Anda di halaman 1dari 15

MODUL TEKNOLOGI BAHAN

BAKU SERAT

Disusun oleh:
Rachmawati Apriani, ST, MT
(NIDN. 0427048601)

Olovanny

Wahyu Rizaldy

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS BANDUNG


2019
Pendahuluan

PENENTUAN KADAR SELULOSA PADA SERAT WOOD DAN NON WOOD


SEBELUM PULPING

I. Tujuan
a. Mengetahui kandungan selulosa dalam serat wood dan non wood.
b. Mengetahui potensi jumlah serat wood dan non wood yang bisa jadi pulp.

II. Tinjauan Pustaka


Bahan baku serat terdiri dari bahan kayu (wood) dan bukan kayu (non wood).
Sebagai bahan utama dalam pembuatan pulp kertas adalah selulosa dalam bentuk
serat, sedangkan serat selulosa dapat diperoleh dari berbagai jenis tumbuhan kayu
(wood) atau tumbuhan non kayu (non wood) yang semuanya dapat dipergunakan
untuk pembuatan pulp kertas. Serat ini berasal dari bagian tumbuh- tumbuhan
seperti batang, tangkai buah, kulit dan bulu biji.

Selulosa merupakan senyawa organik dengan rumus kimia


(C6H10O5)n.selulosa merupakan komponen kimia kayu yang terbesar, yang dalam
kayu lunak dan kayu keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Selulosa
merupakan bagian utama dinding sel kayu yang berupa polimer karbohidrat
glukosa dan merupakan bahan baku pembuatan pulp.

III. Metodologi
III.1 Alat - Alat Praktikum
● Erlenmeyer 500 mL
● Oven
● Timbangan
III.2 Bahan – Bahan Praktikum
● Chip
● Sodium perborat tetrahidrat
● Asam asetat glacial
● dihydrogen dioxide (H2O2)
III.3 Rancangan Percobaan
A) Tahap Persiapan
a.) Diagram Alir
PENENTUAN KADAR LIGNIN PADA SERAT WOOD DAN NON WOOD SEBELUM
PULPING

I. Tujuan
a. Mengetahui kandungan lignin yang tidak larut asam pada pada serat wood dan
non wood.
b. Mempermudah pemakaian zat kimia dalam proses pemasakan dan pemutihan
pulp

II. Tinjauan Pustaka


a.  Pengertian Lignin
Lignin adalah komponen penyusun utama dari dinding sel tumbuhan
dan beberapa algae.  Lignin juga masih berikatan erat dengan selulosa dan
hemiselulosa. Komponen ini merupakan komponen rantai atau cabang panjang
yang terbentuk di dalam dinding sel.
Lignin memiliki fungsi sebagai pengikat serat secara bersama-sama
dengan mengikat air yang memberikan kekuatan pada kayu yang bisa disebut
sebagai pengikat, serta lignin mempunyai fungsi untuk memberikan kekerasan
struktural kepada serat-serat kayu yang terpisah dan berperan bersama dengan
hemiselulosa sebagai bahan isian untuk mikrofibril selulosa
Keberadaan lignin sangat melimpah di alam yang mana merupakan
komponen polimer organic kedua terbanyak di bumi setelah selulosa. Struktur
dari lignin adalah kompleks, tidak teratur, acak, dan penyusun utamanya dari
senyawa aromatic, yang mana menambah elastisitas matrik selulosa dan
hemiselulosa. Akibat dari kekompleksan inilah lignin merupakan komponen
linoselulosa yang sulit untuk dipecah. Hal ini dikarenakan struktur kristal pada
lignin lebih tinggi daripada selulosa dan hemiselulosa.
Lignin adalah suatu polimer yang komplek dengan bobot molekul
tinggi yang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Lignin termasuk ke dalam
kelompok bahan yang polimerisasinya merupakan polimerisasi cara ekor
(endwisepolymerization), yaitu pertumbuhan polimer terjadi karena satu
monomer bergabung dengan polimer yang sedang tumbuh. Polimer lignin
merupakan polimer bercabang dan membentuk struktur tiga dimensi. Di alam
keberadaan lignin pada kayu berkisar antara 25-30%, tergantung pada jenis
kayu atau faktor lain yang mempengaruhi perkembangan kayu.
Lignin bersifat tidak larut dalam kebanyakan pelarut organik. Lignin
yang       melindungi selulosa bersifat tahan terhadap hidrolisa yang
disebabkan oleh adanya ikatan alkil dan ikatan eter. Pada suhu tinggi, lignin
dapat           mengalami perubahan struktur dengan membentuk asam format,
metanol,   asam asetat, aseton, vanilin dan lain-lain. Sedangkan bagian lainnya
mengalami kondensasi (Judoamidjojo et al., 1989)
Lignin mempunyai bobot molekul yang rendah di dalam kayu namun
menjadi makromolekul yang mempunyai bobot molekul lebih tinggi ketika
terlarut. Bobot molekul ini menjadi salah satu faktor penting yang
mempengaruhi fungsi fisik dari lignin. Bobot molekul lignin tidak seragam,
karena dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain proses isolasi lignin,
degradasi makromolekul selama proses isolasi, efek kondensasi dan
ketidakteraturan sifat lignin dalam larutan.
b. Struktur Kimia Lignin

Lignin merupakan salah satu komponen kimia penyusun kayu selain


dari selulosa, hemiselulosa dan ekstraktif. Lignin adalah gabungan beberapa
senyawa yang hubungannya erat satu sama lain, mengandung karbon,
hidrogen dan oksigen, namun proporsi karbonnya lebih tinggi dibanding
senyawa karbohidrat.Sifat kimia lignin yang penting untuk diketahui
diantaranya adalah kadar lignin dan reaktifitasnya.
Komponen uttama lignin terdiri dari sinapin-alkohol, koniferil-alkohol,
dan p-kumaralkohol. Komponen ini kurang larut dlam air, sehingga di dalam
tanaman , komponen tersebut ada dalam bentuk glukosida yang larut dalam air
dan juga dapat berpindah-pindah di dalam tanaman tersebut. Struktur kimia
pada lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama.
Gugus aromatik ditemukan pada lignin, yang saling dihubungkan dengan
rantai alifatik, yang terdiri dari 2-3 karbon.
Beberapa usulan model struktur kimia lignin telah dikembangkan oleh
beberapa ahli. Berikut ini struktur lignin yang pernah diusulkan  Glasser and
Glasser (1975) dan Vanholme (2010).
Glasser dan Glasser (1975)
Vanholme (2010)
Sifat kimia lignin :
1.      Gugus OH Fenolik.
2.      Atom-atom hidrogen pada lingkaran fenolik yang bersebelahan
dengan
gugus OH.
3.      Gugus OH pada rantai samping, terutama pada atom karbon-α.
4.      Ikatan eter pada rantai samping, terutama pada atom karbon-α.
5.      Gugus-gugus metosil.
 Lignin sering digolongkan sebagai karbohidrat karena
hubungannya dengan selulosa dan hemiselulosa dalam menyusun dinding sel,
namun lignin bukan karbohidrat. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi karbon
yang lebih tinggi pada lignin. Pengerasan dinding sel kulit tanaman yang
disebabkan oleh lignin menghambat enzim untuk mencerna serat dengan
normal. Hal ini merupakan buktibahwa adanya ikatan kimia yang kuat antara
lignin, polisakarida tanaman  dinding sel yang menjadikan
komponen-komponen ini tidak dapat dicerna oleh ternak. Komponen
penyusun dari lignin adalah monolignols coniferyl, sinaphyl, dan p-coumaryl
alkhohol yang saling berikatan membentuk struktur 3D    (Douglas, 1996).
Dalam alam lignin bersifat hidrofobik yang mana lignin tahan terhadap air,
sehingga dinding sel tidak tembus air. Selain itu lignin tahan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme dan dapat menyimpan lebih banyak energy
matahari daripada selulosa dan hemiselulosa.

Kandungan lignin pada tumbuhan berbeda-beda, dimana


kandungannya kadang lebih besar/sedikit daripada hemiselulosa atau selulosa
tergantung jenis, tipe sel, dan tingkatan perkembangan dari jaringan dinding
pohon tersebut. Dalam beberapa referensi disebutkan jumlah lignin dalam
struktur pohon sekitar 20 – 35%. Rumus empiris dari lignin adalah
C9H10O2(OCH3)n, dimana n adalah rasio CH3 dari grup C9. Dengan kata lain
struktur kimia dari lignin dapat berubah secara dramastis yang membuat sulit
untuk mendefinisikannya.

III. Metodologi
III.1 Alat - Alat Praktikum
● beaker glass100 mL
● beaker glass 500 mL
● Erlenmeyer 1000 mL
● Oven
● Timbangan

III.2 Bahan – Bahan Praktikum


● Chip
● asam sulfat
● air panas

III.3 Rancangan Percobaan


A) Tahap Persiapan
a.) Diagram Alir
PENENTUAN KADAR HEMISELULOSA

I. Tujuan
Pengujian dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak kandungan
hemiselulosa pada serat wood dan non wood.

II. Tinjauan Pustaka

Hemiselulosa adalah polisakarida pada dinding sel tanaman yang larut dalam
alkali dan menyatu dengan selulosa. Hemiselulosa terdiri atas unit D-glukosa,
D-galaktosa,D-manosa, D-xylosa, dan L-arabinosa yang terbentuk bersamaan
dalam kombinasi dan ikatan glikosilik yang bermacam-macam. Hemiselulosa
terdapat bersama-sama dengan selulosa dalam struktur daun dan kayu dari semua
bagian tanaman dan juga dalam biji tanaman tertentu. Hemiselulosa yang
terhidrolisis akan menghasilkan heksosa, pentosa dan asam uronat. Hemiselulosa
dihidrolisa oleh jasad renik dalam saluran pencernaan dengan enzim hemiselulase,
hasil akhir fermentasinya adalah VFA.

Jumlah hemiselulosa biasanya antara 15-30% dari berat kering bahan


lignoselulosa. Hemiselulosa mengikat lembaran serat selulosa membentuk
mikrofibril yang meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga berikatan
silang dengan lignin membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur
yang kuat.
Hemiselulosa merujuk pada polisakarida yang mengisi ruang antara
serat-serat selulosa dalam dinding sel tumbuhan. Secara biokimiawi, hemiselulosa
adalah semua polisakarida yang dapat diekstraksi dengan larutan basa.

III. Metodologi
III.1 Alat - Alat Praktikum
● Erlenmeyer 250 mL
● Oven
● Timbangan

III.2 Bahan – Bahan Praktikum


● Chip
● asam asetat glacial
● aquades
● asam sodium chlorite (NaClO2)
● ethanol

III.3 Rancangan Percobaan


A) Tahap Persiapan
a.) Diagram Alir
PENENTUAN ZAT EKSTRAKTIF

I. Tujuan
Pengujian dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak kandungan zat
ekstraktif pada serat wood dan non wood.

II. Tinjauan Pustaka


Zat ekstraktif adalah komponen kayu yang bukan merupakan komponen
struktural, yang hampir semuanya terbentuk dari senyawa-senyawa ekstraseluler
dan berbobot molekul rendah (Sjostrom 1995).Istilah ekstraktif kayu meliputi
sejumlah besar senyawa yang berbeda yang dapat diekstraksi dari kayu dengan
menggunakan pelarut polar dan non-polar. Dalam arti yang sempit, ekstraktif
merupakan senyawa-senyawa yang larut dalam pelarut organik
Zat ekstraktif kayu dibagi menjadi 3 sub golongan yaitu senyawa alifatik
(terutama lemak dan lilin), terpena dan terpenoid, serta senyawa fenolik (Achmadi
1990). Kandungan ekstraktif pada kayu bervariasi dari 3% sampai 30%.
Bahanbahan ini pada kayu dapat memberi pengaruh pada kerapatan. Secara umum
kekuatan dan kekakuan kayu meningkat seiring dengan naiknya kerapatan
(Haygreen dan Bowyer 1996). Ekstraktif kayu meliputi sejumlah besar senyawa
yang berbeda yang dapat diekstraksi dari kayu dengan menggunakan pelarut polar
dan non polar.
Dalam arti sempit ekstraktif merupakan senyawa-senyawa yang larut dalam
pelarut organik (Fengel dan Wegener 1983). Senyawa kimia berbobot molekul
rendah diklasifikasikan menjadi dua yaitu bahan organik dan anorganik. Bahan
organik biasa disebut ekstraktif dan bahan anorganik biasa disebut abu (Fengel
dan Wegener 1983). Komponen utama abu kayu adalah kalsium, kalium dan
magnesium. Dalam banyak kayu, jumlah Ca hingga 50% atau lebih dari unsur
total dalam abu kayu. K dan Mg masing-masing menduduki tempat kedua dan
ketiga, diikuti Mn, Na, P dan Cl (Ellis 1962 dalam Fengel dan Wegener 1983).
Kayu tropika banyak yang menonjol karena persentase silikonnya yang tinggi
dibandingkan dengan kayu asal daerah sub tropika dimana dapat melebihi
kandungan kalsium dalam spesies tertentu (Hillis, de Silva 1979 dalam Fengel dan
Wegener 1983).
Menurut Haygreen dan Bowyer (1996) kandungan silika berpengaruh terhadap
sifat pengolahan kayu utuh karena kandungan silika lebih dari 0,3 % dapat
menumpulkan alat-alat pertukangan. Kandungan silika melebihi 0,5 % relatif
umum terdapat pada kayu-kayu teras tropika. Pada sejumlah jenis kayu tropika
kandungan ini mungkin lebih dari 2 %. Zat ekstraktif memiliki arti penting bagi
kayu karena dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau, dan rasa jenis kayu.
Selain itu ekstraktif dapat 4 digunakan untuk mengenal jenis kayu, namun
menyulitkan dalam pengerjaan serta mengakibatkan kerusakan pada alat-alat
pertukangan (Dumanauw 1982).

III. Metodologi
III.1 Alat - Alat Praktikum
● cawan masir 1 G2'
● alat Soxhlet dengan diameter dalam 30 mm - 40 mm, kapasitas volume
tabung sirkulasi . 100 ml dan tinggi tabung siphon sekitar 55 mm yang
dilengkapi dengan pendingin berbentuk Graphan alau Allihn
● pinset tahan karat
● labu ekstraksi 250 ml berisi beberapa buah batu didih
● pemanas listrik berjaket
● gelas ukur 250 ml
● desikator
● neraca analitik
● penjepit cawan
● kertas saring bebas sari
● benang katun atau rayon
● lenrari pengering
● botol timbano 50 ml
● labu ekstraksi
● oven

III.2 Bahan – Bahan Praktikum


● Dikloronretana, 98 % ( CH2Cl2 )
● 1 : 2 ethanol benzene

III.3 Rancangan Percobaan


A) Tahap Persiapan
B) Deskripsi Proses
a. Diagram Alir
Menggunakan larutan 1 : 2 ethanol benzene / dichloromethane

Anda mungkin juga menyukai