau disebut lignin guaiasil siringil atau G-S lignin disusun oleh unit guaiasil dan
siringil dengan perbandingan tertentu, tergantung dari jenis kayu, umur kayu, tempat tumbuh
dan iklim (Davin and Lewis, 2005).

F. Zat Ekstraktif
Zat ekstraktif merupakan komponen non-struktural pada kayu dan kulit tanaman
terutama berupa bahan organik yang terdapat pada lumen dan sebagian pada dinding sel.
Dengan menggunakan air dingin atau panas dan bahan pelarut organik netral seperti alkohol
atau eter maka dapat dilakukan ekstraksi. Jumlah dan jenis zat ekstraktif terdapat tanaman
tergantung pada letaknya dan jenis tanaman. Pada kayu konvensional, zat ekstraktif banyak
terdapat pada kayu teras. Getah, lemak, resin, gula, lilin, tanin, alkaloid merupakan beberapa
contoh zat ekstraktif. Selain bahan organik, pada kayu juga terdapat bahan anorganik berupa
mineral dan silika yang tidak larut dalam air atau pelarut organik.

7
Zat Eksraktif Larut dalam Air Panas, Zat ekstraktif larut dalam air panas yang terdapat
dalam batang kayu kelapa berkisar antara 3.75 ~ 8.92% dengan nilai rataan 6.06%. Batang
kelapa bagian atas dan bagian dalam banyak mengandung gula dan pati sehingga proses
ekstraksi tersebut membuat sebagian besar gula dan pati akan terlarut. Ini menunjukkan
bahwa bagian dalam batang kelapa terutama pada ketinggian di atas 15 meter berpotensi
untuk diekstraksi gulanya atau dilakukan isolasi pati untuk dapat dimanfaatkan. Rojo et.al.
(1988) menjelaskan bahwa gula dari batang kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan
tambahan untuk pakan ternak seperti lembu.
Zat Eksraktif Larut dalam Alkohol Benzena, Zat ekstraktif yang dapat larut dalam
pelarut organik seperti larutan alkohol benzena antara lain lilin, lemak, resin, minyak dan
tanin serta komponen tertentu yang tidak larut dalam eter. Secara longitudinal, distribusi
kandungan zat ekstraktif larut dalam alkohol benzena cenderung tidak beraturan.Bahan
nontanin yang terdapat dalam batang kelapa yang utama adalah lemak dan lilin karena
menurut Sjöstrom (1998) lilin dan lemak merupakan konstituen utama yang terdapat dalam
sel-sel parenkim. Pada kayu kelapa, parenkim merupakan jaringan dasar yang lebih banyak
terdapat pada bagian atas dan bagian dalam batang.

G. Struktur Dari Selulosa, Hemiselulosa, Dan Lignin


1. Selulosa
Untuk struktur kimia selulosa terdiri dari unsur C, O, H yang membentuk rumus
molekul (C6H10O5)n, dengan ikatan molekulnya ikatan hidrogen yang sangat erat. Gugus
fungsional dari rantai selulosa adalah gugus hidroksil. Gugus – OH ini dapat berinteraksi satu
sama lain dengan gugus –O, -N, dan –S, membentuk ikatan hidrogen. Ikatan –H juga terjadi
antara gugus –OH selulosa dengan air. Gugus-OH selulosa menyebabkan permukaan selulosa
menjadi hidrofilik. Rantai selulosa memiliki gugus-H di kedua ujungnya. Ujung –C1
memiliki sifat pereduksi. Struktur rantai selulosa distabilkan oleh ikatan hidrogen yang kuat
disepanjang rantai. Di dalam selulosa alami dari tanaman, rantai selulosa diikat bersamasama
membentuk mikrofibril yang sangat terkristal (highly crystalline) dimana setiap rantai
selulosa diikat bersama-sama dengan ikatan hydrogen. Dalam pembentukannya, tanaman
membuat selulosa dari glukosa, yang merupakan bentuk yang paling sederhana dan paling
umum karbohidrat yang ditemukan dalam tanaman. Glukosa terbentuk melalui proses
fotosintesis dan digunakan untuk energi atau dapat disimpan sebagai pati yang akan
digunakan kemudian. Selulosa dibuat dengan menghubungkan unit sederhana banyak glukosa

8
bersama-sama untuk menciptakan efek simpang siur rantai panjang, membentuk molekul
panjang yang digunakan untuk membangun dinding sel tanaman.
2. Struktur hemiselulosa
Sel-sel yang hidup, dindingnya mengandung banyak air, karena itu dinding sel tampak
menggelembung. Dinding sel tumbuhan yang telah dewasa terdiri dari banyak bahan
penyusun seperti pektin, selulosa, hemiselulosa, mannan, galaktan, kitin, lignin, suberin,
kutin, lilin, serta bahan-bahan atau senyawa anorganik lainnya. Hemiselulosa terdiri dari
molekul-molekul heksosan dan pentosan. Apabila kepada senyawa hemiselulosa diberi
larutan ZnCl2, kemudian ditambahkan yodium (I), maka akan muncul warna biru. Selain
sebagai penguat dinding sel, hemiselulosa juga dapat berfungsi sebagai makanan cadangan
dalam sel tumbuh-tumbuhan.
3. Struktur lignin
Lignin sering digolongkan sebagai karbohidrat karena hubungannya dengan selulosa
dan hemiselulosa dalam menyusun dinding sel, namun lignin bukan karbohidrat. Hal ini
ditunjukkan oleh proporsi karbon yang lebih tinggi pada lignin. Pengerasan dinding sel kulit
tanaman yang disebabkan oleh lignin menghambat enzim untuk mencerna serat dengan
normal. Hal ini merupakan bukti bahwa adanya ikatan kimia yang kuat antara lignin,
polisakarida tanaman dinding sel yang menjadikan komponen-komponen ini tidak dapat
dicerna oleh ternak. Komponen penyusun dari lignin adalah monolignols coniferyl, sinaphyl,
dan p-coumaryl alkhohol yang saling berikatan membentuk struktur 3D. Dalam alam lignin
bersifat hidrofobik yang mana lignin tahan terhadap air, sehingga dinding sel tidak tembus
air. Selain itu lignin tahan terhadap pertumbuhan mikroorganisme dan dapat menyimpan
lebih banyak energi matahari daripada selulosa dan hemiselulosa.

H. Fungsi Dari Selulosa, Hemiselulosa, Lignin Dan Eksraktif

1. Selulosa
Selulosa zantat Digunakan dalam pembuatan kain sutera tiruan, Untuk menghasilkan
rayon atau viscose dan selopan. Selulosa asetat digunakan sebagai membran ultra filtrasi,
pemisahan metanol - metil tersier butil ester, dan proses osmosis balik dalam pengolahan
limbah pelapisan logam (electroplating) bahan baku pada industri kertas dan industri tekstil.
2. Hemiselulosa
Fungsi hemiselulosa adalah sebagai penguat dinding sel sebagaimana manfaat
selulosa bagi dinding sel tumbuhan. Hemiselulosa memiliki sifat non-kristalin dan bukan
serat, mudah mengembang, larut dalam air, sangat hidrofolik, serta mudah larut dalam alkali.

9
Kandungan hemiselulosa yang tinggi memberikan kontribusi pada ikatan antar serat, karena
hemiselulosa bertindak sebagai perekat dalam setiap serat tunggal. Pada saat proses
pemasakan berlangsung, hemiselulosa akan melunak, dan pada saat hemiselulosa melunak,
serat yang sudah terpisah akan lebih mudah menjadi berserabut.
3. Lignin
Pada batang, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya,
sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak (seperti semen pada sebuah batang beton). lignin
sangat berpengaruh pada proses pembuatan pulp dan kertas. Kebutuhan bahan kimia untuk
‘memasak’ kayu dihitung berdasarkan kandungan ligninnya. Kandungan lignin pada pakan
ternak ruminansia sangat perpengaruh pada kemudahan pakan itu untuk dicerna. Pakan yang
rendah kandungan ligninnya mudah dicerna oleh binantang. Tapi, kalau pakan yang diberikan
terlalu banyak kandungan ligninnya, ternak bisa ‘mencret’. Kandungan lignin serupakan
salah satu penghambat biokonversi lignoselulosa menjadi etanol. Lignin melindungi selulosa,
sehingga selulosa sulit untuk dihidrolisis.
4. Ekstraktif
Dumanaw (2003) menyatakan bahwa zat ekstraktif memiliki peranan dalam kayu
karena dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa sesuatu jenis kayu, dapat
digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu, dapat digunakan sebagai bahan industri, dapat
menyulitkan dalam pengerjaan dan mengakibatkan kerusakan pada alat-alat pertukangan. Zat
ekstraktif yang bersifat racun menyebabkan ketahanan terhadap pelapukan kayu. Hal ini
dibuktikan bahwa ekstrak dari kayu teras lebih bersifat racun daripada ekstrak dari kayu
gubal pada pohon yang sama. Serta, ketahanan terhadap pelapukan kayu teras akan berkurang
jika diekstraksi dengan air panas atau dengan pelarut organik. Zat ekstraktif memiliki arti
yang penting dalam kayu karena Dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa
sesuatu jenis kayu.Dapat digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu.Dapat digunakan
sebagai bahan industry.Dapat menyulitkan dalam pengerjaan dan mengakibatkan kerusakan
pada alat-alat pertukangan.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, sebagai berikut:
1. Selulosa merupakan pembentuk struktur dinding sel tumbuhan. Selulosa bersifat tidak
dapat dicerna oleh manusia. Hemiselulosa adalah polisakarida pada dinding sel tanaman
yang larut dalam alkali dan menyatu dengan selulosa. Lignin adalah gabungan beberapa
senyawa yang hubungannya erat satu sama lain, mengandung karbon, hidrogen dan
oksigen, namun proporsi karbonnya lebih tinggi dibanding senyawa karbohidrat. Zat
eksraktif merupakan komponen non-struktural pada kayu dan kulit tanaman terutama
berupa bahan organik yang terdapat pada lumen dan sebagian pada dinding sel.
2. Struktur selulosa untuk struktur kimia selulosa terdiri dari unsur C, O, H yang
membentuk rumus molekul (C6H10O5)n, dengan ikatan molekulnya ikatan hidrogen
yang sangat erat. Hemiselulosa terdiri dari molekul-molekul heksosan dan pentosan.
Lignin sering digolongkan sebagai karbohidrat karena hubungannya dengan selulosa dan
hemiselulosa dalam menyusun dinding sel, namun lignin bukan karbohidrat. Hal ini
ditunjukkan oleh proporsi karbon yang lebih tinggi pada lignin.
3. Selulosa berfungsi untuk sumber serat yang membantu memperlancar defakasi.
Hemiselulosa berfungsi sebagai penguat dinding sel tumbuhan. Lignin berfungsi sebagai
pengikat antara komponen yang lainya. Zat Ektraktif berfungsi sebagai sifat pengawet.

B. Saran
Komponen kimia kayu sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh faktor tempat
tumbuh, iklim dan letaknya di dalam batang atau cabang. Pada komponen kimia kayu terdiri
dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat eksraktif masing-masing sangat dbutuhkan oleh
tumbuhan. Maka dari itu komponen kimia kayu ini perlu ada pada tumbuhan karena dapat
memberikan fungsi yang begitu banyak pada tumbuhan itu sendiri.

11
DAFTAR PUSTAKA
Casey, P. James, 1960, Pulp and Paper, Chemistry and Chemical Technology, Vol I. Second
Ed. Intercine Publishing, New York.
Davin LB, Lewis NG. 2005. Lignin primary structures and dirigent sites. Current Opinion in
Biotechnology. 16 : 407–415.
Dumanauw, J. F. 1993. Mengenal Kayu. Yogyakarta: Kanisius.
Fengel, D dan Wegener, G, 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Terjemahan.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Kasmudjo. 2010. Teknologi Hasil Hutan. Yogyakarta : Cakrawala Media.
Pari G. 1996. Pembuatan arang aktif dari serbuk gergajian sengon dengan cara kimia. Bul
Lit HH. 14:308–320.
Verma, A. Alpana, s. 2014. Optimization and Quality assessment of Low-Calorie Herbal Tea
Sweetened with Stevia (Stevia rebaudiana).Journal of Medical Research
andDevelopment. 3(2): 134-137

12

Anda mungkin juga menyukai