Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SIFAT DASAR KAYU

LIGNIN SEBAGAI ANTI JAMUR

LARASATI AULIA EKA PUTRI


203020404037

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan
Makalah Sifat Dasar Kayu yang berjudul “Lignin Sebagai Anti Jamur”
dengan baik. Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai syarat
untuk memenuhi tugas mata kuliah sifat dasar kayu.
Dalam proses pengerjaan makalah ini, yang tidak lupa mendapat
bimbingan, arahan dan pengetahuan sehingga penulis mampu dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini, dan terutama rasa terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah sifat dasar kayu yang telah memberi bimbingan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Demikian makalah ini penulis buat dan penulis berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah pengetahuan bagi
penulis dan juga pembaca. Sekian dan terima kasih.

Palangkaraya , Oktober 2021

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah...................................................................................................2
II. PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1 Lignin...................................................................................................................3
2.2 Lignin Sebagai Anti Jamur..................................................................................4
III. PENUTUP...............................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................8

ii
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi iklim tropis dengan kelembaban udara yang tinggi di Indonesia


sangat mendukung pertumbuhan jamur. Jamur merupakan organisme
eukariotik yang digolongkan ke dalam kelompok cendawan sejati. Dinding sel
yang terdapat pada jamur terdiri atas kitin dengan sel jamur tidak mengandung
klorofil. Jamur mendapatkan makanannya secara heterotrof dengan
mengambil makanan dari bahan organik. Bahan organik di sekitar tempat
tumbuhnya diubah menjadi molekul-molekul senyawa yang sederhana dan
diserap langsung oleh hifa, jadi jamur tidak seperti organisme heterotrof
lainnya yang dapat menelan makanananya lalu mencernanya sebelum diserap
(Gunawan, 2005; Hastono, 2003).
Jamur adalah tumbuhan berinti, berspora, tidak berklorofil, berupa sel atau
benang-benang bercabang. Jamur bereproduksi secara seksual dan aseksual. Badan
jamur terdiri atas seri sel kecil berbentuk tabung yang saling berhubungan dan disebut
hifa. Hifa merupakan unit seluler dasar dari struktur jamur, berukuran kecil, dan
umumnya memiliki diameter berkisar 2-10 𝛍𝐦. Karena jamur tidak berklorofil, maka
jamur hidup dengan menghisap/mengambil zat-zat yang sudah jadi yang dibuat oleh
organisme lain. Oleh karena itu, jamur dikelompokkan secara heterotrof, artinya
organisme yang hidupnya tergantung dari organisme lain (Muin, 2012)
Lignin merupakan polimer yang strukturnya heterogen dan kompleks yang terdiri
dari koniferil alkohol, sinapil alkohol dan kumaril alkohol (Singh, 2006).
Dekomposisi lignin berlangsung sangat lambat di lingkungan karena struktur kimia-
nya yang komplek, heterogen, tidak larut dalam air dan aromatic (Tuomela, 2002;
Erden et al., 2009).
2

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah tentang “ Lignin Sebagai Anti Jamur ”,yaitu:
1. Bagaimana deskripsi lignin ?
2. Bagaimana peranan lignin sebagai anti jamur ?

1.3 Tujuan Makalah

Tujuan dari makalah tentang “ Lignin Sebagai Anti Jamur ”,yaitu:


1. Dapat mengetahui deskripsi lignin .
2. Dapat mengetahui peranan lignin sebagai anti jamur.
3

II. PEMBAHASAN

2.1 Lignin

Lignin merupakan polimer amorf dengan struktur kimia yang berbeda dari
selulosa dan hemiselulosa. Seperti halnya selulosa, kandungan lignin dalam
kayu juga dapat digunakan untuk memprediksi sifat pulp yang dihasilkan.
Pada umumnya kandungan lignin yang tinggi dalam kayu akan menyebabkan
konsumsi alkali tinggi serta biasanya diikuti oleh bilangan kappa yang tinggi,
demikian pula sebaliknya (Casey, 1980).
Menurut Ridhol dalam Fengel dan Wegener (1995), secara umum
komponen kimia kayu daun lebar mengandung lignin ± 22%, sedangkan
untuk kayu daun jarum mengandung lignin 27-33%. Lignin diperoleh dari
kayu sebagai hasil sampingan proses pembuburan kayu. Karena jumlahnya
besar, alami dan merupakan produk yang dapat diperbaharui, lignin
mempunyai potensi besar untuk penggunaan beberapa industri untuk
menggantikan bahan bakar minyak yang semakin berkurang dan mahal.
Lignin mempunyai keterbatasan pemanfaatan secara komersial disebabkan
oleh sifat kimia dan fisikanya yang rumit dan karakteristiknya yang sangat
bervariasi (Hollis et al., 1981). Lignin adalah bahan aromatik, bersifat
amorpous yang mengandung fenol, methoxyl, hydroxyl dan kelompok
penyusun lainnya. Isolasi lignin dengan cara evaporasi dan cara presipitasi
dari lindi hitam industri pembuburan kayu diperoleh hasil antara 21,98-
38,21% dengan kadar air 4,01-5,09%, lignin murni 67,11-80,16%, fenol 2,14-
7,52% dan methoxyl 0,91-2,64% (Pari, 1990).
Posisi atau letak lignin berada di antara individu sel dan di dalam dinding
sel. Di antara sel lignin berperan sebagai pengikat antara sel, dan di dalam sel
lignin berasosiasi dengan selulosa dan hemiselulosa. Keberadaan lignin di
antara sel dan di dalam sel menyebabkan kayu menjadi keras dan kaku
4

sehingga mampu menahan tekanan mekanis yang besar. Lignin juga


bertanggungjawab terhadap perubahan dimensi kayu akibat fluktuasi kadar
air.
Lignin diperoleh dari kayu sebagai hasil sampingan proses pembuburan
kayu. Karena jumlahnya besar, alami dan merupakan produk yang dapat
diperbaharui, lignin mempunyai potensi besar untuk penggunaan beberapa
industri untuk menggantikan bahan bakar minyak yang semakin berkurang
dan mahal (Hollis et al., 1981). Lignosulfonat digunakan sebagai bahan
pendispersi dan penstabil pada oil well-drilling muds, tinta cetak, dyes, beton,
asphalt extender, perekat, pembuatan pellet pakan, briket kayu, dan tekstil.
Vanilla buatan yang digunakan secara luas dalam pembuatan es krim, kue dan
biskuit, juga adalah turunan dari spent sulfate liquor (SSL) (Bowyer et al.,
2003; Stevens, 2007). Lignin sulfat dapat dimanfaatkan sebagaimana halnya
lignosulfonat, tetapi proses pemurniannya lebih mahal. Kegunaan yang
penting adalah zat pendispersi dan zat pemantap serta aditif dalam karet, resin
dan plastik (Stevens, 2007).
Polimer lignin juga dapat didegradasi menjadi produk dengan bobot
molekul rendah. Dalam proses kraft, produk ini meliputi metil markaptan dan
dimetil sulfida. Jika lindi hitam (lignin buangan pembuburan kayu)
dipanaskan pada suhu 200-300 0C dengan kehadiran sulfur, produk
dimentilsulfida terjadi lebih banyak. Dimetil sulfida berguna sebagai pelarut
garam-garam anorganik. Hasil oksidasi dimetil sufida ialah dimetil sulfoksida
(DMSO) dan dimetil sulfon, DMSO merupakan pelarut dengan sifat istimewa
(Achmadi, 1990).

2.2 Lignin Sebagai Anti Jamur

Jamur adalah organisme kecil, umunya mikroskopis, eukariotik,


berupa filament (bening), bercabang, menghasilkan spora, tidak mempunyai
klorofil, dan mempunyai dinding sel yang mengandung kitin, selulosa atau
5

keduannya. Sebagian besar dari 100.000 spesies jamur yang telah diketahui
sangat saprofit, hidup pada bahan organic mati, yaitu membantu pelapukan.
Beberapa diantaranya lebih kurang 50 spesies, menyebabkan penyakit pada
manusia, dan lebih kurang sebanyak itu menyebabkan penyakit pada hewan,
sebagian besar dari pada itu berupa penyakit yang tidak berarti pada kulit atau
anggota tubuh. Akan tetapi, lebih dari 8.000 spesies jamur dapat
menyebabkan penyakit pada tanaman. Semua tumbuhan diserang oleh
beberapa jenis jamur, dan setiap jenis parasit dapat menyerang satu atau
banyak jenis tumbuhan (Agrios, 1996).
Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri hanya
apabila tetap hubungan dengan tumbuhan inangnya selama hidupnya, jamur
yang demikian dikenal dengan parasit obligat atau biotrof. Jenis yang lain
membutuhkan tumbuhan inang untuk sebagian daur hidupnya tetap dapat
menyelesaikan daurnya pada bahan organik mati maupun pada tumbuhan
hidup, jamur yang demikian disebut parasit nonobligat (Agrios, 1996).
Penghambatan bakteri terjadi karena fenol menyerang sel vegetatif
berprenetasi dan merepresitifikasi protein yang terdapat dalam sel mikroba
dan adannya interaksi antara ikatan hidrogen dengan protein penyusun enzim
(Saravanakumar et al., 2009). Beberapa jenis asam, seperti asam anisic dan
asam karbamat, diduga sebagai antibakteri. (Leroi, 2000; Rorvik, 2000)
mengatakan bahwa senyawa aldehid, asam karboksilat dan fenol mempunyai
sifat antimikrobial dan antioksidan. Senyawa fenol dan flavonoid hasil
pecahan monomer lignin dari tanaman softwood bersifat sebagai antimikroba
dan antibiotik (Roller and Seedhar, 2002). Philip (2000), menyatakan bahwa
hasil monomer dari lignin dengan proses alcell dapat menghambat
pertumbuhan bakteri E. coli, S. aureus, dan Pseudomonas. Senyawa fenol dari
lignin dapat merusak dinding mikroba dan menyebabkan lisis pada bakteri
diikuti pelepasan konten sel (Sabu, 2011).
6

Pada fraksi terdapat asam lemak jenuh dan tak jenuh yang memiliki
atom karbon lebih dari sepuluh yang dapat mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan bakteri atau kematian pada bakteri patogen yang diujikan (Hou,
2000). Asam lemak yang memiliki aktvitas antimikroba adalah 9-
hexadecanoic acid (Agoramoorthy et al., 2007). Senyawa 9-hexadecanoic acid
memberikan efek terhadap permeabilias membran dan partisi ion ada lapisan
membran sel dari mikroorganisme (Lagner and Hui, 2000). Senyawa dari
golongan benzene juga memiliki aktivitas penghambatan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme. Suzuki et al., (1988) menyatakan bahwa
senyawa di-2-ethylhexyl phthalate dapat bereaksi dengan sisi hidrofobik pada
membran sel yang menyebabkan terganggunya permeabilitas dari membran
sel. Hasil identifikasi komponen monomer lindi hitam hasil isolasi yang
diduga mengandung senyawa anti mikroba Senyawa yang diduga bersifat
sebagai antimikroba dalam jumlah cukup banyak pada lignin yaitu
Benzaldehyde,4-hydroxy-3,5-dimethoxysebesar 2,76%, m-Anisic acid,3,4-
dichlorophenyl ester sebesar 1,1%, golongan phenol lain seperti Phenol,2-
methyl-4-(1,1,3,3- tetramethylbutyl)-sebesar 0,71%, Di-2-ethylhexyl
phthalate sebesar 31,25% dan 9-Hexadecenoic acid, methyl ester,(Z)- sebesar
0,41%. Hal ini yang menyebabkan semakin tinggi konsentrasi lignin yang
digunakan dapat meningkatkan daya hambat sebagai antimikroba karena
meningkatnya konsentrasi antimikroba didalam larutan lignin tersebut.
7

III. PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah Lignin Sebagai Anti Jamur berikut ini :
1. Lignin merupakan polimer amorf dengan struktur kimia yang berbeda dari
selulosa dan hemiselulosa. Seperti halnya selulosa, kandungan lignin dalam
kayu juga dapat digunakan untuk memprediksi sifat pulp yang dihasilkan.
Pada umumnya kandungan lignin yang tinggi dalam kayu akan menyebabkan
konsumsi alkali tinggi serta biasanya diikuti oleh bilangan kappa yang tinggi,
demikian pula sebaliknya.
2. Senyawa fenol dan flavonoid hasil pecahan monomer lignin dari tanaman
softwood bersifat sebagai antimikroba dan antibiotik. Hasil monomer dari
lignin dengan proses alcell dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli,
S. aureus, dan Pseudomonas. Senyawa fenol dari lignin dapat merusak
dinding mikroba dan menyebabkan lisis pada bakteri diikuti pelepasan konten
sel.
8

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S.S. 1990. Kimia Kayu. Pusat Antar Universitas dan Ilmu Hayat, Institut
Pertanian Bogor.
Agoramoorthy, G; Chandrasekaran, M; Venkatesalu, M & Hsu, M.J., 2007. Bacterial
and Antifungal Activities Of Fatty Acid Methyl Esters Of The Blind-Your -Eye
Mangrove From India. Brazilian Journal of Microbiology, 38: 739-742
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Bowyer, J.L., Shmulsky, R., Haygreen, J.G. 2003. Forest Product and Wood Science,
an Introduction 4th Edition. The Iowa State University Press, Ames, Iowa.
Gunawan, A.W. 2005. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta
Hastono, S. 2003. Cendawan dan permasalahannya terhadap kesehatan hewan. Jurnal
Veteriner, 4(2), 1-4.
Hollis, Jr., John, W., Schoenherr and Michael W. 1981. Lignin Containing Resin
Adhesive. American Can Company, Greenwich. Unitet States Patent 43035662.
http://Lignin-containing resin adhesive-Patent 43035662.htm. diakses tanggal
17 Nopember 2008.
Hou, C, T., 2000. Biotransformation of Unsaturated Fatty Acids to Industrial
Products. Advances in Applied Microbiology. 47:201-220
Langner M. and Hui S.2000),Effect of Free Fatty Acids On The Permeability Of 1, 2-
imyristoyl-Sn- Glycero-3-Phosphocholine Bilayer At The Main Phase
Transition BBA-.Membranes,1463, 439-447.
Leroi, J.J.J., 2000. Salt and Smoke Simultaneously Effect Chemical and Sensory

Quality of Cold- Smoked Salmon during 5o Celcius Storage Predicted using


Factorial Design. Journal of Food Protection. 63: 1222-1227.
9

Muin, M. 2012. Memperpanjang Umur Kayu Bangunan: Deteriorasi Kayu dan


Teknologi Pengendaliannya. PT Penerbit IPB Press.Bogor.
Pari, G. 1990. Isolasi lignin dari lindi hitam. Jurnal Penelitian Hasil Hutan .8 (1): 25-
30. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
Roller, S., & Seedhar, P., 2002. Carvacrol and Cinnamic Acid Inhibit Microbial
Growth in Fresh-Cut Melon and Kiwifruits at 4 ◦C and 8 ◦C. Lett. Appl.
Microbiol. 35: 390–394.
Rovrik, L.M., 2000. Listeria Monocytogenes In The Smoked Salmon Industry.
International Journal of Food Microbiology. 62: 183-190.
Sabu, T., Visakh, P.M. & Mathew, A.P., 2011. Advances in Natural
Polymers:Composites and Nanocomposites. Springer, Dordrecht.
Saravanakumar, A., Venkateshwaran, K., Vanitha, J., Ganesh, M., Vasudevan, M., &
Sivakumar, T., 2009. Evaluation of Antibacterial Activity Phenol and
Flavonoid Contents of The Spesia Populnae Flower Extracts. Pakistan Journal
of Phamaceutical Science, 22: 282-286.
Singh, H. (2006). Mycoremediation. Jhon Wiley and Sons, Inc: America.
Stevens. M.P. 2007. Kimia Polimer. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Suzuki, K., Nakano, N., Tanaka, R., Uyeda, M., & Shibata, M., 1988. Cell
Aggregation Factor Produced by Streptomyces sp. Strain No. A-3315.
Agricultural and Biological Chemistry. 52(10): 2589-2595
Tuomela, M. (2002). Degradation of lignin and other 14C-labelled compounds in
compost and soil with an emphasis on white-rot fungi. Dissertasion. Dept. of
Applied Chem.and Microbiology. University of Helsinki.

Anda mungkin juga menyukai